“Apa mereka sudah sampai?”
Wajah yang tampak agung yang tengah duduk dikursi kebesarannya, ditangannya terdapat gelas anggur merah.
“Benar, Tuan. Mereka sedang dalam perjalanan kemari.”
Sosok Tuan itu berdiri dari singgasananya, melangkah mendekati kotak beludru yang sudah dipersiapkannya jauh hari.
“Berikan kotak hadiah ini padanya.” Ucapnya lantas berbalik pergi.
“Baik Tuan.”
Tidak lama ruangan itu kembali terbuka, sosok itu muncul disana.
“Dimana Tuan?” Tanya Fox tanpa membuang waktu.
“Kalian akan bertemu dengannya saat pesta perayaan.” Sosok yang menunggu kedatangan mereka menjawab.
Fox menatap kearah Joan, apakah mereka terlambat?
“Tuan menitipkan kotak ini untuk Fox.” Sosok itu berjalan mendekat dan menyerahkan kotak beludru yang Tuan mereka titipkan.
Tanpa ragu Fox menerima kotak beludru dari satu-satunya sosok yang menunggu kedatangan mereka diruangan itu.
“Kalian bisa memilih ruangan kalian sendiri.” kata sosok itu dan berlalu meninggalkan mereka berdua.
“Ini tidak adil, kenapa hanya kamu yang mendapat kotak hadiah?” Dari arah samping Joan menggerutu.
“Kalau kamu tertarik dengan isi dari kotak ini kamu bisa memilikinya dan pastikan kamu memakainya malam ini.” Dengan acuh Fox menjawab setelah meletakkan kotak beludru ditangannya ketangan Joan.
Sejenak Joan berfikir, pakaian apa yang hendak ia kenakan malam ini. Mengingat identitas Fos yang sebenarnya, Joan menelan ludah, tidak baik batinnya. Segera ia berbalik berlari menyusul Fox, ia tidak akan cemburu dengan hadiah yang didapatkan oleh Fox mulai dari hari ini, tekadnya.
“Fox jangan bercanda, aku tidak akan menyukai pakaian wanita dikenakan ditubuhku.” Ucapnya setelah berhasil menyamakan langkah Fox.
“Benarkah?”
‘Apa maksudnya?’ batin Joan kembali berpikir keras untuk memaknai maksud ucapan dari Fox.
Didalam kamar Fox tengah berdiri mengamati dress hitam yang baru ia keluarkan dari kotaknya. Kerut diwajahnya menunjukkan ia tidak begitu menyukai pakaian yang dihadiahkan oleh tuannya itu. Menyimpan dress itu asal, ia berjalan kearah kamar mandi. Ia butuh menyegarkan kepalanya dengan air. Hampir 20 menit ia berendam didalam bathup dan setelahnya ia keluar dan berpakaian santai, masih ada 2 jam sebelum acara dimulai dan itu artinya ia masih punya waktu untuk sendiri. Tangannya yang panjang bergerak menyalakan komputer, mengetikkan sandi dan masuk kedalam menu email. Matanya bergerak kesana kemari membaca sederetan laporan dari salah satu rekannya.
Ting!
Ia menoleh, satu pesan masuk dari ponselnya menurunkan konsentrasinya pada komputer.
‘Musuh sedang bergerak!’
Tanpa repot membalas, Fox bergerak mengambil dua pistol kesayangannya didalam laci. Dengan gerakan cepat ia mengganti pakaian santai yang ia kenakan dengan pakaian tempur yang biasa ia pakai. Celana kulit hitam ketat sudah membalut kaki panjangnya, tidak lupa dengan jaket kulit yang menutupi tubuhnya dari dinginnya malam. Kedua kakinya dibungkus sepatu both hitam, tidak lupa pada pinggangnya dua pistol yang tersimpan apik. Penampiann yang lebih mirip gilr band yang akan mengadakan konser rock and roll. Fox berjalan keluar balkom kamar yang ditempatinya, tubuhnya yang ramping melompati pembatas balkom, bangunan yang memiliki beberapa lantai tidak mengurungkan niatnya untuk melompat langsung lantai terbawah. Gerakannya terlihat anggun saat kedua kakinya sudah bertumpu pada tanah. Sejenak ia melirik keatas balkom kamarnya memastikan tidak ada siapapun yang memperhatikannya.
Sepertinya ia akan terlambat menghadiri pesta perayaan, sekarang itu bukan sesuatu yang penting yang harus ia pikirkan. Mengetahui persembunyian utama musuh jauh lebih penting. Memasuki garasi utama, ia berjalan kearah jejeran mobil yang terparkir apik. Ia ingat salah satu dari mobil-mobil itu ada juga mobil khusus untuknya. Matanya jatuh pada mobil dengan warna hitam mengkilat, ada gambar rubah dimoncong mobil tersebut. Fox mendekat, benar saja itu mobil khusus untuknya. Mobil yang akan mendeteksi langsung pemiliknya.
“Welcome Fox, saya siap melayani anda.”
Fox sejenak tersentak dengan mobil yang tiba-tiba seolah bebicara padanya. Kakinya berjalan mundur dua langkah, mobil dihadapannya benar-benar memiliki modifikasi yang amat canggih. Ia takjub dengan mobil yang seolah bisa bicara padanya itu.
Menggeleng kepala sejenak, ia tidak punya waktu untuk mengagumi kendaraan khusus yang sudah di persiapkan untuknya itu. Tanpa ragu Fox, membuka pintu kemudi, dan langsung masuk kedalam mobil.
“Ingin mengendarai secara manual atau otomatis, Fox?” Lagi-lagi mobil itu berbicara padanya.
“Manual!” jawab Fox singkat.
Ia sendiri tidak yakin pada dirinya yang sudah berbicara pada benda mati yang dioperasikan oleh mesin itu.
Bangunan terbengkalai dibagian Utara ibukota, Fox mematikan mesin mobil. Setelah keluar dari dalam mobil ia segera menghubungi salah satau anak buahnya yang ditugaskan untuk mengikuti pergerakan musuh.
“Arah jam 2, Boss. Kami akan bergerak sekarang.”
Suara dari balik handsfree yang sudah tersambung dengan bawahannya terdengar.
“Tunggu! Jangan ada yang bergerak, aku sendiri yang akan maju! Kalian tetap ditempat dan tunggu intruksi dariku selanjutnya.”
“Baik.”
Dengan waspada yang ditingkatkan, Fox mendekat kearah bangunan yang terbengkalai. Cukup sepi untuk seukuran tempat transaksi berdasarkan informasi yang ia terima. Bangunan yang sudah lapuk termakan usia, tumbuhan merambat menjalar hampir menutupi seluruh bangunan. Tempat itu jelas terlihat lebih mirip sebagai sarang binaang melata.
Kedua tangan Fox sudah menggenggam satu pistol yang siap untuk ditembakkan. Matanya liar menelisik tiap sudut sebelum ia melompat masuk melalui jendela samping, gerakannya anggun dan ringan hingga tidak terdengar suara benturan dari sepatu both yang dikenakannya dengan lantai. Bergerak masuk lebih jauh, ia masih belum menemukan jejak musuh yang sedang menempati lokasi tersebut.
Tidak puas, Fox tetap fokus ingin memastikan jejak musuh yang mungkin jauh berada didalam bangunan. Bangunan yang terdiri dari lima lantai, bisa Fox pastikan tempat ini dulu adalah hotel. Dilihat dari lantai bawah yang begitu luas dibagian depan dan pada lantai dua yang sempat ia telisik terdapat beberapa pintu meski sudah terlihat lapuk dan tidak berbentuk lagi, cukup jelas itu sebuah pintu-pintu kamar.
Plok! Plok!
“Rupanya ada tamu tidak diundang.”
Dari jarak lima meter darinya, Fox bisa mendengar nada suara mengejek. Musuh sudah mengetahui kedatangannya. Secepat itukah? Ia tidak punya waktu untuk berpikir banyak saat ini, Fox yang berniat menaiki tangga lantas memberbalikkan badan. Beberapa pria berjas hitam muncul dari arah pintu masuk. Pakaian yang mencolok untuk seukuran pengedar. Belum juga ia melakukan gerakan untuk menodongkan pistol ditangannya, puluhan musuh bergerak dari arah lantai dunia. Situasi yang tidak mendukung, ia tidak menyangka akan masuk ke dalam jebakan murahan seperti ini. Tatapannya kemudian jatuh pada pria yang berdiri paling depan diantara pria yang mengenakan setelan formal.
“Kejutan! Bagaimana menurutmu Fox, terburu-buru untuk menangkap musuh tapi malah terjebak oleh musuh? Sesuatu yang tidak pernah kamu duga, bukan?” Sosok itu mengeluarkan pistol dari balik saku jaketnya.
“Cihh, rencana murahan!”
Dor!
Dor!Satu tembakan melesat melewati helaian rambut Fox, tembakan peringatan. Fox tidak menduga pimpinan dari musuh tidak bisa diprovokasi dengan mudah. Dan lagi, kemana anak buahnya yang ditugaskan untuk berjaga didepan?“Seperti katamu, ini hanya rencana murahan tapi lihatlah aku berhasil menangkap tangkapan yang bagus. Bukankah ini luar biasa? Ayolah, jangan kaget dengan tembakan barusan, aku tidak mungkin melukaimu saat ini.” Sosok itu kemudian berjalan mendekat.“Pistol yang bagus.” Komentarnya, mengetuk-ngetuk pistol yang ditodongkan Fox dengan pistolnya sendiri.“Jatuhkan!” Perintahnya setengah membentak.Fox menurut, melepaskan genggamannya pada pistol kesayangannya.“Bagus.” Komentarnya lagi, berpuas diri.“Kalian ikat dia dan bawa keatas!” Perintahnya pada dua sosok yang berdiri menodongkan pistol pada Fox.“Bagus, hari ini akan ada hadiah besar
Tidak ada yang perlu ia tanyakan lagi mengenai mengapa dirinya berada ditempat sosok dihadapannya. Ia akan mencari tahu sendiri apa yang terjadi setelah keadaannya sedikit lebih pulih. Di pintu kamar ia melihat sosok itu kembali berbincang dengan dokter yang sudah memeriksa kondisi tubuhnya. Setelah sosok dokter yang telah memeriksa kondisinya menghilang dibalik pintu sosok pria itu kembali mendekat kearah dimana Fox terbaring. Senyum yang tampak ragu-ragu melengkung dibibirnya.“Bagaimana? Apa kamu butuh sesuatu?” Tanyanya sedikit lebih akrab.“Saya sedikit haus.” Ucap Fox dengan suara serak.Keinginannya yang sedari tadi tertunda, tanpa ragu-ragu sosok itu bergerak cepat kearah gelas air yang terletak diatas nakas.“Maaf, seharusnya saya tahu anda akan sangat haus.”Fox tidak membalas, ia hanya menatap tangan yang terulur dengan air itu, sedikit mengangkat tangan.“Dimana ini?” Ia selesai den
Fox membuka matanya, perlahan ia bangkit dari atas tempat tidur. Ia bahkan tidak sadar sejak kapan ia tertidur. Melirik keluar jendela hanya gelap yang terlihat. Sudah berapa lama ia tertidur? Apa itu sungguh tertidur atau sengaja dibuat tertidur? Melihat sekeliling ia masih berada ditempat yang sama. Ia ingat, terakhir kali ia berniat pergi dari tempat ini setelah mengucapkan terima kasih. Sekarang kekhawatirannya tentang sosok penolongnya menjadi kenyataan. Orang itu tidak berniat untuk membiarkan ia pergi dari tempat ini. Apa yang sebenarnya terjadi Fox masih mencari tahu? Musuh di Indo sama sekali belum ia ketahui dan bisa saja orang yang menolongnya adalah musuh berkedok sebagai pahlawan untuknya. Luka-luka ditumbuhnya memang berangsur membaik tapi untuk bergerak bebas masihlah sulit untuk ia lakukan. Apalagi jika ia berniat kabur ditempat ini yang sudah pasti dijaga dengan ketat. Belum melangkah mendekati gerbang ia akan kembali terbaring diatas ranjang pasien. “Haah..
Ruangan yang di dominasi oleh putih dan abu, seorang pria dewasa yang tengah menyulut rokok disudut bibirnya. Pada ketinggian bangunan tempat pria itu berdiri, dibawah sana hiruk-pikuk dunia terus bergerak entah teratur atau berantakan. Saat asap putih berbentuk oval keluar dari mulutnya ia tersenyum miring. Seseorang yang gila akan pertempuran dan darah yang menyebar dimana-mana, ia mendambakan itu lebih dari nafsu pribadinya.Sesaat yang lalu, ia menerima laporan bahwa salah satu bawahan kepercayaannya menghilang. Ia tahu hal itu akan terjadi dan sosok yang telah melakukan tindakan itu tidak lain adalah si serigala lapar yang tidak kenal ampun. Sangat lucu mengingat mereka dulu berada di neraka yang sama, hanya saja ada yang berbeda dari ingatannya.Wajah yang awalnya tersenyum itu berubah menyulut tajam dan mengeras. Bagaimana wanita itu melupakan dirinya begitu saja tanpa mengingat sedikit pun tentang dirinya?Kembali pada beberapa saat lalu saat ia duduk da
Sesaat setelah melewati pintu, Fox mengedarkan pandangannya. Sebuah pesta mewah dengan orang-orang luar biasa di dalamnya. Para pejabat, artis terkenal, pebisnis hebat dan barisan orang-orang berduit lainnya. “Apa ini?” tanya Fox dengan suara dalam. Frank tidak menjawab dan hanya tersenyum miring. Jelas saja matanya sedang mencari sosok itu. “Kau tidak berpikir bahwa aku tidak bisa menghilang dari pandanganmu di tempat ini, bukan?” lanjut Fox. “Cobalah!” lirik tajam Frank mengancam. Fox mendecih keras namun tidak sampai menimbulkan perhatian dari para tamu pesta. Masih jelas di ingatannya, hari itu ia dengan konyolnya di culik sejam sebelum ia akan menghadiri pesta yang telah di siapkan oleh tuannya. Berjalan menjauh dari Frank, Fox mendekat ke arah meja panjang dengan dessert lezat di atasnya. Ia tidak menyukai hal-hal manis. Baginya rasa manis lebih kejam dari obat pahit. Namun kali ini moodnya lebih buruk dari tampilan manis cake y
Sehari telah berlalu sejak bebasnya Fox di tangan Frank. Sejak hari itu juga, John tidak melepaskan pandangannya dari Fox. Ia terlihat seperti bebek yang mengikuti induknya ke mana-mana. Bahkan ketika Fox ingin ke kamar mandi tanpa sadar ia berjalan mengikuti. Hingga berakhir menerima lemparan sayang dari Fox.“Apa kau yakin akan kembali ke LA? Aku tidak yakin jika Bos akan setuju dengan itu.” John berbicara sembari berlari kecil mengejar langkah Fox yang di percepat.“Hmm, aku belum siap di sini, mengulang latihan tiga tahun lagi untuk memperkuat diriku,” balas Fox acuh. Ia tidak ingin di permalukan dua kali oleh pria itu. sangat tidak menyenangkan melihat seringaian menjengkelkan yang harus ia lihat setiap hari di sana.“Hey, itu hanya karena kau lengah sesaat! Kau hanya sedang tidak beruntung saat itu.” John bergerak cepat dan mencegat langkah Fox. Mendelik kesal, Fox melempar tinju ke arah wajah John. Kekuatan tidak seimba
Fox menatap gunung berbatu di hadapannya tanpa ekspresi. Jalan tercepat menuju kamp pelatihan iblis tidak lain dengan memanjat gunung di hadapannya. Ia tidak akan goyah, niatnya untuk menjadi lebih kuat dan tidak menjadi beban adalah kekuatannya saat ini. Bersiap untuk mulai memanjat tanpa tali pengaman dan di punggungnya terdapat satu ransel besar yang memuat beberapa beban pemberat. Jika sedikit saja kakinya goyah maka ia akan jatuh, beruntung jika ia langsung mati dan bukan tulang remuk yang hanya akan membuatnya lebih menderita. Camp iblis, sesuai namanya, sebuah tempat pelatihan mengerikan yang berada di sebuah pulau di laut pasifik. Cukup mudah untuk tiba tepat di kamp pelatihan, namun untuk menjadi anggota pelatihan elit. Mereka harus memulai dari garis awal, tepatnya di pinggir pantai yang menjadi dermaga satu-satunya. Memanjat gunung berbatu atau berjalan memutar hingga tiba di pintu kamp pelatihan iblis. Mengencangkan kekuatan tangannya saat mengangkat sedi
Davin mendorong tubuh penuh sabun Fox kembali ke dalam kamar mandi. Ia memiliki pikilan gila dan sekarang ia hanya akan semakin gila dengan gadis yang tidak bisa menjaga tubuhnya sama sekali.“Bagaimana kau bisa tinggal berdua dengan pria itu selama ini?”Fox tidak langsung menjawab, melainkan mengingat hari-hari yang ia habiskan bersama John. Tidak ada yang buruk untuk tinggal bersama pria itu, John cukup pengertian dan selalu sigap dalam setiap situasi.“Cukup baik, ia tidak pandai memasak tapi cukup untuk perut yang kelaparan.”Davin menghentikan gerakannya menyiram tubuh Fox dengan shower di tangannya. Dulu ia mengabaikan keberadaan Fox. Pertemuan kedua mereka adalah membawa Fox ke dunia bawah dan memerintahkan seseorang untuk membawanya ke kamp pelatihan. Setelah itu, ia sepenuhnya melupakan keberadaan seorang gadis yang telah ia bawa ke dunianya. Membiarkan gadis itu berjuang sendirian hingga beberapa pencapaian yang membuat