Home / Fantasi / The New Man (Manusia Baru) / Bab 1 : Awal Pandemi

Share

The New Man (Manusia Baru)
The New Man (Manusia Baru)
Author: Maya Nandani

Bab 1 : Awal Pandemi

Langit kelam berwarna gelap pekat, bukan berwarna hitam yang khas tapi berwarna abu-abu yang sengaja bersembunyi dibalik awan berwarna kemerahan. Seakan senja pekat tapi tidak pernah akan selesai. Hujan turun dengan derasnya, menciptakan kamuflase yang hampir tenggelam oleh waktu. Memuji setiap insan yang lewat pada ambang kematian. Bukan kematian hakiki, tapi diantara pertengahan kehidupan dan kematian. Burung pemakan bangkai menari di udara, hujan tidak memberatkan sayap untuk terbang menyantap  daging-daging tidak bisa diolah oleh mikroorganisme. Waktu tidak berjalan namun detiknya terus berdetak sebelum musnah tanpa jejak. Suara burung gagak menambah susana menjadi mencekam, tidak bisa dipungkiri lagi inilah ambang diantara pintu kematian. Bau anyir darah dari air mandi kematian telah memberi warna indah pada setiap tempat.

Bau obat-obat menyengat, suara detik jam diruangan berlomba dengan suara mesin pada tubuh. Tetesan air infus terdengar sangat jelas berlomba dengan detik jam yang ada pada ruangan ICU. Sesekali di berbagai penjuru koridor rumah sakit terdengar teriakan yang saling menyaut penerjemah ketakutan, keputus asaan, suara tangisan bercampur ketakutan menghiasi kehidupan dan kematian. Dan sekali lagi bau anyir darah berinvestasi menyebar keseluruh tempat memasuki masa. Terdengar suara kemarahan menggaum seakan menahan sakit luar biasa bagai suara singa kelaparan yang menunggu mangsa.

Argmmm!! Argmmm!!"

💎💎💎

Pukul 09.00 am, Selasa 15 Maret 2035 keadaan jalan raya mendengungkan telinga manusia, masih sama seperti dulu dan akan tetap sama. Teknologi berkembang pesat, transportasi lebih ramah lingkungan dengan memanfaatkan darat, air dan udara. Gedung-gedung pencakar langit bagai tiang-tiang penyanggah langit agar tidak mengalami keruntuhan.  Alam, hewan dan manusia hidup selaras berdampingan dengan baik, pemanasan global dan efek rumah kaca berhasil diatasi sehingga kenyaman untuk hidup menjadi prioritas utama yang nyaman. Setengah kedamaian tercipta, walau angka kriminalitas tidak bisa ditekan seutuhnya, karena sistem pemerintahan yang masih belum stabil. Teknologi berbagai bidang telah dikuasai oleh manusia, nuklir yang dibuat untuk membantu aktivitas manusia diciptakan sangat ramah lingkungan. Masalah sampah berhasil diatasi oleh seluruh negara di dunia. Negara yang memiliki urutan ke 115 di dunia kini berada dalam urutan ke empat, yang membuat semua negara di dunia merasa takjub atas pencapaian negara yang ditempati. Negara yang dulu berkembang dan sering menjadi sasaran terselubung negara lain bahkan dicaci karena sistem militernya yang lemah, kini menjadi negara terkuat dalam segala aspek. Negara itu terdiri dari banyak pulau yang menjadi satu kesatuan yang utuh, terdiri dari berbagai provinsi. Negara itu adalah "Mayapada", Negara seribu pulau yang banyak mengisahkan misteri pada berbagai daerah yang dimiliki.

Di jalan utama terjadi tabrakan beruntun yang di mulai oleh mobil Sati sendiri, semua korban di bawah kerumah sakit terdekat, yaitu rumah sakit "Sehat" penuh dengan pasien gawat darurat dalam beberpa menit. Rumah sakit modern dengan fasilitas lengkap dan teknologi yang maju merupakan tujuan utama dari para masyarakat untuk mencapai hidup sehat. Para petugas medis berlarian menuju ruang UGD, terlihat kewalahan dan berbagai ruangan digunakan. Sati berada di ruang ICU karena ruang UGD telah penuh oleh para korban lainnya. Di tengah koridor ruang tunggu terdengar penyiar pembawa berita wanita yang sedang menyiarkan informasi terbaru.

"Sekilas info, berita terbaru hari ini, telah terjadi tabrakan beruntun di wilayah jalan Harapan yang memiliki jumlah korban sepuluh orang dan dua orang meninggal di tempat. Diduga karena kelalaian pengendara salah satu mobil yang melakukan rem mendadak, sehingga menyebabkan tabrakan beruntun yang merenggut korban banyak dilarikan ke rumah sakit terdekat."

Semua para petugas medis disibukkan menyelamatkan nyawa manusia dan berlomba dengan waktu. Tidak ada yang lebih utama saat ini selain menyelamatkan nyawa manusia yang dalam kondisi kritis. Di ruang ICU Sati terbaring dengan tubuh yang berlumuran darah, dan tulang kaki yang hancur.

"Berapa tekanan darahnya?" Dokter bertanya kepada perawat.

"Tekanan darah 80/50 dok, fungsi otak mulai menurun dok."

Dokter mengecek refleks mata Sati dengan menggunakan senter.

"Refleks mata menghilang mungkin karena pembengkakan pada saraf mata. Tolong lakukan CT dan MRI." 

"Baik dok!" Dengan sigap melakukan perintah yang diperintahkan oleh dokter.

"Lakukan juga pemeriksaan gelombang otak."

"Baik dok!"

"Dok, ada pendarahan di otak." Perawat yang diperintah memberikan laporan.

"Hmm." Hans menatap hasil CT dan MRI

"Dok, saya telah selesai mengoleskan Povidine." 

"Bagus."

"Suntikkan Anesteri, kita akan melakukan operasi."

"Baik dok."

"Cepat ambilkan bor." Setelah hans membuka lapisan demi lapisan kulit kepala, Hans melubangi tengkorak kepala untuk mengatasi pendarahan di otak Sati.

Tiba-tiba tekanan darah Sati semangkin menurun dratis menyebabkan semua orang yang ada di ruangam menjadi sangat cemas.

"Kondisi pasien semangkin memburuk, detak jantungnya melemah dok." Salah satu perawat mengabarkan kondisi Sati kepada dokter.

"Suntik dengan obat tekanan tinggi dan  gunakan pengejut jantung jika jantungnya berhenti."

"Baik dok."

Setelah segala upaya yang dilakukan oleh petugas medis, akhirnya jantung Sati kembali berdetak. Dokter dan para petugas medis melanjutkan tugas hingga selesai. Namun kesadaran tidak termiliki seutuhnya karena benturan keras di kepalanya menyebabkan adanya gangguan di sistem saraf otak dan menyebabkan Sati kritis hingga jatuh koma. 

Detik terus berjalan, mengurangi waktu pada pohon kehidupan. Membuat setiap orang menyerah pada keadaan yang tidak terlihat tanda-tanda harapan kehidupan. Selama satu bulam Sati terbaring di ruang ICU dengan penuh kesabaran pada waktu untuk membangunkannya.

"Satu bulan kritis, dan tidak ada tanda-tanda kesadaran, wajar pihak keluarga menyerah dan mengambil keputusan final seperti ini." Dokter bergumam saat melihat surat yang ditandatangani pihak keluarga Sati tentang persetujuan pencabutan fasilitas pendukung kehidupan Sati.

Tepat pukul 02.00 pm setelah makan siang dokter dan timnya  menuju ruang ICU.

"Dokter, kita yakin dok akan mencabut semua fasilitas penunjang kehidupan pasien?" salah satu perawat bertanya dengan penuh keraguan.

"Mau bagaimana lagi, ini permintaan keluarga pasien, kita hanya menjalankan tugas."

"Tapi wanita itu masih hidup dok, apakah ini tidak sama saja kita membunuh pasien."

"Tidak ada tanda-tanda positif yang terlihat ataupun tanda-tanda akan kesadaran dari pasien, dan sering sekali jantungnya berhenti berdetak. Biaya yang dikeluarkan bukanlah murah, wajar jika pihak keluarga mengambil keputusan seperti ini."

"Catat pukul berapa sekarang, berapa tekanan darah dan fungsi aktivitas organnya."

💎💎💎

Di luar langit mulai memerah perlahan dengan kedamaiannya perlahan terganggu. Seorang pria berjalan sempoyongan tidak teratur ingin memasuki rumah sakit dan menabrak seorang wanita yang baru keluar dari rumah sakit.

"Apa-apaan sih bang, jalannya yang benar dong! Luas juga jalan kenapa jalannya bisa-bisa nabrak aku. Abang ini sengaja ya?!" dengan nada keras wanita itu berbicara.

Pria itu hanya menatap dengan tatapan yang sangat dalam dan tertuju pada leher aliran darah wanita itu. Dengan nafsu memakan dengan dia menerjang wanita itu, giginya menggigit sangat dalam, darah memancar keluar bagai air terjun mengalir dengan derasnya. Wanita itu berteriak histeris meminta tolong tapi tidak ada yang menolong, semua orang hanya melihat dan menatap histeris. Hingga wanita itu mulai hilang kesadarannya dan jatuh ke bumi. Pada 0.5 detik darah berhenti mengalir dan wanita itu bangun dengan pandangan kosong dan cara berjalan yang tidak teratur. Kini tidak ada lagi rasa sakit di lehernya bahkan diseluruh tubuhnya kecuali di kepalanya. Rasanya sangat sakit hingga dia menggertagkan giginya,  bagaikan syaraf-syaraf yang terputus di tarik secara paksa. Dan pelampiasan dari rasa sakit adalah membunuh, menyakiti dan menularkan virus kepada yang lain.

Arrgggmmm!! Arrgmm!!!

Akkhh!!! Tolong!!! Tolong!!!

Jangan!!! Tolong!!?

Begitulah suara-suara berisik yang sumbang menghiasi waktu bertebaran diangkasa luas. Saling berlomba seakan kompitisi paduan suara.

Dalam dua puluh menit wilayah rumah sakit menjadi mayat hidup, bukan mayat tapi karena hanya kehilangan kesadaran utama dan seperti ada yang mengendalikan dari kejauhan.  Manusia yang masih normal berlari berusaha menyelamatkan diri setelah melihat kejadian yang disaksikan, tapi mereka yang sudah terinfeksi mengejar seperti anak yang bermain di taman kanak-kanak. Penyebaran sangat cepat hingga satu wilayah terinfeksi, hanya dalam hitungan jam semua telah berubah. Beberapa jam kemudian dinding-dinding darurat pembatas  didirikan sangat tinggi, dengan segera oleh pihak militer. Satu propinsi telah terisolasi, tidak ada yang bisa keluar dari wilayah Propinsi. Dan hanya memiliki pilihan bertahan hidup atau mati atau menderita karena terinfeksi. Tidak ada pertolongan dari luar tembok, penjagaan ketat dilakukan dan siapa saja yang berusaha memanjat tembok untuk keluar maka akan ditembak mati.

Sementara itu di dalam rumah sakit ketika tim medis yang ada di ICU mencabut fasilitas  penunjang kehidupan Sati. Ada teriakan-teriakan histeris di rumah sakit menyebabkan tim dokter Hans kebingungan dan menimbulkan rasa ingin tahu. Dengan cepat tim medis yang berada di dalam ruangan keluar dari ruang ICU, dan menyaksikan manusia memakan manusia yang berlarian kesana-kemari. Pergerakan terinfeksi sangat cepat, hingga menyebabkan Hans melihat insiden penyerangan, memakan manusia sendiri tepat di depan matanya karena pintu ICU masih terbuka lebar. Hans yang menyadari bahwa dirinya juga terancam bahaya, dengan sigap menutup pintu ruang ICU dan menahan dobrakan dari manusia penyerang menggunakan tubuhnya. Hingga manusia terinfeksi yang  menyerang menyerah dan pergi menjauh. Jantungnya berdegup sangat kencang, akal sehat telah mengalami trauma melihat keadaan yang baru saja disaksikan. Hans berfikir "apa yang sedang terjadi sebenarnya? Kenapa adegan film bisa ada di dunia nyata? Mereka seperti Zombie yang menakutkan." Hans berkelahi dengan hati dan fikirannya menerka tentang apa yang sedang terjadi. 

Hans yang masih saja beradu argument antara hati dan fikiran tiba-tiba Sati terbangun setelah melakukan perjalanan panjang menembus dimensi demi dimensi yang terlihat nyata. Cahaya putih menembus ruang dan waktu menyambut sejati sebagai pemandu final perjalanan untuk kembali. Langit-langit ruangan berwarna putih menandakan kesunyian telah terbentang dalam awal hidup kesadaran tingkat tinggi. Remang-remang bercampur abu-abu pada udara menciptakan penglihatan kabur tidak terdefenisi.  Sati melihat seorang pria di hadapannya yang membelakangi, terlihat pria yang memiliki tubuh tegap dan atletis memakai jas putih mengawasi dengan teliti dari pintu masuk yang tertutup rapat di ruang ICU. Seakan menyaksikan sesuatu yang menarik tapi berlindung di balik pintu ruang ICU. Di luar ruangan banyak orang berlalu lalang tanpa kesadaran. Mereka bermandikan darah sebangsanya, atau bekas cabikan dari pelampiasan rasa sakit yang diderita, mungkin juga kepuasan oleh akal yang tidak pernah didapat selama hidup.

Sati sadar seutuhnya dan mencoba duduk perlahan, menyadari bahwa pria yang ada di hadapan adalah seorang dokter.

"Dok......ter" dengan suara pelan dan lirih sati memanggil pria berjas putih. Kerongkongannya rasanya tercekik karena telah kering terlalu lama oleh perjalanan yang panjang.

"Kamu sudah sadar." Hans berbalik ketika mendengar suara lemah memanggil, untuk melihat Sati dengan penuh heran. Seseorang yang telah bolak balik mati sejenak dan akan diantar ke gerbang kematian secara nyata kini berbicara kepada dirinya.

Hans adalah dokter spesialis tulang yang merupakan dokter yang selalu mengecek kaki Sati. Dokter Hans Rendra memiliki disiplin yang tinggi, berpenampilan rapi dan modis, memiliki fisik yang tinggi, putih dengan memiliki tubuh atletis. Siapa yang memandangnya pasti akan jatuh hati padanya karena pelengkap ketampanan membuat semua wanita terpesona. Karisma yang dimiliki membuat dia menjadi dokter idola di rumah sakit, kecerdasannya tidak lagi dipertanyakan karena gelar yang dimiliki adalah profesor muda.

 

"Maaf, saya haus dok. Bolehkah saya meminta minum?" Sati memelas kepada dokter.

"Sebentar" mengambil minuman yang berada di atas meja

"Ini minumlah" memberikan botol mineral air yang terisi tinggal setengahnya. 

"Terima kasih dokter." Air mengalir di tenggorokan bagai surga mendatangi kehidupan. Sedang asik menikmati air minum, Sati dikejutkan oleh suara teriakan yang sangat keras mengakibatkan air tertumpah.

"Aaaaakkkkhhhhhh!!! Pergi!!!! Tolong!!!! Tolong!!!? "Aarghh!!! Arggh!!!" Terdengar suara susulan aungan menggeram seperti berebut makanan menyambut suara teriakan, seperti kesenangan tidak terhingga.  Sati mulai bingung dengan apa yang didengar oleh telinga, yang awal tidak perduli dengan apa yang dilihat melalui kaca pintu kini mulai bertanya penasaran.

"Dokter suara apa itu?" Sati bertanya dengan wajah serius.

"Tenanglah Sati, ada banyak hal yang terjadi dari lima jam lalu."

"Lima jam lalu?" Sati terdiam sejenak "Dokter ini tanggal berapa?" 

"Ini tanggal 2 Februari 2035."

"Apa dok!! Beneran?" Sati sangat terkejut karena yang dia ingat dia berada pada 2 Januari 2035

"Kamu sudah tidak sadar satu bulan yang lalu karena kecelakaan beruntun yang kamu alami." 

Sati hanya bisa terdiam tidak mampu berkata, karena tidak mungkin dia dapat kembali pada waktu satu bulan yang lalu.

"Kamu luar biasa, mampu tersadar sepenuhnya setelah koma sangat lama, ini semua adalah kejaiban yang diberikan Tuhan. Saya adalah dokter penanggungjawab yang menangani kamu."

Sati hanya diam mendengarkan penjelasan dan memperhatikan Hans.

"Lalu suara apakah di luar dok? Sangat berisik."

"Saya juga tidak tahu pasti apa yang sedang terjadi di luar, tapi yang saya lihat mereka lepas kendali dan  manusia saling berburu kemudian menggigit untuk menjadi sama seperti mereka. Jika kamu pernah lihat film, mereka seperti Zombie."

"Mana mungkin dok, itu hanya film fiksi. Tidak mungkin terjadi di dunia nyata."

"Saya juga sedang beradu dengan fikiran saya, semua seperti sebuah mimpi." Hans melihat dari jendela ruang ICU, dan membuka tirai yang menutupi kaca jendela yang besar.

"Tapi kenyataan yang terjadi seperti itu, lihatlah mereka hilang akal."

Sati hanya terdiam mencerna semua informasi yang baru didapat. Sati melihat ke arah langit yang menurutnya terasa sangat janggal.

"Dok, kenapa langitnya berwarna kemerahan cerah, seperti senja tapi lebih bersilau."

Hans  tidak menyadari yang terjadi pada langit hingga melihat langit dengan teliti . Hans juga merasa ada yang janggal.

"Benar, bukankah sedang hujan? Seharusnya langit berwarna gelap atau abu-abu karena banyak mengandung air hujan. Tapi ini kenapa berwarna kemerahan." Hans berfikir keras.

"Biasanya jika langit berwarna merah berarti medan magnet bumi sedang tinggi, biasanya tanda alam ini terjadi saat gempa bumi, dok."

"Tapi tidak ada gempa dari tadi."

Sati dan Hans hanya bisa memandang langit yang seakan menyambut bencana yang sedang terjadi. Kehinangan terpecah ketika suara perut Sati berbunyi.

Kruyutttt...!!! 

"Kamu lapar?" 

"He... He... Iya dokter, lapar banget."

Hans menutup kembali jendela besar dengan tirai.

"Gimana ya, disini tidak ada makanan. Karena kamu koma jadi tidak ada makanan atau minuman yang diantarkan ke ruangan ini oleh petugas konsumsi."

Sati hanya menunduk mendengar penjelasan Hans.

"Tapi jika situasinya seperti ini kita harus mempasok makanan dan obatan jika perlu senjata untuk melindungi diri."

"Saya setuju dengan rencana dokter."

"Di lantai satu ujung koridor ada ruang logistik makanan, dan obat-obatan yang bisa kita ambil dan kita pasok untuk makanan sementara kita."

"Tapi di luar sangat berbahaya dok, mereka tanpa belas kasih akan menyerang."

"Benar, tapi jika tidak ada makanan dan minuman maupun obat-obatan apalagi senjata kita tidak akan bisa bertahan hidup."

"Apa yang dapat saya bantu dok?"

"Karena kamu belum bisa berjalan jadi kamu jaga saja ruangan ini."

"Baik dok."

Hans mengambil kursi roda yang berada di sudut ruangan. Mengangkat sati di kursi roda.

"Dengarkan baik-baik, saya keluar kamu tutup pintu dengan segera lalu kunci. Paham?"

"Iya dok, saya paham."

"Berusahalah jangan menimbulkan suara, karena setiap makhluk hidup pasti tertarik pada suara. Walau sampai detik ini saya tidak tahu apakah mereka masih hidup atau tidak."

"Baik dok saya akan ingat pesan dokter."

"Mari kita mulai."

Hans membuka jas putihnya dan meletakkan di kursi yang ada di ruangan kemudian mengintip dari balik jendela pintu ruang ICU untuk melihat kondisi di luar, ketika dirasa aman Hans keluar ruangan dengan perlahan dan sebisa mungkin tidak menimbulkan suara. Hans berbalik badan melihat ke arah Sati memberi kode dengan tangan bahwa keadaan sangat aman. Sati menutup pintu dengan perlahan dan mengunci pintu seperti yang dipesankan oleh Hans. Hans mulai menyusuri koridor yang luas dan berjalan menuju ruang logistik. 

"Semua orang sudah kehilangan kewarasannya, mereka seperti orang gila bercampur psikopat yang tidak segan membunuh dengan uring-uringan. Saya fikir virus Zombie tidak ada di dunia nyata, hanya ada di dunia film. Tapi ternyata saya salah, pasti ada penyebab kenapa mereka menjadi seperti ini. Apakah virusnya sama seperti penyebaran masal yang terjadi enam tahun lalu . Saya harus cari tahu, setidaknya buat keamanan diri sendiri." Hans berbicara sendiri dalam hati sambil terus melangkah tanpa terdengar bunyi dari sepatu yang bergesekan dengan lantai. Hans teringat pada Dicky, anak satu-satunya daru hasil buah kasih sayang Hans bersama istrinya yang kini hanya mampu melihat dari surga yang sangat indah.

"Dicky, papa pasti pulang. Harus semangat Hans. Yosss!!" Menyemangati diri sendiri untuk menjalankan misi mengambil makanan, minuman dan obatan di ruang logistik.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status