Beranda / Romansa / The Devil Love Me! / 2. Yang bernoda merah

Share

2. Yang bernoda merah

Penulis: Esteifa
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-03 05:13:45

"Sudah berapa kali kubilang jangan pakai pakaian begitu lagi!"

Pagi itu Tesa baru saja masuk melewati pintu masuk kantor kepolisian tempatnya mengabdi, dan bukannya selamat pagi ia justru mendapati sapaan aneh dari senior wanita yang selalu mengatakan hal yang sama setiap harinya. Seperti biasa pula Tesa tak mengindahkan.

Gadis jangkung yang rambutnya digerai itu dengan santai duduk di kursi miliknya. Mendesah lelah ketika mendapati meja kerjanya lagi-lagi penuh dengan minuman serta makanan-makanan ringan dengan satu kertas pesan kecil.

"Operasi kita kemarin sepenuhnya gagal, kau jadi pusat perhatian karena pakaianmu!" Wanita berbalut mantel hitam di sebelah biliknya berbicara lagi. Kali ini lebih seperti mendesis. Menatap Tesa yang tengah sibuk membenahi meja. “Kau pikir fashion penting saat sedang mengintai buronan?!”

"Jangan salahkan pakaianku." Tesa mulai menyalakan komputernya. Mengambil satu teh botol, membuka tutupnya lalu meneguknya santai. Tak menoleh ke meja samping sedikit pun. "Aku bahkan sudah pernah pakai kaos dan celana jeans biasa seperti yang kau perintahkan, tapi tetap diperhatikan. Wajah dan proposi tubuhku yang salah, maaf."

Oke, mungkin akan terdengar sangat percaya diri. Tapi Tesa memang percaya diri.

Dan yang dikatakannya merupakan fakta. Barangkali jika Tesa berjalan memakai atasan compang-camping seperti gembel ibu kota, ia akan tetap jadi pusat atensi. Orang-orang akan berpikir bahwa baju compang-camping adalah fashion tren terbaru. Wajah serta tubuh Tesa tak bisa berbohong kalau soal keindahan.

Wanita yang kelihatannya berumur tiga puluhan itu berdecak. "Lebih baik pakai kaos dan celana saja."

Tesa memang selalu beradu argumen dengan seniornya yang satu itu.

"Di cuaca sedingin ini? Orang gila saja pakai selimut." Tesa menyirit, entah kenapa kalau bicara dengan senior yang satu itu rasanya harus siap-siap kontrol diri. Walaupun kadang Tesa terpancing dan akan mengucapkan kata yang kurang sopan.

"Lihat? Dia baru tiga bulan, tapi tidak bisa respect sedikit?" Wanita tadi menganga tak percaya. Dari wajahnya jelas sekali kalau ia tak menyukai Tesa.

"Respect bukan hal yang bisa kau minta, senior." Saat ini Tesa membalas tatapan tajam seniornya, beradu pandang, saling melempar permusuhan. "Aku ini cermin. Jika kau baik, maka aku juga akan baik. Tapi jika kau buruk, maka kau tau apa yang akan kau dapatkan."

Tesa mungkin masih baru. Bisa dibilang ia masih bau kencur jika harus dibandingkan dengan pengalaman seniornya itu. Tapi, dihormati juga tidak dilihat dari berapa lama mereka mengarungi dunia kepolisian ini. Tesa menghormati orang yang patut dihormati.

Ketika wanita itu hendak menjawab kata-kata rekan satu tim mereka yang lain terdengar, laki-laki tinggi yang jadi idola di semua staf perempuan tiap-tiap devisi, lelaki itu mendekat. Menyudahi perang mata keduanya.

"Biarkan, Hyo," ujar Mason pelan sambil sedikit tertawa. "Bukan salahnya karena terlahir cantik."

Tidak menanggapi, Tesa hanya memutar mata menyortir ruangan. Ketika matanya tak menemukan presesi Kemal—rekan yang seumur dengannya, Tesa pun bertanya. "Kemal belum datang?"

"Terlambat mungkin," Mason menyeret satu kursi, memposisikan diri di samping bilik Tesa. "Omong-omong, Kemal katanya mau keluar 'ya?"

Tesa menoleh kilat. "Keluar apanya?"

"Resign."

Tesa melebarkan matanya sedikit. Terkejut bukan main. Ia baru mendengar berita itu. "Kata siapa?"

"Kemarin Hyo melihatnya keluar dari ruangan kepala Kim, dan sepertinya pembicaraan mereka serius sekali."

Tesa segera mendengkus keras. Ia menyesal sudah terkejut karena kabar tak jelas yang pastinya cuma spekulasi yang berasal dari wanita penggosip.

"Bicara serius bukan berarti resign. Lagian kami di kepolisian baru seumur jagung." Tesa membuka file komputer berisi salinan cctv jalanan untuk kasus yang ditugaskan oleh kepala Kim. "Aku dan Kemal berjuang bersama-sama, dan aku tau dia tidak akan melepas pekerjaan ini sampai kapan pun. Jangan asal bicara!"

Mason tersenyum miring, wajah cantik Tesa terlihat lebih cantik saat sedang mendengus sebal.

"Yakin sekali?"

Kali ini Tesa menoleh, pada wanita berambut pendek yang menyeletuk tadi, di sampingnya.

Hyo melirik Tesa sekilas, memakai kacamata sebelum terlihat membuka satu berkas. "Kalau begitu, kenapa kemarin ia keluar tanpa kartu pengenalnya? Dan malah meninggalkan itu di meja kepala Kim?"

Tesa memandang jenuh. Seratus persen ia tidak percaya dengan yang Medusa itu katakan, Kemal tidak akan melakukan hal sebodoh itu. dia tidak akan keluar dari kepolisian, apalagi tanpa bilang padanya. Namun melihat bagaimana cara Hyo mengucapkan kalimat tadi rasanya Tesa terusik sedikit, hatinya sedikit percaya, dan kini ia mulai khawatir dengan bocah sinting teman seperjuangannya itu.

Tetapi jika memang Kemal keluar, apa alasannya?

Barusaja Tesa hendak menjawab Hyo, ketua timnya datang, dengan telepon di telinga. Semua orang berdiri tegak. Tau akan ada pekerjaan.

"Kita berangkat, ada laporan bunuh diri di apartment Suya," kata pria setengah baya itu dengan tegas. Jika ada kasus darurat, tidak perlu briefing bertele-tele. "Bawa peralatan masing-masing, dan segera keluar."

Serempak semua orang menjawab ‘Ya’ lalu setelah itu kepala Kim berlalu.

Tanpa tunggu lama semua orang bergegas menyaut peralatan di meja masing-masing. Tesa pun mengambil handie-talkie, masker dan juga beberapa peralatan lain, ia menghembuskan napas pelan. Dan barusaja langkah kakinya hendak mencapai pintu, suara lain menghentikan.

"Kau sudah pernah lihat mayat sebelumnya?" tanya Hyo. Dan Tesa cuma menjawab dengan gelengan.

"Bunuh diri memang tidak semenyedihkan mayat-mayat korban pembunuhan, tapi kalau memang belum pernah, rasanya mayat-mayat itu sama saja mengerikan," lanjut Hyo lagi. Meremehkan kemampuan Tesa. "Di sini saja, daripada nanti pingsan dan berakhir menyusahkan."

"Kenapa?" Suara itu Mason yang menyahut. "Dulu kau baru sebulan langsung mengatasi kasus begini 'kan? Berhentilah kekanak-kanakan, satu tim ke sana semua."

Hyo tidak menjawab dan langsung melengos pergi. Terlihat tak terlalu peduli.

Maka dari itu mereka berangkat menggunakan mobil dinas. Jarak apartemen Suya dengan kantor polisi tidak terlalu jauh, mungkin sepuluh menit sampai, dan setelah mobil berhenti. Mereka melangkah dengan cepat, menekan tombol lift pada angka tiga belas, menemukan sebuah ruang yang dikerumuni banyak orang.

Kala kerumunan itu terbelah dan para polisi berhasil masuk, Tesa justru membeku. Berdiri di depan pintu dengan tangan dingin oleh keringat. Matanya gemetar terang, dan perutnya serasa diaduk ketika matanya melihat bagaimana seonggok tubuh renta lengkap dengan rambut putih seluruhnya itu bersimpah darah.

Bukan.

Bukan karena anyir darah atau luka-luka sadis yang terdapat pada tubuh wanita tua itu. Namun ketika telinganya menangkap nama si korban, dan ketika ia hendak berbalik pergi netranya melihat sebuah buket bunga krisan tergantung apik pada dinding kosong sebelah kanan.

Tesa makin bergetar. Napasnya pun mulai terasa sesak, lemas hingga ia jatuh terduduk di atas lantai.

"Elana Dey, enam puluh empat tahun. Kasus ini berubah dari bunuh diri, menjadi kasus pembunuhan."

Bab terkait

  • The Devil Love Me!   3. Tetangga baru

    Selama masa remajanya Tesa suka dengan komik maupun film bergenre thriller, ia senang menebak-nebak, gemar berpikir dan membuat analisis yang disajikan dalam film-film dengan tema berat, memikirkan suatu topik berat dan juga sensasi debaran jantung yang dirasa membuat Tesa menaruh selera.Setiap adegan dan kegilaan yang di luar imaginasi selalu berhasil membuat darah Tesa berdesir, tidak, Tesa serratus persen waras, ibu sudah pernah menyeretnya paksa memeriksakan diri ke psikiater karena mengira kalau Tesa gila sebab selalu menonton adegan berdarah-darah dan bukan scene romansa seperti gadis muda kebanyakan. Tesa hanya cukup puas ketika ia analisis dan spekulasi yang ia buat ternyata benar, alur film, asal muasal kejahatan dan semua tebakan Tesa benar atas judul film ternama, maka Tesa senang karena itu.Bukan karena ia menyukai bagaimana cara para penjahat dan pembunuh itu melakukan aksinya. Tapi karena betapa memuaskan rasa yang didapat setelah berhasil memecahkan sesuatu.Namun ber

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-03
  • The Devil Love Me!   4. Teman masa kecil?

    Dalam satu sekon, Tesa merasa ragu bahwa yang dilihatnya itu nyata atau Cuma halusinasi semata.Tetapi setelah melihat lelaki itu melengos acuh dan berputar kembali memasuki rumah, Tesa tidak bisa tidak percaya bahwa dia— benar-benar dia. Dia laki-laki yang kemarin. Dia lak-laki yang membuat rekan tim devisi mengklaim bahwa Tesa berkhayal dan bahkan gila. Dia orang yang membuat Tesa merusak rekor bagus dalam hidupnya dengan bekerja setengah hari.Jika pun takdir benar-benar nyata, maka Tesa yakin semesta sedang berpihak padanya. Ada berjuta-juta rumah kosong di kota ini, tetapi dia justru pindah ke depan rumah Tesa.Kebetulan yang amat indah. Yang menambah kelegaan sesaat di jiwa tetapi juga menghadirkan pening berlebihan di kepala.Sorot matanya datar, bahkan tampak tak terkejut saat melihat kehadiran Tesa, seolah mereka tidak pernah bertemu sebelum ini, seolah Tesa tidak memergokinya membawa bunga yang digantungnya di rumah Elana Dey.Penjahat berdarah dingin biasanya memang tidak

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-01
  • The Devil Love Me!   5. Dekati, masuki sarangnya dan...

    “Tidak mungkin.”Berapa kali pun Tesa memikirkannya, jawaban di kepalanya masih sama. Tidak ada. Semuanya tidak mungkin. Lelaki itu adalah kakak tetangganya dulu? Meski hanya mengingat sebagian kecil dan samar, tetapi Tesa bisa merasakan sifat yang bertolak belakang.Maksudnya, sejauh yang Tesa ingat, kakak tetangganya dulu sangatlah baik, sangat, bahkan untuk ukuran seorang anak-anak dia sangat baik. Berbanding terbalik dengan Raphael yang dilihatnya sekarang.Seperti yang Tesa bilang sebelumnya, semua orang bisa berubah, setelah lama menghilang Tesa tidak tahu kehidupan macam apa dan kejahatan apa saja yang kiranya bisa dilakukan Raphael.Tesa suda memperingati ibunya untuk tidak terlalu dekat atau sok akrab dengan lelaki penghuni rumah depan itu, dan sudah pasti, Anna mengabaikannya.Tesa memandangi langit-langit kamarnya dengan pandangan kosong, gadis cantin yang sedang berebah diri dengan pikiran kalut itu kemudian menoleh ke arah pintu balkon yang tertutup tirai.“Aku jelas tida

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-02
  • The Devil Love Me!   6. Percobaan pertama gagal

    -Ide menangkap penjahat dengan mendekati hati dan memasuki sarangnya bukanlah ide buruk sama sekali, di dunia kepolisian yang penuh drama kriminal, penegak hukum harus bergerak selicin belut, mempunyai otak selicik rubah, dengan begitu mereka para kriminal yang memang pintar berkelit tidak akan bisa lolos.Tesa sudah pernah menggunakan trik ini sebelumnya, wajah ayu dan tubuh yang aduhai jelas mampu menarik perhatian kaum adam, belum lagi kepribadian Tesa yang menarik. Goda menggoda adalah hal kecil bagi Tesa. Dan tentu, semuanya berhasil tanpa perlu diragukan.Oke. Kegagalan mungkin ada, tetapi selama Tesa tidak menyerah, pada akhirnya ia akan tetap mencapai apa yang dimaunya.Tesa menemui Raphael. Berbekal keberanian dan juga satu buah kotak makan sebagai umpan ia keluar rumah dan berjalan menuju rumah depan. Rambut Tesa digerai, ia juga memakai pakaian tebal berlapis jaket dan juga syal.Tidak ada yang lebih konyol dari dirinya memakai lipstik dan berdandan tipis-tipis hanya untu

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-03
  • The Devil Love Me!   7. Detektif baru

    -Perempuan tinggi yang rambutnya bergelombang indah itu mendesah kesal, jemari berkuku panjangnya sibuk menekan layar ponsel dengan cepat, mengirim pesan pada seseorang, dan kemudian ia menempelkan ponsel itu ke telinga.Dering kosong terdengar lama sampai akhirnya operator mengatakan bahwa nomor yang Tesa hubungi sedang tidak aktif.“Dia tidak mungkin benar-benar keluar, kan?” ujar Tesa pada dirinya sendiri, matanya sibuk menatap layar ponselnya sendiri sementara jemarinya mengetik, mengetik pesan ancaman yang tidak main-main bar-barnya. "Akan kubunuh kalau dia betulan melakukannya tanpa diskusi denganku.”Sebagai seorang teman seperjuangan, Tesa benar-benar tidak terima dengan tingkah gila kawannya yang mendadak itu.“Kemal?”Seseorang datang membawakan dua cup kopi di tangan. Perempuan yang tidak lebih tinggi dari Tesa itu memberikan satu kopi di tangannya pada Tesa.Tesa menerimanya, lalu mengangguk singkat, pada Bianca— teman kerja seangkatan yang berbeda devisi itu.“Dia

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-07
  • The Devil Love Me!   8. Detektif yang terdengar hebat

    --Salah satu cara untuk mengurangi frustasi dalam diri tidak lain tidak bukan adalah dengan melakukan pekerjaan fisik yang berat, lelah fisik yang teramat sangat sangat ampuh dan akan mampu membuat pikiranmu teralihkan, sepertinya semua orang tahu tentang jurus jitu itu dan Tesa menjadi salah satu orang yang gemar mempraktikannya.Sudah dibuktikan, dan lumayan manjur.Jika ada pikiran membandel atau emosi berlebihan lebih baik salurkan emosi itu menjadi kegiatan fisik saja, Tesa yakin hasilnya akan sempurna. Meski pikiran itu tidak bisa sepenuhnya terhapus dan dirimu menjadi tenang seketika, tetapi setidaknya hal itu memberimu waktu untuk bernapas dari rasa pening yang membobardir.Benar. Tesa sedang pusing.Pusing kenapa? Karena Anna yang tidak berhenti mengomel padanya atau karena Raphael yang terlalu misterius hingga Tesa tidak bisa menerawang apa yang ada di pikiran lelaki tampan itu? Sebenarnya dua-duanya benar, hanya saja kali ini pening di kepala Tesa lebih menjadi-j

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-08
  • The Devil Love Me!   9. Kekasih

    TDLM 09--Tips dan trik yang Mason berikan tidaklah manjur. Tesa bisa tahu itu semua bahkan sebelum ia memraktikkannya. Dilihat dari trek rekor Mason yang selalu menyanjung wanita hanya memang benar banyak wanita yang luluh karena disanjung demikian, tapi tidak dengan Tesa. Dan Tesa memiliki sifat juga kekebalan hati mirip-mirip dengan Raphael. Jika Tesa menjadi cabai merah untuk mendekati Raphael sepertinya akan gagal, Raphael jelas bukan orang yang menyukai wanita cabai.Berhubung Tesa memiliki otak yang cukup pintar, tak butuh waktu lama baginya untuk tahu apa yang harus dilakukan. Kebalikan dari wanita cabai adalah wanita keras kepala dengan kesan frigid. Tentu, harus terlihat pintar dan mandiri juga.Tesa bisa berpura-pura seperti itu.Ia memang sudah mandiri dan pintar, jadi Tesa hanya harus berpura-pura menjadi seorang yang keras kepala dan frigid— bersikap seolah ia tidak tertarik dengan laki-laki atau hal-hal seksual. Intinya Tesa hanya perlu jadi dirinya sendiri dan be

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-09
  • The Devil Love Me!   10. Malu!

    --“Aku tahu kau terkejut karena pengakuanku yang mendadak ini, tetapi jangan sungkan.”Kata orang, robot selamanya akan tetap jadi robot.Tesa tidak benar-benar memikirkan kalimat konyol itu sebelum hari ini, ia melihat sendiri bagaimana kakunya manusia bahkan sampai pantas disebut dan dinggap sebagai robot.“Ini hari pertama kita?”Raphael tidak menghargai pengakuan seduktif dan romantis dari Tesa, lelaki itu hanya diam tanpa mengatakan sepatah kata pun. Matanya memandang Tesa dengan pandangan yang aneh, entah apa.Bahkan Tesa berkali-kali memastikan.“Jawabannya?”Bahkan sampai membuat Tesa naik pitam.“Kau tidak tiba-tiba bisu, kan?”“Raph!”“Aku suka padamu! Ayo pacaran denganku!”Raphael justru cuma membuang napas dan dengan santainya membenahi perkakasnya, lelaki yang sialnya tampan dan tidak punya hati itu berlalu dari rumah Tesa, membiarkan Tesa yang masih duduk di meja dengan mulut terbuka.Tesa malu sekali mengakui ini tetapi harga dirinya benar-benar koyak.Ia

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-13

Bab terbaru

  • The Devil Love Me!   12. Devil Baby

    Sebelumnya tidak pernah seperti ini.Bahkan saat sedang berusaha menjilat seseorang skill yang Tesa kerahkan tidak main-main hingga ia hampir tidak pernah gagal. Jadi, wajar saja jika saat ini Tesa merasa jatuh harga diri.Ia sudah melakukan beberapa hal untuk bisa lebih dekat dengan Raphael, tetapi hasilnya masih kosong. Boleh Tesa akui, Raphael memang cukup keras, sepertinya apa yang dibilang Bianca soal gosip yang beredar itu benar adanya, kalau begini caranya, Tesa tidak boleh menargetkan hati atau birahi lelaki itu, ia harus mendekati Raphael dengan cara lain.Tapi apa lagi?Kesan pertama saat bertemu saja sudah hancur, Tesa tidak bisa bersikap seolah-olah ia ingin berteman dengan Raph.Bertanya soal kasus dan berpura-pura menjadi polisi yang bodoh? Agar bisa menyusup masuk ke dalam hidup detektif terhebat di distrik ini?Tapi Tesa tidak suka jika dirinya dianggap bodoh. Lebih-lebih oleh manusia sejenis Raphael, tidak bisa, tidak bisa, pokoknya harus cari cara yang lain.

  • The Devil Love Me!   11. Frigid sialan

    --“Detektif Seavey menolakmu, ya?”Rasa-rasanya Tesa sudah lelah menyembunyikan wajah dari rekan-rekan kerjanya yang terang-terangan meledek karena informasi memalukan yang ia sebar sendiri secara tidak sengaja.Memang bukan hal besar, Tesa bisa mengatasinya dengan berpura-pura tidak peduli. Biasanya juga begitu, tetapi... oke, Tesa memang sudah berpura-pura tidak peduli dan mengabaikan semua omong kosong yang rekan-rekannya lontarkan sebelum kemudian ia berpapasan dengan Raphael dan lelaki itu terlihat melirik sambil memberikan senyum miring pada Tesa.Dengar? Senyum miring! Sengaja!Dasar tahi!Tesa meremas cup kopinya dengan perasaan kesal, ia tidak melepas mata dari punggung Raphael yang menjauh.Tesa melirik ke samping menggunakan ekor mata, mendengkus pelan.Tesa kira tidak akan ada yang tahu, tetapi ternyata, ada yang menyadari hal itu.Bianca. Ish! Kenapa ia harus punya teman yang peka begini sih!“Iya, kan?” ulang Bianca lagi. “Pasti kau menyatakan cinta pada Rapha

  • The Devil Love Me!   10. Malu!

    --“Aku tahu kau terkejut karena pengakuanku yang mendadak ini, tetapi jangan sungkan.”Kata orang, robot selamanya akan tetap jadi robot.Tesa tidak benar-benar memikirkan kalimat konyol itu sebelum hari ini, ia melihat sendiri bagaimana kakunya manusia bahkan sampai pantas disebut dan dinggap sebagai robot.“Ini hari pertama kita?”Raphael tidak menghargai pengakuan seduktif dan romantis dari Tesa, lelaki itu hanya diam tanpa mengatakan sepatah kata pun. Matanya memandang Tesa dengan pandangan yang aneh, entah apa.Bahkan Tesa berkali-kali memastikan.“Jawabannya?”Bahkan sampai membuat Tesa naik pitam.“Kau tidak tiba-tiba bisu, kan?”“Raph!”“Aku suka padamu! Ayo pacaran denganku!”Raphael justru cuma membuang napas dan dengan santainya membenahi perkakasnya, lelaki yang sialnya tampan dan tidak punya hati itu berlalu dari rumah Tesa, membiarkan Tesa yang masih duduk di meja dengan mulut terbuka.Tesa malu sekali mengakui ini tetapi harga dirinya benar-benar koyak.Ia

  • The Devil Love Me!   9. Kekasih

    TDLM 09--Tips dan trik yang Mason berikan tidaklah manjur. Tesa bisa tahu itu semua bahkan sebelum ia memraktikkannya. Dilihat dari trek rekor Mason yang selalu menyanjung wanita hanya memang benar banyak wanita yang luluh karena disanjung demikian, tapi tidak dengan Tesa. Dan Tesa memiliki sifat juga kekebalan hati mirip-mirip dengan Raphael. Jika Tesa menjadi cabai merah untuk mendekati Raphael sepertinya akan gagal, Raphael jelas bukan orang yang menyukai wanita cabai.Berhubung Tesa memiliki otak yang cukup pintar, tak butuh waktu lama baginya untuk tahu apa yang harus dilakukan. Kebalikan dari wanita cabai adalah wanita keras kepala dengan kesan frigid. Tentu, harus terlihat pintar dan mandiri juga.Tesa bisa berpura-pura seperti itu.Ia memang sudah mandiri dan pintar, jadi Tesa hanya harus berpura-pura menjadi seorang yang keras kepala dan frigid— bersikap seolah ia tidak tertarik dengan laki-laki atau hal-hal seksual. Intinya Tesa hanya perlu jadi dirinya sendiri dan be

  • The Devil Love Me!   8. Detektif yang terdengar hebat

    --Salah satu cara untuk mengurangi frustasi dalam diri tidak lain tidak bukan adalah dengan melakukan pekerjaan fisik yang berat, lelah fisik yang teramat sangat sangat ampuh dan akan mampu membuat pikiranmu teralihkan, sepertinya semua orang tahu tentang jurus jitu itu dan Tesa menjadi salah satu orang yang gemar mempraktikannya.Sudah dibuktikan, dan lumayan manjur.Jika ada pikiran membandel atau emosi berlebihan lebih baik salurkan emosi itu menjadi kegiatan fisik saja, Tesa yakin hasilnya akan sempurna. Meski pikiran itu tidak bisa sepenuhnya terhapus dan dirimu menjadi tenang seketika, tetapi setidaknya hal itu memberimu waktu untuk bernapas dari rasa pening yang membobardir.Benar. Tesa sedang pusing.Pusing kenapa? Karena Anna yang tidak berhenti mengomel padanya atau karena Raphael yang terlalu misterius hingga Tesa tidak bisa menerawang apa yang ada di pikiran lelaki tampan itu? Sebenarnya dua-duanya benar, hanya saja kali ini pening di kepala Tesa lebih menjadi-j

  • The Devil Love Me!   7. Detektif baru

    -Perempuan tinggi yang rambutnya bergelombang indah itu mendesah kesal, jemari berkuku panjangnya sibuk menekan layar ponsel dengan cepat, mengirim pesan pada seseorang, dan kemudian ia menempelkan ponsel itu ke telinga.Dering kosong terdengar lama sampai akhirnya operator mengatakan bahwa nomor yang Tesa hubungi sedang tidak aktif.“Dia tidak mungkin benar-benar keluar, kan?” ujar Tesa pada dirinya sendiri, matanya sibuk menatap layar ponselnya sendiri sementara jemarinya mengetik, mengetik pesan ancaman yang tidak main-main bar-barnya. "Akan kubunuh kalau dia betulan melakukannya tanpa diskusi denganku.”Sebagai seorang teman seperjuangan, Tesa benar-benar tidak terima dengan tingkah gila kawannya yang mendadak itu.“Kemal?”Seseorang datang membawakan dua cup kopi di tangan. Perempuan yang tidak lebih tinggi dari Tesa itu memberikan satu kopi di tangannya pada Tesa.Tesa menerimanya, lalu mengangguk singkat, pada Bianca— teman kerja seangkatan yang berbeda devisi itu.“Dia

  • The Devil Love Me!   6. Percobaan pertama gagal

    -Ide menangkap penjahat dengan mendekati hati dan memasuki sarangnya bukanlah ide buruk sama sekali, di dunia kepolisian yang penuh drama kriminal, penegak hukum harus bergerak selicin belut, mempunyai otak selicik rubah, dengan begitu mereka para kriminal yang memang pintar berkelit tidak akan bisa lolos.Tesa sudah pernah menggunakan trik ini sebelumnya, wajah ayu dan tubuh yang aduhai jelas mampu menarik perhatian kaum adam, belum lagi kepribadian Tesa yang menarik. Goda menggoda adalah hal kecil bagi Tesa. Dan tentu, semuanya berhasil tanpa perlu diragukan.Oke. Kegagalan mungkin ada, tetapi selama Tesa tidak menyerah, pada akhirnya ia akan tetap mencapai apa yang dimaunya.Tesa menemui Raphael. Berbekal keberanian dan juga satu buah kotak makan sebagai umpan ia keluar rumah dan berjalan menuju rumah depan. Rambut Tesa digerai, ia juga memakai pakaian tebal berlapis jaket dan juga syal.Tidak ada yang lebih konyol dari dirinya memakai lipstik dan berdandan tipis-tipis hanya untu

  • The Devil Love Me!   5. Dekati, masuki sarangnya dan...

    “Tidak mungkin.”Berapa kali pun Tesa memikirkannya, jawaban di kepalanya masih sama. Tidak ada. Semuanya tidak mungkin. Lelaki itu adalah kakak tetangganya dulu? Meski hanya mengingat sebagian kecil dan samar, tetapi Tesa bisa merasakan sifat yang bertolak belakang.Maksudnya, sejauh yang Tesa ingat, kakak tetangganya dulu sangatlah baik, sangat, bahkan untuk ukuran seorang anak-anak dia sangat baik. Berbanding terbalik dengan Raphael yang dilihatnya sekarang.Seperti yang Tesa bilang sebelumnya, semua orang bisa berubah, setelah lama menghilang Tesa tidak tahu kehidupan macam apa dan kejahatan apa saja yang kiranya bisa dilakukan Raphael.Tesa suda memperingati ibunya untuk tidak terlalu dekat atau sok akrab dengan lelaki penghuni rumah depan itu, dan sudah pasti, Anna mengabaikannya.Tesa memandangi langit-langit kamarnya dengan pandangan kosong, gadis cantin yang sedang berebah diri dengan pikiran kalut itu kemudian menoleh ke arah pintu balkon yang tertutup tirai.“Aku jelas tida

  • The Devil Love Me!   4. Teman masa kecil?

    Dalam satu sekon, Tesa merasa ragu bahwa yang dilihatnya itu nyata atau Cuma halusinasi semata.Tetapi setelah melihat lelaki itu melengos acuh dan berputar kembali memasuki rumah, Tesa tidak bisa tidak percaya bahwa dia— benar-benar dia. Dia laki-laki yang kemarin. Dia lak-laki yang membuat rekan tim devisi mengklaim bahwa Tesa berkhayal dan bahkan gila. Dia orang yang membuat Tesa merusak rekor bagus dalam hidupnya dengan bekerja setengah hari.Jika pun takdir benar-benar nyata, maka Tesa yakin semesta sedang berpihak padanya. Ada berjuta-juta rumah kosong di kota ini, tetapi dia justru pindah ke depan rumah Tesa.Kebetulan yang amat indah. Yang menambah kelegaan sesaat di jiwa tetapi juga menghadirkan pening berlebihan di kepala.Sorot matanya datar, bahkan tampak tak terkejut saat melihat kehadiran Tesa, seolah mereka tidak pernah bertemu sebelum ini, seolah Tesa tidak memergokinya membawa bunga yang digantungnya di rumah Elana Dey.Penjahat berdarah dingin biasanya memang tidak

DMCA.com Protection Status