Beranda / Romansa / The Devil Love Me! / 5. Dekati, masuki sarangnya dan...

Share

5. Dekati, masuki sarangnya dan...

Penulis: Esteifa
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-02 21:35:16

“Tidak mungkin.”

Berapa kali pun Tesa memikirkannya, jawaban di kepalanya masih sama. Tidak ada. Semuanya tidak mungkin. Lelaki itu adalah kakak tetangganya dulu? Meski hanya mengingat sebagian kecil dan samar, tetapi Tesa bisa merasakan sifat yang bertolak belakang.

Maksudnya, sejauh yang Tesa ingat, kakak tetangganya dulu sangatlah baik, sangat, bahkan untuk ukuran seorang anak-anak dia sangat baik. Berbanding terbalik dengan Raphael yang dilihatnya sekarang.

Seperti yang Tesa bilang sebelumnya, semua orang bisa berubah, setelah lama menghilang Tesa tidak tahu kehidupan macam apa dan kejahatan apa saja yang kiranya bisa dilakukan Raphael.

Tesa suda memperingati ibunya untuk tidak terlalu dekat atau sok akrab dengan lelaki penghuni rumah depan itu, dan sudah pasti, Anna mengabaikannya.

Tesa memandangi langit-langit kamarnya dengan pandangan kosong, gadis cantin yang sedang berebah diri dengan pikiran kalut itu kemudian menoleh ke arah pintu balkon yang tertutup tirai.

“Aku jelas tidak salah lihat dan tidak akan salah sangka, dia betul-betul si pria bunga Elana Dey,” kata Tesa sembari memiringkan bada. Gadis cantik itu tiba-tiba teringat kebohongan yang Raphael bilang pada Anna beberapa saat lalu sebelum mereka pulang. “Tapi apa katanya? Dia pindah kemari karena tugas pindah? Dia seorang detektif?”

“Dia sudah tahu kalau aku polisi, harusnya tidak seberani itu sampai berbohong mengatakan bahwa dirinya adalah seorang detektif,” kata Tesa lagi. “Kecuali kalau dia memang sudah gila atau kriminal yang punya keberanian tinggi, dan… kecuali kalau dia benar-benar seorang detektif.”

Sebelum Tesa berpikir lebih banyak, ia buru-buru menggeleng.

“Tidak-tidak mungkin,” bantah Tesa atas pikirannya sendiri, gadis bersurai panjang itu meraih satu boneka berwarna coklat dan memeluknya. “Lihat semua tato di badannya, dia lebih cocok jadi gangster daripada detektif! Tidak mungkin, sudah pasti bohong.”

Meski Tesa tahu bahwa di kantornya sedang beredar gosip bahwa akan ada seorang detektif  baru. Tesa menyangkal dengan keras.

“Benar, tidak mungkin,” tutur Tesa satu kali lagi.

“Tapi...” namun keraguan begitu saja datang, pikiran-pikiran akan kemungkinan yang gila kembali muncul di dalam kepala Tesa. “Bagaimana kalau dia benar-benar seorang detektif? Bagaimana dengan kasus Elana Dey? Bagaimana mungkin seorang pembunuh menjadi penegak hukum? Apa ini yang disebut sebagai kamuflase?”

“Bagaimana kalau…” Tesa menjeda kalimatnya sendiri, dia terbangun dan duduk di atas ranjangnya. “Bagaimana kalau ternyata dia kriminal besar yang tidak mungkin bisa kuatasi sendiri?”

Hal itu… sangat mungkin.

Di dunia ini banyak sekali organisasi gelap yang bahkan polisi hanya bisa tahu namanya  dan tidak pernah mampu mengungkapnya.

Contohnya adalah Carberus, organisasi kriminal paling bersih yang berjaya sekitar puluhan tahun lalu hingga sekarang. Yakuza, Triad, dan beberapa tahun ini kembali muncul geng baru yang bernama Helios. Berbeda dengan geng kriminal lainnya, Helios seakan tidak menyembunyikan keberadaan, mereka berbuat kriminal terang-terangan, tetapi begitu hendak dicari semua jejak seolah hilang di telan bumii dan itu justru lebih berbahaya dari semuanya geng-geng yang ada.

Masih banyak sekali sindikat kriminal, dan orang yang punya kekuatan serta keberanian untuk melawan para kriminal berbahaya itu tidaklah sebanding.

Jika Tesa melakukannya sendirian, apakah ia akan bisa?

“Tesa! Makan malam sudah siap, tak usah melulu diet, seorang polisi tidak memerlukannya!” 

Lamunan Tesa terpecah. Suara menggelegar itu menyebut namanya. Sejenak Tesa melirik pada jam berwarna kuning  muda di atas nakas, ia terlalu berpikir dalam hingga tidak sadar ternyata sudah pukul tujuh malam.

Tesa mendesah dalam-dalam, ia menyugar rambut ke belakang.

Baiklah, meski Tesa tidak yakin apakah perutnya bisa menerima makanan malam ini, Tesa harus tetap turun untuk memenuhi panggilan Anna.

Otak Tesa masih terbayang mayat Elana Dey, dan karena itu, Tesa tak bisa makan dengan benar.

“Ibu ada rapat dengan client malam ini, mungkin akan pulang dini hari,” ujar Anna yang sudah berpakaian rapi saat Tesa baru mendaratkan bokong ke salah satu  kursi di meja makan. “Kau jaga rumah yang benar, jangan bawa teman kemari bahkan Kemal sekalipun. Ibu tidak suka rumah berantakan.”

Tesa menuangkan air putih ke gelasnya. Menyahut malas. “Ya, ya, ya.”

“Hari ini jangan begadang, kau harus perbaharui kualitas tidurmu agar awet muda,” kata Anna lagi. Tesa diam saja, meneguk minumnya sambil mengangguk singkat. “Tawarkan lauk pada Raph juga, ibu yakin dia terlalu sibuk mengurus pindahan sampai tidak sempat pesan makan malam.”

Hampir saja Tesa tersedak.

Tesa melotot tak terima, tidak ingin berurusan dengan Raphael dua kali dalam sehari. Daritadi lelaki itu tidak mau keluar dari pikirannya, sekarang harus bertemu secara langsung? “Dia bisa mengurus makanannya sendiri.”

Aish. Tesa jadi tambah tidak bernafsu untuk makan.

Sedangkan Anna sibuk menilai raut wajah anaknya. Ia memicing curiga.

“Kau terlihat menjauhinya,” ujar Anna kemudian. “Dulu kalian sangat dekat.”

“Tidak sedekat itu, tolong jangan melebih-lebihkan,” bantah Tesa memejamkan mata.

Anna menarik satu kursi dan duduk di sana. “Kau ingat bonekamu yang sobek lehernya dan kau kubur di belakang rumah? Itu pemberian Camilla, ibu Raph. Kalian sangat dekat.”

Boneka yang sobek lehernya? Dan dikubur?

“Aku pernah sekonyol itu?” sahut Tesa mengernyit. Anak kecil memang konyol.

“Ingatanmu payah, Tesa.” Anna mengetuk meja menggunakan satu jarinya yang berkuku panjang. “Dekati dia kembali, mumpung sudah dewasa siapa tahu kau bisa jadi pacarnya, ibu sungguh kasihan padamu. Kenapa kau tidak pernah punya kekasih, ibu saja banyak yang mendekati.”

Tesa balas menatap ibunya sekilas, lalu jemarinya memilih untuk mengambil sumpit dan membawa satu potong daging ke piring, memotongnya menjadi dua dengan table manner yang Anna ajari, lalu menyuapkan daging kecil itu ke mulut. Tak berminat.

“Raphael punya pekerjaan tetap, meski aku tidak suka profesinya dan gaji sedikit, ibu bisa lihat kalau dia punya pekerjaan sampingan.”

Kunyahan itu berhenti.

Pekerjaan… sampingan?

Tesa menoleh pada Anna, terlihat tertarik mendengarkan lebih.

“Gaji polisi tidak akan bisa untuk membeli Rolls Royce dan pakaian bermerek yang dipakainya, Raphael jelas punya banyak uang,” ujar Anna layaknya ibu yang sedang memberi wejangan turun temurun pada anaknya. “Kau tidak mungkin selamanya jadi perawan tua yang mengintai buronan dengan gaji pas-pasan bukan? Kau juga ingin jadi nyonya besar tanpa bekerja? Santai di rumah dan berbelanja kalau bosan? Young and rich?”

Benar.

Seseorang bisa saja berkamuflase. Menjadi hal yang tidak terduga. Menjadi sesuatu yang tidak tertebak.

Tesa masih mendengarkan.

Anna tersenyum bangga. “Dekati dia, Tesa, masuki sarangnya, dan kemudian cari tahu semua tentangnya, lalu barulah kau bisa—”

“Baik ibu,” potong Tesa seolah baru mendapatkna mukjiat. Tesa berdiri, mendekati ibunya  dan mengecup pipi Anna. “Kau yang terbaik!”

Tesa punya kecantikan, Tesa punya godaan, Tesa punya otak, dan Tesa punya rencana.

Dekati Raphael, masuki sarangnya, dan ungkap rahasianya.

--

Tbc!

Bab terkait

  • The Devil Love Me!   6. Percobaan pertama gagal

    -Ide menangkap penjahat dengan mendekati hati dan memasuki sarangnya bukanlah ide buruk sama sekali, di dunia kepolisian yang penuh drama kriminal, penegak hukum harus bergerak selicin belut, mempunyai otak selicik rubah, dengan begitu mereka para kriminal yang memang pintar berkelit tidak akan bisa lolos.Tesa sudah pernah menggunakan trik ini sebelumnya, wajah ayu dan tubuh yang aduhai jelas mampu menarik perhatian kaum adam, belum lagi kepribadian Tesa yang menarik. Goda menggoda adalah hal kecil bagi Tesa. Dan tentu, semuanya berhasil tanpa perlu diragukan.Oke. Kegagalan mungkin ada, tetapi selama Tesa tidak menyerah, pada akhirnya ia akan tetap mencapai apa yang dimaunya.Tesa menemui Raphael. Berbekal keberanian dan juga satu buah kotak makan sebagai umpan ia keluar rumah dan berjalan menuju rumah depan. Rambut Tesa digerai, ia juga memakai pakaian tebal berlapis jaket dan juga syal.Tidak ada yang lebih konyol dari dirinya memakai lipstik dan berdandan tipis-tipis hanya untu

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-03
  • The Devil Love Me!   7. Detektif baru

    -Perempuan tinggi yang rambutnya bergelombang indah itu mendesah kesal, jemari berkuku panjangnya sibuk menekan layar ponsel dengan cepat, mengirim pesan pada seseorang, dan kemudian ia menempelkan ponsel itu ke telinga.Dering kosong terdengar lama sampai akhirnya operator mengatakan bahwa nomor yang Tesa hubungi sedang tidak aktif.“Dia tidak mungkin benar-benar keluar, kan?” ujar Tesa pada dirinya sendiri, matanya sibuk menatap layar ponselnya sendiri sementara jemarinya mengetik, mengetik pesan ancaman yang tidak main-main bar-barnya. "Akan kubunuh kalau dia betulan melakukannya tanpa diskusi denganku.”Sebagai seorang teman seperjuangan, Tesa benar-benar tidak terima dengan tingkah gila kawannya yang mendadak itu.“Kemal?”Seseorang datang membawakan dua cup kopi di tangan. Perempuan yang tidak lebih tinggi dari Tesa itu memberikan satu kopi di tangannya pada Tesa.Tesa menerimanya, lalu mengangguk singkat, pada Bianca— teman kerja seangkatan yang berbeda devisi itu.“Dia

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-07
  • The Devil Love Me!   8. Detektif yang terdengar hebat

    --Salah satu cara untuk mengurangi frustasi dalam diri tidak lain tidak bukan adalah dengan melakukan pekerjaan fisik yang berat, lelah fisik yang teramat sangat sangat ampuh dan akan mampu membuat pikiranmu teralihkan, sepertinya semua orang tahu tentang jurus jitu itu dan Tesa menjadi salah satu orang yang gemar mempraktikannya.Sudah dibuktikan, dan lumayan manjur.Jika ada pikiran membandel atau emosi berlebihan lebih baik salurkan emosi itu menjadi kegiatan fisik saja, Tesa yakin hasilnya akan sempurna. Meski pikiran itu tidak bisa sepenuhnya terhapus dan dirimu menjadi tenang seketika, tetapi setidaknya hal itu memberimu waktu untuk bernapas dari rasa pening yang membobardir.Benar. Tesa sedang pusing.Pusing kenapa? Karena Anna yang tidak berhenti mengomel padanya atau karena Raphael yang terlalu misterius hingga Tesa tidak bisa menerawang apa yang ada di pikiran lelaki tampan itu? Sebenarnya dua-duanya benar, hanya saja kali ini pening di kepala Tesa lebih menjadi-j

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-08
  • The Devil Love Me!   9. Kekasih

    TDLM 09--Tips dan trik yang Mason berikan tidaklah manjur. Tesa bisa tahu itu semua bahkan sebelum ia memraktikkannya. Dilihat dari trek rekor Mason yang selalu menyanjung wanita hanya memang benar banyak wanita yang luluh karena disanjung demikian, tapi tidak dengan Tesa. Dan Tesa memiliki sifat juga kekebalan hati mirip-mirip dengan Raphael. Jika Tesa menjadi cabai merah untuk mendekati Raphael sepertinya akan gagal, Raphael jelas bukan orang yang menyukai wanita cabai.Berhubung Tesa memiliki otak yang cukup pintar, tak butuh waktu lama baginya untuk tahu apa yang harus dilakukan. Kebalikan dari wanita cabai adalah wanita keras kepala dengan kesan frigid. Tentu, harus terlihat pintar dan mandiri juga.Tesa bisa berpura-pura seperti itu.Ia memang sudah mandiri dan pintar, jadi Tesa hanya harus berpura-pura menjadi seorang yang keras kepala dan frigid— bersikap seolah ia tidak tertarik dengan laki-laki atau hal-hal seksual. Intinya Tesa hanya perlu jadi dirinya sendiri dan be

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-09
  • The Devil Love Me!   10. Malu!

    --“Aku tahu kau terkejut karena pengakuanku yang mendadak ini, tetapi jangan sungkan.”Kata orang, robot selamanya akan tetap jadi robot.Tesa tidak benar-benar memikirkan kalimat konyol itu sebelum hari ini, ia melihat sendiri bagaimana kakunya manusia bahkan sampai pantas disebut dan dinggap sebagai robot.“Ini hari pertama kita?”Raphael tidak menghargai pengakuan seduktif dan romantis dari Tesa, lelaki itu hanya diam tanpa mengatakan sepatah kata pun. Matanya memandang Tesa dengan pandangan yang aneh, entah apa.Bahkan Tesa berkali-kali memastikan.“Jawabannya?”Bahkan sampai membuat Tesa naik pitam.“Kau tidak tiba-tiba bisu, kan?”“Raph!”“Aku suka padamu! Ayo pacaran denganku!”Raphael justru cuma membuang napas dan dengan santainya membenahi perkakasnya, lelaki yang sialnya tampan dan tidak punya hati itu berlalu dari rumah Tesa, membiarkan Tesa yang masih duduk di meja dengan mulut terbuka.Tesa malu sekali mengakui ini tetapi harga dirinya benar-benar koyak.Ia

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-13
  • The Devil Love Me!   11. Frigid sialan

    --“Detektif Seavey menolakmu, ya?”Rasa-rasanya Tesa sudah lelah menyembunyikan wajah dari rekan-rekan kerjanya yang terang-terangan meledek karena informasi memalukan yang ia sebar sendiri secara tidak sengaja.Memang bukan hal besar, Tesa bisa mengatasinya dengan berpura-pura tidak peduli. Biasanya juga begitu, tetapi... oke, Tesa memang sudah berpura-pura tidak peduli dan mengabaikan semua omong kosong yang rekan-rekannya lontarkan sebelum kemudian ia berpapasan dengan Raphael dan lelaki itu terlihat melirik sambil memberikan senyum miring pada Tesa.Dengar? Senyum miring! Sengaja!Dasar tahi!Tesa meremas cup kopinya dengan perasaan kesal, ia tidak melepas mata dari punggung Raphael yang menjauh.Tesa melirik ke samping menggunakan ekor mata, mendengkus pelan.Tesa kira tidak akan ada yang tahu, tetapi ternyata, ada yang menyadari hal itu.Bianca. Ish! Kenapa ia harus punya teman yang peka begini sih!“Iya, kan?” ulang Bianca lagi. “Pasti kau menyatakan cinta pada Rapha

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-25
  • The Devil Love Me!   12. Devil Baby

    Sebelumnya tidak pernah seperti ini.Bahkan saat sedang berusaha menjilat seseorang skill yang Tesa kerahkan tidak main-main hingga ia hampir tidak pernah gagal. Jadi, wajar saja jika saat ini Tesa merasa jatuh harga diri.Ia sudah melakukan beberapa hal untuk bisa lebih dekat dengan Raphael, tetapi hasilnya masih kosong. Boleh Tesa akui, Raphael memang cukup keras, sepertinya apa yang dibilang Bianca soal gosip yang beredar itu benar adanya, kalau begini caranya, Tesa tidak boleh menargetkan hati atau birahi lelaki itu, ia harus mendekati Raphael dengan cara lain.Tapi apa lagi?Kesan pertama saat bertemu saja sudah hancur, Tesa tidak bisa bersikap seolah-olah ia ingin berteman dengan Raph.Bertanya soal kasus dan berpura-pura menjadi polisi yang bodoh? Agar bisa menyusup masuk ke dalam hidup detektif terhebat di distrik ini?Tapi Tesa tidak suka jika dirinya dianggap bodoh. Lebih-lebih oleh manusia sejenis Raphael, tidak bisa, tidak bisa, pokoknya harus cari cara yang lain.

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-22
  • The Devil Love Me!   1. Seikat bunga ungu

    Malam itu nyaris beku.Pertanda musim dingin akan segera datang. Membawa segenap bencana campuran antara hujan, salju, serta hidung berair yang kebanyakan orang benci.Jemari lentik gadis bersurai hitam panjang itu menggeser layar ponsel, ingin cepat-cepat pulang. Ia tidak pernah suka musim dingin. Sekarang pukul sepuluh. Tesa mengangkat tangan dan mendesah, dua menit lagi tugasnya selesai.Tesa tidak akan mengalami ini, berdiri di tengah malam yang dingin dengan mata kritis. Kalau saja dulu ia mematuhi keinginan ibunya menjadi seorang model alih-alih menyia-nyiakan tubuh tinggi serta wajah cantiknya untuk mengintai buronan dengan mata mengantuk.Gadis yang genap berusia dua puluh lima bulan kemarin itu memfokuskan pandangan di balik kacamata hitam yang ia pakai, ia menghela napas, membenarkan sedikit letak beret yang sejak pagi bertengger di kepalanya, menjejalkan tangan berharga dalam saku mantel berwarna oranye muda.Lagi. Harusnya ia menuruti kata-kata Kemal, rekan satu tim dari d

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-03

Bab terbaru

  • The Devil Love Me!   12. Devil Baby

    Sebelumnya tidak pernah seperti ini.Bahkan saat sedang berusaha menjilat seseorang skill yang Tesa kerahkan tidak main-main hingga ia hampir tidak pernah gagal. Jadi, wajar saja jika saat ini Tesa merasa jatuh harga diri.Ia sudah melakukan beberapa hal untuk bisa lebih dekat dengan Raphael, tetapi hasilnya masih kosong. Boleh Tesa akui, Raphael memang cukup keras, sepertinya apa yang dibilang Bianca soal gosip yang beredar itu benar adanya, kalau begini caranya, Tesa tidak boleh menargetkan hati atau birahi lelaki itu, ia harus mendekati Raphael dengan cara lain.Tapi apa lagi?Kesan pertama saat bertemu saja sudah hancur, Tesa tidak bisa bersikap seolah-olah ia ingin berteman dengan Raph.Bertanya soal kasus dan berpura-pura menjadi polisi yang bodoh? Agar bisa menyusup masuk ke dalam hidup detektif terhebat di distrik ini?Tapi Tesa tidak suka jika dirinya dianggap bodoh. Lebih-lebih oleh manusia sejenis Raphael, tidak bisa, tidak bisa, pokoknya harus cari cara yang lain.

  • The Devil Love Me!   11. Frigid sialan

    --“Detektif Seavey menolakmu, ya?”Rasa-rasanya Tesa sudah lelah menyembunyikan wajah dari rekan-rekan kerjanya yang terang-terangan meledek karena informasi memalukan yang ia sebar sendiri secara tidak sengaja.Memang bukan hal besar, Tesa bisa mengatasinya dengan berpura-pura tidak peduli. Biasanya juga begitu, tetapi... oke, Tesa memang sudah berpura-pura tidak peduli dan mengabaikan semua omong kosong yang rekan-rekannya lontarkan sebelum kemudian ia berpapasan dengan Raphael dan lelaki itu terlihat melirik sambil memberikan senyum miring pada Tesa.Dengar? Senyum miring! Sengaja!Dasar tahi!Tesa meremas cup kopinya dengan perasaan kesal, ia tidak melepas mata dari punggung Raphael yang menjauh.Tesa melirik ke samping menggunakan ekor mata, mendengkus pelan.Tesa kira tidak akan ada yang tahu, tetapi ternyata, ada yang menyadari hal itu.Bianca. Ish! Kenapa ia harus punya teman yang peka begini sih!“Iya, kan?” ulang Bianca lagi. “Pasti kau menyatakan cinta pada Rapha

  • The Devil Love Me!   10. Malu!

    --“Aku tahu kau terkejut karena pengakuanku yang mendadak ini, tetapi jangan sungkan.”Kata orang, robot selamanya akan tetap jadi robot.Tesa tidak benar-benar memikirkan kalimat konyol itu sebelum hari ini, ia melihat sendiri bagaimana kakunya manusia bahkan sampai pantas disebut dan dinggap sebagai robot.“Ini hari pertama kita?”Raphael tidak menghargai pengakuan seduktif dan romantis dari Tesa, lelaki itu hanya diam tanpa mengatakan sepatah kata pun. Matanya memandang Tesa dengan pandangan yang aneh, entah apa.Bahkan Tesa berkali-kali memastikan.“Jawabannya?”Bahkan sampai membuat Tesa naik pitam.“Kau tidak tiba-tiba bisu, kan?”“Raph!”“Aku suka padamu! Ayo pacaran denganku!”Raphael justru cuma membuang napas dan dengan santainya membenahi perkakasnya, lelaki yang sialnya tampan dan tidak punya hati itu berlalu dari rumah Tesa, membiarkan Tesa yang masih duduk di meja dengan mulut terbuka.Tesa malu sekali mengakui ini tetapi harga dirinya benar-benar koyak.Ia

  • The Devil Love Me!   9. Kekasih

    TDLM 09--Tips dan trik yang Mason berikan tidaklah manjur. Tesa bisa tahu itu semua bahkan sebelum ia memraktikkannya. Dilihat dari trek rekor Mason yang selalu menyanjung wanita hanya memang benar banyak wanita yang luluh karena disanjung demikian, tapi tidak dengan Tesa. Dan Tesa memiliki sifat juga kekebalan hati mirip-mirip dengan Raphael. Jika Tesa menjadi cabai merah untuk mendekati Raphael sepertinya akan gagal, Raphael jelas bukan orang yang menyukai wanita cabai.Berhubung Tesa memiliki otak yang cukup pintar, tak butuh waktu lama baginya untuk tahu apa yang harus dilakukan. Kebalikan dari wanita cabai adalah wanita keras kepala dengan kesan frigid. Tentu, harus terlihat pintar dan mandiri juga.Tesa bisa berpura-pura seperti itu.Ia memang sudah mandiri dan pintar, jadi Tesa hanya harus berpura-pura menjadi seorang yang keras kepala dan frigid— bersikap seolah ia tidak tertarik dengan laki-laki atau hal-hal seksual. Intinya Tesa hanya perlu jadi dirinya sendiri dan be

  • The Devil Love Me!   8. Detektif yang terdengar hebat

    --Salah satu cara untuk mengurangi frustasi dalam diri tidak lain tidak bukan adalah dengan melakukan pekerjaan fisik yang berat, lelah fisik yang teramat sangat sangat ampuh dan akan mampu membuat pikiranmu teralihkan, sepertinya semua orang tahu tentang jurus jitu itu dan Tesa menjadi salah satu orang yang gemar mempraktikannya.Sudah dibuktikan, dan lumayan manjur.Jika ada pikiran membandel atau emosi berlebihan lebih baik salurkan emosi itu menjadi kegiatan fisik saja, Tesa yakin hasilnya akan sempurna. Meski pikiran itu tidak bisa sepenuhnya terhapus dan dirimu menjadi tenang seketika, tetapi setidaknya hal itu memberimu waktu untuk bernapas dari rasa pening yang membobardir.Benar. Tesa sedang pusing.Pusing kenapa? Karena Anna yang tidak berhenti mengomel padanya atau karena Raphael yang terlalu misterius hingga Tesa tidak bisa menerawang apa yang ada di pikiran lelaki tampan itu? Sebenarnya dua-duanya benar, hanya saja kali ini pening di kepala Tesa lebih menjadi-j

  • The Devil Love Me!   7. Detektif baru

    -Perempuan tinggi yang rambutnya bergelombang indah itu mendesah kesal, jemari berkuku panjangnya sibuk menekan layar ponsel dengan cepat, mengirim pesan pada seseorang, dan kemudian ia menempelkan ponsel itu ke telinga.Dering kosong terdengar lama sampai akhirnya operator mengatakan bahwa nomor yang Tesa hubungi sedang tidak aktif.“Dia tidak mungkin benar-benar keluar, kan?” ujar Tesa pada dirinya sendiri, matanya sibuk menatap layar ponselnya sendiri sementara jemarinya mengetik, mengetik pesan ancaman yang tidak main-main bar-barnya. "Akan kubunuh kalau dia betulan melakukannya tanpa diskusi denganku.”Sebagai seorang teman seperjuangan, Tesa benar-benar tidak terima dengan tingkah gila kawannya yang mendadak itu.“Kemal?”Seseorang datang membawakan dua cup kopi di tangan. Perempuan yang tidak lebih tinggi dari Tesa itu memberikan satu kopi di tangannya pada Tesa.Tesa menerimanya, lalu mengangguk singkat, pada Bianca— teman kerja seangkatan yang berbeda devisi itu.“Dia

  • The Devil Love Me!   6. Percobaan pertama gagal

    -Ide menangkap penjahat dengan mendekati hati dan memasuki sarangnya bukanlah ide buruk sama sekali, di dunia kepolisian yang penuh drama kriminal, penegak hukum harus bergerak selicin belut, mempunyai otak selicik rubah, dengan begitu mereka para kriminal yang memang pintar berkelit tidak akan bisa lolos.Tesa sudah pernah menggunakan trik ini sebelumnya, wajah ayu dan tubuh yang aduhai jelas mampu menarik perhatian kaum adam, belum lagi kepribadian Tesa yang menarik. Goda menggoda adalah hal kecil bagi Tesa. Dan tentu, semuanya berhasil tanpa perlu diragukan.Oke. Kegagalan mungkin ada, tetapi selama Tesa tidak menyerah, pada akhirnya ia akan tetap mencapai apa yang dimaunya.Tesa menemui Raphael. Berbekal keberanian dan juga satu buah kotak makan sebagai umpan ia keluar rumah dan berjalan menuju rumah depan. Rambut Tesa digerai, ia juga memakai pakaian tebal berlapis jaket dan juga syal.Tidak ada yang lebih konyol dari dirinya memakai lipstik dan berdandan tipis-tipis hanya untu

  • The Devil Love Me!   5. Dekati, masuki sarangnya dan...

    “Tidak mungkin.”Berapa kali pun Tesa memikirkannya, jawaban di kepalanya masih sama. Tidak ada. Semuanya tidak mungkin. Lelaki itu adalah kakak tetangganya dulu? Meski hanya mengingat sebagian kecil dan samar, tetapi Tesa bisa merasakan sifat yang bertolak belakang.Maksudnya, sejauh yang Tesa ingat, kakak tetangganya dulu sangatlah baik, sangat, bahkan untuk ukuran seorang anak-anak dia sangat baik. Berbanding terbalik dengan Raphael yang dilihatnya sekarang.Seperti yang Tesa bilang sebelumnya, semua orang bisa berubah, setelah lama menghilang Tesa tidak tahu kehidupan macam apa dan kejahatan apa saja yang kiranya bisa dilakukan Raphael.Tesa suda memperingati ibunya untuk tidak terlalu dekat atau sok akrab dengan lelaki penghuni rumah depan itu, dan sudah pasti, Anna mengabaikannya.Tesa memandangi langit-langit kamarnya dengan pandangan kosong, gadis cantin yang sedang berebah diri dengan pikiran kalut itu kemudian menoleh ke arah pintu balkon yang tertutup tirai.“Aku jelas tida

  • The Devil Love Me!   4. Teman masa kecil?

    Dalam satu sekon, Tesa merasa ragu bahwa yang dilihatnya itu nyata atau Cuma halusinasi semata.Tetapi setelah melihat lelaki itu melengos acuh dan berputar kembali memasuki rumah, Tesa tidak bisa tidak percaya bahwa dia— benar-benar dia. Dia laki-laki yang kemarin. Dia lak-laki yang membuat rekan tim devisi mengklaim bahwa Tesa berkhayal dan bahkan gila. Dia orang yang membuat Tesa merusak rekor bagus dalam hidupnya dengan bekerja setengah hari.Jika pun takdir benar-benar nyata, maka Tesa yakin semesta sedang berpihak padanya. Ada berjuta-juta rumah kosong di kota ini, tetapi dia justru pindah ke depan rumah Tesa.Kebetulan yang amat indah. Yang menambah kelegaan sesaat di jiwa tetapi juga menghadirkan pening berlebihan di kepala.Sorot matanya datar, bahkan tampak tak terkejut saat melihat kehadiran Tesa, seolah mereka tidak pernah bertemu sebelum ini, seolah Tesa tidak memergokinya membawa bunga yang digantungnya di rumah Elana Dey.Penjahat berdarah dingin biasanya memang tidak

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status