Selama berkendara Micko berusaha menenangkan Farah. Ia juga tahu bahwa persiapan ini haruslah matang. Micko juga menghubungi Jarvis, “Kamu nyetir saja biar aku yang hubungin Jarvis,” protesnya.
“Makasih, sayang,” ucapnya walaupun matanya hanya bisa tertuju ke arah depan.
Farah mengambil handphone Micko, ia juga berusaha menghubungi Jarvis. Hingga akhirnya Jarvis mengangkat teleponnya, “Aduh, ape sih bossss? Eike masih tidur di ganggu ajee,” timbrungnya dengan kesal.
“Jarvis, kamu jam segini masih tidur?!” oceh Farah.
Jarvis terkejut bahwa yang menghubunginya ternyata seorang perempuan sementara Micko menahan tawanya, “Aa…aduh. Ma…Maaf, Nyonye, bablas,” jawabnya dengan terbata-bata.
“Jarvis, dengerin omongan saya yaa, ini kita lagi kalang kabut karena Nafa sudah tahu bahwa ia di ceraikan sah. Ada kemungkinan kita bakalan perang, siap nggak siap mamanya Micko juga harus t
==Tiga Bulan yang Lalu==Ferry yang kala itu baru saja kembali dari Amerika dengan segera mendatangi rumah lamanya. Di sana ia melihat tumpukan demi tumpukan yang tidak bisa ia hindari lagi, dengan segera ia merapihkan semua barang-barang yang berserakan tersebut.Di saat yang bersamaan ketika ia tengah merapihkan barang-barang setelah sepeninggal Jessica, ia melihat sebuah foto yang jatuh dari laci. Ia ingat bahwa bagaimana dirinya sangat terpuruk setelah kehilangan Jessica.Ferry mulai menyusun rencana untuk mencari tahu siapa ayah kandung Farah, ia memulai semuanya dari nol hingga akhirnya ia sendiri yang akan mengakhiri. Foto tersebut terlihat tiga orang dirinya, Bobby dan Louis.Dengan geram, ia pergi menemui Bobby malam itu juga. Ia mendatangi tempat dimana mereka bertiga sering berkumpul, Labirin. Ferry melihat bahwa pola labirin masihlah sama, ia cukup hapal dengan lokasi tersebut sehingga ia tidak lupa bahkan masih ingat dengan baik di benaknya.
“Pastinya aku akan memberikan yang terbaik.” Suara Annete berubah seketika itu juga, ia akhirnya sadar bahwa selama kurang lebih dua puluh tahun terakhir ia akhirnya bisa keluar dari rumah tersebut. Beberapa menit kemudian, bodyguardyang lain menerjang masuk ke dalam ruang pribadi Annete, “Silakan keluar!” katanya dengan garang. Di belakang mereka di ikuti oleh sekretaris ayahnya sendiri. Annete terkejut bukan main bahwa sekretarisnya juga ikut campur, “Kau!? Jadi, selama ini – ” “Maaf, saya hanya mengikuti perintah,” akunya saat itu juga. “Saya tidak bermaksud, Ibu Annete,” jawabnya. Annete hanya bisa menahan geram marahnya tersebut, “Siapa yang mengatur ini semua?” gejolak amarahnya mulai membuncah ia sendiri juga mulai melakukan pemberontakan yang telah terjadi selama kurang lebih dua puluh tahun belakangan ini. Dengan marah, ia mengambil vas bunga kesayangannya dan memecahkan di hadapan sekretaris ayahnya tersebut, “Katakan!
== Tiga Bulan Setelahnya ==“Kau gila?!” pekik Vicka yang tidak percaya mendengar seluruh runtutan kejadian yang telah terjadi selama tiga bulan belakangan, “Jadi, itu ulahmu?” tanyanya yang masih tidak bisa menerima kenyataan yang sudah terjadi.Ferry menyinggungkan senyumnya, ia menaikkan bahunya supaya Vicka bisa berfikir secara rasional. Vicka beberapa kali bolak-balik di dalam ruang kerjanya, ia sendiri juga tidak mengira bahwa itu semua ulah Ferry.Ferry masih tertawa cengengesan, “Sudahlah, kau itu seperti gosokan sekarang ini,” tegurnya.Vicka memegang kepalanya, ia belum terima dengan semua cerita konyol tersebut, “Aku masih tidak percaya,” balasnya.“Kau akan mengerti.” Ferry melihat ke jam tangannya, “Mungkin kita akan melihat dua keluarga berperang,” lanjutnya kepada Vicka.Vicka mencoba untuk berfikir ketika Ferry mengatakan bahwa dua keluarga akan berperang
“Diandra?” tanyanya yang tak percaya. Laki-laki yang bernama Diandra itu muncul tepat ketika dirinya benar-benar tertimpa masalah. Wajah Vicka berubah menjadi masam, melihat sang mantan yang muncul di hadapannya. “Ya, ini aku, Diandra,” jawabnya dengan datar.Vicka menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya. Ia benar-benar tidak suka dengan sikap Diandra yang datang tiba-tiba bagaikan jelangkung. “Apa maumu?” tanyanya ketus.Diandra membuka kacamata hitamnya, ia tidak ingin ada orang lain yang mengetahui kedatangannya tersebut. Sementara wanita yang ada di belakangnya, menghampiri mereka berdua yang sedang berbicara.“Bagaimana kalau kita bicara di dalam?” tanya Diandra.Wanita tersebut meringsek maju, ia mengapit tangan Diandra. “Hai,” sapanya.“Hai, sayang,” jawabnya dengan tersenyum. Ia membelai wajah wanita tersebut. “Dia bernama, Bella, tunanganku,&r
“Kau yakin bisa menuntaskannya?” kata-katanya membuat Vicka tertegun. Hatinya tahu bahwa sebenarnya ia tidak sanggup, namun ia juga perlu membuktikannya.“Akan aku buktikan, aku akan membuktikannya, ayah.” Mata Vicka berkilat marah, ia tahu sudah lama ia mengincar jabatan ayahnya untuk tetap bisa mempertahankan perusahaan retail yang sudah mall tersebut.Sang Ayah hanya bisa mendengus kesal, Rudolf Sudelard, tak percaya bahwa anak perempuannya Vicka Sudelard mampu berbicara cukup percaya diri. “Pernikahan anakmu di depan mata. Bagaimana kau bisa melakukannya?”Rudolf melihat satu per satu orang yang ada di ruangan Vicka terutama tatapan sinis ayahnya kepada Ferry. “Bahkan kau saja membesarkan anak orang,” ejeknya dengan tatapan tak senang ke arah Ferry.“Aku akan ke ruangan rapat sekarang. Jika, ayah ingin tahu rencanaku, kita bisa lihat bagaimana caraku mengatasinya.” Suaranya sedikit gemetar me
Anneta menghela nafasnya sementara dia juga sudah bisa membaca situasi yang terjadi di ruang rapat yang tidak ada habis-habisnya tersebut. Beberapa yang mengenal Anneta mulai membenarkan bajunya, bahkan beberapa perempuan membenarkan tampilan.“Siapa dia?” tanya laki-laki yang masih muda tersebut. “Hei, siapa dia?” bisiknya.“Kau benar-benar tidak tahu siapa dirinya?” tanyanya balik dengan mata terbelalak lebar. “Cari saja sendiri dengan nama Anneta,” geramnya. Sementara dia juga membenarkan pakaiannya.Anneta tersenyum puas bisa berdiri di kubu sang pemenang dan bukan sang lawan. Vicka memberikan tempat kepada Anneta di podiumnya tersebut, mereka berpindah tempat kehadiran Anneta di ruang rapat bagaikan Tuhan yang mengirimnya tepat pada waktunya.Vicka sendiri sudah lelah dengan pertanyaan, pernyataan dan penjelasan yang terjadi belum lama ini. Vicka merasakan kepalanya pusing, ia juga sudah tidak tahan den
Mata Alice terkejut bukan main, ia sendiri tidak menyangka bahwa dirinya kehadiran seseorang yang tidak mungkin ada di hadapan seumur hidupnya. “Kau!” paniknya.“Sudah saatnya kau menyerahkan dirimu, Alice,” sergah laki-laki tersebut.“Keluar!” pekiknya. “Keluar dari kantorku!” jeritnya yang tak ingin di tangkap.“Huh!” gerutunya. Laki-laki tersebut menyilangkan kedua tangannya di dada. “Kenapa kau senang sekali menjadi seperti ini?” tanya laki-laki itu kepada Alice.“Kau tidak akan bisa semudah itu menangkap diriku, James,” jawab Alice.Laki-laki yang bernama James itu mengaruk-garuk kepalanya. “Kau menyerah saja,” sarannya, “Jika, tidak---.” Perkataan James terputus.“Aku tidak akan bisa kau tangkap!” pekik Alice yang ketakutan. Sementara matanya terbelalak seakan akan keluar dari rongga matanya sendiri.“Tid
Wanita itu tersenyum kepadanya kehadirannya membuat Micko juga merasa tidak nyaman. “Untuk apa kau ke rumah?” serang Micko.Nafa tersenyum melihat Micko yang berbicara, Micko berdiri di hadapan Farah untuk tidak membiarkannya menyentuh Nafa sekecil apapun itu ia juga tidak akan segan-segan meminta petugas keamanan untuk mengusir dari rumah Farah.“Kenapa kita tidak bicara di dalam?” ajaknya. Nafa sudah menebak bahwa mungkin saja mereka menolak ajakan dirinya yang sudah datang ke rumah Farah. “Biarkan aku masuk,” pintanya.Micko melangkah satu langkah ke depan menahan Nafa yang hendak masuk ke dalam rumah Farah. “Bicara di luar!” teriaknya kasar.Nafa menghela nafasnya berat, ia tahu hal itu akan terjadi cepat atau pun lambat. “Aku sudah mendengarnya bahwa kalian akan menikah,” terkanya.“Lalu, maumu apa? Toh aku juga tidak akan memberikan dirimu undangan,” sindir Micko.