Damar diam-diam berjalan sendirian menuju kediaman ibu suri. Para penjaga tanpa ragu mempersilahkannya masuk karena ibu suri telah menunggunya di dalam kediamannya. Setelah memastikan keadaan aman, Damar segera masuk untuk menemui ibu suri di ruangan pribadinya.
"Salam, Gusti."
"Hal penting apa yang ingin kau katakan padaku ?" Ibu suri tak ingin berlama-lama, ia sudah sangat penasaran untuk mengetahui niat dan tujuan Damar datang menemuinya.
"Ini, Gusti." Damar menyerahkan selembar kertas yang ia dapat dari pusat kota pada ibu suri. Ibu suri tampak terkejut setelah membaca selebaran itu.
"Pria itu mengaku sebagai putra Ki Panut. Dia bilang Gusti pasti tahu siapa Ki Panut."
"Omong kosong. Aku tidak mengenalnya," jawab ibu suri tampak gusar setelah Damar menyebut nama Ki Panut.
"Sebenarnya hamba telah mengetahui segalanya, Gusti."
"Mengetahui apa ?"
Damar tak menjawab pertanyaan itu, ia hanya menatap kertas di t
Damar semakin puas setelah mendengar pengakuan ibu suri. Tak disangka rencananya bisa berjalan semulus itu. Ternyata mengelabuhi ibu suri tak sesulit yang ia bayangkan sebelumnya. Wanita itu sudah termakan oleh kedengkian di dalam hatinya, maka dengan sedikit bumbu kemunafikan saja sudah cukup untuk menggiringnya masuk ke dalam perangkap yang telah Damar buat.Setelah mendapatkan apa yang ia inginkan, Damar pun segera mengakhiri sandiwara itu. Dengan aba-aba darinya para prajurit segera masuk ke dalam kediaman ibu suri."Ada apa ini ??" Ibu suri masih belum menyadari bahwa ia telah terperangkap dalam permainan Damar."Tangkap wanita ini !!" perintah Damar. Para prajurit pun segera menangkap ibu suri setelah mendapat perintah itu."Apa-apaan ini ?? Berani-beraninya kalian menyentuhku dengan tangan kotor kalian." Ibu suri berteriak, menyumpahi para prajurit dan siapa saja yang telah berani menyentuhnya. Kejahatannya telah terbongkar namun ia masih saja bera
Ratu Sekar Ayu berdiri menatap pantulan dirinya di dalam cermin dengan tatapan kosong. Dalam hatinya bertanya, sudah benarkah keputusan yang ia ambil ? Hari itu adalah hari dimana putusan hukuman bagi ibu suri akan dibacakan. Hatinya gamang, menghukum orang yang sangat ia sayangi tidaklah mudah. Namun memaafkan begitu saja perbuatannya juga bukanlah pilihan yang bijak. Ratu hanya manusia biasa yang bisa merasakan sakit. Jika hanya dirinya yang disakiti, mungkin ia masih bisa memaafkan, namun saat mengingat kembali penderitaan kedua orang tua dan juga saudara-saudara kandungnya, sulit bagi ratu untuk bisa memaafkan. Ibu suri telah membuat kehidupan ratu begitu sulit, ia menjadi yatim piatu hanya beberapa bulan setelah ia dilahirkan. Ratu tak pernah merasakan kasih sayang kedua orang tua kandungnya, bahkan wajah mereka saja ratu tak ingat. Beruntung ada Raja Widharma dan Ratu Pancawati yang begitu tulus menyayanginya. Mereka bersedia menggantikan peran kedua orang tuanya tanpa
Ratu berdiri di luar kamarnya, memandangi bulan yang bersinar terang di langit malam yang cerah. Entahlah, malam semakin larut namun ia tak kunjung dapat memejamkan mata. Beberapa hari ini ia merasa sangat lelah setelah dihadapkan dengan berbagai kenyataan pahit yang harus ia hadapi. Sesekali terlintas wajah ibu suri di benaknya, ia masih sempat berfikir apakah eyangnya itu baik-baik saja di tempat pengasingannya. Walau ibu suri telah begitu jahat padanya dan keluarganya, ratu tetap tak bisa mengabaikannya. Tak mudah memang menghapus semua kenangan manis antara dirinya dan eyangnya itu. Walaupun semuanya palsu, kasih sayangnya palsu, ratu tetap menganggap itu sebagai hal yang luar biasa dan begitu membekas di dalam ingatannya. "Yang Mulia belum tidur ?" Candrika memecah lamunan ratu. "Candrika. Kau rupanya." Ratu terhenyat saat Candrika tiba-tiba berdiri di sampingnya. "Ada apa kau datang menemuiku selarut ini ?" katanya lagi. "Segeralah masuk, Yang Mul
Hari masih sangat pagi, namun ratu sudah bergegas menuju ruang tahanan didampingi beberapa pengawalnya. Walau telah dilarang oleh pengadil kerajaan, ratu tetap bersikeras untuk pergi. Ratu ingin melihat sendiri orang-orang yang hendak membunuhnya semalam. Setibanya di ruang tahanan, ratu langsung diarahkan ke sel khusus dimana orang-orang itu diamankan. Semua penyusup berhasil diamankan, dari kelima penyusup, perhatian ratu hanya tertuju pada satu orang, yaitu Damar."Kenapa kau melakukan semua ini ?" tanya ratu, namun Damar terlihat segan untuk menjawab pertanyaan itu."Jawab aku, Damar !!" bentak ratu, Damar masih saja diam."Biar aku yang menjawabnya." Seorang wanita tiba-tiba menyela ucapan ratu. Wanita itu tak lain adalah Utari, hanya saja ia ditahan di sel terpisah dengan Damar. Ratu terkejut melihat keberadaan Utari, ia tak menyangka Utari turut tertangkap malam itu bersama Damar."Kau ... ""Iya ini aku, Utari istri Damar. Istri
Menjelang hari eksekusi, Damar dan beberapa orang yang tertangkap bersamanya masih berusaha mencari cara untuk kabur. Setelah tertangkap malam itu, Damar merasa sangat putus asa karena telah gagal menjalankan misinya, terlebih Utari pun harus ikut mendekam di sel tahanan bersama dirinya. Seharusnya Utari dapat melarikan diri bersama keluarganya, namun karena berusaha menolong Damar dari kejaran para prajurit, ia pun akhirnya turut tertangkap. Malam itu Utari dan keluarganya sudah menunggu Damar di perbatasan utara. Rencananya, berhasil ataupun gagal Utari dan keluarganya akan tetap melarikan diri guna menghindari pasukan kerajaan yang pasti akan memburu mereka. Karena Damar tak kunjung datang, kemudian Utari nekat menyusul Damar menuju gerbang utara kerajaan. Mpu Geger sudah berusaha mencegahnya namun gagal. Akhirnya keduanya pun harus berakhir di dalam sel tahanan bersama-sama. Sebenarnya para pengikut setia Adipati Giriwetan sudah sejak lama merencanakan pembunuhan terhada
Damar tiba-tiba teringat keris Samber Nyowo yang masih tertinggal di kediamannya. Ia meminta Utari pergi lebih dahulu bersama anak buahnya sedangkan ia akan menyusul mereka setelah berhasil mengambil keris pusaka itu. Utari sangat keberatan karena terakhir kali Damar tak bisa memenuhi janjinya untuk keluar dengan selamat. Apalah arti sebuah keris dibanding dengan keselamatan diri, Utari khawatir Damar akan kembali tertangkap. Namun karena Damar terus membujuk dan meyakinkannya Utari pun akhirnya luluh dan setuju untuk menunggu di perbatasan utara. Damar berjanji mereka berdua akan memulai hidup baru setelah berhasil kabur nanti. Namun setelah berhasil mengambil keris pusaka, bukannya segera meninggalkan istana Damar justru menyelinap masuk ke dalam kediaman Ratu Sekar Ayu. Saat itu ratu sedang tidur, perlahan Damar menyibak tirai yang menutupi ranjang emas ratu, ia angkat keris pusaka di tangannya, lalu ... "Jleeeeb ... !!" Tusukan keris Damar mengenai bantal tidur r
Utari berjalan lunglai menapaki tanah basah di tengah rimbunnya dedaunan. Matanya sembab, keringatnya bercucuran melebur bersama air hujan yang membasasi tubuh. Sudah semalaman ia berjalan menyusuri hutan namun tak juga menemukan keberadaan bopo dan anak buahnya. Katanya setelah beberapa saat berjalan membelah hutan ia akan menemukan sebuah desa kecil yang diapit oleh dua buah sungai, mereka akan berkumpul di desa itu sebelum melanjutkan perjalanan. Namun setelah sekian lama berjalan, Utari tak kunjung menemukan tanda-tanda kehidupan. Hutan itu seakan tak ada ujungnya. Jangankan sebuah desa, sinar matahari saja sampai tak terlihat karena tertutup rimbun dan lebatnya pepohonan. Utari akhirnya menyadari bahwa ia telah jauh tersesat dari tempat tujuannya.“Kenapa semua ini harus terjadi padaku ?!” teriak Utari.Utari menjatuhkan dirinya ke tanah dengan air mata yang mengalir deras. Ia sudah tak sanggup lagi. Lelah, lapar, marah, putus asa, Utari menangis
Hari berganti bulan, bulan berganti tahun. Sedikit demi sedikit Ratu Sekar Ayu mulai bisa berdamai dengan keadaan. Kini ratu tengah menyibukkan diri dalam mengembangkan kerajaan. Setelah Damar pergi ratu mulai bisa menata hidupnya kembali. Tak mudah memang namun bukan tak mungkin. Saat hati telah tulus mencintai, memiliki tak akan lagi menjadi tujuan utama. Yang terpenting hanyalah bagaimana melihat orang yang ia cintai bahagia walau dengan cara yang berbeda. Ratu tak mau berakhir seperti Rahwana karena telah mengambil jalan yang salah dalam memperjuangkan cintanya. Salah tetaplah salah, cinta tak bisa dijadikan pembenaran untuk sebuah dosa.Di suatu pagi yang cerah,Pangeran Panca diam-diam memperhatikan Ratu Sekar Ayu dari kejauhan. Saat itu ratu sedang berdiri menikmati sinar mentari pagi di tepi danau. Semakin lama menatapnya, pangeran semakin bisa merasakan kegetiran yang sedang ratu rasakan. Ratu bisa tersenyum pada semua orang namun sebenarnya ia sedang berusaha
"Akulah yang kau cari, Utari," kata Ratu berdiri di hadapan Utari sambil memegangi dadanya. Walau telah siuman, namun efek racun di dalam tubuhnya tak bisa secepat itu hilang. Para tabib telah berusaha memintanya untuk pergi menyelamatkan diri, namun ratu justru lebih memilih untuk menyelesaikan masalahnya dengan Utari. "Bedebah !! Baiklah, aku tak akan bermain-main lagi denganmu !!" teriak Utari marah mengetahui kesembuhan ratu. Tanpa banyak basa-basi, ia langsung mengayunkan pedangnya ke arah ratu. Dua wanita itu bertarung, keadaan ratu yang belum pulih sepenuhnya membuatnya kuwalahan menghadapi Utari. Damar berusaha bangkit karena begitu mengkhawatirkan keadaan ratu, namun ia tak berdaya karena luka di tubuhnya dan juga hadangan dari anak buah Utari. Tak butuh waktu lama, Utari pun berhasil mengakhiri perlawanan Ratu Sekar Ayu. Ratu terkulai dengan cucuran darah dari mulut dan hidungnya, ia tak berdaya di bawah ancaman pedang Utari. "Kau suda
Utari berhasil memasuki istana Welirang. Istana yang sedang kosong ditinggal para penghuninya berperang di medan peperangan dengan mudah berhasil diobrak abrik oleh Utari dan pasukannya. Tujuannya sudah jelas, menemukan keberadaan Ratu Sekar Ayu. "Katakan dimana ratu kalian ??" teriak Utari sambil mengancam para dayang di istana. Mereka yang ketakutan pun akhirnya dengan berat hati menunjukkan keberadaan Ratu Sekar Ayu. Saat Utari mendobrak pintu, Ratu Sekar Ayu masih terbujur di atas ranjangnya. Tubuhmya masih membiru dengan aroma busuk yang mulai keluar dari luka di lengannya. Utari tersenyum puas menyaksikan sendiri betapa dahsyatnya upas sewu bekerja pada tubuh ratu. "Lihatlah dirimu sekarang. Apa yang ingin kau sombongkan dariku ?" kata Utari sambil memainkan pedangnya di wajah ratu. "Ini semua tak seberapa. Kau tahu betapa sengsaranya aku selama ini ?? Kematianmu pun tak cukup untuk menghapus luka batinku." Utari menatap ratu dengan penuh kebenc
Pertempuran antara pasukan Welirang dan pasukan Jagalan akhirnya pecah. Pertumpahan darah yang ditakutkan oleh banyak orang pun akhirnya terjadi juga. Saat itu medan perang dipenuhi riuhnya suara pedang, lesatan anak panah dan teriakan para prajurit yang berjuang membela pasukannya masing-masing.Di sela-sela ayunan pedangnya, Raja Widharma tampak mencari-cari keberadaan Pangeran Wiguna. Perang sudah berlalu cukup lama, namun ia tak juga melihat keberadaan putranya itu.Raja Widharma semakin merangsek masuk membelah pasukan lawan, berharap bisa segera menemukan keberadaan Pangeran Wiguna. Ia ingin sekali menghukum putranya itu karena tak mengindahkan larangannya untuk memberontak. Bukannya Pangeran Wiguna, Raja Widharma justru bertemu dengan Utari. Ia sedikit terkejut karena ternyata pasukan itu dipimpin oleh seorang wanita alih-alih Pangeran Wiguna. Raja Widharma ingin beranjak pergi namun Utari memaksanya untuk tetap berada di sana.Utari dan Raja Widharma sal
Keesokan harinya tanpa ada yang tahu peristiwa yang menimpa Pangeran Wiguna,Utari berjalan keluar dari kadipaten dengan baju zirah lengkap dengan senjata di kedua tangannya. Ribuan pasukan Jagalan telah bersiap di depan kadipaten setelah mendapatkan perintah perang dari Utari. Utari berdalih Pangeran Wiguna telah ada di perbatasan menunggu mereka bergabung dengan pasukan sekutu. Para prajurit yang tak tahu apa-apa menurut saja apa kata Utari yang katanya telah ditunjuk untuk memimpin pasukan Jagalan.Utari tak ingin membuang waktu, ia dan ribuan pasukannya segera bergerak menuju Welirang. Hentakan kaki kuda dan sorot tajam matanya sudah cukup menggambarkan betapa siapnya ia untuk bertempur melawan pasukan kerajaan. Ia sangat yakin dapat memporak-porandakan Welirang dengan ribuan prajurit yang telah dilatih dan dipersiapkan oleh ibu suri selama ini menggunakan dana gelap kerajaan Welirang. Sokongan dari pasukan sekutu pun sudah lebih dari cukup dan membuatnya semakin p
Damar dihajar habis-habisan oleh Nyi Gandaruhi. Pertarungan yang tak seimbang itu membuat Damar babak belur. Sementara itu, fajar sudah mulai terlihat di ufuk timur, sinar yang terpancar dari bunga Geniri pun mulai meredup. Satu per satu kelopaknya mulai menutup, bunga itu harus segera dipetik sebelum menutup sepenuhnya. Jika malam itu menjadi malam terakhir ia mekar, maka hilang sudah kesempatan mereka untuk menyelamatkan nyawa Ratu Sekar Ayu. Nyi Gandaruhi nampaknya tahu betul akan hal itu sehingga ia terus berusaha menghalangi Damar agar tak sampai menyentuh bunga itu. Damar tak mau menyerah, dengan sisa kekuatan yang ada, ia kembali bangkit dan berusaha melawan Nyi Gandaruhi. Ratu Sekar Ayu sedang menunggunya, bagaimanapun caranya ia harus bisa mendapatkan bunga itu. Tak apa jika raganya harus hancur di tangan Nyi Gandaruhi, asalkan ia dapat membawa pulang penawar racun itu. Semua orang sedang menggantungkan haparan besar padanya, ia tak mau mematahkan harapan itu.
Utari tersenyum puas saat menerima laporan dari orang suruhannya perihal keadaan Ratu Sekar Ayu. Walau bidikannya tak tepat sasaran, namun ternyata sedikit luka di tubuh ratu sudah cukup untuk menumbangkannya. Untuk beberapa saat ratu masih bisa memperpanjang napas, namun Utari yakin itu tak akan lama karena usaha Damar akan sia-sia belaka, Nyi Gandaruhi tak akan semudah itu dikalahkan. Tak disangka ternyata bidikannya akan mengenai dua mangsa sekaligus, karena pergi ke hutan Larangan sama saja dengan bunuh diri."Damar, sampai saat inipun kau masih memihaknya," gumam Utari sambil melumat habis bunga di tangannya. Tak bisa dipungkiri rasa cemburu itu masih ada. Melihat Damar rela mengorbankan nyawa demi ratu membuat kebencian di dalam dirinya kian bergejolak. Ia semakin berambisi untuk menghancurkan Ratu Sekar Ayu dan kerajaannya.Setelah menerima kabar soal kondisi ratu, Utari segera menemui Pangeran Wiguna untuk membicarakan rencana besar yang akan ia jal
Damar berangkat menuju Hutan Larangan dengan beberapa prajurit bersamanya.Perjalanan panjang melelahkan serta berbagai halangan yang menghadang tak menggoyahkan langkah Damar demi mendapatkan penawar racun itu. Tiga hari perjalanan yang biasanya ditempuh oleh kebanyakan orang, berhasil ia persingkat. Ia mengambil resiko besar mempertaruhkan diri membelah lebatnya hutan yang belum banyak terjamah oleh manusia. Bukan tanpa hambatan, sepanjang perjalanan mereka banyak menemui hal-hal ganjil yang tak masuk di nalar manusia. Mereka sempat melihat manusia berbadan ular, terkadang pasar di tengah hutan, bahkan istana emas dengan dayang-dayang cantik yang hampir saja menyilaukan mata para prajuritnya. Beruntung Damar dapat menyadarkan para prajurit sebelum mereka terjerumus ke dalam dunia mereka.Setelah melalui banyak rintangan, akhirnya Damar dan pasukannya sampai di lereng Hutan Larangan. Mereka segera memeriksa, menyebar ke berbagai arah untuk menemukan Bunga Geniri. Seki
Hari sudah menjelang petang saat Damar tiba di depan gerbang istana Welirang. Ia langsung dihadang oleh para penjaga yang sedang bertugas saat itu. Para penjaga sangat terkejut, setelah bertahun-tahun tak diketahui keberadaannya Damar tiba-tiba berdiri di hadapan mereka. Mereka semakin kaget saat mendapati Ratu Sekar Ayu terkulai lemah di atas kuda yang Damar naiki. Mereka menyangka Damar sedang menyandera ratu untuk tujuan tertentu. Kepala penjaga segera memerintahkan para prajurit untuk segera menyelamatkan ratu."Tunggu !! Ratu sedang membutuhkan pertolongan," teriak Damar, namun tetap tak digubris oleh para prajurit.Damar benar-benar kehilangan kesabaran, ia akhirnya nekat mendobrak gerbang istana lalu menerobos masuk ke dalam istana. Tak ada gunanya berdebat dengan para penjaga, keselamatan ratu jauh lebih penting baginya.Kuda itu terus melaju memasuki istana. Para penjaga pun tak tinggal diam, mereka mengejar Damar sehingga menimbulkan keributan di dalam
Ratu berjalan keluar dari pendopo kadipaten, langkahnya tiba-tiba terhenti, wajahnya sangat terkejut saat ia tanpa sengaja mendapati Utari berdiri di ambang pintu. Setelah bertahun-tahun menghilang tanpa jejak, bagaimana bisa ia bertemu dengannya lagi di Kadipaten Jagalan. Ratu benar-benar membeku melihat Utari berdiri di hadapannya.Tak hanya ratu, Utari pun sempat membeku beberapa saat. Jantungnya bergetar hebat saat berhadapan langsung dengan Ratu Sekar Ayu. Setelah sekian waktu berlalu, ratu masih tetap terlihat sama, wajah itu mengingatkannya kembali pada luka masa lalu, mengingatkan kembali pengkhianatan Damar dan semua penderitaannya. Utari semakin dengki melihat kecantikan Ratu Sekar Ayu, ingin rasanya ia cabik-cabik wajah orang yang sedang berdiri di hadapannya itu.Utari sebenarnya tak berniat menampakkan diri sebelum ambisinya terpenuhi. Ia ingin menjadikan dirinya sebagai kejutan terbesar saat ia berhasil membalas dendam pada ratu, namun karena kebencian ya