Pemuda itu seolah mendatangi Noah dengan gagah perkasa. Tubuhnya sepantaran dengan Noah, namun lebih berisi dan berotot.
Dengan tatapan meremehkan, pemuda itu memandangi Noah yang sedang beristirahat duduk dan kemudian membalas menatap pemuda di depannya itu. Kini mereka saling bertatapan dalam diam.
“Sepertinya kau masih belum kenal dengan organisasi Centaur.”
Noah sempat mengernyit, kemudian mengangguk mengiyakan pernyataan pemuda itu. Jujur saja dia tidak begitu tentang organisasi itu. Yang di ketahui hanyalah Borris, Morrey, dan ayahnya merupakan anggota dari organisasi tersebut.
Pemuda itu kemudian menyilangkan tangannya di dada, sembari melangkah pelan mendekati Noah. Senyumannya tampak mencurigakan seperti sedang merencanakan sesuatu yang buruk kepada Noah.
“Aku dan teman-temanku bias mengantarkanmu keliling-keliling agar bisa lebih mengenal tempat ini.”
Senyuman licik itu masih mengembang di wajahnya, sedangka
Mata pemuda itu perlahan membuka, melihat sekeliling dengan wajah yang pucat pasi. Hanya terlihat seorang wanita yang membelakanginya selagi dirinya masih di ranjang empuk.“Kau sudah sadar?”Gendang telinganya sayup-sayup mendengar suara wanita itu berbicara kepadanya. Kini pandangannya sudah jelas, dan ruangan itu tampak seperti kamar rumah sakit.“Dimana ini?”Walaupun Noah sudah tahu dia berada di mana, apa salahnya bertanya. Wanita itu kemudian berbalik menampakkan kulit putih dan sebuah kacamata di wajahnya.“Kau sekarang berada di ruang perawatan. Kau pingsan dan dilarikan ke sini setelah pertarunganmu.”Noah tidak menyangka bisa kalah telak oleh seseorang yang seumuran dengannya selain dengan Besim. Wajahnya tertunduk malu walaupun tidak ada seorang pun yang memperhatikannya di sana, nyatanya dia malu dengan dirinya sendiri.Pemuda itu pun kembali ke ruang latihan. Kata perawat barusan latih
Pemuda itu menemukan orang yang kehidupannya lebih parah dari dirinya. Dipaksakan oleh situasi untuk menjadi kuat dan berada di tempat yang bisa membahayakan nyawanya.Mereka berdua lagi-lagi terdiam di ruangan itu, tapi Andi tampaknya sudah terlelap. Noah tidak mampu memejamkan matanya, banyak hal yang masih ada di kepalanya. Pemuda itu beranjak dari ranjangnya, berniat menemui Borris dan Morrey yang mungkin saja masih berada di markas.Pemuda itu berjalan tegap, sambil menenteng pakaian kotor itu di pundaknya. Noah terlebih dahulu menghampiri ruang pengintaian, tempat yang mereka datangi pertama kali.Namun tidak dilihatnya Morrey maupun Borris di sana, bahkan tidak terlihat seorang pun di dalam ruangan itu. Noah memperhatikan pintu ruangan itu, tampak kokoh dengan gembok yang tergantung di gagangnya.Pupus sudah niat awal untuk mencari Borris dan Morrey, dan beralih ingin berkeliling saja sendirian, siapa tahu akan bertemu mereka berdua di suatu tempat
Entah chip seperti apa yang wanita itu berikan kepada Noah, yang pasti itu bukanlah benda sembarangan. Tangannya menggenggam erat benda kecil itu dan bergegas menuju ruang perawatan. Mungkin lebih baik untuk tidak menunjukkan benda ini ke sembarangan orang, jadi harus dia jaga baik-baik.Wanita perawat itu duduk sambil merapikan balutan perban di tubuh Noah. Tulang rusuknya sedikit retak karena bantingan keras itu. Orang sangar itu sudah seperti beruang saja, badan dan tenaga sama besarnya.“Sudah. Cepatlah kembali ke ruanganmu, istirahat!”Sikap perawat wanita itu sedikit jutek kepada Noah, entah karena apa. Tapi jika dipikir-pikir, pergi ke ruang perawatan dengan tulang rusuk retak di jam satu dini hari memang sedikit tidak masuk akal untuk terjadi di markas yang tertib seperti ini.Kebanyakan kandidat sudah tidur di ranjang mereka masing-masing, walaupun masih ada beberapa ranjang yang kosong. Noah merebahkan tubuhnya dan ber
Halo teman-teman pembaca The Deepest Emotions. Author ingin menyampaikan kabar yang kurang menyenangkan, karena mulai tanggal 2 Mei 2022 sampai tanggal 9 Mei 2022, novel The Deepest Emotions akan hiatus terlebih dahulu karena Author memiliki beberapa kesibukan. Sudah dua bulan novel The Deepest Emotions sudah berjalan, dan Author terus berharap agar novel ini bisa tamat dengan ending yang tidak pembaca sangka-sangka. Sedikit informasi, novel Thriller ini merupakan karya fiksi Author yang sedikit tertarik dengan jalan cerita dari serial Superhero Marvel, Hulk. Dan inilah karya orisinil dari Author dengan terinspirasi dari cerita tersebut. Namun karena hambatan yang sudah disebutkan di atas, novel ini akan rehat sejenak. Maka dari itu, Author memohon maaf dengan sebesar-besarnya. Tapi tenang saja, novel ini akan terus berlanjut hingga tamat. Karena itu, tetap dukung Author yaa...!!!
Senyuman manis dan haru mengembang di wajah wanita itu, seolah sudah lama tidak bertemu karena terakhir kali mereka berpisah di saat insiden pengeboman itu. matanya sempat berkaca-kaca namun sempat dia tahan, dan pelupuk matanya basah kemudian dia usap dengan tangannya.Noah merasa lega selega-leganya bisa melihat Vilma dengan kondisi prima seperti itu. Tapi sekarang dia perlu fokus dengan kewajibannya saat ini.Seluruh kandidat akhirnya diberikan perintah untuk mengikuti pemandu acara tadi ke ruangan mereka masing-masing.Noah menunggu suasana lebih sepi, selagi Vilma dan Tuan Chris yang perlahan turun dari podium dan menuju ke arahnya. Andi masih ada di sampingnya, tapi dia abaikan saja.Mereka bertiga, ditambah Andi yang hanya mengekor itu pun berkumpul di depan teras gedung. Vilma melompat ke arah Noah dan langsung memeluk pemuda itu sambil sesegukan pelan. Matanya sembab sambil mencoba menutup wajahnya di pundak pemuda yang beruntung itu.Kedu
Wanita itu berjalan ke depan dan membuka secarik kertas yang terlipat di tangannya. Dia adalah wanita yang pernah Noah temui sewaktu di jembatan. Kalau Noah tidak salah ingat, namanya adalah Mona.“Perkenalkan namaku adalah Mona, dan pria di sampingku ini adalah Mr. A. Kami di sini sebagai pengajar kalian selama kalian belajar teori pertarungan jarak dekat, dan aku ingatkan sekali lagi—sebagai pengajar yang baik, kelas ini hanya mengajar teori, kelas praktik akan berlangsung setelah kalian menyelesaikan tugas teori kalian masing-masing.”Semua kandidat melongo, kemudian menampakkan raut wajah kecewa. Tidak ada yang tahu kalau mereka akan benar-benar belajar secara teori tentang pertarungan jarak dekat.Kedua pengajar itu kemudian bertukar posisi dan kemudian salah satunya diberi kesempatan berbicara. Semuanya tidak diberi kesempatan untuk berbicara kecuali jika pengajar memberikan kesempatan. Hanya puluhan meja yang membentang di sana, dan manu
Lima menit sebelum pertarungan dimulai, Ms. Ferome tampak sedang berdiskusi dengan Mr. A entah tentang apa, yang pasti wanita itu tampak percaya diri setiap kepalanya mengangguk mendengar Mr. A yang membisik di telinganya.“Baiklah, Mr. Cassenn—sudah siap?”“Ya.”Mereka memulai pertarungan tanpa aba-aba. Tidak ada peraturan apa pun terkait pertarungan itu, entah tidak boleh menendang, menyekik, dan sebagainya.Ms. Ferome hanya melangkah kecil ke samping kiri dan kanannya, tidak menunjukkan sama sekali niat ingin menyerang pemuda di depannya itu, sedangkan Noah dengan perlahan mencoba mendekati wanita itu dari samping seolah tahu dengan strategi yang dibuat oleh Mr. A.Pemuda itu berpikir untuk menyerang wanita itu ketika matanya terlalu fokus dengan pergerakan Noah, sehingga dia punya kesempatan untuk menyerang secara mendadak tepat ke arah wanita itu.Tapi kepercayaan diri pemuda itu lenyap dalam sekejap ketika
Sosok itu terlihat sedang memegang sebuah kantung berwarna cokelat sambil seolah menunggu kedatangan seseorang. Noah memicingkan matanya, berusaha melihat sosok itu dengan jelas dari kejauhan. “Vilma?” “Instruktur Mona memberitahuku kalau kau sedang menemui Mr. A.” “Ah...” Pemuda itu melihat Vilma yang perlahan menyodorkan kantung yang dipegangnya, kemudian wajahnya tampak serius memandangi wajah Noah yang tidak terlalu jelas karena gelap. “Aku membawa barang ini atas perintah ayahku. Kau akan memerlukannya nanti.” Pemuda itu meraih kantung tersebut dan melihat isinya. Hanya sebuah senter kecil dan selembar kertas kosong. Wajahnya tampak bingung, namun mendengar ucapan Vilma kalau barang ini akan diperlukan nanti, jadi ia tidak perlu memusingkannya sekarang. Mereka berjalan berdampingan menyusuri koridor yang gelap itu sambil berbincang ringan. “Bagaimana keadaanmu sekarang?” “Ah, iya. Aku tidak apa-apa, hanya saja aku masih perlu menemui psikolog untuk mengatasi traumaku. Ban