Sati yang masih tidur dengan sangat lelap dibangunkan oleh suara berisik dari luar ruangan kepala laboratorium, seakan ada tubrukan benda besar yang jatuh ke bawah. Pagi buta masih menyandra sang fajar untuk bersinar terang, faktanya fajar selalu berlomba bersinar di balik langit kemerahan. Untuk saat ini kalah bersama malam yang hampir mulai terkikis oleh fajar. Jam tidak lagi menjadi tolak ukur waktu dalam keharian karena kini hanya ada siang dan malam sebagai penentu.
"Kenapa saya ada disini?" Merasa bingung saat terbangun dari tidur berada di atas sofa ruang kepala laboratorium.
"Bukannya malam tadi saya ada di dekat jendela melihat pria terinfeksi dan ketiduran di dekat jendela?" Berfikir dengan sangat keras, bagaiman cara bisa sampai di sofa. Apakah Sati mempunyai penyakit berjalan diwaktu tidur, sedangkan kedua kaki masih sangat sulit untuk digerakkan. Sati meraih kursi roda yang berada di samping sofa, dengan perlahan mencoba berdiri dan berjalan perlahan ke kursi roda dengan tumpuan bantuan benda-benda di sekitar."Sepertinya kaki saya sudah mulai tidak kaku lagi. Jika menggunakan tongkat atau alat bantu berjalan mungkin saya tidak perlu kursi roda lagi." Duduk perlahan ke kursi roda dengan omelan untuk diri sendiri."Tadi suara apa di luar, bukannya pintu di tutup rapat dan diganjal dengan lemari." Menggerakkan kursi roda keluar dari ruangan kepala laboratorium menuju laboratorium untuk mencari sumber suara berasal dari mana. Dalam cahaya remang-remang yang masih terbias ccahaya rembulan, Sati yang dibelakangi melihat Hans sibuk melakukan kegiatannya."Tumben Hans pagi buta seperti ini sibuk melakukan aktivitas. Biasanya juga masih malas-malasan." Merasa sangat heran dengan sikap yang tidak biasa dilakukan oleh Hans.Sati semangkin mendekati, "Hans..... Hans..... Hans...." Dengan suara berbisik memanggil."Iya Sati, ada apa?" "Hans!!!!!" Sati terkejut dengan yang dilihatnya dan mencoba mengendalikan suara dengan menutup mulut menggunakan kedua tangannya. Seorang manusia terinfeksi ada di ruang persembunyian mereka."Iya.""Kamu kapan keluar?" Sati sangat heran dengan riba-tiba Hans sudah membawa manusia terinfeksi."Jika dihitung mungkin ada satu jam lalu." Masih sibuk mengikat dengan ketat dan terus memastikan tidak ada kesalahan yang akan terjadi."Kamu gila! gimana kalau waktu kamu keluar mereka masuk ke dalam. Sedangkan aku masih tidur, tidak bisa melakukan pembelaan atas diriku sendiri." Emosi Sati meluap-luap karena tidak ada diskusi terlebih dahulu diantara keduanya."Maaf Sati, tadi refleks saja." Dengan enteng Hans meminta maaf"Refleks?" Merasa tidak habis fikir dengan perkataan refleks yang dengan mudah diucapkan."Jangan marah, saya akan jelaskan." Melakukan pembelaan kepada dirinya sendiri untuk menenangkan tatapan Sati yang tajam penuh amarah.πππ
Hans terbangun dari tidurnya karena tuntutan terdesak dari dalam diri harus ke kamar mandi. Menghidupkan senter dari Smartphone untuk pencahayaan berjalan keluar ruangan menuju kamar mandi. Senter disorotkan ke sofa sebelah dimana biasanya Sati berada untuk tertidur.
"Sati kemana?!" Terkejut dan sangat panik karena Sati tidak terlihat ada di sofa, berlari keluar ruangan kepala Laboratorium mencari Sati dengan sangat panik."Sati." Suara Hans melemah ketika melihat Sati tertidur di atas kursi rodanya di dekat jendela. Hans menggendong kembali dan juga membawa kembali kursi roda ke ruangan kepala Laboratorium. Setelah meletakkan Sati, Hans berjalan terburu-buru ke kamar mandi. Keluar dari kamar mandi dan mengintip dari jendela untuk melihat langit dengan membuka tirai. "Benar-benar seperti film horor situasinya, langit memerah dengan bulan purnama yang besar. Ya Tuhan kapan semua ini akan berakhir."Pandangan Hans beralih ke manusia terinfeksi, ada yang menarik perhatiannya."Mereka tertidur? Kenapa tidur di malam hari? Jika sudah mati kenapa tidur?" Merasa heran dengan apa yang disaksikan. Melihat pria terinfeksi yang memakai jaket coklat dan topi hitam melakukan hal yang sama seperti lainnya yang terinfeksi. Tidur lelap di malam hari sama seperti manusia normal. "Pria terinfeksi itu juga tertidur, pasti ada cara untuk membawa dia keruangan ini tanpa menarik perhatian yang lainnya. Selama saya tidak menimbulkan suara pasti semua akan baik saja dan akan terkendali. Saya akan mencoba menggunakan obat bius, saya tidak tahu berhasil atau tidak. Saya akan menggunakan dosis tinggi, mungkin ada di lemari penyimpanan." Berjalan dengan setengah berlari menghampiri lemari penyimpanan. Membuka setiap laci yang ada pada lemari untuk mencari obat bius. Membuka laci paling bawah, Hans menemukan kumpulan tali. "Ada tali, saya bisa gunakan tali tambang kecil ini untuk mengikat pria terinfeksi." Mencari kembali yang menjadi tujuan utama. Membuka lemari paling atas akhirnya yang dicari dapat ditemukan."Akhirnya saya menemukan obat bius, saya akan membawa tiga jarum bius. Semoga ini mempunyai efek ke manusia terinfeksi untuk melemahkan. Berjuanglah Hans!" Menyemangati diri sendiri, membawa peralatan yang dibutuhkan di dalam saku celana dengan senjata statif infus.Hans menggeser lemari yang mengganjal pintu, membuka pintu perlahan dan mengintip dari celah pintu. Keluar dengan mengendap-ngendap, berusaha suara kaki tidak menimbulkan bunyi. Di dalam kegelapan bersama cahaya bulan purnama yang remang-remang menuruni anak tangga hingga sampai ke lantai satu. "Kenapa semua manusia terinfeksi pada tidur ya? Bagusnya setiap adegan ini dijadikan film horor, pasti laku keras." Berbicara di dalam hati dengan diri sendiri, karena masih bingung alasan yang menyebabkan manusia terinfeksi mempunyai waktu tidur seperti manusia normal walau posisi tidur yang berbeda. Hans melewati koridor lantai satu yang hampir setengahnya terdapat manusia terinfeksi. "Apa??!! Kenapa banyak manusia terinfeksi disini?" Lagi-lagi hati Hans bertanya keanehan yang sedang disaksikannya. Berjalan diantara celah-celah berdirinya manusia terinfeksi."Kalau saya salah perkiraan bisa-bisa saya menyenggol. Bisa mati di sini saya." Berjalan diantara manusia terinfeksi yang tertidur dengan hati-hati.Tinggal satu lagi manusia terinfeksi yang dilewati tapi jarak anatara manusia terinfeksi satu dengan manusia terinfeksi lain sangat dekat, sehingga celah diantara keduanya sangat kecil. Hans tidak boleh salah memperhitungkan jika tidak akan berada dalam berbahaya. Dengan memeringkan badan Hans melewati celah sempit, dahi berkeringat menghadapi ketegangan. Menahan nafas dalam melewati celah sempit."Akhirnya bisa dilewati, nanti coba dari pintu belakang. Mungkin di sana hanya sedikit manusia terinfeksi." Berjalan ke arah pohon tempat terdapat pria terinfeksi dengan perlahan tanpa menimbulkan suara dalam melangkah. Dan langsung menyuntikkan tiga obat bius kepada pria terinfeksi dengan harapan ada efek tertentu yang bisa membantu. Hans mengikat tangan, kaki dan tubuh pria terinfeksi yang masih tertidur. Tidak lupa menyumpal mulut pria terinfeksi dengan kain untuk menghindari gigitan ketika terbangun.Hans menggendong di bahunya, dengan berjalan perlahan tanpa menimbulkan suara lagi. Kini Hans melewati pintu belakang, dan pendapatnya benar hanya sedikit manusia terinfeksi yang ada di lorong pintu belakang. Waktu dan takdir seakan berpihak pada Hans, yang menandakan tindakan untuk membawa pria terinfeksi ke laboratorium berjalan dengan lancar tanpa ada penghalang.πππ
Sati tidak dapat berkata-kata mendengar cerita Hans, Kenapa bisa melakukan hal ceroboh tanpa diskusi terlebih dahulu.
"Jreng..... Jreng...... Ini dia pria terinfeksi yang kamu inginkan Sati." Memperlihatkan dengan jelas apa yang dibawahnya dari perburuan pagi buta."Kamu bercanda Hans?" Merasa tidak percaya, Hans berhasil membawa pria terinfeksi yang dimaksud ke dalam ruangan laboratorium."Coba kenali Sati, jaket coklat dan topi hitam yang sama.""Iya sama." Sati mencoba lebih dekat lagi untuk memastikan kebenaran dari perkataan Hans. "Saya buka ya topinya, pasti ini pria tampan." Membuka topi yang menutupi setengah wajah pria terinfeksi.Sati melihat kagum, wajah yang tampan dengan alis yang tebal. Pangkas rambut yang cepak menambah kegagahan beserta kerapihan dari pria terinfeksi. "Dari pada kita terus memanggilnya pria terinfeksi, bagaimana kalau kita kasih nama." Sati mengambil inisiatif dengan penuh semangat."Boleh saja.""Hmmm nama apa yang bagus ya?" Berfikir nama yang sesuai dengan pria terinfeksi."Kalau saya ok saja." Hans selalu menuruti perkataan Sati."Hmm,,, Namanya Reno gimana?""Bagus, terdengar keren.""Ok fix namanya Reno."Hans memegang bahu pria terinfeksi sambil menepuk-nepuk pelan. "Nama kamu sekarang Reno.""Hans!!! Kamu harus hati-hati. Bagaimana jika dia bangun dan mengamuk." Sati kawatir dengan tindakan Hans terhadap Reno."Tenang Sati saya sudah mengikatnya dengan ketat.""Kamu yakin?""Kenapa kamu merasa takut akan di serang dan berubah seperti mereka atau kamu takut organ kamu di makan." Hans meledek Sati yang sedang ketakutan."Hans saya tidak lagi sedang bercanda." Melihat dengan wajah serius dan bernada sedikit menekan dengan kata-kata."Baik.... Baik Sati." Mengangkat tangan dan bahu menjauhi pria terinfeksi. "O iya Hans, sepertinya kaki saya sudah tidak kaku lagi. Saya tadi menggerakkannya saat naik di kursi roda, saya sudah dapat berdiri stabil." Memberikan informasi kepada Hans mengenai perkembangan dirinya."Perkembangan yang sangat bagus Sati." Hans merasa sangat senang atas perkembangan Sati."Apakah saya bisa minta tolong kepada kamu Hans?""Minta tolong tentang apa?""Saya ingin belajar berjalan, saya butuh tongkat atau alat bantu lainnya untuk membantu saya berdiri.""Jika kamu sangat membutuhkannya, saya akan keluar mencarinya." Hans mengabulkan permintaan patnernya."Maaf saya selalu menyusahkan kamu.""Kamu memang selalu menyusahkan saya." Tertawa lepas dengan ekspresi bangga karena dirinya sangat berguna, Sati hanya menunduk malu mendengar perkataan Hans."Tapi bohong." Hans tertawa kembali karena berhasil jahilin Sati, Wajah Sati semangkin kesal.ππΈπ
Sementara itu di rumah Hans, ada aura kawatir yang menyelimuti seisi rumah. Dicky yang selalu ada di balkon melihat ke arah jalanan, menantikan kepulangan ayahnya yang sudah berjanji untuk kembalo dengan selamat.
"Den tidak tidur?" Hasnah bertanya kepada Dicky yang dari kemarin selalu melihat ke arah jalan dari balkon lantai dua."Saya tidak ngantuk mbak.""Tapi den harus istirahat, dari kemarin den belum ada tidur. Jika bisa tidur, den hanya tidur sebentar." Mencoba membujuk tuan kecilnya untuk segera beristirahat."Saya hanya khawatir kepada papa mbak, ini sudah satu minggu papa tidak pulang-pulang. Situasi di luar semangkin mencemaskan, kita tidak tahu yang tersisa ada berapa orang manusia yang belum berubah." Kata-kata Dicky mengabdung rasa putus asa dari penantian."Aden saya yakin tuan akan baik-baik saja dan segera pulang." Meyakinkan Dicky bahwa papanya adalah orang yang selalu menepati janji."Saya khawatir dengan papa mbak, saya sangat bersyukur papa masih hidup, tapi jika papa berubah jadi mereka saya harus bagaimana mbak?""Den, tuan itu orang yang kuat jadi pasti tuan lolos dari segala maut yang mencoba mengambil nyawa tuan.""Sehebat-hebatnya tupai melompat pasti akan jatuh juga mbak." Teringat kata pepatah yang membuat hati Dicky semangkin cemas. "Kita berdo'a saja den agar tuan selamat dan segera pulang ke rumah." Hasnah memeluk Dicky untuk menenangkannya."Semoga saja mbak." Air mata Dicky tidak bisa dibendung lagi, menangis dengan puasnya melepaskan kepenatan dan beban yang ada di dalam hati dan fikiran dalam pelukan Hasnah."Saya kangen sama papa mbak.""Sabar den pasti kita semua dapat keluar dari semua permasalahan ini.""Jika saja komunikasi bisa berjalan dengan benar maka saya bisa mengetahui kabar papa sekarang mbak.""Iya den, sabar." Mencoba kembali menenangkan Dicky dengan kata-katanya.Satria mengawasi manusia terinfeksi di lantai satu, masih tetap penasaran dengan apa yang terjadi pada kehidupan.Pagi buta ingin menculik matahari untuk bersinar terang, dalam kegelisahan, kesedihan, kepenatan, kekecewaan semua rasa hadir untuk menciptakan putus asa tidak berhenti. Hingga akhirnya penyerahan hidup kepada kehidupan, menyerahkan diri menjadi manusia terinfeksi atau mati dengan tetap normal tanpa berjalan ke sana ke mari tidak jelas. Dunia yang aneh, seakan berada di dalam film yang sering disaksikan di bioskop.
Sang fajar merangkak perahan di angkasa mengudara di atmosfer bumi, selalu menjadi pemandangan yang biasa saja karena telah terbiasa dalam keseharian. Kini waktu sangat terbiasa menginvestasikan detiknya pada perjalanan tanpa lagi memperotes apa yang sedang terjadi. Takdir bergejolak mempermainkan setiap manusia yang berlomba bertahan untuk hidup, sebenarnya kehidupan itu apa?Saling memakan sebangsa sendiri atau memakan sepantasnya yang telah ditakdirkan? Alur kehidupan semangkin rumit saat jiwa-jiwa liar mengusai setiap tubuh. Nafsu menggerogoti kebenaran dan menikam setiap yang belum terinfeksi. Mengabiskan setiap sisa kehidupan yang masih terlihat wajar. Sati masih saja memandang Reno yang diam seperti anak baik penurut, dengan terikat di atas meja penelitian."Hans kenapa dia tidak bangun-bangun ya, padahal sudah jam sepuluh pagi." Merasa sangat heran karena manusia terinfeksi lainnya sudah melakukan aktivitas seperti biasa berjalan tanpa tujuan
"Ini vaksin ketiga yang kamu suntikkan Hans?" Sebelumnya tadi di tengah malam vaksin kedua sudah disuntikkan."Iya Sati.""Dia semangkin sangat tenang, dan sekarang tidak menggeram dan menggertakkan gigi lagi. Apakah berhasil?" Membasuh tubuhnya dengan kain basah di atas kursi roda."Belum tahu Sati, kita harus memeriksa darahnya lagi.""Iya Hans." Membuka baju dan membasuh dengan kain basah.Hans tidak memperhatikan Sati membasuh tubuhnya, perhatiannya kini hanya tertuju khusus untuk Reno."Hans kapan kamu menyuntikkan vaksin kedua?" Memakai baju kembali setelah selesai membasuh, dan merapikan busana yang dipakai."Tadi malam ketika kamu terletap tidur, saya akan menyuntikkan setiap dua belas jam sekali.""Berarti saat saya tidur, kamu tidak tidur?""Saya hanya setengah tidur, anatara tidur dan tidak tidur karena saya harus berjaga di sini. Bagaimana mungkin saya bisa tenang jika kita seruangan dengan makhluk berbahaya. ""Kamu memang
"Ini suntikan vaksin yang kelima buat kamu Reno, cairannya cantik ya berwarna biru" Sati menyuntikkan vaksin kepada Reno dengan hati-hati. Dimana suntikan vaksin keempat telah dilakukan di malam hari."Sekarang pukul dua belas siang, nyebelin Hans sering keluar sekarang. Saya jadi ditinggal sendirian, dulu dia takut kamu memangsa saya. Sekarang malah saya ditinggal bareng kamu terus. Katanya tidak akan lama tapi waktu sudah berlalu terlalu lama. Apa sebenarnya yang dicari Hans di ruang kerjanya?" Melihat mata Reno dengan menggunakan cahaya senter."Bagus sekarang kamu tidak terlalu peka terhadap cahaya, jadi biasa saja seperti manusia normal. Sebentar warna mata kamu berubah Reno, saya yakin berubah tidak tertutupi lapisan putih terlalu tebal." Melihat mata Reno lebih teliti karena takut salah dalam menyimpulkan yang dilihat.Setiap manusia terinfeksi terdapat lapisan putih tebal di bola matanya yang menyebabkan terlalu peka terhadap cahaya, dan penglihatan mereka yan
"Saya harus kembali ke ruang Laboratorium, Sati masih ada disana." Hans harus membawa Sati untuk pergi bersamanya, membawa kehidupan menjadi lebih berarti."Saya akan mengikuti profesor, kita harus segera keluar dari rumah sakit ini." Akhirnya Ronald menemukan manusia normal lainnya dan berusaha keras agar tidak berpisah, karena dalam fikirannya semangkin banyak manusia normal maka semangkin besar peluang untuk hidup."Kita harus bergegas dokter Ronald." Hans berusaha bangkit dari duduknya."Tapi kondisi profesor masih tidak baik?" Ronald melihat wajah Hans kesakitan saat berusaha bangkit berdiri."Saya tidak apa-apa, ikuti saya." Perlahan Hans berjalan menuju ke arah laboratorium dengan disertai Ronald. Rasa sakit tidak lagi dirasakan, tidak sebagai penghenti melakukan kegiatan yang memang harus dilakukan.Ronald dan Hans pergi ke ruang Laboratorium untuk menjemput Sati, dengan waspada mereka berusaha tidak menimbulkan bunyi dalam melangkah yang dapat mengundan
"Sekarang rencana kita apa profesor?" Ronald bertanya dengan penuh harapan dan masih terduduk di tepi sungai."Saya akan pulang ke rumah." Hans tetap pada tujuan awalnya untuk pulang ke rumah menemui Dicky."Baiklah kita akan ke rumah profesor." Dengan semangat Ronald mengikuti seniornya."Tapi kali ini kita berjalan saja, kalau tidak akan terjadi seperti tadi." Sati memberikam saran agar tidak di serbu manusia terinfeksi seperti tadi."Tapi jika kita jalan kaki pergerakan kita akan sangat lambat, sehingga sampai ke rumah profesor akan lebih lama. Tingkat bahaya juga besar bukan?" Ronald tidak setuju dengan pendapat Sati yang memperlama pergerakan."Tapi lebih berbahaya jika kita naik kendaraan." Sati tetap kokoh akan pendapatnya."Untuk besok akan kita fikirkan lagi, sekarang kita harus cari tempat berlindung. Jika ada kita cari makanan, saya merasa sangat lapar." Hans memecah pertengkaran Ronald dan Sati."Baik profesor."Hans, Ronald, dan Sati
Ruang laboratorium di rumah sakit menjadi lebih sunyi dari biasanya, tidak ada terdengar suara-suara manusia berbicara di dalam ruangan, Reno masih terikat dan tetap diam di atas meja penelitian, ikatan di tangan kiri telah terlepas yang dilepas oleh Sati sebelum pergi meninggalkan Reno sendirian di ruang laboratorium, tapi Reno tetap masih merasa seperti keadaan terikat utuh dengan sangat tenang. Malam semangkin jelas sangat mencengkam bahkan lebih dari mencengkam seperti biasanya, suara burung hantu terdengar jelas yang biasanya tidak mungkin ada burung hantu di kota. Kini sinar rembulan mulai perlahan menghilang dari hari ke hari mengikuti siklus peredaran bulan. Gelap semangkin pekat, cahaya remang-remang mulai bersembunyi dari kejamnya dunia. Tidak ada yang dapat memperotes dari setiap perjalanan yang telah dipilih, manusia normal menjadi langkah untuk hidup. Mereka manusia normal yang tersisa lebih memilih bersembunyi menunggu keajaiban datang untuk menyelamatkan. Tapi keajaib
Hans, Ronald dan Sati memulai perjalanan dengan jalan kaki atau terkadang berlari berusaha tidak menimbulkan suara dengan tujuan terpenting ke rumah Hans."Ternyata berguna juga kita bawa senjata untuk membasmi mereka yang akan menyerang." Ronald berkata sendiri merasa kagum membawa pisau dapur yang besar.Hans hanya menggelengkan kepala merasa terheran atas perkataan kesombongan Ronald."Bagaimana dengan mobil ini profesor, lumayan bisa untuk menabrak mereka yang menghalangi kita." Melihat ada mobil hitam yang terparkir di sisi kiri jalan, mngelilingi mobil fortuner yang ada di di depan. Seakan merasa sangat kagum kepada mobil yang ada di depan mata."Bisakah kita lebih cepat masuk ke mobil." Sati melihat para manusia terinfeksi mulai berdatangam berjalan ke arah mereka."Kamu benar Sati ayo segera bergegas." Membuka pintu mobil."Cepat jalankan mobilnya Ronald!" Hans memberikan perintah kepada Ronald.Ketika Ronald mulai starter, mobil
Dunia terlalu berantakan untuk di bahas secara perlahan, bahkan tidak dapat diselesaikan dengan kata. Supermarket yang dulunya ramai karena merupakan salah satu pusat pembelajaan termurah. Kini menjadi terbengkalai oleh waktu yang perlahan ingin memutuskan kehidupan. Bahan makanan yang masih dipergunakan oleh manusia normal masih layak untuk dikonsumsi. Suasana gelap karena tidak adanya pencahayaan membuat kesan horor, dengan beberapa barang-barang yang berserakan di lantai. Laba-laba beramai-ramai membuat sarang menutupi pintu masuk supermarket. Tidak ada tanda-tanda adanya manusia terinfeksi yang tinggal di supermarket, yang ada hanya serangga kecil yang sedang mencari makan untuk bertahan hidup. Di lorong bagian makanan cepat saji, Hans dan Ronald mengumpuli bahan makanan yang ada di rak makanan."Profesor kita ingin membawa berapa banyak makanan?" Ronald memasukkan makanan siap saji ke dalam tas ransel yang sebelumnya dipinjam dari Dicky."Jika bisa bawa sebanyak b