==Tiga Bulan yang Lalu==
Ferry yang kala itu baru saja kembali dari Amerika dengan segera mendatangi rumah lamanya. Di sana ia melihat tumpukan demi tumpukan yang tidak bisa ia hindari lagi, dengan segera ia merapihkan semua barang-barang yang berserakan tersebut.
Di saat yang bersamaan ketika ia tengah merapihkan barang-barang setelah sepeninggal Jessica, ia melihat sebuah foto yang jatuh dari laci. Ia ingat bahwa bagaimana dirinya sangat terpuruk setelah kehilangan Jessica.
Ferry mulai menyusun rencana untuk mencari tahu siapa ayah kandung Farah, ia memulai semuanya dari nol hingga akhirnya ia sendiri yang akan mengakhiri. Foto tersebut terlihat tiga orang dirinya, Bobby dan Louis.
Dengan geram, ia pergi menemui Bobby malam itu juga. Ia mendatangi tempat dimana mereka bertiga sering berkumpul, Labirin. Ferry melihat bahwa pola labirin masihlah sama, ia cukup hapal dengan lokasi tersebut sehingga ia tidak lupa bahkan masih ingat dengan baik di benaknya.<
“Pastinya aku akan memberikan yang terbaik.” Suara Annete berubah seketika itu juga, ia akhirnya sadar bahwa selama kurang lebih dua puluh tahun terakhir ia akhirnya bisa keluar dari rumah tersebut. Beberapa menit kemudian, bodyguardyang lain menerjang masuk ke dalam ruang pribadi Annete, “Silakan keluar!” katanya dengan garang. Di belakang mereka di ikuti oleh sekretaris ayahnya sendiri. Annete terkejut bukan main bahwa sekretarisnya juga ikut campur, “Kau!? Jadi, selama ini – ” “Maaf, saya hanya mengikuti perintah,” akunya saat itu juga. “Saya tidak bermaksud, Ibu Annete,” jawabnya. Annete hanya bisa menahan geram marahnya tersebut, “Siapa yang mengatur ini semua?” gejolak amarahnya mulai membuncah ia sendiri juga mulai melakukan pemberontakan yang telah terjadi selama kurang lebih dua puluh tahun belakangan ini. Dengan marah, ia mengambil vas bunga kesayangannya dan memecahkan di hadapan sekretaris ayahnya tersebut, “Katakan!
== Tiga Bulan Setelahnya ==“Kau gila?!” pekik Vicka yang tidak percaya mendengar seluruh runtutan kejadian yang telah terjadi selama tiga bulan belakangan, “Jadi, itu ulahmu?” tanyanya yang masih tidak bisa menerima kenyataan yang sudah terjadi.Ferry menyinggungkan senyumnya, ia menaikkan bahunya supaya Vicka bisa berfikir secara rasional. Vicka beberapa kali bolak-balik di dalam ruang kerjanya, ia sendiri juga tidak mengira bahwa itu semua ulah Ferry.Ferry masih tertawa cengengesan, “Sudahlah, kau itu seperti gosokan sekarang ini,” tegurnya.Vicka memegang kepalanya, ia belum terima dengan semua cerita konyol tersebut, “Aku masih tidak percaya,” balasnya.“Kau akan mengerti.” Ferry melihat ke jam tangannya, “Mungkin kita akan melihat dua keluarga berperang,” lanjutnya kepada Vicka.Vicka mencoba untuk berfikir ketika Ferry mengatakan bahwa dua keluarga akan berperang
“Diandra?” tanyanya yang tak percaya. Laki-laki yang bernama Diandra itu muncul tepat ketika dirinya benar-benar tertimpa masalah. Wajah Vicka berubah menjadi masam, melihat sang mantan yang muncul di hadapannya. “Ya, ini aku, Diandra,” jawabnya dengan datar.Vicka menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya. Ia benar-benar tidak suka dengan sikap Diandra yang datang tiba-tiba bagaikan jelangkung. “Apa maumu?” tanyanya ketus.Diandra membuka kacamata hitamnya, ia tidak ingin ada orang lain yang mengetahui kedatangannya tersebut. Sementara wanita yang ada di belakangnya, menghampiri mereka berdua yang sedang berbicara.“Bagaimana kalau kita bicara di dalam?” tanya Diandra.Wanita tersebut meringsek maju, ia mengapit tangan Diandra. “Hai,” sapanya.“Hai, sayang,” jawabnya dengan tersenyum. Ia membelai wajah wanita tersebut. “Dia bernama, Bella, tunanganku,&r
“Kau yakin bisa menuntaskannya?” kata-katanya membuat Vicka tertegun. Hatinya tahu bahwa sebenarnya ia tidak sanggup, namun ia juga perlu membuktikannya.“Akan aku buktikan, aku akan membuktikannya, ayah.” Mata Vicka berkilat marah, ia tahu sudah lama ia mengincar jabatan ayahnya untuk tetap bisa mempertahankan perusahaan retail yang sudah mall tersebut.Sang Ayah hanya bisa mendengus kesal, Rudolf Sudelard, tak percaya bahwa anak perempuannya Vicka Sudelard mampu berbicara cukup percaya diri. “Pernikahan anakmu di depan mata. Bagaimana kau bisa melakukannya?”Rudolf melihat satu per satu orang yang ada di ruangan Vicka terutama tatapan sinis ayahnya kepada Ferry. “Bahkan kau saja membesarkan anak orang,” ejeknya dengan tatapan tak senang ke arah Ferry.“Aku akan ke ruangan rapat sekarang. Jika, ayah ingin tahu rencanaku, kita bisa lihat bagaimana caraku mengatasinya.” Suaranya sedikit gemetar me
Anneta menghela nafasnya sementara dia juga sudah bisa membaca situasi yang terjadi di ruang rapat yang tidak ada habis-habisnya tersebut. Beberapa yang mengenal Anneta mulai membenarkan bajunya, bahkan beberapa perempuan membenarkan tampilan.“Siapa dia?” tanya laki-laki yang masih muda tersebut. “Hei, siapa dia?” bisiknya.“Kau benar-benar tidak tahu siapa dirinya?” tanyanya balik dengan mata terbelalak lebar. “Cari saja sendiri dengan nama Anneta,” geramnya. Sementara dia juga membenarkan pakaiannya.Anneta tersenyum puas bisa berdiri di kubu sang pemenang dan bukan sang lawan. Vicka memberikan tempat kepada Anneta di podiumnya tersebut, mereka berpindah tempat kehadiran Anneta di ruang rapat bagaikan Tuhan yang mengirimnya tepat pada waktunya.Vicka sendiri sudah lelah dengan pertanyaan, pernyataan dan penjelasan yang terjadi belum lama ini. Vicka merasakan kepalanya pusing, ia juga sudah tidak tahan den
Mata Alice terkejut bukan main, ia sendiri tidak menyangka bahwa dirinya kehadiran seseorang yang tidak mungkin ada di hadapan seumur hidupnya. “Kau!” paniknya.“Sudah saatnya kau menyerahkan dirimu, Alice,” sergah laki-laki tersebut.“Keluar!” pekiknya. “Keluar dari kantorku!” jeritnya yang tak ingin di tangkap.“Huh!” gerutunya. Laki-laki tersebut menyilangkan kedua tangannya di dada. “Kenapa kau senang sekali menjadi seperti ini?” tanya laki-laki itu kepada Alice.“Kau tidak akan bisa semudah itu menangkap diriku, James,” jawab Alice.Laki-laki yang bernama James itu mengaruk-garuk kepalanya. “Kau menyerah saja,” sarannya, “Jika, tidak---.” Perkataan James terputus.“Aku tidak akan bisa kau tangkap!” pekik Alice yang ketakutan. Sementara matanya terbelalak seakan akan keluar dari rongga matanya sendiri.“Tid
Wanita itu tersenyum kepadanya kehadirannya membuat Micko juga merasa tidak nyaman. “Untuk apa kau ke rumah?” serang Micko.Nafa tersenyum melihat Micko yang berbicara, Micko berdiri di hadapan Farah untuk tidak membiarkannya menyentuh Nafa sekecil apapun itu ia juga tidak akan segan-segan meminta petugas keamanan untuk mengusir dari rumah Farah.“Kenapa kita tidak bicara di dalam?” ajaknya. Nafa sudah menebak bahwa mungkin saja mereka menolak ajakan dirinya yang sudah datang ke rumah Farah. “Biarkan aku masuk,” pintanya.Micko melangkah satu langkah ke depan menahan Nafa yang hendak masuk ke dalam rumah Farah. “Bicara di luar!” teriaknya kasar.Nafa menghela nafasnya berat, ia tahu hal itu akan terjadi cepat atau pun lambat. “Aku sudah mendengarnya bahwa kalian akan menikah,” terkanya.“Lalu, maumu apa? Toh aku juga tidak akan memberikan dirimu undangan,” sindir Micko.
Mobil yang di bawa kabur oleh Alice berhenti tiba-tiba, ia hampir saja menabrak seseorang yang tepat berada di depannya. “Apa aku tak salah dengar?” tanya Alice kepada dirinya sendiri.Saking senangnya, ia tidak menyadari bahwa James tepat berada di belakang mobilnya. Dengan segera ia membayar taksi tersebut dan naik ke dalam mobilnya, ia memaksa Alice untuk membukanya. “Kau gila atau apa!” pekiknya marah.James masuk ke dalam mobilnya, ia meninggalkan Alice di tepi jalan. Namun, saking senangnya Alice dia tertawa sendiri saking mengetahui bahwa Vicka Sudelard telah menyerahkan kekuasaannya.Taksi yang di tumpangi oleh James sendiri juga belum pergi, ia berniat untuk kembali ke kantor Vicka. Hatinya yang senang itu tidak melihat ke depan bahwa seseorang tengah terburu-buru. Pengemudi itu berteriak kea rah Alice. “Kau mau mati!”Alice terkejut mendengarnya. “Siapa juga yang mau mati!” makinya balik kepada pen
“Kau bisa bertindak gila juga,” ledek Anneta yang berjalan beriringan dengan Louis.“Terkadang orang-orang yang seperti itu harus kita gertak. Aah, karena aku lupaan tolong beritahu aku untuk mengingatkan pemungutan suara. Aku sudah meyakinkan beberapa pihak luar untuk tetap memilih Vicka,” kata Louis yang memberitahu Anneta akan rencananya.Mendengar pengakuan Lousi wajah Anneta seakan penuh kemenangan. “Kau tak bisa di tebak,” aku Anneta terhadap Louis.“Kau baru melihat pertama kalinya, namun aku pastikan kalian akan menang. Kau tidak tahu bagaimana aku bekerja, tapi di luar sana orang-orang mengatai aku si ‘raja negosiator’,” akunya kepada Anneta.Anneta tertawa mendengar banyolan Louis. “Pantas saja, dia langsung bertekuk lutut,” kekeh Anneta.“Setidaknya untuk sementara kita lakukan hal itu,” timpal Louis.“Apa mereka bisa melakukan tindakan yang aneh lagi?” tanya Anneta yang sembari berjalan.“Seharusnya tidak. Biasanya jika di luar mereka yang aku ancam akan terus mengingatnya
Kedua mata Micko dan Farah saling mengerjap sama-sama terkejut bukan main bahwa Louis kembali untuk membayar kesalahannya di masa lalu. “Ha…hawai?” Micko terkejut mengetahui bahwa Louis memberikan dua ticket secara cuman-cuma kepada mereka berdua.“Sepertinya dia yakin akan menebusnya,” celoteh Farah. Farah sedikit tersenyum melihat punggung ayahnya sendiri yang sudah menjauh.“Sepertinya,” balas Micko. Micko memasukkan dua ticket tersebut ke dalam sarung jaketnya dan melenggang bersama Farah masuk ke dalam ruang kamar make-up.Anneta melihat kedatangan pasangan baru tersebut. “Bagaimana? Apakah dia menerimanya? Lalu, apa yang kalian lakukan?” berondong Anneta dengan banyak pertanyaan kepada kedua pasangan yang belum lama mengikat janji.“Semua berjalan dengan lancar, bahkan di luar dugaan kami.” Micko mengeluarkan dua buah ticket dari sakunya, “Dia memberikan kami ini, supaya kami bisa berbulan madu,” imbuh Micko.Anneta memegang kedua ticket tersebut, wajahnya juga ikut terperanjat
Beberapa pengunjung mulai merasa rishi dengan keributan yang hampir terjadi. Farah duduk untuk tidak memancing orang-orang mendekat ke lokasi mereka. “Tolong, jelaskan kepada kami!” sindir Farah. Micko juga akhirnya ikut duduk untuk mendengar penjelasan yang akan dikatakan Louis.“Maaf, jika sudah terlalu lama, aku juga awalnya tidak ingin ini terjadi namun mungkin kau sudah tahu banyak tentang kejadian yang menimpa hubungan antara Ibumu. Memang benar akulah pelakunya,” aku Louis pada akhirnya. Farah menutup matanya, ia sudah tahu bahwa Louis akan mengatakan hal tersebut. “Kenapa kau melakukan hal itu?” celetuk Farah dengan kesal.“Aku sangat menyukai Ibumu, hingga akhirnya malam itu aku hilang akal. Aku meminta Bobby untuk berpura-pura menggantikan aku sementara aku menjalani pengobatan.”Mendengar hal tersebut wajah Farah dan Micko yang sedari tadi sudah kesal melemaskan pundak mereka, seakan mereka harus mendengar penjelasan mengapa ia harus menghilang setelah sekian lama.Louis
Setelah pernikahan mereka berjalan dengan lancar, Anneta kembali bersama dengan Farah. Anneta membantunya melepas gaun pengantin yang dikenakan oleh Farah sementara Vicka sedang berdiskusi dengan para pegawai yang berada di tempat tersebut.Suasana hati Anneta sangat senang, ia bisa melihat Micko untuk menikah dengan wanita yang tepat apalagi setelah melihat bahwa ayah kandung Farah merupakan orang yang terpandang juga. “Sepertinya rencana kita berjalan dengan lancar,” ungkap Anneta senang.Farah yang mendengarnya menghembuskan nafasnya dengan berat. “Tapi, ada yang tak senang, seseorang yang mengatakan aku ‘pelakor’,” komen Farah.“Kata siapa kau seorang pelakor?” sebut Anneta.“Alice Dianora dan Nafa,” sebut Farah dengan nada sinis. “Mereka benar-benar merendahkan diri ‘ku, seakan mereka tidak puas dengan perbuatan yang sudah mereka lakukan,” sentak Farah yang masih ingat bagaimana diam-diam Nafa memanggilnya.“Yang mana? Alice atau Nafa?” tanya Anneta penasaran.“Nafa.” Suara Farah
Hari yang di tunggu-tunggu akhirnya datang, mereka semua sudah mulai sibuk dengan pernikahan yang mereka gadang-gadangkan sebagai sebuah strategi termuktahir dari segalanya. Rencana Anneta dan Vicka berhasil, beberapa tamu sudah mulai hadir terutama dari kalangan atas.Terutama para petinggi di tempat Vicka bekerja juga ikut datang. Adelard yang di tunjuk oleh Anneta untuk yang meneguhkan acara pernikahan tersebut juga sudah datang, ia mengenakan jas abu-abu dengan dalaman kemeja putih terlihat membuat dirinya lebih wibawa.Di samping Adelard berdiri istrinya, Rachel. “Sepertinya aku kenal dengan wanita itu,” batin Vicka.Vicka melenggang menghampiri Rachel namun hal itu di hadang oleh Anneta. “Mau kemana?” tanya Anneta.“Aku kenal dengan wanita itu,” gumamnya sementara jari telunjuknya menunjuk pada Rachel kakak iparnya.Mata Anneta melotot lebar. “Bagaimana kau bisa mengenal kakak iparku?” tanyanya yang terkejut.“Ka..kakak iparmu!” seru Vicka.“Kita memang berjodoh,” seloroh Anneta
Anneta dan Micko keluar dari took tersebut, kaki mereka melangkah menuju restaurant cepat saji. Anneta ingat bahwa terakhir kalinya ia keluar membeli makanan beberapa tahun yang lalu. Dia juga masih ingat restaurant yang sama pula dengan yang pernah ia mampir.Anneta memesankan makanan yang akan di makan di tempat, ia juga memesankan beberapa makanan yang hendak di bawa pulang oleh Micko. “Bu, tambahkan McFlurry untuk Villa,” celetuknya.“Ibu, kangen Villa,” imbuhnya yang teringat akan Villa. “Tolong pesankan satu McFlurry Oreo,” sambungnya.“Baik,” jawab petugas itu. Petugas itu memesankan pesanan tersebut untuk di bawa pulang. Mereka menunggu pesanan yang di peruntukkan untuk Villa sementara mereka menunggu pesanan tersebut Anneta melihat kepada anaknya tersebut.Micko canggung akan perasaannya itu tiba-tiba saja, ia menerima telepon dari Farah. “Kamu dimana?” gerung Farah yang menahan kesakita
Kaki Anneta melangkah keluar dari kantor Vicka, ia dengan Micko menuju tempat pernikahan. Anneta yang sudah membuat janji harus menepatinya, ia bukan orang yang tidak menepati janjinya.“Kita mau kemana, bu?” tanya Micko.“Mengatur pernikahanmu,” jawabnya sembari tersenyum.Micko memberitahu Ibunya bahwa ia sudah melakukan pembyaran untuk di awal-awal, ia juga sedikit menyinggung akan melakukan pernikahan di sekitar indoor. “Kau booking dimana?” tanya Anneta.“Kenapa, bu?” tanya Micko.“Ibu, akan mengaturnya menjadi outdoor,” imbuhnya, “Dengan cara itu kita bisa mengetahui seberapa banyak orang yang akan melihat pernikahan dirimu. Beberapa orang adalah para pemegang saham dari orang Vicka,” sambungnya.Micko tercengang mendengarnya. “Wah, Ibu, memang yang terbaik,” jawabnya sembari mengacungkan jempolnya kepada Ibunya sendiri.“Jadi, sisanya Ibu
Mobil yang di bawa kabur oleh Alice berhenti tiba-tiba, ia hampir saja menabrak seseorang yang tepat berada di depannya. “Apa aku tak salah dengar?” tanya Alice kepada dirinya sendiri.Saking senangnya, ia tidak menyadari bahwa James tepat berada di belakang mobilnya. Dengan segera ia membayar taksi tersebut dan naik ke dalam mobilnya, ia memaksa Alice untuk membukanya. “Kau gila atau apa!” pekiknya marah.James masuk ke dalam mobilnya, ia meninggalkan Alice di tepi jalan. Namun, saking senangnya Alice dia tertawa sendiri saking mengetahui bahwa Vicka Sudelard telah menyerahkan kekuasaannya.Taksi yang di tumpangi oleh James sendiri juga belum pergi, ia berniat untuk kembali ke kantor Vicka. Hatinya yang senang itu tidak melihat ke depan bahwa seseorang tengah terburu-buru. Pengemudi itu berteriak kea rah Alice. “Kau mau mati!”Alice terkejut mendengarnya. “Siapa juga yang mau mati!” makinya balik kepada pen
Wanita itu tersenyum kepadanya kehadirannya membuat Micko juga merasa tidak nyaman. “Untuk apa kau ke rumah?” serang Micko.Nafa tersenyum melihat Micko yang berbicara, Micko berdiri di hadapan Farah untuk tidak membiarkannya menyentuh Nafa sekecil apapun itu ia juga tidak akan segan-segan meminta petugas keamanan untuk mengusir dari rumah Farah.“Kenapa kita tidak bicara di dalam?” ajaknya. Nafa sudah menebak bahwa mungkin saja mereka menolak ajakan dirinya yang sudah datang ke rumah Farah. “Biarkan aku masuk,” pintanya.Micko melangkah satu langkah ke depan menahan Nafa yang hendak masuk ke dalam rumah Farah. “Bicara di luar!” teriaknya kasar.Nafa menghela nafasnya berat, ia tahu hal itu akan terjadi cepat atau pun lambat. “Aku sudah mendengarnya bahwa kalian akan menikah,” terkanya.“Lalu, maumu apa? Toh aku juga tidak akan memberikan dirimu undangan,” sindir Micko.