Share

The beginning begins

Penulis: teninonee
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-11 00:25:54

Sesampainya di rooftop, Rayyan mengajak Tamara untuk melihat bagaimana pemandangan kota dari rooftop Trisakti, banyak gedung-gedung tinggi setara dengan gedung Trisakti, angin pun berhembus dengan semilir menemani hari mereka. Keduanya duduk menghadap pemandangan gedung-gedung itu.

“Gimana? Udah baikan?” Rayyan membuka orbolan tanpa memfokuskan netranya pada Tamara. "Aku tau kamu ngga baik-baik aja Mar, makanya aku bawa kamu kesini." 

Entah dari mana kekasihnya itu tau bahwa memang dirinya tengah tak baik-baik saja.

“Kamu tau dari mana Ray?” tanya Tamara

“Kepo,” begitu balas Rayyan.

“Serius Rayyan, kalau kamu ngga jawab nanti aku mikir kamu cenayang gimana?" 

 

Rayyan terbahak-bahak mendengar yang Tamara ucapkan, “Kalau aku punya ilmu cenayang udah aku jadiin lahan duit Mar.”

“Dasar duit mulu.” 

 

“Loh bener kan? Duit itu mendatangkan kebahagiaan loh, kalau aku punya duit aku bakalan nraktir kamu apa aja.” 

 

Tamara hanya mencibir bibirnya.

“Jadi kamu tau dari siapa?” 

 “Tadi Fira yang ngasih tau.” 

 Ah iya! Tamara lupa, kenapa ia tidak menduganya sejak awal, kakak kelasnya yang satu itu kan memang teman yang cukup akrab dengan Rayyan.

Melihat bagaimana pemandangan Jakarta melalui rooftop Trisakti suasana hati Tamara menjadi lebih baik.

“Mar mungkin aku ngga akan pernah bisa menghapus rasa sakit di hati kamu, atau membalikkan keadaan supaya lebih memihak kamu,” Rayyan menghela nafasnya, “tapi aku selalu ada buat dengerin cerita kamu, aku bakal ada di sisi kamu, jadi tolong mulai sekarang jangan pendam apapun ya?”

Tanpa sadar Tamara meneteskan air matanya kembali. “Ray kayaknya selama ini aku jahat banget selalu ngeluh ke Tuhan, padahal aku punya kamu, harusnya aku lebih bersyukur dari kadar syukurku biasanya. Kamu bener-bener hadiah istimewa buat aku Ray.” Untuk sejenak Tamara membiarkan isakannya, bahunya semakin bergetar,

“Makasih ya? Makasih banyak udah dateng di hidup aku dan berbuat baik ke aku.” 

Rayyan tersenyum dan mengulurkan tangannya untuk menyeka air mata Tamara,

“Jadi? Ada apa Mar? Mau ceritain ke aku ngga? Siapa tau rasa sakit kamu berkurang.”

Tamara mengangguk. “Hari ini ternyata jam wali kelas di isi buat cerita tentang kebiasaan kecil manis yang ada di keluarga masing-masing, tentu aja aku yang ngga pernah ngerasain manisnya keluarga gugup, bingung apa yang harus aku ceritain sedangkan aku ngga mau orang-orang tau masalahku, alhasil aku bohong. Tapi yang bikin aku tambah sakit adalah cerita orang-orang manis dan nyata, beda sama ceritaku yang manis tapi palsu.”

Tamara mengatur nafasnya karena isakannya. “Aku cuma bisa cerita tentang keluarga khayalan aku, dari berangkat sekolah aku ngga pernah dibuatin mamah sarapan karena setiap pagi mamah udah pergi dan pulang malem, aku ngga tau dia kemana.”

Riyyan masih memberikan waktu agar Tamara lebih tenang dan reda sebelum ikut berbicara. "Cuma bi Ijah yang selalu masakin sarapan buat aku, dan papah yang selalu sayang sama aku dari awal. Mamah dan Mas Abim? Ngga pernah. Dan sekarang? Papah juga pergi, Ray."

“Mar, yang perlu kamu pahami adalah setiap kali ujian datang di hidup kamu dan ketika kamu berhasil melewati ujian itu tandanya kamu udah lebih kuat dari kamu yang sebelumnya. Mungkin sekarang kamu harus berjuang, tapi suatu hari kamu pasti bahagia Mar. Meskipun mungkin itu bukan aku, tapi aku yakin pasangan kamu nanti pasti bakal selalu mengusahakan kebahagiaan kamu." Rayyan menatap lekat Tamara. "Kamu udah bertahan sejauh ini, jangan nyerah ya? Semua yang kamu usahakan bakal sia-sia kalau kamu nyerah. Semangat ya Tamaraku."

Yang dikatakan Rayyan memang benar hidup Tamara pasti tidak selamanya menyakitkan akan ada masanya hidupnya dalam keadaan lebih baik dari masa kini. Terkadang rasa sakit diberikan untuk memberikan kekuatan di kemudian hari. Tamara merasa lebih tenang setelah Rayyan menyampaikan kata-katanya. “Makasih banyak ya Rayyan, aku pasti bakalan berjuang kok.” 

Rayyan tersenyum teduh kepada Tamara. “Nahh gitu dongg!”

.

.

Mungkin beberapa dari kalian bertanya-tanya apa sebetulnya yang dialami Tamara? Kemana seluruh keluarganya menghilang? Apa penyebabnya dan mengapa mereka betul-betul meninggalkan Tamara sendiri tanpa siapapun? 

Jawabannya adalah semua bermula dari perjodohan antara Danis dan juga Citra, siapakah mereka? Mereka adalah orang tua Tamara. 

Pernikahan Danis dan Citra terjadi karena perjodohan dua keluarga mereka, keluarga Danis yaitu Cokroaminoto, ia berhutang atas bisnis mereka yang dahulu sempat mengalami jatuh bangun, untuk membalas kebaikan keluarga Citra yang turut mendampingi perkembangan bisnis milik Cokroaminoto, Janu Hardinata ayah dari Citra meminta Yuda Cokroaminoto untuk menjodohkan anak mereka. 

"Aku dengar putramu masih lajang kan?” tanya Janu.

“Benar, anakku belum menikah, tapi aku juga kurang tahu apakah dia sudah memiliki tambatan hati atau belum.” 

Janu pun terkekeh mendengarnya, “Tepat sekali bagaimana jika kita menjodohkan mereka? Aku rasa mereka akan menjadi pasangan yang cocok.” 

Yuda tampak merenung sesaat, Janu yang menyadari itupun bertanya kembali, “Apa yang kamu pikirkan Yuda? Bukankah mereka akan menjadi pasangan yang serasi?” 

“Tapi anakku masih belum sukses dalam bisnisnya, kita berdua sama-sama tau bahwa kita akan membesarkan anak kita murni dengan kerja keras mereka, apa kau mau putrimu dibawa oleh anak laki-lakiku yang belum cukup mapan?” dengan sedikit cemas Yuda menyampaikan kekhawatirannya.

“Tenang saja Yuda, anakku Citra sudah aku didik untuk menjadi wanita sederhana,  ia tidak pernah kuajarkan untuk menjadi seseorang yang gemar meminta-minta, dengan hatinya yang tulus aku akan pastikan ia bisa menerima putramu dengan baik.”

 

Yuda pun mulai memikirkan perjodohan kedua anak mereka, siapa yang tidak merasa beruntung memiliki istri seperti Citra, Yuda juga akan merasa bahagia memiliki menantu seperti Citra, Yuda berpikir anaknya akan beruntung memiliki Citra.

*** 

Keesokan malam saat Yuda sedang duduk di meja makan untuk menyantap makan malam bersama keluarganya ia membuka topik obrolan untuk putranya.

“Danis, umurmu sudah 25 tahun kapan rencanamu menikah?” tanya Yuda berbasa-basi.

Danis yang mendengar pertanyaan ayahnya terkekeh, “Ayah, aku masih 25 tahun, aku bahkan belum sesukses itu, kenapa ayah sudah membahasnya? Apa ayah mau menjodohkan aku?” Danis berujar dengan bercanda namun tak disangka-sangka Yuda menanggapi itu dengan serius.

“Benar, kamu ingat putri keluarga Hardinata yang turut membantu bisnis kita saat masih jatuh bangun? Putrinya berumur 22 tahun dan baru lulus kuliah tahun ini, Janu berencana untuk menjodohkanmu dengannya.” 

Untuk sesaat Danis terdiam, ia terkejut di umurnya yang menurutnya masih memiliki banyak waktu justru sudah diperingatkan untuk menikah, terlebih lagi wanita yang tidak ia kenal sama sekali.  

***

Beberapa hari kemudian Yuda memulai kembali pembicaraannya mengenai perjodohan putranya dengan Citra setelah memberi waktu kepada putranya untuk memikirkannya matang-matang.

“Danis, mengenai perjodohanmu akan bagaimana kelanjutannya?” 

Jika boleh jujur Danis ingin sekali menolak perjodohan ini, namun ia juga ingat bagaimana jasa keluarga Hardinata untuk keluarganya, Danis pun tahu diri, ia juga ingin membalas budinya kepada keluarga Janu.

“Sudah saatnya keluarga kita membalas kebaikan dan juga hutang budi kita kepada mereka,” ucap Yuda.

Tari, istri Janu juga turut meyakinkan Danis mengenai perjodohan ini, “Nak, calon istrimu itu cantik sekali, parasnya ayu, ia juga memiliki kepribadian yang baik, kalau kamu mau nanti kita atur pertemuan dengan keluarga Pak Janu, kamu bisa bertemu Citra dan mengenalnya sebelum kalian memutuskan pernikahan kalian.” 

 

Mau tak mau Danis pun harus menyetujui pernikahan ini, ia memilih meng-iyakan ajakan orang tuanya, paling tidak ia bisa mengenal calon istrinya terlebih dahulu melalui pertemuan itu. 

*** 

Keesokan harinya di kediaman Citra. Dinda, ibu Citra meminta Citra untuk membantu dirinya menyiapkan makanan jamuan dan tempat mereka, hari itu keluarga Hardinata sibuk sekali dikarenakan dua keluarga yang tengah merencanakan perjodohan akan bertemu. Saat itu Citra masih belum tahu, ia tidak diinformasikan apapun baik oleh ibunya, ayahnya ataupun kakaknya, yang ia tahu membantu orang tuanya saat akan atau tidak diadakan acara adalah kewajibannya. 

Setelah seluruh persiapan selesai, Janu meminta keluarganya berkumpul. Mereka berkumpul di ruang tengah, kemudian Janu mulai membuka pembicaraannya.

“Citra, kamu tahu hari ini akan ada apa?” Citra hanya menggeleng tak mengerti saat itu, namun Citra melihat ekspresi ibunya yang begitu antusius.

“Kamu akan ayah jodohkan nak dengan putra keluarga Cokroaminoto.” 

Bagas, si sulung yang mendengarnya begitu antusias.

“WAHHH SELAMAT ADEKKU, CIYE NGEDULUIN KAKAK NIH.” 

Bagas memeluk erat Citra hingga Citra kesulitan bernafas.

“K-kak Ba-gas le-pas-in..” pintanya sembari memukul punggung kakaknya, Citra pun mulai membuka kembali suaranya setelah Bagas melepaskan pelukannya. 

“Tapi ayah, Citra ngga tahu siapa laki-laki yang akan ayah jodohkan sama Citra.”

“Perjamuan hari ini diadakan untuk menjodohkan kalian, hari ini kamu akan bertemu dengannya dan berkenalan, manfaatkan waktumu dengan baik ya, ayah harap kamu juga menyetujui itu.” 

“Kalau kamu mau bekerja dan menjadi wanita karir kamu bisa diskusikan itu dengan calon suamimu ya nak, ibu harap dia akan menghargai apapun itu keputusanmu," ucap Dinda seolah mengerti dengan isi pikiran Citra.

Selain menjadi ibu, sudah menjadi cita-citanya bahwa Citra ingin fokus terhadap karirnya. Apa yang terjadi bila calonnya tak mendukung mimpinya tersebut?

To be continue . .

Bab terkait

  • The Fact That He is My Hope   Danis yang enggan

    Kediaman Hardinata kedatangan keluarga Cokroaminoto seperti waktu yang telah dijanjikan. Janu dan Bagas pun menyambut kedatangan keluarga Yuda dengan melemparkan senyum selamat datang mereka untuk menyambut kedatangan keluarga Yuda. “Selamat datang, silahkan masuk.” Janu mempersilahkan keluarga Yuda untuk masuk, keluarga Yuda pun masuk dan duduk di ruang tamu milik Janu. “Sudah lawas sekali ya semenjak kami datang untuk sekedar bertamu, rumahmu sudah betul-betul bagus, membuktikan bahwa kamu sudah cukup sukses," ujar Yuda.Tari turut menimpali kata-kata Yuda, “Betul, keluarga kalian hangat dan harmonis, rumah ini pasti turut menjadi saksinya.” Janu tak ingin membuat Danis canggung, ia pun bertanya-tanya mengenai keadaannya, “Danis bagaimana kabarmu nak? Bisnismu lancar?” “Saya baik om, saat ini saya masih berusaha untuk mengembangkan bisnis saya,” jawab Danis. “Syukurlah jika begitu, semoga bisnismu kedepannya bi

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27
  • The Fact That He is My Hope   Nasehat Janu

    Di kediaman Cokroaminoto, Yuda memanggil Danis untuk menghadapnya di ruang tengah. “Danis tadi ayah ditelfon oleh Janu. Bagaimana perihal pernikahan kamu nak?”Danis masih terdiam ketika ayahnya menanyakan hal ini, pasalnya dirinya tidak ingin melanjutkan pernikahan ini, jika ada yang harus diutarakan pada ayahnya memang apa? Danis juga tidak memiliki alasan yang kuat untuk menolak pernikahan ini terlebih lagi perjodohannya dengan Citra memang ada karena itu menjadi bentuk pelunasan hutang budi keluarganya kepada keluarga Hardinata.“Nak.. tolong pikirkan kembali, ibu tidak mau memaksa tapi rasanya akan sayang kalau kamu menyia-nyiakan perjodohan ini.”Danis hanya bisa mengutarakan segala pikiran yang berkecamuk di hatinya, perjodohan ini tanpa paksaan namun dirinya harus menerima itu.“Ayah ngga mau tau Danis silahkan kamu atur pertemuan kamu dengan Citra dalam waktu dekat-dekat ini.” selepasnya Yuda pun be

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-29
  • The Fact That He is My Hope   3 hari dari sekarang

    Waktu menunjukkan pukul dua siang, itu artinya Danis akan datang ke rumah Citra sesuai janji temu mereka di telfon sebelumnya.Begitu Citra selesai ia berniat turun ke bawah untuk menunggu kedatangan Danis, namun Danis sudah sampai terlebih dahulu. Calon suaminya terlihat begitu bersemangat kali ini. Setelah berpamitan Danis pun membawa Citra pergi ke tempat yang sudah ia booking sebelumnya.Citra betul-betul terkagum bahwa ternyata Danis membawanya ke tempat yang cukup mahal di kotanya, ia pikir ini hanya kencan biasa, apakah Danis menang lotre sehingga ia beralih seloyal ini? Begitu batin Citra. Begitu sampai di meja yang Danis pesan sebelumnya, Danis pun mempersilahkan Citra untuk duduk dengan menyediakan kursi Citra. Selepasnya Danis langsung mengangguk kepada pelayan. “Ini kita ngga pesan apa-apa mas?” tanya Citra kepada Danis. “Sabar ya, sebentar lagi makanannya di anter kok.” Danis menimpali pertanyaan Citra. Ternyata

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-30
  • The Fact That He is My Hope   The Day

    Dalam kurun waktu 3 hari kedua keluarga itu begitu sibuk menyiapkan pertunangan Danis dan Citra, hingga pada akhirnya hari pertunangan itu pun tiba. Seluruh keluarga Citra sudah siap di rumahnya, mereka semua tengah menunggu kedatangan keluarga Danis.Selama beberapa waktu menunggu, Danis beserta rombongan keluarganya pun tiba, tak lupa dengan seserahan yang sudah mereka siapkan untuk dibawa. Seluruh keluarga Citra pun menyambut dengan baik kedatangan keluarga Danis, dan mempersilahkan mereka untuk masuk ke dalam rumah.Setelah keluarga Danis dipersilahkan masuk acara lamaran yang dilanjutkan pertunangan itu pun segera dimulai, tentu saja di dalam acara itu terdapat pembawa acara untuk memandu rangkaian per acaranya. Meningkat acara yang pertama, pembawa acara membuka acara lamaran tersebut, menyambut setiap tamu dengan selamat datang yang ia ucapkan dan juga mengucapkan terima kasih atas ketersediaan setiap tamu karena hadir dalam acara lamaran t

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-31
  • The Fact That He is My Hope   Nafkah batin yang terpenuhi

    ⚠ Adult content, 18+ only. Citra masih berada di kamar keluarga Cokroaminoto setelah segala rangkaian pernikahan mereka selesai. Ketika sudah tidak ada lagi tamu yang berdatangan ke rumah mertuanya karena tidak sempat hadir di tempat resepsinya, Citra duduk menghadap cermin dan mulai menuangkan remover ke kapas untuk menghapus sisa-sisa make upnya, dan beranjak untuk mandi setelah memastikan sudah tidak ada lagi make up yang tersisa di wajahnya. Begitu kembali dari kamar mandi Citra pun bersiap menggunakan lingerie untuk ritual malam pertamanya, begitu selesai menggunakan lingerienya pintu kamarnya pun terbuka dan memunculkan Danis yang hendak masuk ke kamar di balik pintunya, Citra pun tersenyum memandang Danis, namun begitu Danis melihat Citra sudah menggunakan lingerie itu Danis justru melemparkan pertanyaannya.“Kamu ngapain pake itu Citra?” Senyum Citra yang semula merekah pun memudar, tentu saja ia bingung, bukankah umumnya sepasa

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-05
  • The Fact That He is My Hope   Keputusan

    Keesokan paginya Citra sudah bangun lebih awal dan memutuskan untuk segera mandi karena baik Danis dan Citra masih harus bekerja, begitu selesai mandi Citra melihat Danis sudah terbangun dalam keadaan bingung, ia juga terlihat pusing. “Cit semalem kita ngapain?” tanyanya pada Citra karena melihat dirinya tak dibalut dengan benang sehelai pun kecuali dengan selimut yang menutupinya. Menanggapi pertanyaan tersebut Citra membalasnya dengan tenang sambil tersenyum. “Kamu ngga inget?” Mendengar jawaban Citra tentu saja Danis paham bahwa mereka telah melakukannya semalam.Meskipun mereka telah sah menjadi suami istri, terlebih lagi selama 3 tahun baru kali ini Danis menyentuh istrinya seharusnya itu bukanlah masalah baginya, akan tetapi melakukannya dalam keadaan tidak sadar tentu saja membuat perasaan Danis menjadi kurang nyaman. “Kamu masih pusing mas? Semalem kamu pulang dalam keadaan mabok, kamu mau tetep berangkat kerja? Atau absen

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-06
  • The Fact That He is My Hope   He was met her

    3 tahun kemudian, Abimanyu kecil sudah tumbuh lebih besar, ia tumbuh dengan baik di bawah naungan Danis dan Citra, sekalipun hubungan Danis dan Citra merenggang hanya karna Citra berhenti meneruskan karirnya namun baik Danis maupun Citra bertekad untuk tetap menjadi orang tua yang baik bagi putra pertama mereka."Sini jagoan Papa!!" Danis pun menggendong tubuh kecil Abim."Mu main," ucap Abim kecil sambil menunjuk mainan pesawat yang ada di bawah."Abim mau main pesawat?" tanya Danis yang dibalas anggukan oleh Abim, "dari pada mainan pesawat itu, mending main pesawat-pesawatan sama papah." kemudian Danis pun menggendong tubuh kecil milik Abim ke bagian tengkuknya dan bermain bersama-sama, mereka sama-sama tertawa.Citra yang memandangi hal itu hanya tersenyum sambil terenyuh. "Kamu aja sayang banget sama anakmu mas, kok bisa kamu ngelarang aku berhenti kerja demi egomu?" tanya Citra yang hanya terdengar oleh dirinya sendiri, ia tidak ingin memulai perteng

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-08
  • The Fact That He is My Hope   Morning Sick

    Seperti biasanya Citra tengah melakukan rutinitasnya setiap pagi, memasak untuk sarapan keluarganya yang dibantu oleh bi Ijah. "Sayang, nanti jangan lupa bawain aku bekal ya," pinta Danis yang sedang meminum jus jeruknya pada istrinya yang tengah memasak. "Iya mas kaya ngga biasanya aja." kemudian Citra pun meneruskan kegiatannya. "Mamahhh.. dasi sekolah Abim dimana?" teriak Abim dari ruang setrika. "Sebentarr nak." Citra pun meninggikan nadanya agar terdengar oleh Abim. "Bi ini tolong diterusin dulu ya, Citra mau ngurusin Abim dulu." "Baik non." kemudian Citra pun menghampiri Abim yang sibuk mencari-cari pakaian. "Nak, mamah kan sudah bilang ini loh dasimu di gantung." Abim pun menyela kata-kata Citra, "Tapi kan Abim nga sampee.." Citra hanya menghela nafasnya melihat anak pertamanya bisa saja dalam menjawab pertanyaannya. "Ya udah sana kamu siap-siap lagi dulu, mamah mau masak buat bekal kamu."

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-08

Bab terbaru

  • The Fact That He is My Hope   Bidadari tak bersayap milik Abim

    Keesokan harinya setelah kejadian Tamara jatuh, keluarga kecil itu menjadi lebih dingin dikarenakan Danis masih terlihat tidak terima ketika anak perempuannya terluka hanya karena ketidaksengajaan putra sulungnya itu.Saat Citra tengah menyiapkan sarapan untuk keluarga kecilnya itu, Danis berlalu pergi setelah mengambil satu potong roti, melihatnya Citra pun bertanya-tanya dan terheran tumben sekali suaminya itu tidak ikut sarapan. "Loh mas? Kamu mau kemana?""Mau berangkat kerja, kenapa?" masih terdengar nada ketus dari jawaban Danis. "Kok ngga sarapan dulu?" Citra masih berusaha membujuk Danis agar ikut sarapan dengan keluarganya. "Ngga usah, aku lagi ngga mood makan." dan bujukan Citra pun gagal, Danis mengecup dahi Tamara sebentar dan berlalu pergi untuk bekerja tanpa memakan masakan yang sudah istrinya siapkan, bahkan Citra telah menyiapkan bekal dari masakannya, tapi Danis sama sekali tak bertanya perihal bekal yang sud

  • The Fact That He is My Hope   Tamara's born

    Setelah melewati berbagai tahap dan proses persalinan, anak kedua Danis dan Citra pun lahir. Bagi Citra persalinannya kali ini tidak terlalu berat seperti persalinannya pada kali pertama. Setelah dipersilahkan masuk oleh perawat, Danis memasuki ruangan dimana Citra dipindahkan setelah bersalin. Danis lantas menimang putri keduanya. "Putri papah.. cantik banget, kaya mamah ya nak," ucapnya sambil menimang putrinya itu. "Tamara mas," tiba-tiba saja Citra mengeluarkan nama itu. "Ah iya, Tamara cantik.." Sebelum putri kedua mereka lahir, Citra dan Danis telah merencanakan nama yang tepat untuknya, dan lahirlah nama Tamara dengan nama lengkap Tamara Ayudissa Cokroaminoto, sama seperti kakaknya Tamara juga membawa nama keluarga Danis bagai sebuah marga. "Sayang banget ya mas Abim ngga ada di sini, padahal dia antusias banget bakal punya adik perempuan." "Ngga apa-apa, besok aku bawa dia ke sini biar bisa liat adiknya cantik, sama

  • The Fact That He is My Hope   Morning Sick

    Seperti biasanya Citra tengah melakukan rutinitasnya setiap pagi, memasak untuk sarapan keluarganya yang dibantu oleh bi Ijah. "Sayang, nanti jangan lupa bawain aku bekal ya," pinta Danis yang sedang meminum jus jeruknya pada istrinya yang tengah memasak. "Iya mas kaya ngga biasanya aja." kemudian Citra pun meneruskan kegiatannya. "Mamahhh.. dasi sekolah Abim dimana?" teriak Abim dari ruang setrika. "Sebentarr nak." Citra pun meninggikan nadanya agar terdengar oleh Abim. "Bi ini tolong diterusin dulu ya, Citra mau ngurusin Abim dulu." "Baik non." kemudian Citra pun menghampiri Abim yang sibuk mencari-cari pakaian. "Nak, mamah kan sudah bilang ini loh dasimu di gantung." Abim pun menyela kata-kata Citra, "Tapi kan Abim nga sampee.." Citra hanya menghela nafasnya melihat anak pertamanya bisa saja dalam menjawab pertanyaannya. "Ya udah sana kamu siap-siap lagi dulu, mamah mau masak buat bekal kamu."

  • The Fact That He is My Hope   He was met her

    3 tahun kemudian, Abimanyu kecil sudah tumbuh lebih besar, ia tumbuh dengan baik di bawah naungan Danis dan Citra, sekalipun hubungan Danis dan Citra merenggang hanya karna Citra berhenti meneruskan karirnya namun baik Danis maupun Citra bertekad untuk tetap menjadi orang tua yang baik bagi putra pertama mereka."Sini jagoan Papa!!" Danis pun menggendong tubuh kecil Abim."Mu main," ucap Abim kecil sambil menunjuk mainan pesawat yang ada di bawah."Abim mau main pesawat?" tanya Danis yang dibalas anggukan oleh Abim, "dari pada mainan pesawat itu, mending main pesawat-pesawatan sama papah." kemudian Danis pun menggendong tubuh kecil milik Abim ke bagian tengkuknya dan bermain bersama-sama, mereka sama-sama tertawa.Citra yang memandangi hal itu hanya tersenyum sambil terenyuh. "Kamu aja sayang banget sama anakmu mas, kok bisa kamu ngelarang aku berhenti kerja demi egomu?" tanya Citra yang hanya terdengar oleh dirinya sendiri, ia tidak ingin memulai perteng

  • The Fact That He is My Hope   Keputusan

    Keesokan paginya Citra sudah bangun lebih awal dan memutuskan untuk segera mandi karena baik Danis dan Citra masih harus bekerja, begitu selesai mandi Citra melihat Danis sudah terbangun dalam keadaan bingung, ia juga terlihat pusing. “Cit semalem kita ngapain?” tanyanya pada Citra karena melihat dirinya tak dibalut dengan benang sehelai pun kecuali dengan selimut yang menutupinya. Menanggapi pertanyaan tersebut Citra membalasnya dengan tenang sambil tersenyum. “Kamu ngga inget?” Mendengar jawaban Citra tentu saja Danis paham bahwa mereka telah melakukannya semalam.Meskipun mereka telah sah menjadi suami istri, terlebih lagi selama 3 tahun baru kali ini Danis menyentuh istrinya seharusnya itu bukanlah masalah baginya, akan tetapi melakukannya dalam keadaan tidak sadar tentu saja membuat perasaan Danis menjadi kurang nyaman. “Kamu masih pusing mas? Semalem kamu pulang dalam keadaan mabok, kamu mau tetep berangkat kerja? Atau absen

  • The Fact That He is My Hope   Nafkah batin yang terpenuhi

    ⚠ Adult content, 18+ only. Citra masih berada di kamar keluarga Cokroaminoto setelah segala rangkaian pernikahan mereka selesai. Ketika sudah tidak ada lagi tamu yang berdatangan ke rumah mertuanya karena tidak sempat hadir di tempat resepsinya, Citra duduk menghadap cermin dan mulai menuangkan remover ke kapas untuk menghapus sisa-sisa make upnya, dan beranjak untuk mandi setelah memastikan sudah tidak ada lagi make up yang tersisa di wajahnya. Begitu kembali dari kamar mandi Citra pun bersiap menggunakan lingerie untuk ritual malam pertamanya, begitu selesai menggunakan lingerienya pintu kamarnya pun terbuka dan memunculkan Danis yang hendak masuk ke kamar di balik pintunya, Citra pun tersenyum memandang Danis, namun begitu Danis melihat Citra sudah menggunakan lingerie itu Danis justru melemparkan pertanyaannya.“Kamu ngapain pake itu Citra?” Senyum Citra yang semula merekah pun memudar, tentu saja ia bingung, bukankah umumnya sepasa

  • The Fact That He is My Hope   The Day

    Dalam kurun waktu 3 hari kedua keluarga itu begitu sibuk menyiapkan pertunangan Danis dan Citra, hingga pada akhirnya hari pertunangan itu pun tiba. Seluruh keluarga Citra sudah siap di rumahnya, mereka semua tengah menunggu kedatangan keluarga Danis.Selama beberapa waktu menunggu, Danis beserta rombongan keluarganya pun tiba, tak lupa dengan seserahan yang sudah mereka siapkan untuk dibawa. Seluruh keluarga Citra pun menyambut dengan baik kedatangan keluarga Danis, dan mempersilahkan mereka untuk masuk ke dalam rumah.Setelah keluarga Danis dipersilahkan masuk acara lamaran yang dilanjutkan pertunangan itu pun segera dimulai, tentu saja di dalam acara itu terdapat pembawa acara untuk memandu rangkaian per acaranya. Meningkat acara yang pertama, pembawa acara membuka acara lamaran tersebut, menyambut setiap tamu dengan selamat datang yang ia ucapkan dan juga mengucapkan terima kasih atas ketersediaan setiap tamu karena hadir dalam acara lamaran t

  • The Fact That He is My Hope   3 hari dari sekarang

    Waktu menunjukkan pukul dua siang, itu artinya Danis akan datang ke rumah Citra sesuai janji temu mereka di telfon sebelumnya.Begitu Citra selesai ia berniat turun ke bawah untuk menunggu kedatangan Danis, namun Danis sudah sampai terlebih dahulu. Calon suaminya terlihat begitu bersemangat kali ini. Setelah berpamitan Danis pun membawa Citra pergi ke tempat yang sudah ia booking sebelumnya.Citra betul-betul terkagum bahwa ternyata Danis membawanya ke tempat yang cukup mahal di kotanya, ia pikir ini hanya kencan biasa, apakah Danis menang lotre sehingga ia beralih seloyal ini? Begitu batin Citra. Begitu sampai di meja yang Danis pesan sebelumnya, Danis pun mempersilahkan Citra untuk duduk dengan menyediakan kursi Citra. Selepasnya Danis langsung mengangguk kepada pelayan. “Ini kita ngga pesan apa-apa mas?” tanya Citra kepada Danis. “Sabar ya, sebentar lagi makanannya di anter kok.” Danis menimpali pertanyaan Citra. Ternyata

  • The Fact That He is My Hope   Nasehat Janu

    Di kediaman Cokroaminoto, Yuda memanggil Danis untuk menghadapnya di ruang tengah. “Danis tadi ayah ditelfon oleh Janu. Bagaimana perihal pernikahan kamu nak?”Danis masih terdiam ketika ayahnya menanyakan hal ini, pasalnya dirinya tidak ingin melanjutkan pernikahan ini, jika ada yang harus diutarakan pada ayahnya memang apa? Danis juga tidak memiliki alasan yang kuat untuk menolak pernikahan ini terlebih lagi perjodohannya dengan Citra memang ada karena itu menjadi bentuk pelunasan hutang budi keluarganya kepada keluarga Hardinata.“Nak.. tolong pikirkan kembali, ibu tidak mau memaksa tapi rasanya akan sayang kalau kamu menyia-nyiakan perjodohan ini.”Danis hanya bisa mengutarakan segala pikiran yang berkecamuk di hatinya, perjodohan ini tanpa paksaan namun dirinya harus menerima itu.“Ayah ngga mau tau Danis silahkan kamu atur pertemuan kamu dengan Citra dalam waktu dekat-dekat ini.” selepasnya Yuda pun be

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status