Joya meneguk botol vodkanya dan mengecap puas. Wanita itu melirik Milly dan memicingkan mata.
“Aku belum memperkenalkan diri. Betapa kurang sopan sekali,” ucap Joya dengan suara pelan namun jernih.
“Namaku Joya dan aku adalah sulung dari dua belas bersaudara keturunan dari Bhawani. Nenek moyangku adalah dari Kashmir. Aku dan kedua belas adikku lahir di Indonesia pada abad ke-18. Waktu yang sangat lama untuk hidup bukan?” Joya mengalihkan pandangannya.
“Akan kututurkan kisah yang harus kau ketahui siapa dua pria yang kau kenal selama ini. Aku suka sekali mendongengkan kisah menarik pada korbanku. Supaya memori mereka sebelum meninggal sangat indah.” Joya tersenyum dan Milly baru melihat lesung pipit di kedua pipinya.
Milly tidak habis, kenapa wanita secantik Joya mau menghabiskan waktu untuk menjalani kehidupan yang gelap juga kelam?
“Kau harus mendengarkan dengan seksama. Sebagian memoriku akan menjadi mili
Joya menghela napas dan menjeda ceritanya sejenak. Botol vodkanya telah habis dan wanita itu sibuk mencari botol minuman yang masih ada isinya. Akhirnya, ia menemukan sebotol whiskey dan wajahnya tampak bahagia. Milly menatap Joya sementara benaknya mencerna semua kisah yang barusan ia dengar. “Aku butuh minuman untuk menggali semua memori. Nah, kamu siap mendengar berikutnya?” tanya Joya dengan senyum miring. Milly menarik napas dan membasahi bibirnya yang kering. “Bisakah kau mengendurkan ikatan kakiku? Aku tidak tidak bisa merasakan kakiku sedikit pun. Semua terasa kebas!” pinta Milly. Joya menimbang sebentar dan melirik ke arah kaki Milly. “Jangan curiga! Aku tertarik mendengar semua kisah keluargamu beserta dua pria yang kau sebut sebagai fans aku,” tukas Milly dengan kesal. Joya mendekat dan dengan ujung kukunya, mengiris lakban dengan mudah. Saking cepatnya, kulit Milly turut tergores. Darah setetes mengalir dan Joya dengan ring
Waktu bergerak sangat lambat dan Milly hampir-hampir putus asa. Rasa haus yang mencekiknya, membuat tubuhnya melemah dan kepalanya makin berdenyut sakit.Telinganya mulai berdengung. Milly genap dua puluh jam berada dalam kungkungan Joya.“Jangan pingsan, jangan pingsan,” bisik Milly pada dirinya sendiri.Bibirnya kering dan pecah-pecah. Rasanya air liurnya berhenti produksi dan Milly berada dalam situasi kalut karena sulit menjaga kesadarannya.Pikirannya mulai melemah dan sulit menegakkan kepalanya.“Joya, jangan bunuh aku dengan cara ini. Lebih cepat kau ledakan kepalaku, lebih baik,” ucap Milly dengan lemah.Tidak ada jawaban dan Milly membiarkan kepalanya terkulai. Berada di tempat duduk dalam waktu dua puluh jam adalah siksaan terberat. Milly buang air kecil di tempat dan bau yang ditinggalkan sangat menyengat. Belum lagi punggungnya terasa pegal sekaligus sakit.Janji Joya yang akan datang secepatnya, te
Usai menyantap makan siang, Milly merasakan tubuhnya mulai kembali pulih. Rasa pegal dan ngilu di beberapa bagian tubuhnya saja yang butuh waktu untuk kembali seperti sedia kala.“Kau siap mendengar sekelumit kisah tentang Joya?” tanya Bashek saat mengangkat piring yang terbuat dari kayu itu dari tempat tidur.“Ya. Tapi, boleh nggak sambil tidur? Punggungku sakit banget,” tanya Milly berusaha untuk rebah.Bashek mengiyakan dan tidak keberatan.“Tidak banyak hal bisa aku ceritakan mengenai Joya. Selain karena dia bukan tipe siluman yang suka keributan, Joya juga tidak suka tampil.” Bashek mengulurkan potongan buah pada Milly yang ditolak dengan halus. Perutnya belum bisa menerima makanan banyak.“Joya adalah putri sulung dari Rakas dan Vitra. Rakas adalah pedagang sejati sedangkan Vitra pendekar wanita yang tangguh. Entah bagaimana mereka bisa jatuh cinta, tapi menurut cerita yang aku dengar dari guruku, mer
Milly menggerakkan tangannya dan bekas infus tersebut meninggalkan memar juga rasa pegal yang menyebalkan. “Dia sudah selesai menyembuhkan diri. Maukah kamu menemuinya?” tanya Bashek pada Milly. Dengan gerakan perlahan, Milly berbalik dan mengangguk. “Aku siap menemuinya,” sahut Milly. Bashek memberinya isyarat untuk mengikuti. Milly keluar dan menyaksikan halaman yang ditumbuhi sayur mayur yang siap dipanen. Dalam hati, ia sangat kagum karena Bashek adalah perawat yang telaten. Bahkan tanaman pun tumbuh dengan subur. Mereka menuju ke bungalow kedua dan pintu itu terkuak, hanya tertutup tirai putih yang berkibar, tertiup angin. “Dia ada di dalam,” ucap Bashek tanpa berniat ikut masuk. Milly menelan ludah dan menguatkan diri untuk menghadapi Joya. Dengan langkah ragu, Milly menyibakkan gorden putih tersebut. Joya sedang dalam posisi semedi di tengah ruangan. Matanya terpejam dan tangan membentuk cakra di dadanya. Joya me
Virgo menyelempangkan katana-nya (pedang khas Jepang), lalu segera bersiul memanggil Ben dan Rosco. Dua pria itu keluar dari villa yang mereka sewa khusus untuk penyergapan malam itu.“Sudah siap?” tanya Virgo.Rosco sudah memasukkan magasin ke tas pinggangnya sebanyak mungkin. Ben juga terlihat siap dan sibuk menyalakan rokoknya. Koreknya sepertinya kehabisan gas.“Siapa yang akan berangkat?” tanya Rosco.“Sepuluh orang, termasuk kita!” sahut Ben.Virgo menarik napas lalu menoleh ke arah mereka.“Kita ketemu di lokasi!” usai mengatakan kalimat tersebut, Virgo melenting ke atas dan berlari secepatnya bagai embusan angin.Rosco melemparkan kunci pada Ben yang segera ditangkap dengan tangkas. Keduanya melompat ke atas mobil jeep. Tak lama kemudian muncul tujuh orang dari siluman rubah dan serigala dari kegelapan.“Temui kami di lokasi!” cetus Rosco.Ben menekan pe
Milly segera menemui Aldo begitu terbebas dari drama penculikan yang ternyata berakhir dengan baik. Aldo yang sempat kebingungan atas raibnya Milly yang mendadak, ternyata sudah menyelesaikan semua administrasi rumah sakit untuk biaya perawatan Ningsih. “Terima kasih atas semua bantuanmu, Al,” ucap Milly setelah menjelaskan situasinya. Maxer terpaksa meminta Milly untuk merekayasa semuanya demi menghindari rasa syok yang mungkin tidak bisa diterima oleh Aldo. Milly juga menggantikan semua biaya yang telah Aldo keluarkan untuk NIngsih. Awalnya pria itu menolak, namun Milly bersikukuh. “Aku akan membawa bu Ningsih dengan kedua anaknya ke Bali untuk tinggal bersama kami,” ungkap Milly. Maxer sudah menyetujui hal itu dan menyambut dengan baik Ningsih juga anak-anaknya. Virgo yang mengambil alih penguburan Bashek dan menemani Joya untuk sementara waktu. “Aku akan membawa ke pulau pribadi Jetro,” tutur Virgo atas pertanyaan Milly yang sengaj
Matahari bersinar dengan sangat terik siang itu. Milly sudah tiba di bistro sejak pagi dan memastikan terapis untuk Ningsih datang.“Fisioterapi ini penting untuk Bu Ningsih melatih otot-otot,” terang Milly sembari meyakinkan Ningsih untuk tidak ragu.Wanita itu mengiyakan dengan sedikit gugup. Terapis wanita itu membantu dengan sabar. Milly menunggu hingga usai, sebelum akhirnya Maxer muncul dan memberitahu jika Anna dan Andi sudah kembali.“Aku balik lagi nanti,” pamit Milly pada Ningsih.Milly keluar kamar dan turun ke bawah untuk menemui kedua anak Ningsih.“Hai, gimana? Udah liat sekolahnya?” tanya Milly.Anna mengangguk dan tersenyum malu. Gadis remaja itu tampak masih sungkan dan kikuk. Andi, adiknya, yang kecil lebih mudah menyesuaikan diri dan bercerita dengan serunya.Milly tertawa dan mengusap kepalanya dengan lembut.“Sekarang kalian akan tinggal di Bali dan hidup baru bersa
PURSUIT OF DREAM Scintillation light in the morningWelcomes soul full of ambitionStart wading stepA bright future awaited I start with a definite stepStaring at the sun lightIncessant pulseRetracing steps stronger my heart On expectations of idealsAlthough I traveled nevertheless far rightSky-high ornamental starI will continue to reach out it Million forsteps to achieve itCovering an area of ocean sweatNever mindI will achieve all the dreams * MENGEJAR MIMPI Kilau sinar di pagi hariSambut jiwa yang penuh ambisiMemulai langkah mengarungiMasa depan yang cerah dinanti Kumulai dengan langkah pastiMenatap cahaya sang mentariDenyut nadi yang tak hentiMenapak langkah teguhkan hati Tentang harapan tentang citaWalau jauh kan ku tempuh juaSetinggi bintang hias angkasaKu akan tetap tuk
Kapal pesiar yang sedang menyelenggarakan pesta pernikahan Virgo dan Joya itu tampak dihadiri oleh ratusan, bahkan mungkin ribuan tamu. Semua tampil dengan baju mahal dan elegan. Masing-masing tidak menyembunyikan diri dari wujud aslinya. Para siluman, manusia keturunan iblis, dan juga makhluk unik lainnya menunjukkan diri mereka yang sesungguhnya. Milly duduk dengan mempelai wanita, Joya, Gen, Trey dan Minerva juga Greta. Wanita tambun yang terlihat mulai bisa berbaikan dengan Jetro dan Virgo itu, terlihat ingin mengenal Milly lebih dekat lagi. Hidangan mewah terhidang terus menerus tanpa berhenti. Sementara minuman yang mahal, seperti sampanye dan wine, juga mengalir non-stop. Virgo menyalami satu persatu kawan lama yang sudah lama tidak ia temui. Mereka sangat terkejut ketika melihat Virgo akhirnya menjatuhkan pilihan pada seorang wanita cantik yang sangat eksotis. Ketika pembawa acara mengumumkan mengenai sambutan dari mempelai wanita, Mil
Pagi itu, Milly terbangun dan jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Tidak biasanya ia terbangun lambat.Ia menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya dan beringsut turun. Setelah mengingat ingin segera memeriksa kondisi Jetro, ia bergegas menuju kamar mandi.Tadi malam, Milly sempat menengok sebentar sebelum tidur. Betapa batu permata ajaib itu memang bereaksi sangat cepat pada Jetro. Tubuh pria yang tadinya mengalami sakit parah dan tinggal kulit yang membalut tulang, kini mulai mengubah Jetro kembali seperti sebelumnya.Sangat mengesankan!Harapan Milly, semoga pagi ini Jetro sudah pulih seutuhnya. Setelah berganti baju, Milly merapikan tempat tidur. Meski Frey selalu membongkar dan merapikan kembali, tapi Milly tetap merapikan setiap harinya.Sebelum keluar dari kamar, ia mematutkan diri di depan kaca. Pantulan bayangan yang di depannya, membuat Milly tersenyum.Baju terusan sederhana dan sedikit longgar ini, dengan kancing kecil dari
Ketika memasuki ruangan yang tampak terang itu, Milly melihat semua hadir. Bahkan pilot dan sopir Jetro yang tidak pernah nimbrung juga ada di sana.Virgo memberi isyarat pada Minerva untuk mendekat. Jetro dalam posisi duduk menatap Milly dengan wajah pucat. Matanya cekung dan tulang pipinya tampak tirus.Pria gagah yang pernah Milly kenal berubah menjadi mayat hidup, yang tinggal tulang belulang berbalut kulit.Minerva dan Virgo berdiri berhadapan, sementara saling berpegangan tangan. Entah apa yang mereka gumamkan, tapi Milly mendengar dengung halus seperti mantra terlontar dari semuanya. Trey memberikan tabung kaca yang berisi Blood Diamond sebesar bola kelereng itu, lalu memberikan pada Frey.Sementara dalam hati ia terus bertanya dan menebak rentetan pengembalian batu ke dalam tubuh Jetro. Frey mengambil batu tersebut lalu mendekati Jetro yang tersenyum tipis kepadanya.Tidak pernah Milly duga sebelumnya, jika proses tersebut akan begitu memil
Setelah kembali ke pulau pribadi Jetro, Milly hanya duduk termenung dengan wajah melamun. Koper dan semua benda miliknya yang baru saja Maxer letakkan di kamarnya belum tersentuh sedikit pun.‘Kenapa aku menjalani kehidupan ini?’ batin Milly masih tidak mengerti bisa terjebak dalam kehidupan seperti ini.Pikirannya kembali terbayang saat merunut semua perjalanan hidupnya dari pertama bertemu mereka semua.Waktu remaja, bukan ini yang ia cita-citakan untuk terjadi. Bahkan ketika menjalani profesi sebagai pelacur pun, Milly tidak pernah memiliki imajinasi akan berada dalam lingkungan para siluman, monster, bahkan iblis.“Aku adalah manusia yang tidak pernah menginginkan hal besar terjadi dalam hidupku. Aku bukan wanita serakah. Tapi kenapa alur hidup bisa sedemikian rumit?” gumam Milly pada dirinya sendiri.Wajah cantiknya menengadah dan memandang langit-langit kamarnya.Pertama kali ia datang tiba di kamar ini, dirinya
Milly memandang wajah Prana sepuasnya. Mungkin ada sekitar satu jam ia membiarkan dirinya menangis serta mengenang masa lalu mereka.Tidak terpikir dirinya akan menjadi malaikat maut, penjemput jiwa bagi Prana.Tidak juga terbayang jika Prana menyerahkan nyawanya dengan sukarela, tanpa perlawanan.Benarkah masih ada bentuk cinta yang masih sedemikian tulus dan segila ini? Memberikan nyawa demi yang dicintai?Akhirnya pintu terkuak dan Joya masuk lebih dulu.“Mill,” panggil siluman ular yang telah menjadi sahabatnya itu pelan. Joya terlihat prihatin dan tegang.Wanita yang dipanggil namanya menoleh dan kembali menangis. Joya berlari mendekat, lalu bersimpuh di hadapan Milly.“Aku tidak perlu menjadi pembunuhnya secara langsung, Joy. Dia menyerahkan nyawanya tanpa perlawanan,” adunya Milly seperti ingin meluapkan sesal yang menghimpit dadanya.Joya memeluk Milly dan mengusap punggung dengan lembut.
Makan malam yang mungkin menjadi akhir dari hidup Sybil atau Prana, dipenuhi keheningan dan isak tangis pelan yang terlontar dari Milly.“Jadi hatimu lebih memilih Jetro ….” Prana seperti berkata pada dirinya sendiri.Milly masih membisu dalam sedu sedan.“Seharusnya aku sadar dan tidak memaksakan kehendakmu. Maafkan aku, Mill. Telah membuat hidupmu seperti di neraka dunia.” Prana menitikkan air mata pertama dan menatap Milly dengan kesedihan juga penyesalan mendera.“Di luar semua kekejian yang telah kulakukan padamu, satu hal yang ingin aku kembali katakan padamu, Mill Berliana. Aku sangat mencintaimu melebihi nyawaku sendiri. Seandainya untuk membuktikan seberapa besar perasaan ini harus menyerahkan napasku, aku rela.”Milly menutup wajah dengan kedua tangannya.Dengan gerakan perlahan, Prana meraih sendok dan garpu, lalu kembali menyuap makan malam. Kunyahan itu diiringi derai air matanya.
Semua makanan telah terhidang. Sementara menunggu Gen yang sedang mandi, Milly yang terlebih dulu selesai menata piring dibantu oleh Made.“Mbok, kalo mau ikut makan sekalian yuk?”Made buru-buru meminta maaf.“Saya malah nggak enak, karena lupa beli kue ulang tahun buat bapak. Kayaknya, saya pamit duluan deh, Bu,” cetus Made terlihat sungkan.Milly membeku sementara berdiri memegang sendok dan garpu yang akan dia susun.“Ulang tahun Prana?” ulang Milly dengan ekspresi kaget.“Iya. Ibu lupa ya?” goda Made dengan senyum jenaka.“I-iya. Ya udah nggak apa-apa. Kita rayakan dengan makan malam yang ini aja,” tukas Milly dengan senyum kikuk. Rasa bersalah memenuhi benak Milly dan ia menjadi makin salah tingkah. Sesekali ia melirik ke arah makanan dan tampak bingung sekaligus gugup.Tegakah hatinya melakukan ini pada hari ulang tahun Prana? Hari perayaan kelahiran, akan menja
Suasana villa seperti biasa tampak sepi. Milly meminta Gen menemani dirinya dan setelah masuk ke dalam, Made menyapa mereka dengan ramah.Ada beberapa pegawai lain yang sedang membersihkan kolam renang dan juga taman di tengah villa. Milly melemparkan sapaan seperti biasa.“Kamu tunggu aku di sini, masuk aja ke kamar. Nggak dikunci,” ucap Milly.Gen menatap Milly dengan pandangan yang agak khawatir.“Hati-hati,” peringatnya.“Aku akan baik-baik aja.” Milly tersenyum kecut dan mengangguk.Setelah menarik napas, ia melangkah ke arah bangunan utama di mana Prana berada. Mobil merah sport ada di garasi, ini menunjukkan jika Prana ada di rumah .Ketika ia menggeser pintu sliding itu, Prana segera menoleh dari arah meja bar yang jadi satu dengan ruang bersantai mereka.“Milly,” sambut Prana sedikit kaget karena Milly kembali dua hari kemudian. Sebelumnya, ia meminta tiga hari untuk meng
Mendung mengelayuti langit Bali sejak pagi. Hampir keseluruhan langit gelap melingkupi pulau dewata. Prana berdiri menatap ke luar sementara penampilannya kusut. Jendela kamarnya berembun, seperti mata cokelatnya.Pria tampan yang termenung sendiri itu terlihat putus asa. Tidak ada sinar di matanya. Raut wajahnya semendung langit, tanpa cahaya. Entah sudah berapa lama, Prana membiarkan dirinya tersiksa dalam deraan kasih tak sampai.Kilasan peristiwa buruk bergantian mengisi benaknya. Hingga momen bertemu Milly untuk pertama kalinya di halte, Prana masih bisa merasakan debar hatinya yang jatuh cinta pada pandangan perdana. Gadis itu tampil dalam wujud menawan, begitu mempesona. Pipinya yang bersemu merah karena terkena panas, justru menambah kecantikannya.Mata lentik dan bibir mungil penuh yang terbentuk dalam lengkung sempurna itu sangat pas menghiasi wajah ovalnya. Kulit putih halus menawan, tanpa cacat dan noda. Milly adalah makhluk paling sempurna bagi Pran