Share

9. Kekasih

Penulis: Esteifa
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-09 21:03:36

TDLM 09

--

Tips dan trik yang Mason berikan tidaklah manjur. Tesa bisa tahu itu semua bahkan sebelum ia memraktikkannya. Dilihat dari trek rekor Mason yang selalu menyanjung wanita hanya memang benar banyak wanita yang luluh karena disanjung demikian, tapi tidak dengan Tesa. Dan Tesa memiliki sifat juga kekebalan hati mirip-mirip dengan Raphael. Jika Tesa menjadi cabai merah untuk mendekati Raphael sepertinya akan gagal, Raphael jelas bukan orang yang menyukai wanita cabai.

Berhubung Tesa memiliki otak yang cukup pintar, tak butuh waktu lama baginya untuk tahu apa yang harus dilakukan. Kebalikan dari wanita cabai adalah wanita keras kepala dengan kesan frigid. Tentu, harus terlihat pintar dan mandiri juga.

Tesa bisa berpura-pura seperti itu.

Ia memang sudah mandiri dan pintar, jadi Tesa hanya harus berpura-pura menjadi seorang yang keras kepala dan frigid— bersikap seolah ia tidak tertarik dengan laki-laki atau hal-hal seksual. Intinya Tesa hanya perlu jadi dirinya sendiri dan berakting jika perlu.

Para pria biasanya menyukai tantangan. Menaklukan wanita cantik yang penuh tantangan juga bisa terasa menyenangkan bagi mereka.

Berakting? Sungguh bakat bawaan lahir bagi Tesa. Ia bisa membodohi seluruh dunia jika sudah berakting.

Ingat? Seluruh dunia, tanpa terkecuali, termasuk orang yang tinggal di rumah yang sedang Tesa datangi ini.

Jika hari sebelumnya setiap Tesa mendatangi rumah Raphael ia selalu membawa piring atau mangkuk berisi makanan untuk lelaki itu, hari ini Tesa datang dengan tangan kosong.

Ia hanya membawa tubuh dan wajah cantiknya saja. Tenang teman-teman, wajah Tesa adalah senjata utama. Dan tidak ada yang bisa menang dari senjata ini.

Senyum percaya diri menghiasi wajah Tesa, ia menatap pintu yang ada di depannya bersama dengan tarikan napas tenang sebelum kemudian menaikkan tangan, mengetuk pintu itu dengan tempo cepat sebanyak tiga kali.

“Raphael!” teriak Tesa panik. “Raph buka pintunya! Ini penting!”

Jika ada orang melintas dan melihat kelakukan Tesa ini mereka pasti akan mengira bahwa Tesa adalah korban patah hati yang sedang memohon mantan pacar untuk kembali. Miskin sekali jiwa-jiwa malang itu, tolong jangan samakan Tesa dengan mereka.

Butuh banyak waktu untuk pintu yang sebelumnya dianiaya Tesa itu untuk terbuka.

Menampilkan Raphael yang masih menggunakan kaca mata baca menyangkut di tulang hidungnya, dengan raut muka yang— tentunya tidak bersahabat, tidak rikuh menampilkan rasa terganggu atas kehadiran Tesa dan segala gangguannya.

“Bisa tolong aku?” pinta Tesa penuh harap.

“Tidak,” sahut Raphael tanpa berpikir.

“Sebentar saja,” sambung Tesa tidak patah semangat, nada suaranya terkesan memaksa. “Keran di rumahku tiba-tiba rusak, dan aku—”

Raphael dengan cepat menghentikan. “Kau bisa panggil tukang ledeng atau—”

“Ibu menyuruhku untuk meminta tolong padamu,” potong Tesa, dan Raphael terdiam dibuatnya. Kan. Kalau bawa-bawa Anna sudah pasti semua akan jadi lancar tanpa halau rintang.

Sebelum datang kemari, tentunya Tesa sudah menyiapkan amunisi kebohongan-kebohongan yang tidak mungkin diabaikan orang lain. Senjata tanpa amunisi tentu akan kurang. Wajah cantik dan kebohongan memang paket lengkap untuk sebuah misi penting.

“Dia tidak suka orang lain memasuki rumah kami, sementara kau bukanlah orang asing baginya,” lanjut Tesa sembari melipat tangan di depan dada, Tesa kemudian mengangkat bahu sekilas. “Kalau kau tidak mau aku juga tidak bisa memaksa,” imbuhnya.

Berbanding terbalik dengan apa yang diusahakan beberapa menit terakhir. Tesa JELAS sekali sedang memaksa. Raphael untuk datang ke rumahnya.

Raphael masih tidak mengatakan apa pun, dia Cuma memandang Tesa dengan raut wajah kelewat datar.

Tesa menarik napas dalam-dalam dan membuangnya sekaligus satu. Dia mengangkat tangan dan melihat kuku-kuku jari tangannya yang berwarna merah. “Paling-paling hari ini aku tidak bisa tidur karena mendengar suara air yang terus menetes, atau paling parah rumahku akan banjir dan ibuku bisa stres karena itu.”

Selesai bicara Tesa melirik reaksi Raphael dari ekor matanya. Masih tidak ada tanggapan dari laki-laki tinggi yang menggunakan kaca mata itu.

Tidak ada tanda-tanda bahwa Raphael bersedia membantu Tesa.

Tesa pun menurunkan tangan, ia memutar bola mata, menyibak rambut ke belakang sembari mendengkus kesal. Capek.

“Aku dan ibuku sering memberimu lauk makan,” ketus Tesa mengungkit kebaikan. “Kau hanya kuminta tolong membenarkan keran sebentar saja tidak mau? Mulai sekarang belajarlah adab bertetangga!”

Setelah mengatakan itu Tesa pun berbalik, dia berjalan dengan langkah lebar yang dihentakkan, sengaja agar Raphael tahu bahwa dirinya sendang kesal, membuka pintu rumahnya sendiri dan kemudian menutup pintu itu dengan sedikit bantingan.

Setelah berada di dalam rumah, wajah Tesa yang semula terlihat marah mendatar kembali, dia tersenyum lebar sebelum kemudian berlari menuju jendela, membuka sedikit tirai yang menutupi jendela itu sembari menatap rumah Raphael.

“Dia pasti datang, tidak mungkin tidak,” ujar Tesa pada dirinya sendiri. “Aku sudah mengungkit kebaikanku, biasanya orang-orang seperti dia akan ngotot membalas perbuatan baik karena enggan kalau kebaikan atau pertolongan itu diungkit, orang-orang yang tidak ingin berhutang. Jadi sudah pasti dia akan datang.”

Pintu rumah Raphael sudah menutup, lelaki itu sudah tidak terlihat di mata.

Beberapa menit menunggu Raphael masih tidak terlihat pergerakan dari rumah Raphael, Tesa mulai mengernyit risau. “Apa dia bisa mendeteksi aktingku? Kenapa belum kemari juga.”

Tetapi tepat setelah Tesa mengatakan itu, mata gadis muda yang terlihat melebar. Ia buru-buru bersembunyi dan senyum lebar terpasang di wajahnya.

Tak berapa lama, pintu rumah Tesa terdengar diketuk. Tesa sengaja tidak langsung membukanya meski pintu itu ada di sampingnya. Gadis itu menetralkan wajah dalam satu detik lalu berjalan menuju pintu rumahnya.

“Mau apa?” tanya Tesa, melihat Raphael dari atas hingga bawah dengan tatapan menilai. Raphael terlihat membawa satu kotak perkakas di tangannya, kali ini lelaki itu tidak menggunakan kaca mata baca seperti sebelumnya. Tepat seperti apa yang Tesa perkirakan.

Tesa melipat tangan di depan dada. “Ah jadi akhirnya kau bersedia menolongku?”

Raphael tidak menjawab.

“Masuklah,” ujar Tesa mundur sedikit dan membuka pintu rumahnya lebih lebar. Setelah Raphael masuk, Tesa pun menutup pintu dan mulai melangkah menuju dapur. Ia menujuk satu keran air di tempat cuci piring. “Yang itu yang rusak.”

Sejujurnya ia tidak pernah menggunakan keran itu selain untuk mencuci tangan, cuci piring tentu menggunakan mesin cuci piring.

Tanpa ba-bi-bu Raphael meletakan kotak peralatan yang ia bawa di dekat washtafle sana, dia mulai melihat-lihat keran yang entah untuk apa gunanya Tesa tak tahu.

“Kau mau minum apa?” tawar Tesa, ia mendekat pada Raphael, dan Raphael cuma melirik sekilas tanpa membalas. Lelaki itu lanjut mengambil satu alat di kotak yang ia bawa. Tesa melanjutkan. “Teh, kopi atau susu hangat?”

Dan lagi-lagi Raphael tidak menjawab, dia tidak ingin menetap lebih lama hanya untuk minum kopi atau susu hangat.

Tesa mendengkus melihat tingkah lelaki yang ada di sampingnya itu. Raphael tidak ubahnya sebuah robot. Bahkan robot lebih bisa diajak bicara daripada lelaki ini.

“Aku bersumpah aku tidak pandai melakukan ini tetapi aku sudah berusaha untuk bersikap baik padamu,” kata Tesa hilang sabar. “Jadi alangkah baiknya jika kau membalasku dengan bersikap baik juga.”

“Dilihat dari kondisinya, keran ini dirusak dengan sengaja.” Bukannya menyahuti Tesa dengan menyambung pembicaraan. Raphael justru melaporkan keadaan genting pipa itu. “Tidak ada lumut yang menyumbat, kondisi pipa dan semuanya masih sangat bagus, jadi sangat kecil kemungkinan bahwa benda ini…”

Raphael memberi tunjuk sebuah benda panjang berwarna merah muda dengan ujung berrambut. Brush make up yang baru Tesa pakai pagi tadi.

“…Bisa sampai di sana.”

Tesa menarik napas berpura-pura terkejut. “Oh my god, bagaimana si kecil ini bisa ada di sini?”

Dan Raphael hanya memberinya tatapan datar.

Tesa menggerakan bola matanya sebentar, ia menarik napas dan kemudian menaikkan badan untuk duduk di samping kotak peralatan milik Raphael.

Raphael pun mendongak, sementara Tesa tanpa malu menaikkan tangan ke atas pundak lelaki yang ada di depannya itu. Senyum semanis madu diberikan.

“Karena kau menangkap basah motifku maka aku tidak bisa terus berpura-pura,” kata Tesa dengan suara mendayu. Jemari Tesa bergerak dari pundak menuju rahang dan berakhir ke ujung dagu Raphael. Tesa memajukan wajah, ia berbisik. “Aku jatuh cinta, jadilah kekasihku.”

-

Bab terkait

  • The Devil Love Me!   10. Malu!

    --“Aku tahu kau terkejut karena pengakuanku yang mendadak ini, tetapi jangan sungkan.”Kata orang, robot selamanya akan tetap jadi robot.Tesa tidak benar-benar memikirkan kalimat konyol itu sebelum hari ini, ia melihat sendiri bagaimana kakunya manusia bahkan sampai pantas disebut dan dinggap sebagai robot.“Ini hari pertama kita?”Raphael tidak menghargai pengakuan seduktif dan romantis dari Tesa, lelaki itu hanya diam tanpa mengatakan sepatah kata pun. Matanya memandang Tesa dengan pandangan yang aneh, entah apa.Bahkan Tesa berkali-kali memastikan.“Jawabannya?”Bahkan sampai membuat Tesa naik pitam.“Kau tidak tiba-tiba bisu, kan?”“Raph!”“Aku suka padamu! Ayo pacaran denganku!”Raphael justru cuma membuang napas dan dengan santainya membenahi perkakasnya, lelaki yang sialnya tampan dan tidak punya hati itu berlalu dari rumah Tesa, membiarkan Tesa yang masih duduk di meja dengan mulut terbuka.Tesa malu sekali mengakui ini tetapi harga dirinya benar-benar koyak.Ia

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-13
  • The Devil Love Me!   11. Frigid sialan

    --“Detektif Seavey menolakmu, ya?”Rasa-rasanya Tesa sudah lelah menyembunyikan wajah dari rekan-rekan kerjanya yang terang-terangan meledek karena informasi memalukan yang ia sebar sendiri secara tidak sengaja.Memang bukan hal besar, Tesa bisa mengatasinya dengan berpura-pura tidak peduli. Biasanya juga begitu, tetapi... oke, Tesa memang sudah berpura-pura tidak peduli dan mengabaikan semua omong kosong yang rekan-rekannya lontarkan sebelum kemudian ia berpapasan dengan Raphael dan lelaki itu terlihat melirik sambil memberikan senyum miring pada Tesa.Dengar? Senyum miring! Sengaja!Dasar tahi!Tesa meremas cup kopinya dengan perasaan kesal, ia tidak melepas mata dari punggung Raphael yang menjauh.Tesa melirik ke samping menggunakan ekor mata, mendengkus pelan.Tesa kira tidak akan ada yang tahu, tetapi ternyata, ada yang menyadari hal itu.Bianca. Ish! Kenapa ia harus punya teman yang peka begini sih!“Iya, kan?” ulang Bianca lagi. “Pasti kau menyatakan cinta pada Rapha

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-25
  • The Devil Love Me!   12. Devil Baby

    Sebelumnya tidak pernah seperti ini.Bahkan saat sedang berusaha menjilat seseorang skill yang Tesa kerahkan tidak main-main hingga ia hampir tidak pernah gagal. Jadi, wajar saja jika saat ini Tesa merasa jatuh harga diri.Ia sudah melakukan beberapa hal untuk bisa lebih dekat dengan Raphael, tetapi hasilnya masih kosong. Boleh Tesa akui, Raphael memang cukup keras, sepertinya apa yang dibilang Bianca soal gosip yang beredar itu benar adanya, kalau begini caranya, Tesa tidak boleh menargetkan hati atau birahi lelaki itu, ia harus mendekati Raphael dengan cara lain.Tapi apa lagi?Kesan pertama saat bertemu saja sudah hancur, Tesa tidak bisa bersikap seolah-olah ia ingin berteman dengan Raph.Bertanya soal kasus dan berpura-pura menjadi polisi yang bodoh? Agar bisa menyusup masuk ke dalam hidup detektif terhebat di distrik ini?Tapi Tesa tidak suka jika dirinya dianggap bodoh. Lebih-lebih oleh manusia sejenis Raphael, tidak bisa, tidak bisa, pokoknya harus cari cara yang lain.

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-22
  • The Devil Love Me!   1. Seikat bunga ungu

    Malam itu nyaris beku.Pertanda musim dingin akan segera datang. Membawa segenap bencana campuran antara hujan, salju, serta hidung berair yang kebanyakan orang benci.Jemari lentik gadis bersurai hitam panjang itu menggeser layar ponsel, ingin cepat-cepat pulang. Ia tidak pernah suka musim dingin. Sekarang pukul sepuluh. Tesa mengangkat tangan dan mendesah, dua menit lagi tugasnya selesai.Tesa tidak akan mengalami ini, berdiri di tengah malam yang dingin dengan mata kritis. Kalau saja dulu ia mematuhi keinginan ibunya menjadi seorang model alih-alih menyia-nyiakan tubuh tinggi serta wajah cantiknya untuk mengintai buronan dengan mata mengantuk.Gadis yang genap berusia dua puluh lima bulan kemarin itu memfokuskan pandangan di balik kacamata hitam yang ia pakai, ia menghela napas, membenarkan sedikit letak beret yang sejak pagi bertengger di kepalanya, menjejalkan tangan berharga dalam saku mantel berwarna oranye muda.Lagi. Harusnya ia menuruti kata-kata Kemal, rekan satu tim dari d

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-03
  • The Devil Love Me!   2. Yang bernoda merah

    "Sudah berapa kali kubilang jangan pakai pakaian begitu lagi!"Pagi itu Tesa baru saja masuk melewati pintu masuk kantor kepolisian tempatnya mengabdi, dan bukannya selamat pagi ia justru mendapati sapaan aneh dari senior wanita yang selalu mengatakan hal yang sama setiap harinya. Seperti biasa pula Tesa tak mengindahkan.Gadis jangkung yang rambutnya digerai itu dengan santai duduk di kursi miliknya. Mendesah lelah ketika mendapati meja kerjanya lagi-lagi penuh dengan minuman serta makanan-makanan ringan dengan satu kertas pesan kecil."Operasi kita kemarin sepenuhnya gagal, kau jadi pusat perhatian karena pakaianmu!" Wanita berbalut mantel hitam di sebelah biliknya berbicara lagi. Kali ini lebih seperti mendesis. Menatap Tesa yang tengah sibuk membenahi meja. “Kau pikir fashion penting saat sedang mengintai buronan?!”"Jangan salahkan pakaianku." Tesa mulai menyalakan komputernya. Mengambil satu teh botol, membuka tutupnya lalu meneguknya santai. Tak menoleh ke meja samping sedikit

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-03
  • The Devil Love Me!   3. Tetangga baru

    Selama masa remajanya Tesa suka dengan komik maupun film bergenre thriller, ia senang menebak-nebak, gemar berpikir dan membuat analisis yang disajikan dalam film-film dengan tema berat, memikirkan suatu topik berat dan juga sensasi debaran jantung yang dirasa membuat Tesa menaruh selera.Setiap adegan dan kegilaan yang di luar imaginasi selalu berhasil membuat darah Tesa berdesir, tidak, Tesa serratus persen waras, ibu sudah pernah menyeretnya paksa memeriksakan diri ke psikiater karena mengira kalau Tesa gila sebab selalu menonton adegan berdarah-darah dan bukan scene romansa seperti gadis muda kebanyakan. Tesa hanya cukup puas ketika ia analisis dan spekulasi yang ia buat ternyata benar, alur film, asal muasal kejahatan dan semua tebakan Tesa benar atas judul film ternama, maka Tesa senang karena itu.Bukan karena ia menyukai bagaimana cara para penjahat dan pembunuh itu melakukan aksinya. Tapi karena betapa memuaskan rasa yang didapat setelah berhasil memecahkan sesuatu.Namun ber

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-03
  • The Devil Love Me!   4. Teman masa kecil?

    Dalam satu sekon, Tesa merasa ragu bahwa yang dilihatnya itu nyata atau Cuma halusinasi semata.Tetapi setelah melihat lelaki itu melengos acuh dan berputar kembali memasuki rumah, Tesa tidak bisa tidak percaya bahwa dia— benar-benar dia. Dia laki-laki yang kemarin. Dia lak-laki yang membuat rekan tim devisi mengklaim bahwa Tesa berkhayal dan bahkan gila. Dia orang yang membuat Tesa merusak rekor bagus dalam hidupnya dengan bekerja setengah hari.Jika pun takdir benar-benar nyata, maka Tesa yakin semesta sedang berpihak padanya. Ada berjuta-juta rumah kosong di kota ini, tetapi dia justru pindah ke depan rumah Tesa.Kebetulan yang amat indah. Yang menambah kelegaan sesaat di jiwa tetapi juga menghadirkan pening berlebihan di kepala.Sorot matanya datar, bahkan tampak tak terkejut saat melihat kehadiran Tesa, seolah mereka tidak pernah bertemu sebelum ini, seolah Tesa tidak memergokinya membawa bunga yang digantungnya di rumah Elana Dey.Penjahat berdarah dingin biasanya memang tidak

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-01
  • The Devil Love Me!   5. Dekati, masuki sarangnya dan...

    “Tidak mungkin.”Berapa kali pun Tesa memikirkannya, jawaban di kepalanya masih sama. Tidak ada. Semuanya tidak mungkin. Lelaki itu adalah kakak tetangganya dulu? Meski hanya mengingat sebagian kecil dan samar, tetapi Tesa bisa merasakan sifat yang bertolak belakang.Maksudnya, sejauh yang Tesa ingat, kakak tetangganya dulu sangatlah baik, sangat, bahkan untuk ukuran seorang anak-anak dia sangat baik. Berbanding terbalik dengan Raphael yang dilihatnya sekarang.Seperti yang Tesa bilang sebelumnya, semua orang bisa berubah, setelah lama menghilang Tesa tidak tahu kehidupan macam apa dan kejahatan apa saja yang kiranya bisa dilakukan Raphael.Tesa suda memperingati ibunya untuk tidak terlalu dekat atau sok akrab dengan lelaki penghuni rumah depan itu, dan sudah pasti, Anna mengabaikannya.Tesa memandangi langit-langit kamarnya dengan pandangan kosong, gadis cantin yang sedang berebah diri dengan pikiran kalut itu kemudian menoleh ke arah pintu balkon yang tertutup tirai.“Aku jelas tida

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-02

Bab terbaru

  • The Devil Love Me!   12. Devil Baby

    Sebelumnya tidak pernah seperti ini.Bahkan saat sedang berusaha menjilat seseorang skill yang Tesa kerahkan tidak main-main hingga ia hampir tidak pernah gagal. Jadi, wajar saja jika saat ini Tesa merasa jatuh harga diri.Ia sudah melakukan beberapa hal untuk bisa lebih dekat dengan Raphael, tetapi hasilnya masih kosong. Boleh Tesa akui, Raphael memang cukup keras, sepertinya apa yang dibilang Bianca soal gosip yang beredar itu benar adanya, kalau begini caranya, Tesa tidak boleh menargetkan hati atau birahi lelaki itu, ia harus mendekati Raphael dengan cara lain.Tapi apa lagi?Kesan pertama saat bertemu saja sudah hancur, Tesa tidak bisa bersikap seolah-olah ia ingin berteman dengan Raph.Bertanya soal kasus dan berpura-pura menjadi polisi yang bodoh? Agar bisa menyusup masuk ke dalam hidup detektif terhebat di distrik ini?Tapi Tesa tidak suka jika dirinya dianggap bodoh. Lebih-lebih oleh manusia sejenis Raphael, tidak bisa, tidak bisa, pokoknya harus cari cara yang lain.

  • The Devil Love Me!   11. Frigid sialan

    --“Detektif Seavey menolakmu, ya?”Rasa-rasanya Tesa sudah lelah menyembunyikan wajah dari rekan-rekan kerjanya yang terang-terangan meledek karena informasi memalukan yang ia sebar sendiri secara tidak sengaja.Memang bukan hal besar, Tesa bisa mengatasinya dengan berpura-pura tidak peduli. Biasanya juga begitu, tetapi... oke, Tesa memang sudah berpura-pura tidak peduli dan mengabaikan semua omong kosong yang rekan-rekannya lontarkan sebelum kemudian ia berpapasan dengan Raphael dan lelaki itu terlihat melirik sambil memberikan senyum miring pada Tesa.Dengar? Senyum miring! Sengaja!Dasar tahi!Tesa meremas cup kopinya dengan perasaan kesal, ia tidak melepas mata dari punggung Raphael yang menjauh.Tesa melirik ke samping menggunakan ekor mata, mendengkus pelan.Tesa kira tidak akan ada yang tahu, tetapi ternyata, ada yang menyadari hal itu.Bianca. Ish! Kenapa ia harus punya teman yang peka begini sih!“Iya, kan?” ulang Bianca lagi. “Pasti kau menyatakan cinta pada Rapha

  • The Devil Love Me!   10. Malu!

    --“Aku tahu kau terkejut karena pengakuanku yang mendadak ini, tetapi jangan sungkan.”Kata orang, robot selamanya akan tetap jadi robot.Tesa tidak benar-benar memikirkan kalimat konyol itu sebelum hari ini, ia melihat sendiri bagaimana kakunya manusia bahkan sampai pantas disebut dan dinggap sebagai robot.“Ini hari pertama kita?”Raphael tidak menghargai pengakuan seduktif dan romantis dari Tesa, lelaki itu hanya diam tanpa mengatakan sepatah kata pun. Matanya memandang Tesa dengan pandangan yang aneh, entah apa.Bahkan Tesa berkali-kali memastikan.“Jawabannya?”Bahkan sampai membuat Tesa naik pitam.“Kau tidak tiba-tiba bisu, kan?”“Raph!”“Aku suka padamu! Ayo pacaran denganku!”Raphael justru cuma membuang napas dan dengan santainya membenahi perkakasnya, lelaki yang sialnya tampan dan tidak punya hati itu berlalu dari rumah Tesa, membiarkan Tesa yang masih duduk di meja dengan mulut terbuka.Tesa malu sekali mengakui ini tetapi harga dirinya benar-benar koyak.Ia

  • The Devil Love Me!   9. Kekasih

    TDLM 09--Tips dan trik yang Mason berikan tidaklah manjur. Tesa bisa tahu itu semua bahkan sebelum ia memraktikkannya. Dilihat dari trek rekor Mason yang selalu menyanjung wanita hanya memang benar banyak wanita yang luluh karena disanjung demikian, tapi tidak dengan Tesa. Dan Tesa memiliki sifat juga kekebalan hati mirip-mirip dengan Raphael. Jika Tesa menjadi cabai merah untuk mendekati Raphael sepertinya akan gagal, Raphael jelas bukan orang yang menyukai wanita cabai.Berhubung Tesa memiliki otak yang cukup pintar, tak butuh waktu lama baginya untuk tahu apa yang harus dilakukan. Kebalikan dari wanita cabai adalah wanita keras kepala dengan kesan frigid. Tentu, harus terlihat pintar dan mandiri juga.Tesa bisa berpura-pura seperti itu.Ia memang sudah mandiri dan pintar, jadi Tesa hanya harus berpura-pura menjadi seorang yang keras kepala dan frigid— bersikap seolah ia tidak tertarik dengan laki-laki atau hal-hal seksual. Intinya Tesa hanya perlu jadi dirinya sendiri dan be

  • The Devil Love Me!   8. Detektif yang terdengar hebat

    --Salah satu cara untuk mengurangi frustasi dalam diri tidak lain tidak bukan adalah dengan melakukan pekerjaan fisik yang berat, lelah fisik yang teramat sangat sangat ampuh dan akan mampu membuat pikiranmu teralihkan, sepertinya semua orang tahu tentang jurus jitu itu dan Tesa menjadi salah satu orang yang gemar mempraktikannya.Sudah dibuktikan, dan lumayan manjur.Jika ada pikiran membandel atau emosi berlebihan lebih baik salurkan emosi itu menjadi kegiatan fisik saja, Tesa yakin hasilnya akan sempurna. Meski pikiran itu tidak bisa sepenuhnya terhapus dan dirimu menjadi tenang seketika, tetapi setidaknya hal itu memberimu waktu untuk bernapas dari rasa pening yang membobardir.Benar. Tesa sedang pusing.Pusing kenapa? Karena Anna yang tidak berhenti mengomel padanya atau karena Raphael yang terlalu misterius hingga Tesa tidak bisa menerawang apa yang ada di pikiran lelaki tampan itu? Sebenarnya dua-duanya benar, hanya saja kali ini pening di kepala Tesa lebih menjadi-j

  • The Devil Love Me!   7. Detektif baru

    -Perempuan tinggi yang rambutnya bergelombang indah itu mendesah kesal, jemari berkuku panjangnya sibuk menekan layar ponsel dengan cepat, mengirim pesan pada seseorang, dan kemudian ia menempelkan ponsel itu ke telinga.Dering kosong terdengar lama sampai akhirnya operator mengatakan bahwa nomor yang Tesa hubungi sedang tidak aktif.“Dia tidak mungkin benar-benar keluar, kan?” ujar Tesa pada dirinya sendiri, matanya sibuk menatap layar ponselnya sendiri sementara jemarinya mengetik, mengetik pesan ancaman yang tidak main-main bar-barnya. "Akan kubunuh kalau dia betulan melakukannya tanpa diskusi denganku.”Sebagai seorang teman seperjuangan, Tesa benar-benar tidak terima dengan tingkah gila kawannya yang mendadak itu.“Kemal?”Seseorang datang membawakan dua cup kopi di tangan. Perempuan yang tidak lebih tinggi dari Tesa itu memberikan satu kopi di tangannya pada Tesa.Tesa menerimanya, lalu mengangguk singkat, pada Bianca— teman kerja seangkatan yang berbeda devisi itu.“Dia

  • The Devil Love Me!   6. Percobaan pertama gagal

    -Ide menangkap penjahat dengan mendekati hati dan memasuki sarangnya bukanlah ide buruk sama sekali, di dunia kepolisian yang penuh drama kriminal, penegak hukum harus bergerak selicin belut, mempunyai otak selicik rubah, dengan begitu mereka para kriminal yang memang pintar berkelit tidak akan bisa lolos.Tesa sudah pernah menggunakan trik ini sebelumnya, wajah ayu dan tubuh yang aduhai jelas mampu menarik perhatian kaum adam, belum lagi kepribadian Tesa yang menarik. Goda menggoda adalah hal kecil bagi Tesa. Dan tentu, semuanya berhasil tanpa perlu diragukan.Oke. Kegagalan mungkin ada, tetapi selama Tesa tidak menyerah, pada akhirnya ia akan tetap mencapai apa yang dimaunya.Tesa menemui Raphael. Berbekal keberanian dan juga satu buah kotak makan sebagai umpan ia keluar rumah dan berjalan menuju rumah depan. Rambut Tesa digerai, ia juga memakai pakaian tebal berlapis jaket dan juga syal.Tidak ada yang lebih konyol dari dirinya memakai lipstik dan berdandan tipis-tipis hanya untu

  • The Devil Love Me!   5. Dekati, masuki sarangnya dan...

    “Tidak mungkin.”Berapa kali pun Tesa memikirkannya, jawaban di kepalanya masih sama. Tidak ada. Semuanya tidak mungkin. Lelaki itu adalah kakak tetangganya dulu? Meski hanya mengingat sebagian kecil dan samar, tetapi Tesa bisa merasakan sifat yang bertolak belakang.Maksudnya, sejauh yang Tesa ingat, kakak tetangganya dulu sangatlah baik, sangat, bahkan untuk ukuran seorang anak-anak dia sangat baik. Berbanding terbalik dengan Raphael yang dilihatnya sekarang.Seperti yang Tesa bilang sebelumnya, semua orang bisa berubah, setelah lama menghilang Tesa tidak tahu kehidupan macam apa dan kejahatan apa saja yang kiranya bisa dilakukan Raphael.Tesa suda memperingati ibunya untuk tidak terlalu dekat atau sok akrab dengan lelaki penghuni rumah depan itu, dan sudah pasti, Anna mengabaikannya.Tesa memandangi langit-langit kamarnya dengan pandangan kosong, gadis cantin yang sedang berebah diri dengan pikiran kalut itu kemudian menoleh ke arah pintu balkon yang tertutup tirai.“Aku jelas tida

  • The Devil Love Me!   4. Teman masa kecil?

    Dalam satu sekon, Tesa merasa ragu bahwa yang dilihatnya itu nyata atau Cuma halusinasi semata.Tetapi setelah melihat lelaki itu melengos acuh dan berputar kembali memasuki rumah, Tesa tidak bisa tidak percaya bahwa dia— benar-benar dia. Dia laki-laki yang kemarin. Dia lak-laki yang membuat rekan tim devisi mengklaim bahwa Tesa berkhayal dan bahkan gila. Dia orang yang membuat Tesa merusak rekor bagus dalam hidupnya dengan bekerja setengah hari.Jika pun takdir benar-benar nyata, maka Tesa yakin semesta sedang berpihak padanya. Ada berjuta-juta rumah kosong di kota ini, tetapi dia justru pindah ke depan rumah Tesa.Kebetulan yang amat indah. Yang menambah kelegaan sesaat di jiwa tetapi juga menghadirkan pening berlebihan di kepala.Sorot matanya datar, bahkan tampak tak terkejut saat melihat kehadiran Tesa, seolah mereka tidak pernah bertemu sebelum ini, seolah Tesa tidak memergokinya membawa bunga yang digantungnya di rumah Elana Dey.Penjahat berdarah dingin biasanya memang tidak

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status