Home / Romansa / The Fact That He is My Hope / "Mara pengen mamah baik ke Mara,"

Share

"Mara pengen mamah baik ke Mara,"

Author: teninonee
last update Last Updated: 2021-07-28 18:41:51

Selepas pulang sekolah Tamara pasti menyempatkan diri untuk menengok toko bunga miliknya dan merawat bunga-bunga yang ada. Seselesainya, ia kembali menuju rumah ibu kosnya, membersihkan diri dan mulai mengerjakan tugas-tugas sekolahnya.

“Hari ini ada tugas bahasa Indonesia sama sejarah peminatan, wow banyak-banyak banget pula,” ucap Tamara yang tengah memperhatikan tugas yang diberikan oleh guru mata pelajarannya hari ini.

“Okee habis ngerjain tugas nanti langsung nggosok baju aja deh,” ucapnya pada dirinya sendiri.

Mengerjaakan tugas selepas pulang sekolah adalah schedule kegiatannya sehari-hari, sebagai siswa yang menyandang peringkat terbaik ia pasti selalu mengupayakan untuk mempertahankan nilai baiknya. 

Selepas selesai membersihkan diri dan melanjutkan untuk mengerjakan tugas, Tamara masih terus berkutat pada buku-buku di hadapannya dan juga laptop yang terpampang dalam menayangkan video yang berkaitan dengan materi tugasnya. 

“Gila udah jam 8 tapi tugas gue belum ada tanda-tanda kelar juga, mana belum review materi sama belajar lagi, oke lah malem ini kudu siap tempur buat begadang.” Beginilah nasib bersekolah di sekolah yang memiliki akreditasi terbaik, beban tugas serta tingginya nilai KKM merupakan hal yang harus dipertahankan serta diterima.

Waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam, ia baru saja selesai dalam mereview materi yang diajarkan oleh gurunya hari ini.

“Ya Allah gue masih belum belajar buat materi besok, gimana ya? Mana gue cape banget lagi.” Kemudian Tamara menelungkupkan tangan dan kepalanya ke meja belajar yang ada di hadapannya, ia memutuskan untuk memejamkan matanya sebentar dan beristirahat selepas mengerjakan tugas dan juga mereview materinya, ia berniat untuk bangun kembali selepas ia sudah merasa cukup dalam istirahatnya, namun tanpa sadar Tamara tidur terlelap dan lupa kembali bangun untuk belajar. 

***

Keesokan paginya waktu sudah menunjukkan pukul 05.30 dan ternyata Tamara bangun kesiangan.

“Hah jam tengah enam? Gila gue bangun siang banget!”

Jika bagi beberapa remaja pukul setengah enam masih tergolong pagi namun bagi Tamara ini sudah termasuk siang, ia bahkan selalu bangun pukul empat pagi untuk melakukan pekerjaan rumah, dan saat ini ia justru bangun pukul setengah enam pagi.

“Aduh gila, mana gue belum nyuci baju, sama nyetrika seragam lagi.” tanpa berpikir panjang Tamara langsung menyetrika pakaiannya karena ia takut terlambat.

Tamara pun memasangkan kabel setrikanya ke stop kontak yang terpampang, selepas selesai menyetrika seragamnya ia bergegas menyuci sebagian bajunya dan juga mandi. 

Selesai mandi Tamara melihat jam dinding. “Hah tengah tujuh? Aduh mana gue belum sarapan lagi.” Ia terkejut mengetahui waktu sudah cukup siang. Dengan tergesa-gesa ia segera menyiapkan dirinya.

“Ya udah gue ngga sarapan dulu kali ini deh.” sebetulnya Tamara khawatir maag yang dia miliki akan kambuh, namun tidak ada jalan lain dari pada ia harus terlambat ke sekolahnya. 

Waktu menunjukan pukul 06.35, dengan waktu yang sesingkat ini Tamara tidak akan sempat untuk membeli makanan atau sekedar membeli roti untuk mengisi perutnya, ia ingin meminta tolong pada Rayyan namun ia sendiri sungkan, Tamara takut merepotkan Rayyan padahal hari masih pagi. 

Tentu saja dalam keadaan panik seperti ini ia teringat dengan rumahnya, meskipun tidak ada kehangatan yang ia dapatkan disana tapi paling tidak ada tempat bernaung yang membuatnya merasa cukup aman. Tidak merasa sendiri seperti saat ini.

“Mara kangen rumah,” begitu batinnya. 

Dulu saat Tamara masih memiliki rumah, ia pasti akan memakan sarapan yang sudah Bi Ijah siapkan, Bi Ijah setia sekali untuk membantu keperluan rumah tangga orang tuanya, atau jika ia terlalu gugup paling tidak ada sepotong roti untuk dia makan sebagai pengganjal perut.

Sekarang tidak lagi, tidak rumahnya pun tidak juga suasana keluarganya tidak ada yang bisa ia pertahankan dan harapkan untuk kembali.

Mungkin, mungkin saja jika ia memiliki ibu yang tulus seperti ibu kebanyakan kepada anaknya ia tidak akan mengalami hal seperti ini,  ia tidak akan bangun kesiangan karena ada ibu yang senantiasa menjadi alarm tanpa diminta, mungkin saja ia tidak akan repot harus menggosok baju seragamnya setiap pagi dan bangun pukul 4 setiap harinya hanya untuk mempersiapkan keperluannya, mungkin saja ibunya akan tulus menyiapkan sarapan untuknya sehingga ia tidak khawatir akan penyakit yang dimilikinya kambuh sewaktu-waktu. 

Kemudian orang tuanya akan menyambutnya berangkat ke sekolah di depan pintu rumah lengkap dengan sosok ayah yang akan mengantarnya sampai gerbang sekolah, “Mah.. Mara pengen mamah baik ke Mara, Mara pengen dirawat juga.”

Tak lama kemudian air matanya pun menetes, 15 menit perjalanan dari tempatnya tinggal sampai ke sekolah Tamara habiskan untuk berpikir tentang ibunya.

Iri sekali rasanya, ia hanya ingin lahir di keluarga yang setiap anggota keluarganya menerima dan menginginkan kehadirannya. Tapi rasanya terlalu nihil.

Sesampainya di sekolah Tamara pun mengikuti kelas, ia berusaha untuk fokus meskipun ia tau sebentar lagi maag yang dideritanya akan menyiksa dirinya, ia sendiri sadar ketahanan perutnya dalam keadaan kosong hanya bertahan 4 jam saja, saat waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh tepat pergantian jam pelajaran ke empat ia merasa perutnya seperti digerogoti, dan benar saja maagnya kambuh, Indri yang melihat wajah Tamara seperti tidak nyaman akan sesuatu pun bertanya.

“Mara lo kenapa?” Tamara kemudian meremas baju bagian perutnya, Indri sudah hafal jika begini tandanya sahabatnya sedang kambuh.

"Astaga lo sakit? Maag lo kambuh lagi pasti, ayo ke UKS.” kemudian Indri pun merangkul Tamara menuju UKS, tentu saja Tamara tidak menolak ia sendiri tahu jika mendengarkan pelajaran dengan keadaan seperti ini hanya sia-sia saja karena tidak akan ada materi yang masuk ke dalam otaknya.

Begitu sampai di UKS, Indri lantas membaringkan tubuh Tamara. "Gue mau ambil obat maag dulu di kotak P3K, sebentae ya Mar.” baru saja Indri ingin berlalu, Tamara langsung mencegahnya.

“Ndri gue udah siap sedia obat.. di tas gue,” dengan lemas Tamara berusaha memberi tahu Indri.

“Ohh obat lo di tas? Oke-oke sebentar biar gue ke kelas.” 

Saat Indri sedang pergi ke kelas untuk mengambilkan Tamara obat, tak lama kemudian Rayyan datang.

“Mar kamu kenapa?” tanya Rayyan saat menghampiri Tamara.

“Ngga apa-apa Ray, maagku kambuh.” 

“Kamu udah minum obat?” Dengan lemas Tamara hanya menggelengkan kepalanya. Wajah dan bibir Tamara terlihat pucat karena maagnya.

“Sebentar ya Mara, aku mau beliin kamu roti sama air minum, obatnya udah diambili Indri kan?” Tamara mengangguk dan Rayyan pun segera pergi menuju mini market untuk membeli roti dan air mineralnya. 

Begitu Rayyan pergi, Indri pun datang membawakan obatnya, dan membantu Tamara untuk meminum obatnya.

“Ini Mar,” sembari membangunkan badan Tamara.

“Lo yang ngabarin Rayyan Ndri?” 

“Iya lah Mar kalo ngga gue emang dia bisa cenayang?”

Setelah beberapa saat menunggu Rayyan pun datang menenteng plastik berisi makanan yang baru saja ia beli.

“Obatnya udah dikasih Ndri?” Rayyan bertanya kepada Indri yang dibalas dengan anggukan, kemudian Rayyan membantu Tamara untuk meminum air mineralnya dan membukakan bungkus roti yang sudah Rayyan beli.

“Mar, kok bisa maag kamu kambuh?" tanya Rayyan.

“Semalem aku begadang ngerjain tugas Ray, sebenernya tugasnya udah selesai jam 10, tapi aku ngotot ngelanjutin buat review materi. Niatnya aku cuma istirahat sebentar, eh aku malah ketiduran dan bangun jam setengah enam tadi, dalam keadaan aku belum nyetrika baju sama nyuci baju, alhasil aku ngga sarapan supaya ngga telat, tadi aja aku berangkat mepet bel.” 

“Astaga Mara.. Kenapa kamu ngga bilang aku? Seenggaknya aku bisa beliin kamu makanan dari tadi.”

Tamara menggeleng, “Maaf ya Ray, tapi aku ngga mau ngrepotin kamu pagi-pagi.”

Rayyan menegakkan bahunya dan menatap Tamara. “Mar, aku ngga pernah merasa direpotkan sama kamu, inget Om Danis udah mempercayakan aku untuk ngejaga kamu. Kalau sampe Om Danis tau anaknya kenapa-kenapa dan aku ngga tau bisa habis aku Mar sama dia.” 

Tamara melengoskan pandangannya dengan malas. “Apa si Ray kok kamu malah bawa-bawa dia?"

“Engga Mar, bukan maksud aku mau mengingatkan kamu sama dia. Kamu harus nangkep poinku. Tolong ya mulai saat ini dan seterusnya kalau ada apa-apa jangan sungkan untuk minta tolong aku.”

Indri pun membantu Rayyan meyakinkan Tamara, “Ra, yang Rayyan sampein ngga ada salahnya kok. Kita disini tuh ada buat bantu lo, kalau lo ngga merasa membutuhkan kita gimana kita bisa menganggap kita udah jadi temen yang baik, nurut ya?” 

“Iya-iya Ndri, Ray aku tadi juga lagi kalut kebawa pikiran, makanya ngga sempet buat ngabarin kalian.” 

“Ya udah kalo gitu lo istirahat aja Mar, nanti gue ijinin ke guru.” Tamara hanya mengangguk.

Sebelum Rayyan pergi ia menyempatkan untuk mengusap lembut kepala Tamara, 

“Sehat selalu kekasih,” begitu batin Rayyan.

To be continue . .

Related chapters

  • The Fact That He is My Hope   Deep talk

    Setelah bel pulang berbunyi Tamara pun segera kembali namun kali ini ia diantar oleh Rayyan karena Rayyan yang memintanya, takut-takut jika keadaannya tidak bisa dikondisikan saat di jalan.“Ray kamu ngga apa-apa bolak balik?” tanya Tamara saat berada di parkiran sekolah.“Ngga masalah Mar.”Tamara sedikit berpikir karena sebetulnya ia amat tidak ingin membuat repot kekasihnya.“Ayo Mar, cepet pulang biar kamu cepet istirahat. Ada baiknya kamu jangan terlalu cape dulu yaa selama beberapa hari kedepan. Supaya lebih cepet pulih juga.""Maaf sebelumnya kalo harus bikin kamu repot nganter aku bolak-balik Ray.""Asal kamu baik-baik aja, aku ngga akan keberatan akan apapun." Rayyan pun segera mengantarkan Tamara menuju tempat kos.***"Makasih banyak ya Ray udah mau nganter aku sampe rumah," Tamara menyampaikan rasa terima kasihnya setelah sampai di tempat kosnya."Iya Mara, sama-sama. Jangan

    Last Updated : 2021-07-28
  • The Fact That He is My Hope   How lucky they are

    —Ujian memang selalu datang di setiap langkah yang ingin kita derapkan—Selepas semalam bertekad untuk menjadi pribadi yang baik demi menjadi hidup yang lebih baik kelak, tentu saja Tamara harus memulai langkahnya dari sekarang, ia tidak lagi mengeluh jika harus mengerjakan pekerjaannya saat sebelum sekolah, ia tidak lagi keberatan jika harus hidup sendirian, Tamara harus semangat dalam belajar karena dengan bersemangat belajar itu akan memudahkan dirinya dalam mengejar cita-citanya.Pagi itu seperti awal yang baru untuknya. Jika pada hari biasa Tamara berangkat ke sekolah menggunakan bus umum, hari ini Rayyan dan Tamara berangkat bersama menuju sekolah. Rayyan ingin hadir di hari pertama Tamara memulai tekadnya.***Begitu keduanya sampai di sekolah, Tamara pun berpamitan untuk menuju kelasnya.“Rayyan aku ke kelas dulu ya.”Tamara berniat berlalu ke kelasnya, namun Rayyan justru menarik tas Tamara sehingga langk

    Last Updated : 2021-08-10
  • The Fact That He is My Hope   The beginning begins

    Sesampainya di rooftop, Rayyan mengajak Tamara untuk melihat bagaimana pemandangan kota dari rooftop Trisakti, banyak gedung-gedung tinggi setara dengan gedung Trisakti, angin pun berhembus dengan semilir menemani hari mereka. Keduanya duduk menghadap pemandangan gedung-gedung itu.“Gimana? Udah baikan?” Rayyan membuka orbolan tanpa memfokuskan netranya pada Tamara. "Aku tau kamu ngga baik-baik aja Mar, makanya aku bawa kamu kesini."Entah dari mana kekasihnya itu tau bahwa memang dirinya tengah tak baik-baik saja.“Kamu tau dari mana Ray?” tanya Tamara“Kepo,” begitu balas Rayyan.“Serius Rayyan, kalau kamu ngga jawab nanti aku mikir kamu cenayang gimana?"Rayyan terbahak-bahak mendengar yang Tamara ucapkan, “Kalau aku punya ilmu cenayang udah aku jadiin lahan duit Mar.”“Dasar duit mulu.”“Loh bener kan? Duit itu mendat

    Last Updated : 2021-08-11
  • The Fact That He is My Hope   Danis yang enggan

    Kediaman Hardinata kedatangan keluarga Cokroaminoto seperti waktu yang telah dijanjikan. Janu dan Bagas pun menyambut kedatangan keluarga Yuda dengan melemparkan senyum selamat datang mereka untuk menyambut kedatangan keluarga Yuda. “Selamat datang, silahkan masuk.” Janu mempersilahkan keluarga Yuda untuk masuk, keluarga Yuda pun masuk dan duduk di ruang tamu milik Janu. “Sudah lawas sekali ya semenjak kami datang untuk sekedar bertamu, rumahmu sudah betul-betul bagus, membuktikan bahwa kamu sudah cukup sukses," ujar Yuda.Tari turut menimpali kata-kata Yuda, “Betul, keluarga kalian hangat dan harmonis, rumah ini pasti turut menjadi saksinya.” Janu tak ingin membuat Danis canggung, ia pun bertanya-tanya mengenai keadaannya, “Danis bagaimana kabarmu nak? Bisnismu lancar?” “Saya baik om, saat ini saya masih berusaha untuk mengembangkan bisnis saya,” jawab Danis. “Syukurlah jika begitu, semoga bisnismu kedepannya bi

    Last Updated : 2021-08-27
  • The Fact That He is My Hope   Nasehat Janu

    Di kediaman Cokroaminoto, Yuda memanggil Danis untuk menghadapnya di ruang tengah. “Danis tadi ayah ditelfon oleh Janu. Bagaimana perihal pernikahan kamu nak?”Danis masih terdiam ketika ayahnya menanyakan hal ini, pasalnya dirinya tidak ingin melanjutkan pernikahan ini, jika ada yang harus diutarakan pada ayahnya memang apa? Danis juga tidak memiliki alasan yang kuat untuk menolak pernikahan ini terlebih lagi perjodohannya dengan Citra memang ada karena itu menjadi bentuk pelunasan hutang budi keluarganya kepada keluarga Hardinata.“Nak.. tolong pikirkan kembali, ibu tidak mau memaksa tapi rasanya akan sayang kalau kamu menyia-nyiakan perjodohan ini.”Danis hanya bisa mengutarakan segala pikiran yang berkecamuk di hatinya, perjodohan ini tanpa paksaan namun dirinya harus menerima itu.“Ayah ngga mau tau Danis silahkan kamu atur pertemuan kamu dengan Citra dalam waktu dekat-dekat ini.” selepasnya Yuda pun be

    Last Updated : 2021-08-29
  • The Fact That He is My Hope   3 hari dari sekarang

    Waktu menunjukkan pukul dua siang, itu artinya Danis akan datang ke rumah Citra sesuai janji temu mereka di telfon sebelumnya.Begitu Citra selesai ia berniat turun ke bawah untuk menunggu kedatangan Danis, namun Danis sudah sampai terlebih dahulu. Calon suaminya terlihat begitu bersemangat kali ini. Setelah berpamitan Danis pun membawa Citra pergi ke tempat yang sudah ia booking sebelumnya.Citra betul-betul terkagum bahwa ternyata Danis membawanya ke tempat yang cukup mahal di kotanya, ia pikir ini hanya kencan biasa, apakah Danis menang lotre sehingga ia beralih seloyal ini? Begitu batin Citra. Begitu sampai di meja yang Danis pesan sebelumnya, Danis pun mempersilahkan Citra untuk duduk dengan menyediakan kursi Citra. Selepasnya Danis langsung mengangguk kepada pelayan. “Ini kita ngga pesan apa-apa mas?” tanya Citra kepada Danis. “Sabar ya, sebentar lagi makanannya di anter kok.” Danis menimpali pertanyaan Citra. Ternyata

    Last Updated : 2021-08-30
  • The Fact That He is My Hope   The Day

    Dalam kurun waktu 3 hari kedua keluarga itu begitu sibuk menyiapkan pertunangan Danis dan Citra, hingga pada akhirnya hari pertunangan itu pun tiba. Seluruh keluarga Citra sudah siap di rumahnya, mereka semua tengah menunggu kedatangan keluarga Danis.Selama beberapa waktu menunggu, Danis beserta rombongan keluarganya pun tiba, tak lupa dengan seserahan yang sudah mereka siapkan untuk dibawa. Seluruh keluarga Citra pun menyambut dengan baik kedatangan keluarga Danis, dan mempersilahkan mereka untuk masuk ke dalam rumah.Setelah keluarga Danis dipersilahkan masuk acara lamaran yang dilanjutkan pertunangan itu pun segera dimulai, tentu saja di dalam acara itu terdapat pembawa acara untuk memandu rangkaian per acaranya. Meningkat acara yang pertama, pembawa acara membuka acara lamaran tersebut, menyambut setiap tamu dengan selamat datang yang ia ucapkan dan juga mengucapkan terima kasih atas ketersediaan setiap tamu karena hadir dalam acara lamaran t

    Last Updated : 2021-08-31
  • The Fact That He is My Hope   Nafkah batin yang terpenuhi

    ⚠ Adult content, 18+ only. Citra masih berada di kamar keluarga Cokroaminoto setelah segala rangkaian pernikahan mereka selesai. Ketika sudah tidak ada lagi tamu yang berdatangan ke rumah mertuanya karena tidak sempat hadir di tempat resepsinya, Citra duduk menghadap cermin dan mulai menuangkan remover ke kapas untuk menghapus sisa-sisa make upnya, dan beranjak untuk mandi setelah memastikan sudah tidak ada lagi make up yang tersisa di wajahnya. Begitu kembali dari kamar mandi Citra pun bersiap menggunakan lingerie untuk ritual malam pertamanya, begitu selesai menggunakan lingerienya pintu kamarnya pun terbuka dan memunculkan Danis yang hendak masuk ke kamar di balik pintunya, Citra pun tersenyum memandang Danis, namun begitu Danis melihat Citra sudah menggunakan lingerie itu Danis justru melemparkan pertanyaannya.“Kamu ngapain pake itu Citra?” Senyum Citra yang semula merekah pun memudar, tentu saja ia bingung, bukankah umumnya sepasa

    Last Updated : 2021-09-05

Latest chapter

  • The Fact That He is My Hope   Bidadari tak bersayap milik Abim

    Keesokan harinya setelah kejadian Tamara jatuh, keluarga kecil itu menjadi lebih dingin dikarenakan Danis masih terlihat tidak terima ketika anak perempuannya terluka hanya karena ketidaksengajaan putra sulungnya itu.Saat Citra tengah menyiapkan sarapan untuk keluarga kecilnya itu, Danis berlalu pergi setelah mengambil satu potong roti, melihatnya Citra pun bertanya-tanya dan terheran tumben sekali suaminya itu tidak ikut sarapan. "Loh mas? Kamu mau kemana?""Mau berangkat kerja, kenapa?" masih terdengar nada ketus dari jawaban Danis. "Kok ngga sarapan dulu?" Citra masih berusaha membujuk Danis agar ikut sarapan dengan keluarganya. "Ngga usah, aku lagi ngga mood makan." dan bujukan Citra pun gagal, Danis mengecup dahi Tamara sebentar dan berlalu pergi untuk bekerja tanpa memakan masakan yang sudah istrinya siapkan, bahkan Citra telah menyiapkan bekal dari masakannya, tapi Danis sama sekali tak bertanya perihal bekal yang sud

  • The Fact That He is My Hope   Tamara's born

    Setelah melewati berbagai tahap dan proses persalinan, anak kedua Danis dan Citra pun lahir. Bagi Citra persalinannya kali ini tidak terlalu berat seperti persalinannya pada kali pertama. Setelah dipersilahkan masuk oleh perawat, Danis memasuki ruangan dimana Citra dipindahkan setelah bersalin. Danis lantas menimang putri keduanya. "Putri papah.. cantik banget, kaya mamah ya nak," ucapnya sambil menimang putrinya itu. "Tamara mas," tiba-tiba saja Citra mengeluarkan nama itu. "Ah iya, Tamara cantik.." Sebelum putri kedua mereka lahir, Citra dan Danis telah merencanakan nama yang tepat untuknya, dan lahirlah nama Tamara dengan nama lengkap Tamara Ayudissa Cokroaminoto, sama seperti kakaknya Tamara juga membawa nama keluarga Danis bagai sebuah marga. "Sayang banget ya mas Abim ngga ada di sini, padahal dia antusias banget bakal punya adik perempuan." "Ngga apa-apa, besok aku bawa dia ke sini biar bisa liat adiknya cantik, sama

  • The Fact That He is My Hope   Morning Sick

    Seperti biasanya Citra tengah melakukan rutinitasnya setiap pagi, memasak untuk sarapan keluarganya yang dibantu oleh bi Ijah. "Sayang, nanti jangan lupa bawain aku bekal ya," pinta Danis yang sedang meminum jus jeruknya pada istrinya yang tengah memasak. "Iya mas kaya ngga biasanya aja." kemudian Citra pun meneruskan kegiatannya. "Mamahhh.. dasi sekolah Abim dimana?" teriak Abim dari ruang setrika. "Sebentarr nak." Citra pun meninggikan nadanya agar terdengar oleh Abim. "Bi ini tolong diterusin dulu ya, Citra mau ngurusin Abim dulu." "Baik non." kemudian Citra pun menghampiri Abim yang sibuk mencari-cari pakaian. "Nak, mamah kan sudah bilang ini loh dasimu di gantung." Abim pun menyela kata-kata Citra, "Tapi kan Abim nga sampee.." Citra hanya menghela nafasnya melihat anak pertamanya bisa saja dalam menjawab pertanyaannya. "Ya udah sana kamu siap-siap lagi dulu, mamah mau masak buat bekal kamu."

  • The Fact That He is My Hope   He was met her

    3 tahun kemudian, Abimanyu kecil sudah tumbuh lebih besar, ia tumbuh dengan baik di bawah naungan Danis dan Citra, sekalipun hubungan Danis dan Citra merenggang hanya karna Citra berhenti meneruskan karirnya namun baik Danis maupun Citra bertekad untuk tetap menjadi orang tua yang baik bagi putra pertama mereka."Sini jagoan Papa!!" Danis pun menggendong tubuh kecil Abim."Mu main," ucap Abim kecil sambil menunjuk mainan pesawat yang ada di bawah."Abim mau main pesawat?" tanya Danis yang dibalas anggukan oleh Abim, "dari pada mainan pesawat itu, mending main pesawat-pesawatan sama papah." kemudian Danis pun menggendong tubuh kecil milik Abim ke bagian tengkuknya dan bermain bersama-sama, mereka sama-sama tertawa.Citra yang memandangi hal itu hanya tersenyum sambil terenyuh. "Kamu aja sayang banget sama anakmu mas, kok bisa kamu ngelarang aku berhenti kerja demi egomu?" tanya Citra yang hanya terdengar oleh dirinya sendiri, ia tidak ingin memulai perteng

  • The Fact That He is My Hope   Keputusan

    Keesokan paginya Citra sudah bangun lebih awal dan memutuskan untuk segera mandi karena baik Danis dan Citra masih harus bekerja, begitu selesai mandi Citra melihat Danis sudah terbangun dalam keadaan bingung, ia juga terlihat pusing. “Cit semalem kita ngapain?” tanyanya pada Citra karena melihat dirinya tak dibalut dengan benang sehelai pun kecuali dengan selimut yang menutupinya. Menanggapi pertanyaan tersebut Citra membalasnya dengan tenang sambil tersenyum. “Kamu ngga inget?” Mendengar jawaban Citra tentu saja Danis paham bahwa mereka telah melakukannya semalam.Meskipun mereka telah sah menjadi suami istri, terlebih lagi selama 3 tahun baru kali ini Danis menyentuh istrinya seharusnya itu bukanlah masalah baginya, akan tetapi melakukannya dalam keadaan tidak sadar tentu saja membuat perasaan Danis menjadi kurang nyaman. “Kamu masih pusing mas? Semalem kamu pulang dalam keadaan mabok, kamu mau tetep berangkat kerja? Atau absen

  • The Fact That He is My Hope   Nafkah batin yang terpenuhi

    ⚠ Adult content, 18+ only. Citra masih berada di kamar keluarga Cokroaminoto setelah segala rangkaian pernikahan mereka selesai. Ketika sudah tidak ada lagi tamu yang berdatangan ke rumah mertuanya karena tidak sempat hadir di tempat resepsinya, Citra duduk menghadap cermin dan mulai menuangkan remover ke kapas untuk menghapus sisa-sisa make upnya, dan beranjak untuk mandi setelah memastikan sudah tidak ada lagi make up yang tersisa di wajahnya. Begitu kembali dari kamar mandi Citra pun bersiap menggunakan lingerie untuk ritual malam pertamanya, begitu selesai menggunakan lingerienya pintu kamarnya pun terbuka dan memunculkan Danis yang hendak masuk ke kamar di balik pintunya, Citra pun tersenyum memandang Danis, namun begitu Danis melihat Citra sudah menggunakan lingerie itu Danis justru melemparkan pertanyaannya.“Kamu ngapain pake itu Citra?” Senyum Citra yang semula merekah pun memudar, tentu saja ia bingung, bukankah umumnya sepasa

  • The Fact That He is My Hope   The Day

    Dalam kurun waktu 3 hari kedua keluarga itu begitu sibuk menyiapkan pertunangan Danis dan Citra, hingga pada akhirnya hari pertunangan itu pun tiba. Seluruh keluarga Citra sudah siap di rumahnya, mereka semua tengah menunggu kedatangan keluarga Danis.Selama beberapa waktu menunggu, Danis beserta rombongan keluarganya pun tiba, tak lupa dengan seserahan yang sudah mereka siapkan untuk dibawa. Seluruh keluarga Citra pun menyambut dengan baik kedatangan keluarga Danis, dan mempersilahkan mereka untuk masuk ke dalam rumah.Setelah keluarga Danis dipersilahkan masuk acara lamaran yang dilanjutkan pertunangan itu pun segera dimulai, tentu saja di dalam acara itu terdapat pembawa acara untuk memandu rangkaian per acaranya. Meningkat acara yang pertama, pembawa acara membuka acara lamaran tersebut, menyambut setiap tamu dengan selamat datang yang ia ucapkan dan juga mengucapkan terima kasih atas ketersediaan setiap tamu karena hadir dalam acara lamaran t

  • The Fact That He is My Hope   3 hari dari sekarang

    Waktu menunjukkan pukul dua siang, itu artinya Danis akan datang ke rumah Citra sesuai janji temu mereka di telfon sebelumnya.Begitu Citra selesai ia berniat turun ke bawah untuk menunggu kedatangan Danis, namun Danis sudah sampai terlebih dahulu. Calon suaminya terlihat begitu bersemangat kali ini. Setelah berpamitan Danis pun membawa Citra pergi ke tempat yang sudah ia booking sebelumnya.Citra betul-betul terkagum bahwa ternyata Danis membawanya ke tempat yang cukup mahal di kotanya, ia pikir ini hanya kencan biasa, apakah Danis menang lotre sehingga ia beralih seloyal ini? Begitu batin Citra. Begitu sampai di meja yang Danis pesan sebelumnya, Danis pun mempersilahkan Citra untuk duduk dengan menyediakan kursi Citra. Selepasnya Danis langsung mengangguk kepada pelayan. “Ini kita ngga pesan apa-apa mas?” tanya Citra kepada Danis. “Sabar ya, sebentar lagi makanannya di anter kok.” Danis menimpali pertanyaan Citra. Ternyata

  • The Fact That He is My Hope   Nasehat Janu

    Di kediaman Cokroaminoto, Yuda memanggil Danis untuk menghadapnya di ruang tengah. “Danis tadi ayah ditelfon oleh Janu. Bagaimana perihal pernikahan kamu nak?”Danis masih terdiam ketika ayahnya menanyakan hal ini, pasalnya dirinya tidak ingin melanjutkan pernikahan ini, jika ada yang harus diutarakan pada ayahnya memang apa? Danis juga tidak memiliki alasan yang kuat untuk menolak pernikahan ini terlebih lagi perjodohannya dengan Citra memang ada karena itu menjadi bentuk pelunasan hutang budi keluarganya kepada keluarga Hardinata.“Nak.. tolong pikirkan kembali, ibu tidak mau memaksa tapi rasanya akan sayang kalau kamu menyia-nyiakan perjodohan ini.”Danis hanya bisa mengutarakan segala pikiran yang berkecamuk di hatinya, perjodohan ini tanpa paksaan namun dirinya harus menerima itu.“Ayah ngga mau tau Danis silahkan kamu atur pertemuan kamu dengan Citra dalam waktu dekat-dekat ini.” selepasnya Yuda pun be

DMCA.com Protection Status