"Ini suntikan vaksin yang kelima buat kamu Reno, cairannya cantik ya berwarna biru" Sati menyuntikkan vaksin kepada Reno dengan hati-hati. Dimana suntikan vaksin keempat telah dilakukan di malam hari.
"Sekarang pukul dua belas siang, nyebelin Hans sering keluar sekarang. Saya jadi ditinggal sendirian, dulu dia takut kamu memangsa saya. Sekarang malah saya ditinggal bareng kamu terus. Katanya tidak akan lama tapi waktu sudah berlalu terlalu lama. Apa sebenarnya yang dicari Hans di ruang kerjanya?" Melihat mata Reno dengan menggunakan cahaya senter."Bagus sekarang kamu tidak terlalu peka terhadap cahaya, jadi biasa saja seperti manusia normal. Sebentar warna mata kamu berubah Reno, saya yakin berubah tidak tertutupi lapisan putih terlalu tebal." Melihat mata Reno lebih teliti karena takut salah dalam menyimpulkan yang dilihat.Setiap manusia terinfeksi terdapat lapisan putih tebal di bola matanya yang menyebabkan terlalu peka terhadap cahaya, dan penglihatan mereka yang hanya melihat bentuk tapi tidak bisa membedakan wajah manusia terinfeksi satu dengan yang lainnya maupun melakukan pembedaan antara benda satu dengan benda yang lain.Sati membuka lengan jaket Reno untuk mengecek denyut nadi.
"Mulai terasa." Beralih mengecek denyut nadi di leher Reno."Benar-benar mulai terasa. Reno kamu bakalan sembuh, vaksinnya sukses besar. Berarti benar dugaan aku kamu dan lainnya masih hidup, kalian bukan Zombie seperti yang ada di film-film." Sati tersenyum melihat perkembangan positif yang Reno tunjukkan. Tapi tetap saja Reno masih belum breaksi, dia seperti patung yang hanya diam tanpa bersuara atau bergerak."Syukurlah."Sati terduduk di bawah meja penelitian tempat Reno diikat, Sati bersender di meja melepas penat difikirannya, kini Sati sudah mulai sedikit bebas bergerak."Reno, saya boleh bercerita lagi?" Meminta persetujuan Reno untuk mendengarkan ceritanya walau Sati tahu Reno tidak mungkin bisa menjawab pertanyaannya."Saya anggap kamu setuju." Tanpa menunggu lagi jawaban persetujuan Reno."Kamu ingat kemarin saya bilang apakah semua pria tampan menyakiti?" Sati menghela nafas untuk menceritakan pengalaman pahitnya.Sati berdiri dan naik duduk di atas meja tempat Reno diikat, Sati duduk di samping Reno dan menghadap memandang wajah Reno. "Dulu saya memiliki pria yang sangat spesial dalam hidup saya, bagi saya dia adalah cahaya kehidupan saya. Saya banya mengenal hal di dunia ini karena bersama dia. Kita bertemu waktu masa sekolah menengah kelas satu. Dia mendatangi saya dan bolak balik menyakinkan saya atas penyataan cintanya yang juga bolak balik saya tolak. Saya memiliki sifat keras dan cuek pada apa-apa yang tidak menguntungkan saya, dan pada akhirnya saya luluh kepadanya. Dia pria yang sangat baik dan sangat cerdas. Penampilannya rapi dan karismanya sangat luar biasa. Awalnya saya tidak tahu kenapa dia memilih saya, sedangkan saya hanya siswa biasa yang tidak memiliki ambisi apa-apa dalam hidup. Kehidupan saya itu seperti air yang mengalir di sungai, mengikuti arus yang ada. Tapi ketika dia menjadi ketua OSIS di sekolah, saya tahu saya harus punya tujuan dan lebih aktif agar tidak mempermalukan dia sebagai pasangan saya. Segala aktivitas kita lakukan bareng, tidak ada satu hari tidak dijalani berdua. Dia sangat menghormati seorang wanita, dia sangat menjaga saya dari segala hal termasuk menjaga saya dari dirinya sendiri. Saya tidak tahu mulai dari kapan jatuh cinta kepadanya. Hingga ketika kita tamat sekolah dia memutuskan untuk memasuki militer. Awalnya dia ragu dan tidak ingin jauh dari saya, tapi saya selalu mendukungnya dan berkata saya akan menunggunya. Dia ikut tes militer dan berhasil masuk, semenjak itu komunikasi kita jadi berantakan. Saya maklum karena dia sedang sibuk, saya hanya bisa menunggu dia yang mengabari saya. Karena kecerdasaannya dia cepat naik pangkat dan selalu mendapatkan promosi, dengan usianya yang masih tergolong muda dengan pangkat yang dimiliko tidak akan sesuai. Berbulan-bulan kadang dia tidak ada kabar, saya selalu menunggu walau kadang sangat cemas takut terjadi sesuatu dengan dia. Hanya do'a yang mampu saya titipkan kepada Tuhan untuk melindungi dia dan melancarkan segala aktivitas. Menyampaikan rindu yang bergejolak di hati saya. Sekali dia berkomunikasi lagi ke saya, dia sangat manja sekali kepada saya. Saya tidak akan mampu melupakan sifatnya, sikap dia yang sangat manja hanya kepada saya." Sati tersenyum mengingat setiap moment yang dia lewati bersama Aries."Tapi semuanya berubah di malam itu, malam di mana dunia saya sudah hancur dan menyebabkan saya kecelakaan. Hasilnya ini kaki saya yang hampir lumpuh." Sati menghela nafas panjang memandangi kakinya. "Saya tidak tahu kenapa dia memutuskan hubungan diantara kita, saya hanya bertanya keseriusan dia tapi dia menjadi semarah itu. Dan saya tidak tahu dia menerima pesan dari siapa sehingga buru-buru pergi meninggalkan saya sendiri." Sati mulai menangis, dan sesekali menghapus air mata yang turun ke pipi."Saya sudah membujuk dia untuk tetap tinggal di hati saya. Jika saya salah dalam bersikap saya akan memperbaiki segalanya. Tapi dia memutuskan pergi dan meninggalkan saya. Saya tidak bisa menggapai apalagi mengejarnya. Saya sangat mencintai dia, sangat merindukan dia." Air mata Sati tidak bisa lagi dibendung seutuhnya, Sati menangis dengan cengengnya."Apakah saya terlihat lemah? Jika kamu bisa merespon cerita saya pasti kamu akan bilang saya bodoh. Saya akui saya memang bodoh karena terlalu mencintai, tapi bagaimana lagi saya tidak mampu menghapuskan semua kenangan yang sudah terukir selama tujuh tahun. Saya sudah terlalu terbiasa bersama dengan dia. Hingga saya lupa bahwa kini dia bukan lagi milik saya. Ada tembok besar yang dia bangun diantara kita" Sati menangis tersedu-sedu. Ruangan laboratorium terpecah oleh suara tangisan Sati yang sengaja ditahan suaranya agar tidak mengundang perhatian manusia terinfeksi yang berada di luar ruangan.πππ
Sementara itu Hans yang sudah berada di ruang kerjanya di lantai satu, membongkar setiap lemari mencari dokumen yang sangat dibutuhkan.
"Kemana ya dokumen itu, saya yakin masih menyimpannya."Terus mencari diantara dokumen-dokumen pasien yang lain. "Pasti ada penjelasan kenapa mereka terlihat seperti kesakitan, entahlah saya berfikir ada yang salah dengan otak mereka. Apa mungkin ini perasaan saya saja." Berhenti mencari dan berfikir sejenak mungkin ada yang salah."Tidak, penelitian terakhir saya tulis di dalam dokumen tentang pandemi besar-besaran yang lalu. Ada yang salah dengan virus atau vaksin itu. Sangat sengaja menulisnya agar tidak diketahui oleh orang banyak, karena percuma mereka tidak akan percaya dengan yang saya katakan." Kembali lagi mencari dengan teliti diantara tumpukan berkas.Berkas-berkas menjadi berantakan di ruang kerja, Hans terus mencari tanpa henti. Tapi di arah luar pintu ruang kerja seperti ada yang melangkah, benda yang sangat berat. Tetap saja tidak dapat mengganggu Hans untuk mencari dokumen yang sangat dibutuhkan. Hans benar-benar sangat membutuhkan penjelasan isi dokumen. BRUUUUKKK!!!!!!Tiba-tiba pintu ruang kerja Hans roboh, otomatis pandangan Hans terfokus pada pintu yang tergeletak di lantai. Hans benar terkejut ada manusia terinfeksi yang mendobrak pintu ruang kerjanya. Bukan,, bukan manusia terinfeksi biasa, tapi,"Manusia terinfeksi bermutasi." Hans melotot melihat manusia terinfeksi yang aneh. Manusia terinfeksi wanita yang sangat besar, memiliki otot-otot yang sangat besar. Memiliki otot yang tidak normal, lebih besar dari orang-orang yang rajin olaraga angkat besi. Mata merah menyala tajam dan memiliki ekor di belakangnya. Hans mundur perlahan mengambil senjata besinya, manusia terinfeksi mutasi memandang Hans sebagai makanan lezat. Tergambar dari air liur yang keluar dari mulut manusia terinfeksi mutan. Hans berfikir bagaimana cara dia keluar dari ruang kerjanya karena pintu telah tertutupi oleh tubuh besar manusia terinfeksi mutan. Manusia terinfeksi mutan menerjang ke arah Hans dengan cepatnya, membuang semua benda yang menghalangi. Melempar kursi dan meja kerja Hans karena hans berada di balik meja dan kursi kerja. BBRRUUUGGG..... BRUGGG...!!! Terdengar suara setiap benda yang dilemparkan segala arah. Ruang kerja Hans menjadi lebih berantakan dari apa yang dilakukan Hans memberantaki ruang kerjanya.Hans mengambil kuda-kuda untuk melawan. Hans memukul manusia terinfeksi mutasi dengan besi ditangannya tapi tidak berpengaruh. Malah Hans terpental oleh tangan manusia terinfeksi mutan karena mencoba menangkis serangan Hans."Aaagghhhh." Hans menggeram kesakitan karena punggungnya terpental di besi penyanggah tempat tidur pemeriksaan pasien di ruang kerjanya. Manusia terinfeksi mutan tidak menyerah dia terus mengangkat Hans dan menghepaskan sehingha Hans terlempar ke luar ruangan. Tubuh Hans terseret jauh dari ruang kerjanya. Kini Hans berada di ruang tunggu pasien menunggu antrian untuk pemeriksaan."Aaaarrrgggghhhh!!!!" Jerit Hans yang merasa sangat kesakitan. Tapi seketika Hans bangkit perlahan, dia ingat harus melindungi Sati."Sati." Dengan pelan diaenyebut nama Sati.Hans berdiri sempoyongan, dan manusia terinfeksi mutasi itu berjalan keluar dari ruangan kerja Hans menuju ke arah Hans. "Aaaarrrrghhhhh!!!!" Suara manusia terinfeksi mutan yang senang saat menerjang Hans, dan mengangkat kembali tubuh lemah Hans. Dari arah belakang ada yang memukul kepala manusia terinfeksi mutan, benda yang sangat besar yaitu komputer. Manusia terinfeksi mutan sangat kesakitan dan memutuskan untuk melepaskan Hans. Hans langsung bangkit dan dengan perlahan menahan rasa sakit berusaha menjauh dari manusia terinfeksi mutan agar tidak menjadi sasaran kembali. Dari belakang keluar seseorang dan langsung memapah Hans. "Dokter Ronald?" Hans mengenal pria itu adalah dokter spesialis mata."Iya dok, kita harus menghindar dulu." Ronald membawa Hans menjauh dari manusia mutan terinfeksi. Kini mereka berlindung di bawah meja repsesionis perawat. "Makhluk apa itu tadi?" Hans bertanya kepada Ronald dengan menahan rasa sakit pada tubuhnya akibat dari hantaman dari manusia mutan terinfeksi.Ronald mengintip untuk memastikan manusia terinfeksi mutan tidak mengikuti."Saya kurang tahu makhluk apa itu profesor. Tapi saya sudah melihat makhluk itu dari kemarin di supermarket rumah sakit. Kemarin saat saya ingin mengambil makanan dari supermarket untuk pasokan makanan, saya melihat makhluk itu berubah. Awalnya dia manusia terinfeksi biasa yang berjenis kelamin perempuan. Tapi tiba-tiba tubuhnya membengkak, otot-otot tubuhnya membesar dan tumbuh ekor. Saya lari dengan cepatnya kembali ke ruang kerja saya.""Selama ini kamu berlindung di ruang kerja kamu?""Benar profesor, karena saat terjadi infeksi awal saya baru ingin mulai buka praktek. Saya mempersiapkan diri dan alat-alat yang akan saya gunakan sedangkan suster mengambil berkas pasien untuk pemeriksaan. Ketika saya mendengar suara teriakan, saya berlari melihat keluar ruangan tapi di sana saya melihat manusia-manusia yang elpas kendali. Saya langsung kembali ke ruang kerja. Menutup pintu dan menguncinya, saya juga menahan pintu dengan meja komputer saya agar tidak ada yang mendobrak. Karena saya panik, saya matikan lampu di ruangan saya agar tidak ada orang ke ruangan saya untuk meminta tolong." Ronald menarik nafas sebelum melanjutkan ceritanya kembali."Saya juga melihat profesor dari kaca jendela ruang kerja saya. Saya melihat profesor membawa manusia terinfeksi dalam keadaan terikat. Saya bingung apa yang sedang profesor lakukan sebenarnya dalam situasi seperti ini. Bukannya berlindung dari manusia terinfeksi malah menangkap salah satu manusia terinfeksi." Ronald bertanya mengintimidasi Hans."Ah.... Itu idenya Sati.""Sati?""Iya Sati, kamu ingat pasien yang koma sebulan di ruang ICU?"Ronald berfikir sejenak, pasien mana yang dimaksud oleh Hans. "Iya profesor wanita yang cantik, putih itu.""Kamu ingatnya karena fisik?""Iya maklumlah profesor saya pemuja cewek cantik.""Dasar.""Lalu kenapa dengan dia profesor, apakah dia terinfeksi berubah menjadi seperti mereka?""Tidak, ketika terjadi awal terinfeksi tepat dia sadar. Waktu itu saya bersama tim medis akan mencabut segala aktivitas alat pendukung kehidupannya. Tapi kondisi tidak terkendali sampai saat ini. Dia memaksa saya untuk emlakukan penelitian apa sebenarnya penyebabnya dan mencari jalan keluar dari permasalahan yang sedang terjadi.""Dan profesor menuruti perkataannya?""Dengan gilanya saya mengikuti perkataannya, saya batalkan menuju pulang kerumah untuk mencari tau semuanya dan mengamati yang terjadi.""Jadi manusia terinfeksi yang profesor bawa?""Iya itu untuk uji coba vaksin yang berhasil di buat.""Vaksin? Dalam keadaan seperti ini profesor meneliti? Bukannya melindungi diri malah meneliti? Saya patut kagum atau apa profesor?""Terserah kamu ingin bagaimana, tapi tujuan saya hanya untuk berjaga jika saya terinfeksi saya sudah punya penawarnya."Uji cobanya berhasil profesor?""Belum ada hasil yang pasti.""Selama ini profesor tinggal dimana?""Di laboratorium lantai lima."Hans bertemu dengan Ronald yang merupakan satu profesi di rumah sakit yang sama. Ronald sangat menghormati Hans karena Hans bergelar profesor mudah yang tidak mungkin dicapai oleh dokter lainnya diusia yang sama. Ronald memiliki hobi menembak, sehingga dia memiliki snejata yang legal yang dibelinya sangat mahal dan dibawanya kemana dia pergi.
"Tenang Profesor jika dia tidak mampu lagi kita lawan, saya memiliki ini" Ronald menunjukkan pistol yang ada di sabuk pinggangnya."Kamu masih saja membawa pistol kemana-mana.""Sebagai perlindungan diri, profesor.""Orang yang melihat senjata kamu akan berfikir kamu polisi dari pada seorang dokter.""Hobi saya memang begini profesor.""Benar, sekarang sangat menguntungkan mempunyai hobi seperti yang kamu punya." "Agghhh..." Hans menahan sakit di punggungnya."Profesor tidak apa-apa?""Saya tidak apa-apa, hanya terluka sedikit.""Dokter yakin?""Iya, jangan kawatir.""Saya harus kembali ke ruang Laboratorium, Sati masih ada disana." Hans harus membawa Sati untuk pergi bersamanya, membawa kehidupan menjadi lebih berarti."Saya akan mengikuti profesor, kita harus segera keluar dari rumah sakit ini." Akhirnya Ronald menemukan manusia normal lainnya dan berusaha keras agar tidak berpisah, karena dalam fikirannya semangkin banyak manusia normal maka semangkin besar peluang untuk hidup."Kita harus bergegas dokter Ronald." Hans berusaha bangkit dari duduknya."Tapi kondisi profesor masih tidak baik?" Ronald melihat wajah Hans kesakitan saat berusaha bangkit berdiri."Saya tidak apa-apa, ikuti saya." Perlahan Hans berjalan menuju ke arah laboratorium dengan disertai Ronald. Rasa sakit tidak lagi dirasakan, tidak sebagai penghenti melakukan kegiatan yang memang harus dilakukan.Ronald dan Hans pergi ke ruang Laboratorium untuk menjemput Sati, dengan waspada mereka berusaha tidak menimbulkan bunyi dalam melangkah yang dapat mengundan
"Sekarang rencana kita apa profesor?" Ronald bertanya dengan penuh harapan dan masih terduduk di tepi sungai."Saya akan pulang ke rumah." Hans tetap pada tujuan awalnya untuk pulang ke rumah menemui Dicky."Baiklah kita akan ke rumah profesor." Dengan semangat Ronald mengikuti seniornya."Tapi kali ini kita berjalan saja, kalau tidak akan terjadi seperti tadi." Sati memberikam saran agar tidak di serbu manusia terinfeksi seperti tadi."Tapi jika kita jalan kaki pergerakan kita akan sangat lambat, sehingga sampai ke rumah profesor akan lebih lama. Tingkat bahaya juga besar bukan?" Ronald tidak setuju dengan pendapat Sati yang memperlama pergerakan."Tapi lebih berbahaya jika kita naik kendaraan." Sati tetap kokoh akan pendapatnya."Untuk besok akan kita fikirkan lagi, sekarang kita harus cari tempat berlindung. Jika ada kita cari makanan, saya merasa sangat lapar." Hans memecah pertengkaran Ronald dan Sati."Baik profesor."Hans, Ronald, dan Sati
Ruang laboratorium di rumah sakit menjadi lebih sunyi dari biasanya, tidak ada terdengar suara-suara manusia berbicara di dalam ruangan, Reno masih terikat dan tetap diam di atas meja penelitian, ikatan di tangan kiri telah terlepas yang dilepas oleh Sati sebelum pergi meninggalkan Reno sendirian di ruang laboratorium, tapi Reno tetap masih merasa seperti keadaan terikat utuh dengan sangat tenang. Malam semangkin jelas sangat mencengkam bahkan lebih dari mencengkam seperti biasanya, suara burung hantu terdengar jelas yang biasanya tidak mungkin ada burung hantu di kota. Kini sinar rembulan mulai perlahan menghilang dari hari ke hari mengikuti siklus peredaran bulan. Gelap semangkin pekat, cahaya remang-remang mulai bersembunyi dari kejamnya dunia. Tidak ada yang dapat memperotes dari setiap perjalanan yang telah dipilih, manusia normal menjadi langkah untuk hidup. Mereka manusia normal yang tersisa lebih memilih bersembunyi menunggu keajaiban datang untuk menyelamatkan. Tapi keajaib
Hans, Ronald dan Sati memulai perjalanan dengan jalan kaki atau terkadang berlari berusaha tidak menimbulkan suara dengan tujuan terpenting ke rumah Hans."Ternyata berguna juga kita bawa senjata untuk membasmi mereka yang akan menyerang." Ronald berkata sendiri merasa kagum membawa pisau dapur yang besar.Hans hanya menggelengkan kepala merasa terheran atas perkataan kesombongan Ronald."Bagaimana dengan mobil ini profesor, lumayan bisa untuk menabrak mereka yang menghalangi kita." Melihat ada mobil hitam yang terparkir di sisi kiri jalan, mngelilingi mobil fortuner yang ada di di depan. Seakan merasa sangat kagum kepada mobil yang ada di depan mata."Bisakah kita lebih cepat masuk ke mobil." Sati melihat para manusia terinfeksi mulai berdatangam berjalan ke arah mereka."Kamu benar Sati ayo segera bergegas." Membuka pintu mobil."Cepat jalankan mobilnya Ronald!" Hans memberikan perintah kepada Ronald.Ketika Ronald mulai starter, mobil
Dunia terlalu berantakan untuk di bahas secara perlahan, bahkan tidak dapat diselesaikan dengan kata. Supermarket yang dulunya ramai karena merupakan salah satu pusat pembelajaan termurah. Kini menjadi terbengkalai oleh waktu yang perlahan ingin memutuskan kehidupan. Bahan makanan yang masih dipergunakan oleh manusia normal masih layak untuk dikonsumsi. Suasana gelap karena tidak adanya pencahayaan membuat kesan horor, dengan beberapa barang-barang yang berserakan di lantai. Laba-laba beramai-ramai membuat sarang menutupi pintu masuk supermarket. Tidak ada tanda-tanda adanya manusia terinfeksi yang tinggal di supermarket, yang ada hanya serangga kecil yang sedang mencari makan untuk bertahan hidup. Di lorong bagian makanan cepat saji, Hans dan Ronald mengumpuli bahan makanan yang ada di rak makanan."Profesor kita ingin membawa berapa banyak makanan?" Ronald memasukkan makanan siap saji ke dalam tas ransel yang sebelumnya dipinjam dari Dicky."Jika bisa bawa sebanyak b
Aktivitas di rumah Hans seperti biasa tidak ada kegiatan yang terlalu melelahkan. Satria sedang berada di halaman belakang untuk mengurus tanaman sayuran yang sengaja di tanam untuk persediaan makanan. Satria terkejut tiba-tiba ada seorang pria memanjat pagar rumah yang tingginya tiga meter."Kamu siapa?" Satria setengah berbisik karena tidak ingin mengundang manusia terinfeksi datang.Pria itu sudah sampai di halaman belakang, di balik tembok para manusia terinfeksi berusaha untuk memanjat tembok pagar yang tinggi. Terdengar suara geraman dari manusia terinfeksi, membuat bulu kuduk Satria merinding."Nama saya Jack." Terlihat pria tinggi, berkulit putih, berambut pirang, bola mata berwarna biru seperti bukan berkembangsaan negara Mayapada. Dengan memakai kaos dan celana pendek jeans."Apa niat kamu ke sini?" Satria bertanya dengan penuh waspada, karena takut pria yang di depannya memiliki niat buruk."Saya dikejar-kejar Zombie, saya hanya berusaha m
Hans masuk ke dalam rumah yang disusul dari belakang oleh Ronald, Eva dan Satria."Dicky..." Hans memanggil anak kesayangannya, berlutut dan memeluk denga erat, seakan bertahun-tahun telah lama berpisah."Saya senang papa kembali ke rumah dengan selamat." Dicky memeluk erat Hans merasa legah karena bisa kembali dengan selamat."Terima kasih sayang." Mengecup kening Dicky dengan penuh kasih sayang."Tante Sati mana?" Sati tidak menyambut kedatangan Hans, membuat bertanya-tanya kemana perginya dan sedang terjadi apa di rumah."Tante ada di belakang pa." Menjawab keberadaan Sati yang masih tetap duduk di ruang belakang untuk mengawasi John.Hans bersama dengan lainnya berjalan menuju ke ruang belakang, Hans merasa sangat heran ada sesosok pria asing terlihat yang duduk di sofa tepat berada di hadapan Sati. Berjalan terus menghampiri dan tidak sabar memanggil nama Sati sambil berjalan."Sati...""Hans." Sati berbalik badan ketika mendengar suara Ha
Siang terasa terik dengan panas tidak bersahabat, aroma tidak enak yang mengudara keseluruh penjuru menjadi hiasan di setiap hari yang tidak dapat untuk dihilangkan. Belum ada hujan turun kembali ke bumi semenjak hujan turun di saat terjadi pertama kali peristiwa infeksi. Pintu kamar Dicky terbuka, John dan Dicky mengotak atik komputer. Sati yang ingin bergabung dengan Hans, Ronald, Eva di balkon, mengubah langkah menjadi ke arah kamar Dicky. Sati masuk dan memperhatikan Jack yang membuka email di komputer."Kenapa bisa terbuka komputernya?" Sati merasa bingung karena sumber energi listrik sudah padam sejak lama."Eh Sati, tadi saya periksa ternyata ada energi cadangan yang tersisa." Jack menjelaskan kepada Sati yang sedang memperhatikan."Apa yang sedang kamu kerjakan Jack?""Saya mengirim email kepada keluarga saya." mengklik send yang menandakan mengirim."Apakah ada jawaban?""Untuk saat ini belum ada jawaban.""Kling!" Tiba-tiba suara em
Pagi merangkak perlahan dengan sinar cemerlang, wewangian bunga yang berhembus saat musim semi seolah sangat menyejukkan hati manusia yang merasa gundah. Udara bersih dari bagian wilayah negara Zsanai yang terletak diantara pulau-pulau negara yang indah, menimbulkan daya tarik tersendiri yang pantas untuk dinikmati. Setiap pagi selama empat belas hari berjalan, para pasukan negara no satu selalu melakukan aktivitas fisik sebagai pemanasan untuk memulai hari yang panjang. Bersama dengan pasukan negara no tiga keduanya terlihat dengan rapi berlari pagi mengelilingi desa. Hal ini memberikan sensasi tersendiri kepada desa yang dengan tiba-tiba dijadikan pusat pelatihan persahabatan. Banyak jiwa-jiwa patriot yang tanpa ragu akan membela negaranya masing-masing. Sehingga menimbulkan keinginan yang kuat bagi anak-anak penduduk sekitar untuk menjadi bagian dari pasukan. Mereka sangat kagum dengan pasukan yang menjadi pagar maupun benteng negara dalam melindungi rakyat. Para pasukan yang be
Pasukan negara nomor satu telah tiba di negara Zsanai yang merupakan negara nomor tiga urutan di dunia. Sambutan hangat mengusungkan nama perdamaian, menjadi tolak ukur dalam persahabatan yang akan dijalin diantara kedua negara yang sudah lama mengalami persaingan sengit dalam dekade tahun terakhir, tanpa adanya kecurigaan yang terlintas pada negara nomor tiga terhadap negara nomor satu. Tempat penginapan yang merupakan tempat peristirahatan negara nomor satu, telah disiapkan sebaik mungkin dengan fasilitas yang lengkap. Dengan pelayanan yang diusahakan semaksimal mungkin agar tidak timbulnya saling meremehkan diantara kedua negara. Di pusat pemerintahan negara Zsanai di ruang perdana menteri dengan bergayakan interior klasikal berpadukan warna biru muda. Seorang wanita berkulit putih berambut pirang dengan tinggi semampai berhadapan dengan Perdana menteri yang baru saja kembali dari menyambut kedatangan Presiden Alex beserta rombongan pasukan secara langsung. Pukul tujuh malam waktu
Tahun 2020 Pengetahuan adalah segalanya sebagai tolak ukur kemajuan teknologi dalam suatu negara. Ilmu pengetahuan sains yang merupakan pemimpin dunia dalam dekade beberapa abad terakhir. Kemajuan teknologi yang hampir sampai ke puncaknya sama seperti masa lampau yang tiba-tiba binasa begitu saja, akibat dari kemajuan teknologi yang saling menghancurkan bukan lagi menjadi sesuatu hal yang janggal untuk dipermasalahkan. Kini di dunia semua negara berlomba untuk mencapai teknologi baru dengan segala gebrakan yang dilakukan. Tapi negara-negara yang tidak memiliki sumber daya manusia yang mendukung dalam sains dan pengetahuan lainnya menjadi sangat terbelakang, hanya menjadi penonton atau menjadi korban dari permainan teknologi dengan uji coba proyek-proyek dari negara yang memiliki kemajuan teknologi. Kegentingan dunia pada tahap ini mewarnai bumi diambang kehancuran yang tidak bisa didefinisikan kembali seperti milyaran tahun yang lalu. Namun kembali lagi, manusia
Siang hari yang terik di kota menjadi hal yang terus berjalan tanpa akhir. Gedung televisi yang terdiri dari sepuluh tingkat terletak di sebelah utara kota merupakan tempat markas utama koloni manusia terinfeksi mutan. Membentuk masyarakat kecil yang seolah tinggal dilingkungan apartemen dengan satu pemimpin yang sangat ditaati. Terdapat ruangan penyimpanan yang berisi penuh oleh ratusan manusia terinfeksi yang masih memiliki nyawa, tertumpuk seperti barang yang tidak berguna. Ruangan di sudut lorong lantai tiga terdapat aula besar yang kini berahli fungsi menjadi ruangan makan manusia terinfeksi mutan. Santapan yang paling menyedapkan dan merupakam makanam pokok utama manusia terinfeksi mutan adalah manusia terinfeksi. Memakan manusia terinfeksi dengan lahapnya dalam posisi manusia terinfeksi masih sadarkan diri. Terjadinya pemisahan paksa bagian tubuh manusia terinfeksi telah menjadi musik klasik yang menenangkan jiwa."Aaaakkkhhh!!!! Akkhhhh!!!"Darah mengalir dengan bebasn
Siang merangkak menciptakan sumber energi utama tepat di atas kepala, memancarkan pesona yang tidak mampu untuk diterjemah. Udara lembab menghembus setiap permukaan atmosfer kota yang kini akan menjadi kenangan. Tumbuhan liar mulai menjalar dengan perlahan menjangkit tubuh kota. Tiga bulan berlalu setelah tragedi yang tidak mampu dijelaskan menggunakan akal logika akan penyebab terjadinya. Seakan para manusia normal telah musnah dari permukaan, atau memang sebenarnya tidak ada lagi yang tersisa. Hanya ada manusia-manusia terinfeksi yang semangkin hari menjadi semangkin sangat liar, karena ada rasa lapar yang sangat luar biasa menggerogoti tubuh. Ada rasa sakit luar biasa di otak yang memerintahkan untuk melakukan segala hal secara paksa. Hujan tidak lagi turun ke bumi, padahal air adalah sumber kehidupan utama bagi manusia normal yang selamat. Manusia-manusia normal yang entah sembunyi dimana untuk bertahan hidup. Manusia terinfeksi mutan mulai memperbanyak koloni, tidak diketahui b
Kematian adalah aroma manis yang siap disantap oleh burung pemakan bangkai. Berjuta kesenduan tergantikan oleh pemandangan takjub oleh kematian itu sendiri. Kesombongan dan keangkuhan musnah seketika tanpa melihat siapa dan bagaimana suatu kebenaran. Alam bergejolak dengan berbagai kemerahan yang bercampur menjadi satu, karena sekali lagi ulah manusia. Perlakuan manusia sendiri kepada alam yang tidak bersahabat. Memaksa alam untuk menstabilkan dirinya sendiri. Berharap semua dalam keadaan aman, tapi perlakuan diri terhadap alam tidak baik. Apakah bukan sesuatu mustahil yang harus diperhitungkan dengan matang. Pemukiman yang ditempati oleh tujuh desa dengan berdirinya berbagai bangunan gedung-gedung pencakar langit dalam sekejap musnah. Haya perlu hitungan menit untuk menghilangkan tujuh desa tanpa jejak. Resot-resot yang dibangun menjadi seolah hanya cerita di negeri dongeng yang indah untuk di dengar atas kemegahannya yang terletak di tebing berpemandangan langsung de
Sati tersadar sepenuhnya dengan fikiran yang tidak tenang, mencari arti yang dilihat tentang gambaran gunung api purba. Gambar yang terletak di dalam komputer yang berwarna merah, hijau dan orange. Berada di laboratorium yang tidak diketahui tempatnya, dengan teknologi sangat canggih. Bukan teknologi di tahun 2018 atau pun di tahun yang sebelumnya.“Saya rasa untuk disaat ini belum ada teknologi secanggih yang seperti saya lihat tadi, kecuali organisasi yang itu. Apa mereka yang dibalik ini semua? Tapi apa tujuan mereka pada negara ini?” Sati bergumam dengan dirinya sendiri, teringat pada satu organisasi yang selalu membuat masalah secara tersembunyi. Sati berdialog dengan diri sendiri mencari jawaban atas pertanyaan yang terlalu banyak.Malam semangkin larut, udara menjadi lebih dingin dari pada sore hari. Hewan malam tidak henti-hentinya menimbulkan suara dari aktivitas yang dilakukan untuk bertahan hidup. Tidak ada aktivitas manusia lagi yang mengh
Langit di ujung laut barat memperlihatkan kemerahannya, bukan senja penutup hari yang akan tenggelam ketika malam tiba. Tapi lebih sebuah pertanda yang akan merenggut segalanya, senja yang tidak pernah selesai. Lautan menjadi sebuah misteri dari sebuah nada yang melenakan. Dengan berbagai hewan dan mikro organisme tempat habitat yang menjalankan fungsi kehidupan. Burung camar berlarian di atas pantai, seolah kebebasan tersendiri ketika laut sangat bersahabat.Lima belas kilometer dari lepas bibir pantai berdiri dengan angkuh tergagah gunung api purba, yang merupakan induk dari beberap gunung yang ada di sampingnya dengan jarak beberapa kilometer. Gunung-gunung yang berada di tengah laut berdiri sendiri tanpa da tumbuhan dan hewan yang berada di pulau yang sama, karena enggan untuk hidup dan beradaptasi dengan lingkungan gunung. Hanya satu-satunya makhluk hidup yang disebut dengan mikro organisme yang dapat bertahan hidup pada lingkungan gunung berapi
Pesawat mengalami turbulence dan sulit dikendalikan, Aliran udara berantakan dan menyebabkan pesawat terperangkap di udara. Tekanan udara yang lebih tinggi dari biasanya membuat mesin gagal berfungsi hingga mesin mengalami mati. Sayap pesawat miring sebelah karena mendapat tekanan udara yang terlalu kuat pada sebelah bagian badan pesawat. Lagi-lagi pesawat menjadi tidak terkendali."Kapten mesin tidak berfungsi dengan baik, mesin mati kapten.""Ya Tuhan.... Naik.... Naik...." Kapten masih berharap pesawat yang dikendalikan bisa naik, sangat berbahaya di daerah pegunungan terbang dalam posisi rendah."Tidak bisa kapten.""Ya Tuhan..... Ya Tuhan...." Kapten terus menyebut nama Tuhan dengan pengharapan Tuhan membantu untuk menyelamatkan semua nyawa yang ada di pesawat.Sementara di kabin pesawat para penumpang sangat cemas atau kondisi pesawat yang terombang ambing di udara dengan keras, suara teriakan refleks sangat keras memenuhi seisi pesawat.