Share

Bab 11 : Mutasi

"Ini suntikan vaksin yang kelima buat kamu Reno, cairannya cantik ya berwarna biru" Sati menyuntikkan vaksin kepada Reno dengan hati-hati. Dimana suntikan vaksin keempat telah dilakukan di malam hari. 

"Sekarang pukul dua belas siang, nyebelin Hans sering keluar sekarang. Saya jadi ditinggal sendirian, dulu dia takut kamu memangsa saya. Sekarang malah saya ditinggal bareng kamu terus. Katanya tidak akan lama tapi waktu sudah berlalu terlalu lama. Apa sebenarnya yang dicari Hans di ruang kerjanya?" Melihat mata Reno dengan menggunakan cahaya senter.

"Bagus sekarang kamu tidak terlalu peka terhadap cahaya, jadi biasa saja seperti manusia normal. Sebentar warna mata kamu berubah Reno, saya yakin berubah tidak tertutupi lapisan putih terlalu tebal." Melihat mata Reno lebih teliti karena takut salah dalam menyimpulkan yang dilihat.

Setiap manusia terinfeksi terdapat lapisan putih tebal di bola matanya yang menyebabkan terlalu peka terhadap cahaya, dan penglihatan mereka yang hanya melihat bentuk tapi tidak bisa membedakan wajah manusia terinfeksi satu dengan yang lainnya maupun melakukan pembedaan antara benda satu dengan benda yang lain.

Sati membuka lengan jaket Reno untuk mengecek denyut nadi.

"Mulai terasa." Beralih mengecek denyut nadi di leher Reno.

"Benar-benar mulai terasa. Reno kamu bakalan sembuh, vaksinnya sukses besar. Berarti benar dugaan aku kamu dan lainnya masih hidup, kalian bukan Zombie seperti yang ada di film-film." Sati tersenyum melihat perkembangan positif yang Reno tunjukkan. Tapi tetap saja Reno masih belum breaksi, dia seperti patung yang hanya diam tanpa bersuara atau bergerak.

"Syukurlah."Sati terduduk di bawah meja penelitian tempat Reno diikat, Sati bersender di meja melepas penat difikirannya, kini Sati sudah mulai sedikit bebas bergerak.

"Reno, saya boleh bercerita lagi?" Meminta persetujuan Reno untuk mendengarkan ceritanya walau Sati tahu Reno tidak mungkin bisa menjawab pertanyaannya.

"Saya anggap kamu setuju." Tanpa menunggu lagi jawaban persetujuan Reno.

"Kamu ingat kemarin saya bilang apakah semua pria tampan menyakiti?" Sati menghela nafas untuk menceritakan pengalaman pahitnya.

Sati berdiri dan naik duduk di atas meja tempat Reno diikat, Sati duduk di samping Reno dan menghadap memandang wajah Reno.  

"Dulu saya memiliki pria yang sangat spesial dalam hidup saya, bagi saya dia adalah cahaya kehidupan saya. Saya banya mengenal hal di dunia ini karena bersama dia.  Kita bertemu waktu masa sekolah menengah kelas satu. Dia mendatangi saya dan bolak balik menyakinkan saya atas penyataan cintanya yang juga bolak balik saya tolak. Saya memiliki sifat keras dan cuek pada apa-apa yang tidak menguntungkan saya, dan pada akhirnya saya luluh kepadanya. Dia pria yang sangat baik dan sangat cerdas. Penampilannya rapi dan karismanya sangat luar biasa. Awalnya saya tidak tahu kenapa dia memilih saya, sedangkan saya hanya siswa biasa yang tidak memiliki ambisi apa-apa dalam hidup. Kehidupan saya itu seperti air yang mengalir di sungai, mengikuti arus yang ada. Tapi ketika dia menjadi ketua OSIS di sekolah, saya tahu saya harus punya tujuan dan lebih aktif agar tidak mempermalukan dia sebagai pasangan saya. Segala aktivitas kita lakukan bareng, tidak ada satu hari tidak dijalani berdua. Dia sangat menghormati seorang wanita, dia sangat menjaga saya dari segala hal termasuk menjaga saya dari dirinya sendiri. Saya tidak tahu mulai dari kapan jatuh cinta kepadanya. Hingga ketika kita tamat sekolah dia memutuskan untuk memasuki militer. Awalnya dia ragu dan tidak ingin jauh dari saya, tapi saya selalu mendukungnya dan berkata saya akan menunggunya. Dia ikut tes militer dan berhasil masuk, semenjak itu komunikasi kita jadi berantakan. Saya maklum karena dia sedang sibuk, saya hanya bisa menunggu dia yang mengabari saya. Karena kecerdasaannya dia cepat naik pangkat dan selalu mendapatkan promosi, dengan usianya yang masih tergolong muda dengan pangkat yang dimiliko  tidak akan sesuai. Berbulan-bulan kadang dia tidak ada kabar, saya selalu menunggu walau kadang sangat cemas takut terjadi sesuatu dengan dia. Hanya do'a yang mampu saya titipkan kepada Tuhan untuk melindungi dia dan melancarkan segala aktivitas. Menyampaikan rindu yang bergejolak di hati saya. Sekali dia berkomunikasi lagi ke saya, dia sangat manja sekali kepada saya. Saya tidak akan mampu melupakan sifatnya, sikap dia yang sangat manja hanya kepada saya." Sati tersenyum mengingat setiap moment yang dia lewati bersama Aries.

"Tapi semuanya berubah di malam itu, malam di mana dunia saya sudah hancur dan menyebabkan saya kecelakaan. Hasilnya ini kaki saya yang hampir lumpuh." Sati menghela nafas panjang memandangi kakinya. 

"Saya tidak tahu kenapa dia memutuskan hubungan diantara kita, saya hanya bertanya keseriusan dia tapi dia menjadi semarah itu. Dan saya tidak tahu dia menerima pesan dari siapa sehingga buru-buru pergi meninggalkan saya sendiri." Sati mulai menangis, dan sesekali menghapus air mata yang turun ke pipi.

"Saya sudah membujuk dia untuk tetap tinggal di hati saya. Jika saya salah dalam bersikap saya akan memperbaiki segalanya. Tapi dia memutuskan pergi dan meninggalkan saya. Saya tidak bisa menggapai apalagi mengejarnya. Saya sangat mencintai dia, sangat merindukan dia." Air mata Sati tidak bisa lagi dibendung seutuhnya, Sati menangis dengan cengengnya.

"Apakah saya terlihat lemah? Jika kamu bisa merespon cerita saya pasti kamu akan bilang saya bodoh. Saya akui saya memang bodoh karena terlalu mencintai, tapi bagaimana lagi saya tidak mampu menghapuskan semua kenangan yang sudah terukir selama tujuh tahun. Saya sudah terlalu terbiasa bersama dengan dia. Hingga saya lupa bahwa kini dia bukan lagi milik saya. Ada tembok besar yang dia bangun diantara kita" Sati menangis tersedu-sedu. 

Ruangan laboratorium terpecah oleh suara tangisan Sati yang sengaja ditahan suaranya agar tidak mengundang perhatian manusia terinfeksi yang berada di luar ruangan.


💎💎💎


Sementara itu Hans yang sudah berada di ruang kerjanya di lantai satu, membongkar setiap lemari mencari dokumen yang sangat dibutuhkan.

"Kemana ya dokumen itu, saya yakin masih menyimpannya."

Terus mencari diantara dokumen-dokumen pasien yang lain. 

"Pasti ada penjelasan kenapa mereka terlihat seperti kesakitan, entahlah saya berfikir ada yang salah dengan otak mereka. Apa mungkin ini perasaan saya saja." Berhenti  mencari dan berfikir sejenak mungkin ada yang salah.

"Tidak, penelitian terakhir saya tulis di dalam dokumen tentang pandemi besar-besaran yang lalu. Ada yang salah dengan virus atau vaksin itu. Sangat sengaja menulisnya agar tidak diketahui oleh orang banyak, karena percuma mereka tidak akan percaya dengan yang saya katakan." Kembali lagi mencari dengan teliti diantara tumpukan berkas.

Berkas-berkas menjadi berantakan di ruang kerja, Hans terus mencari tanpa henti. Tapi di arah luar pintu ruang kerja seperti ada yang melangkah, benda yang sangat berat. Tetap saja tidak dapat mengganggu Hans untuk mencari dokumen yang sangat dibutuhkan. Hans benar-benar sangat membutuhkan penjelasan isi dokumen. 

BRUUUUKKK!!!!!!

Tiba-tiba pintu ruang kerja Hans roboh, otomatis pandangan Hans terfokus pada pintu yang tergeletak di lantai. Hans benar terkejut ada manusia terinfeksi yang mendobrak pintu ruang kerjanya. Bukan,, bukan manusia terinfeksi biasa, tapi,

"Manusia terinfeksi bermutasi." Hans melotot melihat manusia terinfeksi yang aneh. Manusia terinfeksi wanita yang sangat besar, memiliki otot-otot yang sangat besar. Memiliki otot yang tidak normal, lebih besar dari  orang-orang yang rajin olaraga angkat besi. Mata merah menyala tajam dan memiliki ekor di belakangnya. Hans mundur perlahan mengambil senjata besinya, manusia terinfeksi mutasi memandang Hans sebagai makanan lezat. Tergambar dari air liur yang keluar dari mulut manusia terinfeksi mutan. Hans berfikir bagaimana cara dia keluar dari ruang kerjanya karena pintu telah tertutupi oleh tubuh besar manusia terinfeksi mutan. 

Manusia terinfeksi mutan menerjang ke arah Hans dengan cepatnya, membuang semua benda yang menghalangi. Melempar kursi dan meja kerja Hans karena hans berada di balik meja dan kursi kerja. 

BBRRUUUGGG.....   BRUGGG...!!! Terdengar suara setiap benda yang dilemparkan segala arah. Ruang kerja Hans menjadi lebih berantakan dari apa yang dilakukan Hans memberantaki ruang kerjanya.

Hans mengambil kuda-kuda untuk melawan. Hans memukul  manusia terinfeksi mutasi dengan besi ditangannya tapi tidak berpengaruh. Malah Hans terpental oleh tangan manusia terinfeksi mutan karena mencoba menangkis serangan Hans.

"Aaagghhhh." Hans menggeram kesakitan karena punggungnya terpental di besi penyanggah tempat tidur pemeriksaan pasien di ruang kerjanya. Manusia terinfeksi mutan tidak menyerah dia terus mengangkat Hans dan menghepaskan sehingha Hans terlempar ke luar ruangan. Tubuh Hans terseret jauh dari ruang kerjanya. Kini Hans berada di ruang tunggu pasien menunggu antrian untuk pemeriksaan.

"Aaaarrrgggghhhh!!!!" Jerit Hans yang merasa sangat kesakitan. 

Tapi seketika Hans bangkit perlahan, dia ingat harus melindungi Sati.

"Sati." Dengan pelan diaenyebut nama Sati.

Hans berdiri sempoyongan, dan manusia terinfeksi mutasi itu berjalan keluar dari ruangan kerja Hans menuju ke arah Hans. 

"Aaaarrrrghhhhh!!!!" Suara manusia terinfeksi mutan yang senang saat menerjang Hans, dan mengangkat kembali tubuh lemah Hans. 

Dari arah belakang ada yang memukul kepala manusia terinfeksi mutan, benda yang sangat besar yaitu komputer. Manusia terinfeksi mutan sangat kesakitan dan memutuskan untuk melepaskan Hans. Hans langsung bangkit dan dengan perlahan menahan rasa sakit berusaha menjauh dari manusia terinfeksi mutan agar tidak menjadi sasaran kembali. Dari belakang keluar seseorang dan langsung memapah Hans. 

"Dokter Ronald?" Hans mengenal pria itu adalah dokter spesialis mata.

"Iya dok, kita harus menghindar dulu." Ronald membawa Hans menjauh dari manusia mutan terinfeksi. 

Kini mereka berlindung di bawah meja repsesionis perawat. 

"Makhluk apa itu tadi?" Hans bertanya kepada Ronald dengan menahan rasa sakit pada tubuhnya akibat dari hantaman dari manusia mutan terinfeksi.

Ronald mengintip untuk memastikan manusia terinfeksi mutan tidak mengikuti.

"Saya kurang tahu makhluk apa itu profesor. Tapi saya sudah melihat makhluk itu dari kemarin di supermarket rumah sakit. Kemarin saat saya ingin mengambil makanan dari supermarket untuk pasokan makanan, saya melihat makhluk itu berubah. Awalnya dia manusia terinfeksi biasa yang berjenis kelamin perempuan. Tapi tiba-tiba tubuhnya membengkak, otot-otot tubuhnya membesar dan tumbuh ekor. Saya lari dengan cepatnya kembali ke ruang kerja saya."

"Selama ini kamu berlindung di ruang kerja kamu?"

"Benar profesor, karena saat terjadi infeksi awal saya baru ingin mulai buka praktek. Saya mempersiapkan diri dan alat-alat yang akan saya gunakan sedangkan suster mengambil berkas pasien untuk pemeriksaan. Ketika saya mendengar suara teriakan, saya berlari melihat keluar ruangan tapi di sana saya melihat manusia-manusia yang elpas kendali. Saya langsung kembali ke ruang kerja. Menutup pintu dan menguncinya, saya juga menahan pintu dengan meja komputer saya agar tidak ada yang mendobrak. Karena saya panik, saya matikan lampu di ruangan saya agar tidak ada orang ke ruangan saya untuk meminta tolong." Ronald menarik nafas sebelum melanjutkan ceritanya kembali.

"Saya juga melihat profesor dari kaca jendela ruang kerja saya. Saya melihat profesor membawa manusia terinfeksi dalam keadaan terikat. Saya bingung apa yang sedang profesor lakukan sebenarnya dalam situasi seperti ini. Bukannya berlindung dari manusia terinfeksi malah menangkap salah satu manusia terinfeksi." Ronald bertanya mengintimidasi Hans.

"Ah.... Itu idenya Sati."

"Sati?"

"Iya Sati, kamu ingat pasien yang koma sebulan di ruang ICU?"

Ronald berfikir sejenak, pasien mana yang dimaksud oleh Hans. "Iya profesor wanita yang cantik, putih itu."

"Kamu ingatnya karena fisik?"

"Iya maklumlah profesor saya pemuja cewek cantik."

"Dasar."

"Lalu kenapa dengan dia profesor, apakah dia terinfeksi  berubah menjadi seperti mereka?"

"Tidak, ketika terjadi awal terinfeksi tepat dia sadar. Waktu itu saya bersama tim medis akan mencabut segala aktivitas alat pendukung kehidupannya. Tapi kondisi tidak terkendali sampai saat ini. Dia memaksa saya untuk emlakukan penelitian apa sebenarnya penyebabnya dan mencari jalan keluar dari permasalahan yang sedang terjadi."

"Dan profesor menuruti perkataannya?"

"Dengan gilanya saya mengikuti perkataannya, saya batalkan menuju pulang kerumah untuk mencari tau semuanya dan mengamati yang terjadi."

"Jadi manusia terinfeksi yang profesor bawa?"

"Iya itu untuk uji coba vaksin yang berhasil di buat."

"Vaksin? Dalam keadaan seperti ini profesor meneliti? Bukannya melindungi diri malah meneliti? Saya patut kagum atau apa profesor?"

"Terserah kamu ingin bagaimana, tapi tujuan saya hanya untuk berjaga jika saya terinfeksi saya sudah punya penawarnya.

"Uji cobanya berhasil profesor?"

"Belum ada hasil yang pasti."

"Selama ini profesor tinggal dimana?"

"Di laboratorium lantai lima."

Hans bertemu dengan Ronald yang merupakan satu profesi di rumah sakit yang sama. Ronald sangat menghormati Hans karena Hans bergelar profesor mudah yang tidak mungkin dicapai oleh dokter lainnya diusia yang sama. Ronald memiliki hobi menembak, sehingga dia memiliki snejata yang legal yang dibelinya sangat mahal dan dibawanya kemana dia pergi.

"Tenang Profesor jika dia tidak mampu lagi kita lawan, saya memiliki ini" Ronald menunjukkan pistol yang ada di sabuk pinggangnya.

"Kamu masih saja membawa pistol kemana-mana."

"Sebagai perlindungan diri, profesor."

"Orang yang melihat senjata kamu akan berfikir kamu polisi dari pada seorang dokter."

"Hobi saya memang begini profesor."

"Benar, sekarang sangat menguntungkan mempunyai hobi seperti yang kamu punya." 

"Agghhh..." Hans menahan sakit di punggungnya.

"Profesor tidak apa-apa?"

"Saya tidak apa-apa, hanya terluka sedikit."

"Dokter yakin?"

"Iya, jangan kawatir."


Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status