Share

How lucky they are

Author: teninonee
last update Last Updated: 2021-08-10 23:57:40

—Ujian memang selalu datang di setiap langkah yang ingin kita derapkan—

Selepas semalam bertekad untuk menjadi pribadi yang baik demi menjadi hidup yang lebih baik kelak, tentu saja Tamara harus memulai langkahnya dari sekarang, ia tidak lagi mengeluh jika harus mengerjakan pekerjaannya saat sebelum sekolah, ia tidak lagi keberatan jika harus hidup sendirian, Tamara harus semangat dalam belajar karena dengan bersemangat belajar itu akan memudahkan dirinya dalam mengejar cita-citanya.

Pagi itu seperti awal yang baru untuknya. Jika pada hari biasa Tamara berangkat ke sekolah menggunakan bus umum, hari ini Rayyan dan Tamara berangkat bersama menuju sekolah. Rayyan ingin hadir di hari pertama Tamara memulai tekadnya.

***

Begitu keduanya sampai di sekolah, Tamara pun berpamitan untuk menuju kelasnya.

“Rayyan aku ke kelas dulu ya.” 

Tamara berniat berlalu ke kelasnya, namun Rayyan justru menarik tas Tamara sehingga langkah Tamara mundur, “Astaga kenapa Ray?”

Rayyan hanya tersenyum meledek, “Ngga papa, semangat belajarnya yaa cantiknya aku.”

Kemudian Rayyan melemparkan finger heartnya kepada Tamara.

Tamara yang menyaksikannya pun bergidik geli dan langsung berlari menuju kelasnya. 

***

Sesampainya di kelas sambil menunggu jam pelajaran tiba dan kedatangan Indri, Tamara mencoba fokus pada catatan-catatan dan juga tugas-tugas yang ada di hadapannya.

Baru saja Tamara memulai fokus, tiba-tiba geng Amanda memulai kembali keributannya.

“Eh eh guysss jangan lupa hari ini ada tugas buat deskripsiin keluarga kalian masing-masing, asikk gue jadi tau nih gambaran keluarga kalian kaya gimana.”

Tamara terkejut, pasalnya ia tak memperhatikan bahwa kelasnya memang ditugaskan untuk mendeskripsikan kegiatan keluarga mereka, selain itu ia juga tak habis pikir mengapa hidup Amanda dipenuhi dengan rasa ingin tahu akan hidup dan urusan orang lain.

Tak lama kemudian Indri pun datang dan duduk di bangku sebelah Tamara.

Dengan panik Tamara langsung menanyakannya kepada Indri, “Ndri emang ada tugas buat deskripsiin tentang keluarga?”

Indri menimpali Tamara, “Ah iyaa gue lupa ngasih tau lo, but santai ajaa tugasnya ngga perlu dikumpulin kok, as you know hari jumat kan emang hari santai, ini tu cuman tugas buat ngisi-ngisi kelas aja.” 

 

Dalam batinnya bagaimana bisa ia santai? Keluarganya saja benar-benar tertutup, terlebih lagi ia tidak memiliki momen baik dengan orang-orang rumahnya, bagaimana Tamara harus bercerita? Ia tidak ingin dikasihani.

Saat Tamara larut dalam lamunannya Indri mengejutkan Tamara dengan pertanyaannya, “Lo kenapa si Mar? Lagak lo kek ngga punya keluarga aja.”

Deg! Ia sedikit tertampar dengan kata-kata Indri, kenyataannya Tamara memang hidup sendirian tanpa seorang keluarga.

“Ngga papa Ndri gue cuman panik aja karna kurang mempersiapkan tugas gue.”

Pada akhirnya Tamara berbohong dan memilih terlihat baik-baik saja. 

***

Saat jam wali kelas sudah tiba, Bu Nurul selaku wali kelas pun datang dan mempersilahkan para siswanya untuk mendekripsikan hal kecil yang ada di keluarga mereka.

“Baik anak-anak kemarin ibu sudah menyampaikan di kelas ini bahwa untuk mengisi jam wali kelas kalian dipersilahkan maju ke depan kelas untuk mendeskripsikan tentang ‘small sweet things in your family’, mulai dari kalian berangkat sekolah sampai berangkat sekolah lagi hal apa saja yang di mata kalian manis dan bisa kalian bawakan. Baik untuk maju yang pertama kali ini yaitu nomer urut yang sesuai dengan tanggal hari ini.”

Memang bukan Tamara yang menjadi nomer urut pertama dalam mendeskripsikan keluarganya. Tetapi tak lama kemudian ia juga harus dipanggil karna nomer urutnya tak jauh dari tanggal hari ini.

Baru kali ini ia merasa takut dan gugup untuk maju di depan kelas, demi Tuhan Tamara lebih rela mengerjakan soal logaritma atau trigonometri dari pada seperti ini.

Selama beberapa siswa berurut-urutan maju dalam menyampaikan ceritanya, Tamara terus berpikir bagaimana dia akan menceritakan keluarganya. Namun sedari tadi Tamara juga turut memperhatikan bagaimana teman-temannya bercerita, "How lucky they are," begitu batin Tamara saat mendengar cerita teman-temannya. 

Ada yang bercerita tentang betapa cerewetnya ibu mereka saat mereka belum juga menyetorkan daftar nilai mereka, ada yang menyampaikan tentang kakak laki-laki yang begitu jahil dan akan memanggil dengan panggilan istimewa hanya untuk memalak uang bensin, ada juga yang bercerita tentang ayah mereka yang akan menghukum mereka dengan memotongkan kuku satu sama lain apabila bertengkar dengan saudara sendiri.

Hingga akhirnya giliran Tamara maju pun tiba, sedari tadi ia buntu berpikir tiba-tiba ia teringat bahwa ia memiliki mimpi tentang keluarganya kelak. Tamara berniat menceritakan mimpinya seolah-olah itu adalah kehidupan keluarganya.

“Silahkan nomer urut 30,” ucap Bu Nurul mempersilahkan Tamara untuk bercerita.

Setelah dipersilahkan Tamara pun mulai bercerita, “Saya Tamara Ayudissa nomer absen 30, saya disini akan menyampaikan kebiasaan kecil keluarga saya yang menurut saya manis dan berkesan. Setiap pagi ibu saya akan membuatkan sarapan untuk keluarga kecil kami karena ibu saya adalah seorang IRT waktunya untuk menyiapkan sarapan jadi lebih leluasa, setiap malam sebelum saya dan kakak saya tidur ibu saya selalu menanyakan menu apa yang kami inginkan untuk dihidangkan keesokan harinya, saya juga bersekolah diantarkan oleh ayah saya, setiap kali saya dan kakak saya berangkat ibu saya selalu mencium kening saya dan kakak saya, kemudian begitu kami pulang dari sekolah ibu dan ayah saya sama sekali tidak pernah menanyakan tugas kami ataupun nilai kami, mereka senantiasa mendengarkan cerita anak-anak mereka dan bertanya “Bagaimana hari ini?” perlakuan ibu saya yang penuh kasih begitu manis. Meskipun hidup bergelimang harta tetapi mereka lebih mengutamakan kesehatan mental anak-anaknya, saya memang pantas bersyukur untuk itu.”

Kemudian Tamara pun tersenyum yang sepadahalnya itu adalah senyuman miris dari kebohongan ceritanya, “saya beruntung memiliki kedua orang tua saya dimana mereka membangun karakter dan juga kepribadian saya dengan baik, mereka selalu menanamkan untuk memiliki empati yang tinggi bahkan kepada hewan sekalipun,” Tamara menghela nafasnya, “demikian cerita yang bisa saya sampaikan, terima kasih atas waktu dan perhatiannya.” 

Selepas Tamara bercerita ia pun kembali duduk di kursi bangkunya, Indri menanggapi cerita Tamara dengan baik, “Keluarga lu manis juga Ra, jadi pengen kenalan sama tante Citra hihi.”

Tamara hanya mendengus menanggapi Indri. 

Tak lama kemudian Tamara meminta izin kepada gurunya untuk pergi ke toilet. Sejujurnya toilet hanya dalih saja bagi Tamara, ia tidak sanggup mendengarkan cerita-cerita teman kelasnya yang begitu manis dan nyata, tidak seperti cerita Tamara yang hanya manis tetapi tidak nyata. 

***

Tamara memasuki salah satu bilik di toilet dan mulai menangis di sana, padahal baru semalam ia mulai bersiap untuk memperbaiki diri dan hidupnya kedepannya namun ada saja yang membuatnya menjadi berpikir apakah ia pantas mendapatkan keluarga yang harmonis? Hari ini ia diingatkan bagaimana ia tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari ibunya sedari ia kecil. 

Dalam diamnya ia menangis tersedu-sedu menahan lara yang menggerogoti hatinya, ia meremas pakaiannya untuk melampiaskan sakit yang ada di hatinya, “Demi Tuhan sakit banget,” begitu batin Tamara berteriak. 

Setelah menghabiskan waktunya di dalam bilik toilet dan menangis cukup puas dengan diam, Tamara memutuskan untuk keluar dari bilik toilet itu dan berniat membasuh wajahnya di wastafel. 

Baru saja ia keluar dari bilik itu Tamara bertemu dengan Kak Fira, teman satu kelas Rayyan. 

“Loh Tamara?” kakak kelasnya itu terkejut melihat wajah Tamara yang merah dan juga matanya yang sembab khas sehabis menangis. “Kamu kenapa?” 

Tamara hanya menggeleng sembari tersenyum membalas pertanyaan Fira.

“Ngga apa-apa kok kak.” lalu Tamara berlalu menuju wastafel untuk membasuh wajahnya. 

Saat Tamara tengah membasuh wajahnya, Ajeng datang berniat untuk mencuci tangannya. Mereka bersebelahan menghadap wastafel, dan tiba-tiba Ajeng membuka percakapan. 

“Lo beruntung banget ya Mar, keluarga lo penuh kasih sayang, ibu lo cuman IRT yang bisa ngasih waktu penuh, ngga kaya ibu gue yang sibuk sama karirnya dan jarang pulang. Ah iya ayah lo juga meskipun anggota parlemen dia nampak ngga segan buat anter jemput lo, how sweet your family is.”

Belum sempat membalas kata-katanya Ajeng sudah berlalu begitu saja.

Lagi-lagi Tamara merasa tersinggung dengan ucapan Ajeng, seolah-olah Ajeng mengerti kebohongan dari ceritanya dan berusaha mengungkit itu untuk menyadarkannya. 

“Ngga Tamara.. lo ngga boleh mikir yang engga-engga tentang sahabat lo," batinnya.

Kemudian Tamara pun keluar dari toiletnya dan melihat Rayyan berdiri di depan pintu masuk toilet wanita.

“Astaga Rayyan! Ngapain disini?” 

Rayyan yang melihatnya hanya menunjukkan gummy smilenya itu. 

“Ngawur banget kamu ngapain ke sini nanti ada yang mikir kamu bejat gimana?” Sambil berceloteh Tamara mendorong punggung Rayyan.

“Ih iyaaa iyaaa jangan didorong donggg,” ucap Rayyan membalas dirinya.

“Ya habisnya kamu ngapain Rayyan?” 

dengan polosnya Rayyan menjawab Tamara, “Mau ngajakin bolos hehe.”

Tamara membulatkan matanya dan mengernyitkan ujung hidungnya, “Bisa-bisanya anak paralel 4 semester berturut-turut ngajakin bolos?!” 

Masih dengan wajah polosnya Rayyan tersenyum.

 “Udah ayoo kita ke rooftop, kita ngobrol sambil makan es krim di sana.” 

Tamara belum membalas apapun namun Rayyan sudah menariknya dan membawanya ke rooftop. 

To be continue . .

Related chapters

  • The Fact That He is My Hope   The beginning begins

    Sesampainya di rooftop, Rayyan mengajak Tamara untuk melihat bagaimana pemandangan kota dari rooftop Trisakti, banyak gedung-gedung tinggi setara dengan gedung Trisakti, angin pun berhembus dengan semilir menemani hari mereka. Keduanya duduk menghadap pemandangan gedung-gedung itu.“Gimana? Udah baikan?” Rayyan membuka orbolan tanpa memfokuskan netranya pada Tamara. "Aku tau kamu ngga baik-baik aja Mar, makanya aku bawa kamu kesini."Entah dari mana kekasihnya itu tau bahwa memang dirinya tengah tak baik-baik saja.“Kamu tau dari mana Ray?” tanya Tamara“Kepo,” begitu balas Rayyan.“Serius Rayyan, kalau kamu ngga jawab nanti aku mikir kamu cenayang gimana?"Rayyan terbahak-bahak mendengar yang Tamara ucapkan, “Kalau aku punya ilmu cenayang udah aku jadiin lahan duit Mar.”“Dasar duit mulu.”“Loh bener kan? Duit itu mendat

    Last Updated : 2021-08-11
  • The Fact That He is My Hope   Danis yang enggan

    Kediaman Hardinata kedatangan keluarga Cokroaminoto seperti waktu yang telah dijanjikan. Janu dan Bagas pun menyambut kedatangan keluarga Yuda dengan melemparkan senyum selamat datang mereka untuk menyambut kedatangan keluarga Yuda. “Selamat datang, silahkan masuk.” Janu mempersilahkan keluarga Yuda untuk masuk, keluarga Yuda pun masuk dan duduk di ruang tamu milik Janu. “Sudah lawas sekali ya semenjak kami datang untuk sekedar bertamu, rumahmu sudah betul-betul bagus, membuktikan bahwa kamu sudah cukup sukses," ujar Yuda.Tari turut menimpali kata-kata Yuda, “Betul, keluarga kalian hangat dan harmonis, rumah ini pasti turut menjadi saksinya.” Janu tak ingin membuat Danis canggung, ia pun bertanya-tanya mengenai keadaannya, “Danis bagaimana kabarmu nak? Bisnismu lancar?” “Saya baik om, saat ini saya masih berusaha untuk mengembangkan bisnis saya,” jawab Danis. “Syukurlah jika begitu, semoga bisnismu kedepannya bi

    Last Updated : 2021-08-27
  • The Fact That He is My Hope   Nasehat Janu

    Di kediaman Cokroaminoto, Yuda memanggil Danis untuk menghadapnya di ruang tengah. “Danis tadi ayah ditelfon oleh Janu. Bagaimana perihal pernikahan kamu nak?”Danis masih terdiam ketika ayahnya menanyakan hal ini, pasalnya dirinya tidak ingin melanjutkan pernikahan ini, jika ada yang harus diutarakan pada ayahnya memang apa? Danis juga tidak memiliki alasan yang kuat untuk menolak pernikahan ini terlebih lagi perjodohannya dengan Citra memang ada karena itu menjadi bentuk pelunasan hutang budi keluarganya kepada keluarga Hardinata.“Nak.. tolong pikirkan kembali, ibu tidak mau memaksa tapi rasanya akan sayang kalau kamu menyia-nyiakan perjodohan ini.”Danis hanya bisa mengutarakan segala pikiran yang berkecamuk di hatinya, perjodohan ini tanpa paksaan namun dirinya harus menerima itu.“Ayah ngga mau tau Danis silahkan kamu atur pertemuan kamu dengan Citra dalam waktu dekat-dekat ini.” selepasnya Yuda pun be

    Last Updated : 2021-08-29
  • The Fact That He is My Hope   3 hari dari sekarang

    Waktu menunjukkan pukul dua siang, itu artinya Danis akan datang ke rumah Citra sesuai janji temu mereka di telfon sebelumnya.Begitu Citra selesai ia berniat turun ke bawah untuk menunggu kedatangan Danis, namun Danis sudah sampai terlebih dahulu. Calon suaminya terlihat begitu bersemangat kali ini. Setelah berpamitan Danis pun membawa Citra pergi ke tempat yang sudah ia booking sebelumnya.Citra betul-betul terkagum bahwa ternyata Danis membawanya ke tempat yang cukup mahal di kotanya, ia pikir ini hanya kencan biasa, apakah Danis menang lotre sehingga ia beralih seloyal ini? Begitu batin Citra. Begitu sampai di meja yang Danis pesan sebelumnya, Danis pun mempersilahkan Citra untuk duduk dengan menyediakan kursi Citra. Selepasnya Danis langsung mengangguk kepada pelayan. “Ini kita ngga pesan apa-apa mas?” tanya Citra kepada Danis. “Sabar ya, sebentar lagi makanannya di anter kok.” Danis menimpali pertanyaan Citra. Ternyata

    Last Updated : 2021-08-30
  • The Fact That He is My Hope   The Day

    Dalam kurun waktu 3 hari kedua keluarga itu begitu sibuk menyiapkan pertunangan Danis dan Citra, hingga pada akhirnya hari pertunangan itu pun tiba. Seluruh keluarga Citra sudah siap di rumahnya, mereka semua tengah menunggu kedatangan keluarga Danis.Selama beberapa waktu menunggu, Danis beserta rombongan keluarganya pun tiba, tak lupa dengan seserahan yang sudah mereka siapkan untuk dibawa. Seluruh keluarga Citra pun menyambut dengan baik kedatangan keluarga Danis, dan mempersilahkan mereka untuk masuk ke dalam rumah.Setelah keluarga Danis dipersilahkan masuk acara lamaran yang dilanjutkan pertunangan itu pun segera dimulai, tentu saja di dalam acara itu terdapat pembawa acara untuk memandu rangkaian per acaranya. Meningkat acara yang pertama, pembawa acara membuka acara lamaran tersebut, menyambut setiap tamu dengan selamat datang yang ia ucapkan dan juga mengucapkan terima kasih atas ketersediaan setiap tamu karena hadir dalam acara lamaran t

    Last Updated : 2021-08-31
  • The Fact That He is My Hope   Nafkah batin yang terpenuhi

    ⚠ Adult content, 18+ only. Citra masih berada di kamar keluarga Cokroaminoto setelah segala rangkaian pernikahan mereka selesai. Ketika sudah tidak ada lagi tamu yang berdatangan ke rumah mertuanya karena tidak sempat hadir di tempat resepsinya, Citra duduk menghadap cermin dan mulai menuangkan remover ke kapas untuk menghapus sisa-sisa make upnya, dan beranjak untuk mandi setelah memastikan sudah tidak ada lagi make up yang tersisa di wajahnya. Begitu kembali dari kamar mandi Citra pun bersiap menggunakan lingerie untuk ritual malam pertamanya, begitu selesai menggunakan lingerienya pintu kamarnya pun terbuka dan memunculkan Danis yang hendak masuk ke kamar di balik pintunya, Citra pun tersenyum memandang Danis, namun begitu Danis melihat Citra sudah menggunakan lingerie itu Danis justru melemparkan pertanyaannya.“Kamu ngapain pake itu Citra?” Senyum Citra yang semula merekah pun memudar, tentu saja ia bingung, bukankah umumnya sepasa

    Last Updated : 2021-09-05
  • The Fact That He is My Hope   Keputusan

    Keesokan paginya Citra sudah bangun lebih awal dan memutuskan untuk segera mandi karena baik Danis dan Citra masih harus bekerja, begitu selesai mandi Citra melihat Danis sudah terbangun dalam keadaan bingung, ia juga terlihat pusing. “Cit semalem kita ngapain?” tanyanya pada Citra karena melihat dirinya tak dibalut dengan benang sehelai pun kecuali dengan selimut yang menutupinya. Menanggapi pertanyaan tersebut Citra membalasnya dengan tenang sambil tersenyum. “Kamu ngga inget?” Mendengar jawaban Citra tentu saja Danis paham bahwa mereka telah melakukannya semalam.Meskipun mereka telah sah menjadi suami istri, terlebih lagi selama 3 tahun baru kali ini Danis menyentuh istrinya seharusnya itu bukanlah masalah baginya, akan tetapi melakukannya dalam keadaan tidak sadar tentu saja membuat perasaan Danis menjadi kurang nyaman. “Kamu masih pusing mas? Semalem kamu pulang dalam keadaan mabok, kamu mau tetep berangkat kerja? Atau absen

    Last Updated : 2021-09-06
  • The Fact That He is My Hope   He was met her

    3 tahun kemudian, Abimanyu kecil sudah tumbuh lebih besar, ia tumbuh dengan baik di bawah naungan Danis dan Citra, sekalipun hubungan Danis dan Citra merenggang hanya karna Citra berhenti meneruskan karirnya namun baik Danis maupun Citra bertekad untuk tetap menjadi orang tua yang baik bagi putra pertama mereka."Sini jagoan Papa!!" Danis pun menggendong tubuh kecil Abim."Mu main," ucap Abim kecil sambil menunjuk mainan pesawat yang ada di bawah."Abim mau main pesawat?" tanya Danis yang dibalas anggukan oleh Abim, "dari pada mainan pesawat itu, mending main pesawat-pesawatan sama papah." kemudian Danis pun menggendong tubuh kecil milik Abim ke bagian tengkuknya dan bermain bersama-sama, mereka sama-sama tertawa.Citra yang memandangi hal itu hanya tersenyum sambil terenyuh. "Kamu aja sayang banget sama anakmu mas, kok bisa kamu ngelarang aku berhenti kerja demi egomu?" tanya Citra yang hanya terdengar oleh dirinya sendiri, ia tidak ingin memulai perteng

    Last Updated : 2021-09-08

Latest chapter

  • The Fact That He is My Hope   Bidadari tak bersayap milik Abim

    Keesokan harinya setelah kejadian Tamara jatuh, keluarga kecil itu menjadi lebih dingin dikarenakan Danis masih terlihat tidak terima ketika anak perempuannya terluka hanya karena ketidaksengajaan putra sulungnya itu.Saat Citra tengah menyiapkan sarapan untuk keluarga kecilnya itu, Danis berlalu pergi setelah mengambil satu potong roti, melihatnya Citra pun bertanya-tanya dan terheran tumben sekali suaminya itu tidak ikut sarapan. "Loh mas? Kamu mau kemana?""Mau berangkat kerja, kenapa?" masih terdengar nada ketus dari jawaban Danis. "Kok ngga sarapan dulu?" Citra masih berusaha membujuk Danis agar ikut sarapan dengan keluarganya. "Ngga usah, aku lagi ngga mood makan." dan bujukan Citra pun gagal, Danis mengecup dahi Tamara sebentar dan berlalu pergi untuk bekerja tanpa memakan masakan yang sudah istrinya siapkan, bahkan Citra telah menyiapkan bekal dari masakannya, tapi Danis sama sekali tak bertanya perihal bekal yang sud

  • The Fact That He is My Hope   Tamara's born

    Setelah melewati berbagai tahap dan proses persalinan, anak kedua Danis dan Citra pun lahir. Bagi Citra persalinannya kali ini tidak terlalu berat seperti persalinannya pada kali pertama. Setelah dipersilahkan masuk oleh perawat, Danis memasuki ruangan dimana Citra dipindahkan setelah bersalin. Danis lantas menimang putri keduanya. "Putri papah.. cantik banget, kaya mamah ya nak," ucapnya sambil menimang putrinya itu. "Tamara mas," tiba-tiba saja Citra mengeluarkan nama itu. "Ah iya, Tamara cantik.." Sebelum putri kedua mereka lahir, Citra dan Danis telah merencanakan nama yang tepat untuknya, dan lahirlah nama Tamara dengan nama lengkap Tamara Ayudissa Cokroaminoto, sama seperti kakaknya Tamara juga membawa nama keluarga Danis bagai sebuah marga. "Sayang banget ya mas Abim ngga ada di sini, padahal dia antusias banget bakal punya adik perempuan." "Ngga apa-apa, besok aku bawa dia ke sini biar bisa liat adiknya cantik, sama

  • The Fact That He is My Hope   Morning Sick

    Seperti biasanya Citra tengah melakukan rutinitasnya setiap pagi, memasak untuk sarapan keluarganya yang dibantu oleh bi Ijah. "Sayang, nanti jangan lupa bawain aku bekal ya," pinta Danis yang sedang meminum jus jeruknya pada istrinya yang tengah memasak. "Iya mas kaya ngga biasanya aja." kemudian Citra pun meneruskan kegiatannya. "Mamahhh.. dasi sekolah Abim dimana?" teriak Abim dari ruang setrika. "Sebentarr nak." Citra pun meninggikan nadanya agar terdengar oleh Abim. "Bi ini tolong diterusin dulu ya, Citra mau ngurusin Abim dulu." "Baik non." kemudian Citra pun menghampiri Abim yang sibuk mencari-cari pakaian. "Nak, mamah kan sudah bilang ini loh dasimu di gantung." Abim pun menyela kata-kata Citra, "Tapi kan Abim nga sampee.." Citra hanya menghela nafasnya melihat anak pertamanya bisa saja dalam menjawab pertanyaannya. "Ya udah sana kamu siap-siap lagi dulu, mamah mau masak buat bekal kamu."

  • The Fact That He is My Hope   He was met her

    3 tahun kemudian, Abimanyu kecil sudah tumbuh lebih besar, ia tumbuh dengan baik di bawah naungan Danis dan Citra, sekalipun hubungan Danis dan Citra merenggang hanya karna Citra berhenti meneruskan karirnya namun baik Danis maupun Citra bertekad untuk tetap menjadi orang tua yang baik bagi putra pertama mereka."Sini jagoan Papa!!" Danis pun menggendong tubuh kecil Abim."Mu main," ucap Abim kecil sambil menunjuk mainan pesawat yang ada di bawah."Abim mau main pesawat?" tanya Danis yang dibalas anggukan oleh Abim, "dari pada mainan pesawat itu, mending main pesawat-pesawatan sama papah." kemudian Danis pun menggendong tubuh kecil milik Abim ke bagian tengkuknya dan bermain bersama-sama, mereka sama-sama tertawa.Citra yang memandangi hal itu hanya tersenyum sambil terenyuh. "Kamu aja sayang banget sama anakmu mas, kok bisa kamu ngelarang aku berhenti kerja demi egomu?" tanya Citra yang hanya terdengar oleh dirinya sendiri, ia tidak ingin memulai perteng

  • The Fact That He is My Hope   Keputusan

    Keesokan paginya Citra sudah bangun lebih awal dan memutuskan untuk segera mandi karena baik Danis dan Citra masih harus bekerja, begitu selesai mandi Citra melihat Danis sudah terbangun dalam keadaan bingung, ia juga terlihat pusing. “Cit semalem kita ngapain?” tanyanya pada Citra karena melihat dirinya tak dibalut dengan benang sehelai pun kecuali dengan selimut yang menutupinya. Menanggapi pertanyaan tersebut Citra membalasnya dengan tenang sambil tersenyum. “Kamu ngga inget?” Mendengar jawaban Citra tentu saja Danis paham bahwa mereka telah melakukannya semalam.Meskipun mereka telah sah menjadi suami istri, terlebih lagi selama 3 tahun baru kali ini Danis menyentuh istrinya seharusnya itu bukanlah masalah baginya, akan tetapi melakukannya dalam keadaan tidak sadar tentu saja membuat perasaan Danis menjadi kurang nyaman. “Kamu masih pusing mas? Semalem kamu pulang dalam keadaan mabok, kamu mau tetep berangkat kerja? Atau absen

  • The Fact That He is My Hope   Nafkah batin yang terpenuhi

    ⚠ Adult content, 18+ only. Citra masih berada di kamar keluarga Cokroaminoto setelah segala rangkaian pernikahan mereka selesai. Ketika sudah tidak ada lagi tamu yang berdatangan ke rumah mertuanya karena tidak sempat hadir di tempat resepsinya, Citra duduk menghadap cermin dan mulai menuangkan remover ke kapas untuk menghapus sisa-sisa make upnya, dan beranjak untuk mandi setelah memastikan sudah tidak ada lagi make up yang tersisa di wajahnya. Begitu kembali dari kamar mandi Citra pun bersiap menggunakan lingerie untuk ritual malam pertamanya, begitu selesai menggunakan lingerienya pintu kamarnya pun terbuka dan memunculkan Danis yang hendak masuk ke kamar di balik pintunya, Citra pun tersenyum memandang Danis, namun begitu Danis melihat Citra sudah menggunakan lingerie itu Danis justru melemparkan pertanyaannya.“Kamu ngapain pake itu Citra?” Senyum Citra yang semula merekah pun memudar, tentu saja ia bingung, bukankah umumnya sepasa

  • The Fact That He is My Hope   The Day

    Dalam kurun waktu 3 hari kedua keluarga itu begitu sibuk menyiapkan pertunangan Danis dan Citra, hingga pada akhirnya hari pertunangan itu pun tiba. Seluruh keluarga Citra sudah siap di rumahnya, mereka semua tengah menunggu kedatangan keluarga Danis.Selama beberapa waktu menunggu, Danis beserta rombongan keluarganya pun tiba, tak lupa dengan seserahan yang sudah mereka siapkan untuk dibawa. Seluruh keluarga Citra pun menyambut dengan baik kedatangan keluarga Danis, dan mempersilahkan mereka untuk masuk ke dalam rumah.Setelah keluarga Danis dipersilahkan masuk acara lamaran yang dilanjutkan pertunangan itu pun segera dimulai, tentu saja di dalam acara itu terdapat pembawa acara untuk memandu rangkaian per acaranya. Meningkat acara yang pertama, pembawa acara membuka acara lamaran tersebut, menyambut setiap tamu dengan selamat datang yang ia ucapkan dan juga mengucapkan terima kasih atas ketersediaan setiap tamu karena hadir dalam acara lamaran t

  • The Fact That He is My Hope   3 hari dari sekarang

    Waktu menunjukkan pukul dua siang, itu artinya Danis akan datang ke rumah Citra sesuai janji temu mereka di telfon sebelumnya.Begitu Citra selesai ia berniat turun ke bawah untuk menunggu kedatangan Danis, namun Danis sudah sampai terlebih dahulu. Calon suaminya terlihat begitu bersemangat kali ini. Setelah berpamitan Danis pun membawa Citra pergi ke tempat yang sudah ia booking sebelumnya.Citra betul-betul terkagum bahwa ternyata Danis membawanya ke tempat yang cukup mahal di kotanya, ia pikir ini hanya kencan biasa, apakah Danis menang lotre sehingga ia beralih seloyal ini? Begitu batin Citra. Begitu sampai di meja yang Danis pesan sebelumnya, Danis pun mempersilahkan Citra untuk duduk dengan menyediakan kursi Citra. Selepasnya Danis langsung mengangguk kepada pelayan. “Ini kita ngga pesan apa-apa mas?” tanya Citra kepada Danis. “Sabar ya, sebentar lagi makanannya di anter kok.” Danis menimpali pertanyaan Citra. Ternyata

  • The Fact That He is My Hope   Nasehat Janu

    Di kediaman Cokroaminoto, Yuda memanggil Danis untuk menghadapnya di ruang tengah. “Danis tadi ayah ditelfon oleh Janu. Bagaimana perihal pernikahan kamu nak?”Danis masih terdiam ketika ayahnya menanyakan hal ini, pasalnya dirinya tidak ingin melanjutkan pernikahan ini, jika ada yang harus diutarakan pada ayahnya memang apa? Danis juga tidak memiliki alasan yang kuat untuk menolak pernikahan ini terlebih lagi perjodohannya dengan Citra memang ada karena itu menjadi bentuk pelunasan hutang budi keluarganya kepada keluarga Hardinata.“Nak.. tolong pikirkan kembali, ibu tidak mau memaksa tapi rasanya akan sayang kalau kamu menyia-nyiakan perjodohan ini.”Danis hanya bisa mengutarakan segala pikiran yang berkecamuk di hatinya, perjodohan ini tanpa paksaan namun dirinya harus menerima itu.“Ayah ngga mau tau Danis silahkan kamu atur pertemuan kamu dengan Citra dalam waktu dekat-dekat ini.” selepasnya Yuda pun be

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status