"Jangan pergi, Al. Tetaplah di sini bersamaku." Beyonce menahan tangan Aldrich dengan tatapan mengiba, membuat Aldrich yang berdiri kembali duduk. Aldrich mengusap pipi Beyonce dengan penuh perhatian. "Sayang, aku hanya sebentar. Kau sangat pucat. Aku mengkhawatirkanmu." "Tidak perlu, Al. Sekarang yang aku butuh cuma kau." Bukannya tangan Aldrich dilepas, Beyonce malah bermanja-manja menyandarkan kepala di atas pangkuan pria itu. Senyum Aldrich terbit, ia tersanjung mendengarnya. Tidak biasanya Beyonce lengket padanya seperti ini? Apa karena setelah pergumulan tadi? Istrinya menginginkan lagi tapi malu mengatakannya? "Baby, kita bisa bercinta lagi setelah ini. Karena aku tidak akan pergi ke kantor," bisik Aldrich mesra sambil mengusap rambut Beyonce . "Kau libur demi aku?" Beyonce tampak terkejut. Aldrich mengangguk dengan tersenyum penuh arti. Wajah Beyonce pun memanas, jantungnya berdebar kencang saat Aldrich hendak menciumnya. Namun, sebelum bibirnya menempel Beyonce kembali
"Mama duduk saja, pasti sebentar lagi papa datang,” kata Zico berlagak dewasa semenjak Beyonce hamil. Sore itu Zico dan Biyonce janji bertemu dengan Aldrich di sebuah pusat perbelanjaan di Salvador untuk berbelanja keperluan bayi. Namun tidak hanya berdua juga ditemani Timothy. “Mm, baiklah.” Beyonce mengernyitkan wajahnya sambil memegangi perutnya hati-hati dibantu Timothy saat duduk, ia agak kesulitan bergerak selama kehamilannya yang ke sembilan bulan ini. Beruntung, kehamilannya tak memiliki masalah seperti kehamilannya yang pertama. Ia tak ngidam atau menginginkan sesuatu yang merepotkan Aldrich dan semua orang. “Dari yang saya dengar dari Willy, Tuan hari ini sedang ada meeting dengan beberapa klien dari luar negeri. Mungkin hingga sekarang belum selesai, Nyonya Bey,” sambung Timothy kemudian menyodorkan sebotol air mineral dari tas travel yang ia bawa. “Minumlah dulu, Anda terlihat haus?”“Kau benar, Timo.” Beyonce menerima air lalu menenggaknya, sekarang tenggorokannya ben
Di dalam helikopter, mata Aldrich terbelalak melihat kobaran api yang melahap tempat pusat perbelanjaan itu. Jantungnya seakan ikut meledak seperti gedung yang kini hancur berkeping-keping. Pantas saja perasaannya dari tadi buruk, ternyata inilah jawabannya. Spontan ia berteriak histeris dan memaksa pilot mendarat secara darurat, karena ia sangat mengkhawatirkan istri dan anaknya. “Bey! Zico!” teriak Aldrich lagi dengan penuh air mata sambil melompat turun dari helikopter yang setengah meter lagi mendarat. “Tuan!” William sampai kaget lalu menyusul Aldrich dengan berlari, karena posisi helikopter yang mendarat agak jauh dari lokasi. Aldrich harus menerobos kerumunan orang-orang dan para korban yang tergeletak di sekitar halaman, puing-puing pusat perbelanjaan itu yang hancur dengan hati tak tenang sambil terus menerus memanggil nama Beyonce dan Zico. “Permisi, saya mau lewat!” ucap Aldrich terburu-buru, tak peduli harus menyingkirkan orang-orang yang juga dilanda musibah mencari k
“Nyonya sudah ditemukan Tuan, tapi… Maaf, Nyonya tidak selamat.”"Tidak! Kau pasti bohong, Willy!" tepis Aldrich tak mau percaya."Sabar, Tuan. Maafkan saya—""Diaaam!" sentak Aldrich membuat William bungkam dan Zico yang masih dalam dekapannya semakin terlihat ketakutan. Sebab baru kali ini ia mendengar Aldrich membentak seseorang. Zico menangis sesenggukan, membuat Aldrich sadar jika ketidak sengajaan itu justru menyakiti putranya. "Nak, tolong maafkan papa." Aldrich menciumi pipi Zico berulang kali lalu mengusap pipinya yang basah. "Mama di mana, Papa? Aku mau bertemu mama...." Zico malah menanyakan itu dalam tangisannya yang kian deras. "Ada, Mamamu sudah ditemukan sayang. Jangan menangis lagi, oke? Zico anak kuat, kan?" jawab Aldrich dengan tersenyum, walau tak selaras dengan hatinya. Tapi kemudian beberapa petugas medis dan perwakilan pusat perbelanjaan itu, menghampiri mereka untuk menemui Aldrich. "Saya mengucapkan permohonan maaf sebesar-besarnya kepada Tuan Jonas, karen
Gemericik air shower luruh menghujani tubuh polos pria perkasa di bawahnya. Ia memejamkan mata, menikmati sentuhan air dingin itu tanpa terpengaruhi hujan di luar yang begitu deras. Ia selalu melakukannya jika dirinya sedang kacau. Tapi nyatanya, dinginnya air shower tak mampu meredakan panas di kepalanya saat teringat masa lalunya yang begitu menyakitkan. "Bawa anak itu pergi bibi Halves! Aku tidak mau melihatnya lagi!" titah Aldrich membuat Zico begitu terpukul. "Papa, jangan membenciku. Aku sayang papa... Aku hanya punya papa...."Gigi pria muda berusia 25 tahun itu bergertak, kepalanya berasap dan ia menggeleng dengan bahu turun naik saat napasnya berubah cepat. Pyaar! Kaca pecah di depannya menjadi saksi bisu punggung tangannya berdarah-darah, setelah dengan murka ia memukul kaca itu. Tancapan beling di kulitnya dibiarkan. Seolah tak berarti apa-apa, walau genangan air di bawah telah berubah merah pekat. Karena sakit yang ia rasakan berpuluh-puluh tahun di hatinya. Jauh le
Drrt... Drrt... Freya membuka matanya yang terasa berat, setelah mendengar dering sebuah ponsel siang itu. Tangannya meraba-raba sekitar yang kosong dan akhirnya menemukan benda pipih yang ia cari. "Mommy?" Kedua netra Freya terbelalak saat melihat nama itu muncul di layar, Freya segera menempelkan cepat ponsel itu ke telinga dan tak sengaja jarinya menekan loudspeaker. "Bagaimana acara pameran lukisanmu di San Sebastian, Freya? Apakah semuanya berjalan lancar, humm?" tanya ibunya Freya di seberang dengan antusias. Freya menggeliat, namun hal itu membuat matanya kembali membola. Saat dadanya yang terbuka ditumpuki segepok uang. "Uang si-siapa ini?" gumam Freya dengan jantung berdebar kencang. Samar-samar kejadian semalaman terulas, ketika seorang pria asing menggaulinya dengan brutal. Keringat dingin praktis bercucuran di wajah Freya, dengan tangan gemetar Freya mengintip ke bawah selimut. "Aaaaaaa!" Setelah mendapati tubuhnya polos tanpa sehelai benang, Freya tak bisa membendun
"Tapi karena akulah penawar tertinggi lukisanmu. Jadi, kau harus memberikannya padaku Nona Freya," ucap Zico penuh kemenangan sembari melirik MC lelang, "Bukan begitu, Tuan Oliver?" Oliver mengangguk. "Tuan Duarte benar, Nona Estrada. Anda harus menjualnya sesuai kesepakatan, karena Anda telah menyerahkan lukisan itu kepada kami untuk dilelang."Pernyataan Zico dan Oliver, praktis menghentikan langkah Freya yang akan pergi bersama Grace. Amarah di dada wanita itu meluap, seketika teringat Zico yang telah menidurinya dan meninggalkannya begitu saja dengan sejumlah uang. Shit! Freya bukan jalang. Freya langsung berbalik badan menatap Oliver. "Saya akan menjualnya, tapi bukan pada pria itu!" tunjuknya tanpa melihat Zico. Tetapi kemudian Freya terperanjat, saat jari telunjuknya dipegangi seseorang. Rautnya seketika berubah merah padam, setelah tahu Zico lah pelakunya. "Kenapa hanya aku yang tidak boleh membeli lukisanmu Nona Freya?" tanya Zico dengan tatapan datar. "Jangan lancang me
"Apa kau sudah mengabari kakakmu, Yoel? Bagaimana tanggapannya? Co mau pulang ke Salvador, kan?" tanya Agatha penasaran menunggu jawaban sang putra yang mendadak terdiam. Yoel berlari keluar dari kelab malam, karena tak ingin mom nya itu rewel mendengar berisik di sana dan curiga kalau ia sedang menemani Zico di kelab. "Sudah, Mom. Tapi Kakak belum menjawabnya," lapornya sembari menutup bagian lubang sound ponsel. Agatha menghela napas dalam-dalam. "Semoga Co berubah pikiran." Tapi kemudian, ia memprotes sang putra. "Jangan katakan kau sedang menemaninya di kelab!""Hehe, hanya minum saja Mom. Aku tidak mau dianggap cupu oleh kakak Co.""Kebiasaan!" damprat Agatha, "Nasihati Co supaya tak celap-celup sembarangan, Yoel! Kasihan Nyonya Bey di sana pasti sedih melihat putra kesayangannya begitu."Yoel menggaruk rambutnya yang tak gatal, bukan karena mendengar omelan sang mommy. Tapi ia tengah fokus melihat Freya yang sedang memasuki pintu kelab bersama Grace dan Jerry setelah turun dar
Raiden menyeringai dengan suaranya yang tegas dan bernada mengolok. "Yang dikatakan Beyonce benar! Sayangnya kematianmu tidak akan pernah membuatku puas Zico!"Aldrich dan Beyonce mengatupkan bibir lalu berpikir sama. Kenapa sekarang Raiden bersikap jahat? Apa dia mau membalas dendam atas nama Freya? "Lalu hal apa yang Tuan minta supaya aku bisa bersatu dengan Freya?" "Meski ku minta Beyonce menikah denganku. Barulah kau bisa menikahi Freya!"Tantangan dari Raiden membuat Zico tersentak mundur, berat dia melakukannya saat melihat wajah Aldrich menunjukan kesedihan. Sedangkan di sana Beyonce diam-diam mengusap lelehan matanya saat tak sengaja tertangkap mata Freya. "Co, lakukan saja permintaan Tuan Raiden," suruh Aldrich, baginya saat ini adalah kebahagiaan anak-anaknya. "Lagi pula, aku dan Bey juga sudah lama berpisah. Tinggal meresmikannya di pengadilan."Beyonce tak tahan lagi membungkus rapat sudut matanya yang terus dihujani tangisan. Ia tahu jika Aldrich kebalikannya. "Dad
Di dalam kamar yang ditempati Freya, wanita muda itu tampak berbaring ditemani seorang perawat yang mulai memasang infus. “Suara ribut-ribut apa di luar, Suster?” Freya tak dapat melihatnya lantaran terhalang pintu yang tertutup. Hal itu sengaja dilakukan Raiden yang tidak ingin Freya tahu, tadi Beyonce sempat mendatanginya ke kamar untuk menghalanginya melakukan tindakan terlarang tersebut.“Dad juga belum kembali dari toilet?” tambahnya lagi saat perasaan nya mulai gelisah. Sebenarnya Freya juga ragu dan takut melakukan ini. Ya, selain ini pertama kali juga melibatkan nyawa. “Maaf, Nona. Saya kurang tahu soal itu," jawab suster sembari tersenyum. Freya mengangguk paham. Perawat sejak tadi bersamanya dan sama sekali belum keluar, jadi ia pasti tak tahu soal keributan itu.“Eh, tapi kalau tidak salah …," jeda sang perawat mengingat-ingat. "Tidak salah apa, Sus?" Freya yang melamun karena banyak pikiran pun lalu menanyakan itu. "Mm, sepertinya keluarga pasien di kamar pavil
“Berhenti, aku tidak mengizinkan kau melakukan apapun pada bayi kita, Freya!" Rayden, Freya dan perawat kontan terkejut karena Zico berada tepat di depan mereka saat ini. Terlebih ketegasannya mengakui kehamilan Freya merupakan ulahnya. “Kau?” Setelah menyebut Zico, Freya meringsut dan berlindung di bahu Rayden dengan ekspresi ketakutan.. Melihat itu Zico kemudian mendekatinya. “Freya, dengarkan aku. Kau percaya denganku, kan? Tolong jangan gugurkan bayi kita!”“Apa hakmu huh?!” sambar Rayden lalu mendorong dada Zico hingga pria tanpa persiapan itu sedikit terhuyung. “Freya, demi apapun. Tolong pertahankan bayi kita!” Air mata yang semula membanjiri Freya seketika surut dan dihapus wanita itu dengan kasar. Penuh kesal jari Freya juga ikut mendorong Zico sebagai pelampiasan. “Kau mengatakan ini setelah mencampakkan aku. Apa motif mu, Co?” cecar Freya penuh kecewa sebelum dia mengingat sesuatu, “Oh, jadi benar kau barter dengan Nyonya Bey tentang pernikahan papamu itu dan dia.
“Tolong!” Suara Beyonce sampai serak karena terus berteriak, Mischa jatuh di pelukan nya dalam posisi tak sadarkan diri. Ini sungguh mengejutkan, Beyonce syok hingga tak sengaja makanan yang dibawanya terlepas dari tangan. PRANG! “Sayang, bangun … apa yang telah kau lakukan ini?” Beyonce mengguncang kedua bahu Mischa agar bangun. Penyesalan di hati Ibu dua orang anak itu mencuat saat netranya tertuju pada bekas tangan yang bercap merah di pipi Mischa. Baru kali ini Beyonce menamparnya, mungkin hal itu yang membuat Mischa sakit hati dan melakukan tindakan konyol dengan bunuh diri. “Ada apa?” Zico yang berlari tiba di ambang pintu Mischa yang terbuka lebar. Matanya membelalak saat melihat dengan mata kepalanya sendiri, Mischa terkapar dalam pangkuan Beyonce dengan keadaan tidak baik-baik saja. “Co, tolong bantu adikmu?” mohon Beyonce dengan mata yang di linangi cairan basah kepada putranya terlihat memohon. Darah memang kental, sebelum Beyonce mengatakannya tuk y
"Kau mau menyogokku?!" Mischa menanyakan itu dengan tatapan sinis, berteriak seperti kesetanan pada Aldrich yang dia benci. Semua yang ada di sana pun terkejut dengan sikap Mischa yang terkesan arogan. Di keluarga Dhuarte tak ada yang berani melawan orang tua seperti itu. Sungguh Mischa sangat memalukan di mata Beyonce yang kehilangan mukanya saat ini. Apalagi sekilas Beyonce tak sengaja mendapati gurat sedih Aldrich. Bola mata pria yang pernah memberinya sejuta cinta terlihat memenuh, sebelum hilang setelah Aldrich diam-diam menghapusnya. "Mischa! Jaga ucapanmu kepada papamu!" tegur Beyonce dengan geram, mengepalkan kedua tangannya mendekati gadis itu. "Hormati dia! Paham?""Bey, sudah tidak apa-apa. Mungkin, karena kita tidak pernah bertemu jadi Mischa sedikit canggung," kata Aldrich yang tidak ingin memperkeruh situasi. Wanita yang dipanggilnya itu mengangguk, Aldrich sangat lembut jika bicara pada Zico, juga Mischa yang hanya dua kali bertemu. Kasih sayang Aldrich pada pu
“Kau be-benar Beyonce?” Halves bertanya dengan bibir bergetar. Begitupun tangannya, saat meraih wajah Beyonce untuk memastikan bahwa ia tidak berhalusinasi. Beyonce mengangguk, menyambut tangan Halves dan menggenggamnya sebelum menghamburkan diri memeluk Halves.“Iya, Bibi. Ini aku, Beyonce,” jawabnya dengan berurai air mata, semakin mendekap Halves begitu erat. Ia sangat merindukan Halves, walau dulunya Halves pernah sangat membencinya. Sedangkan Halves yang telah mendengar Beyonce masih hidup dari Zico dan Aldrich, tapi tidak melihatnya secara langsung membuat Halves kurang lega. Pasalnya, dulu istri dari keponakannya itu telah meninggal karena tragedi kebakaran. Ternyata Beyonce tidak meninggal. Sekarang Beyonce berada di depannya, Halves percaya dan benar-benar bahagia. “Aku senang bisa melihatmu lagi sayangku,” kata Halves menyisipkan kerinduannya di sela pelukan. Namun ketika tak sengaja pandangan Halves naik ke depan, dia melihat Mischa yang juga menatap Halves. Wani
"Raiden, aku ingin bicara padamu." Suara Beyonce menahan pria itu ketika akan masuk ke dalam kamar. Bergeming di depan pintu, Raiden kemudian menjawab tanpa berbalik.Pria itu mengembuskan napas kasar dengan tampak malas ia berkata, "Aku sedang lelah. Besok saja kita bicara, Bey."Tidak ingin melewatkan kesempatan bicara dengan Raiden. Beyonce memajukan dirinya berdiri di depan pria itu. Raiden pun berdecak kesal dengan membuang muka, Beyonce dapat melihat keengganan pria itu berbicara padanya dan menghindarinya belakangan ini. "Tapi ini mengenai Freya dan Zico?"Seketika mendengar itu Raiden menolehkan wajahnya menatap Beyonce dengan alis menyatu. Tampak datar membuat Beyonce menelan ludahnya susah payah. "Mengenai putramu itu yang tidak mau bertanggung jawab?" Raiden bertanya tanpa memberi Beyonce kesempatan membalas. Meskipun wanita yang pernah mengisi hatinya itu terus menggeleng—menepis semua tuduhan Raiden. "Hah, sudah bisa ditebak kalau pecundang itu pasti tidak akan p
Sarkas! Ucapan Zico bagaikan panah menembus ulu hati Beyonce yang merasakan sakit teramat dalam. Ibu mana tak sakit hati dikatakan putranya demikian? "Kenapa kau mengatakan itu, Co?" Beyonce bertanya dengan suara gemetar. Zico menyeringai, "Huh? Buat apa kau tersinggung! Bukankah kenyataannya memang begitu?!" Olokan Zico seketika membuat hati Beyonce meringis. Tapi Beyonce tak bisa menyalahkan Zico sepenuhnya, karena sang putra tak tahu kebenarannya yang ia rahasiakan. "Dengarkan mama dulu, Co?" bujuk Beyonce tapi malas didengar Zico yang menggeleng. "Cepat pergi dari sini! Dan perlu kau ingat. Aku tidak akan pernah mengabulkan permintaanmu sampai kapanpun!" tukas Zico dengan suara menggelegar hingga tubuh Beyonce berjengit kaget. Buliran bening di antara mata sayu itu pun runtuh tanpa dapat ditahan lagi. Dadanya sesak. Namun, Beyonce yang sudah bertekad datang ke sana untuk meminta pertanggung jawaban Zico menikahi Freya tak bisa ditunda. "Huh? Kenapa kau tidak pe
"Anak?" Kevin dan Yoel bersilang pandang dengan ekspresi tercengang seperti baru saja melihat hantu. Benarkah Raiden tidak berbohong? Sementara itu, Zico sendiri tampak mematung mencerna semua pernyataan Raiden saat kedua sepupunya itu menatapnya penuh tanya. Kepala Zico terus berputar-putar ke masa-masa Freya dalam jeratannya dan sempat mencoba bunuh diri. Zico terus menerus menggauli Freya sebagai pelampiasan. Mata Zico kemudian membelalak, saat pria itu teringat sesuatu yang membuatnya gelisah dan merasa lemas. 'Astaga! Sial, sial! Waktu itu, aku tak pernah mengenakan pengaman!' rutuk Zico pada dirinya yang dianggap bodoh. "Co." Panggilan dan usapan Kevin di bahunya membuat Zico sampai berjengit dengan raut masih tegang itu. "Benarkah kau... Menghamili putri orang itu? Freya yang dimaksud, apakah Freya yang mengejarmu?" tanya Kevin mencerca Zico meski ragu. Berita itu sangat menggemparkan sampai Kevin dan Yoel sulit menerima. Karena ini semua terlalu mend