Pertemuan pertama antara keluarga kerajaan Denmark, dan keluarga Geovan masih dalam tahap saling mengenal. Pembahasan ternyata belum terlalu dalam, karena kebetulan yang hadir hanya kakek dan nenek Stanley. Sementara kedua orang tua Stanley berhalangan hadir, dikarenakan ada urusan yang tak bisa ditinggal.
Pesta penyambutan kehadiran keluarga Geovan terbilang cukup mewah. Memasuki masih tahap saling mengenal, tetap membuat sang raja berkuasa memberikan sambutan yang luar biasa pada keluarga yang memiliki pengaruh pada pusat bisnis dunia. “Shakira, ini sudah malam. Kau jangan pulang. Menginap saja di istana,” ucap Raja Jokum, meminta putri nomor duanya untuk menginap. Acara pengenalan telah usai. Keluarga Geovan telah meninggalkan istana. Waktu menunjukkan pukul dua belas malam, dan sang raja meminta Shakira untuk menginap di istana. Malam yang sudah larut, membuat sang raja khawatir pada putrinya. “Tidak usah, Dad. Aku ingin pulang. Mom sendirian. Aku tidak mau membuat Mom khawatir padaku,” jawab Shakira. “Shakira, ini sudah malam. Hal buruk bisa saja menimpamu di malam hari,” kata Raja Jokum, tak suka di kala putrinya membantah. “Dad, tapi—” “Ini perintah, Shakira. Kau juga memiliki kamar khusus di istana, tapi jarang sekali kau tempati. Malam ini kau wajib menginap,” tegas Raja Jokum, tak ingin dibantah. Detik selanjutnya sang raja memilih untuk melangkah meninggalkan tempat itu. Shakira berdecak tak suka di kala ayahnya pergi begitu saja. Dia ingin sekali kembali ke rumah, karena dia yakin pasti ibunya menunggu dirinya. Namun, jika sudah seperti ini, maka mau tak mau dirinya harus bermalam di istana. Ratu Asta mendekat ke arah Shakira di kala sang raja sudah pergi. Pun Shula mendekat ke arah Shakira, bersamaan dengan ibunya. Mereka tampak menatap dingin, dan tajam Shakira. Tatapan yang menunjukkan jelas rasa kemarahan tertahan. “Kau tahu apa kesalahanmu, Shakira?” tanya Ratu Asta, dengan nada penuh amarah tertahan. Shakira tetap tenang, meski mendapatkan tatapan tajam dari ibu tirinya. “Aku tidak melakukan kesalahan apa pun.” “Bohong! Stanley mengajakmu berdansa! Itu sebuah kesalahan besar!” seru Shula keras. Shakira berdecak kesal. “Kau mengerti kata mengajak? Kenapa kau malah menyalahkanku? Stanley yang mangajakku berdansa. Bukan aku.” “Harusnya tadi kau berbasa-basi menolak. Kau harus ingat posisimu!” kata Shula lagi tajam. “Apa yang Shula katakan benar. Harusnya kau menolak. Ingat, Shakira, kau ini hanya anak gundik! Kau tidak layak berada di istana ini! Kau diundang, karena ayahmu kasihan padamu. Jadi, jangan bertindak kau adalah orang penting di sini!” sambung Ratu Asta. Shakira tersenyum samar mendengar apa yang dikatakan oleh sang ratu. Ini bukan pertama kali ibu tirinya itu menghinanya. Dia bahkan sudah sangat amat terbiasa akan hinaan dari yang terlontar dari ibu tiri dan kakak tirinya. Setelah pesta berakhir, dan keluarga Geovan berpamitan pulang, tentu Shakira sudah menduga dirinya akan mendapatkan teguran keras dari ibu tiri, dan kakak tirinya. Hal itu disebabkan, karena selama dirinya berdansa dengan Stanley, dirinya mendapatkan tatapan tajam dari ibu tiri, dan kakak tirinya. “Kenapa kalian ini hanya menegurku saja? Kenapa kalian tidak menegur Stanley yang mengajakku berdansa. Aku ini hanya menghormati keluarga Geovan yang merupakan tamu penting Dad. Lagi pula, jika aku menolak dansa bukankah itu sangat tidak sopan? Aku harap kalian bisa gunakan otak kalian dengan baik,” terang Shakira tanpa rasa takut. “Kau—” Ratu Asta tak suka dilawan. Sang ratu hendak memberikan tamparan, tapi Shakira dengan sigap menepis kasar tangan sang ratu. “Aw—” Ratu Asta menjerit kesakitan di kala tangannya ditepis kasar oleh Shakira. “Mom, wanita ini sudah tidak waras.” Shula memeluk lengan ibunya, meminta ibunya untuk tidak memukul Shakira. Sebab, dia tahu betapa liarnya Shakira. Shakira menatap dingin Shula dan Ratu Asta. “Beberapa tahun lalu, mungkin aku adalah sosok yang lemah. Tapi, sekarang aku adalah orang yang berbeda. Apalagi kejadian di mana kalian merendahkan ibuku, membuatku harus tanggung melawan dua ular seperti kalian. Ini sudah malam. Aku ingin istirahat. Jangan ada yang berani menggangguku. Jika kalian berani menggangguku, maka kalian akan tahu akibatnya.” Shakira Laursen bukan lagi sosok yang lemah seperti beberapa tahun lalu. Dia berubah drastis, karena hantaman hinaan bertubi-tubi. Pun pernah ada suatu titik di mana ibunya dihina oleh banyak anggota kerajaan. Hal itu yang membuatnya meneguhkan diri untuk menjadi sosok yang kuat. Sebab, jika dirinya masih lemah, maka ibu tiri dan kakak tirinya akan dengan mudah menindasnya. “Berengsek! Dasar anak pelacur!” geram Ratu Aska di kala melihat Shakira sudah pergi. Shula menatap tajam ke bayang-bayang Shakira. “Sekarang dia sudah semakin kurang ajar pada kita, Mom.” Ratu Asta mengepalkan tangannya. “Nanti Mom akan berikan dia pelajaran berharga. Kau tidak perlu khawatir, Shula. Fokus saja pada rencana perjodohanmu dengan Stanley Geovan. Buat keluarga Geovan semakin menyukaimu.” Shula mengangguk, penuh rasa yakin. “Mom, kau jangan khawatir. Aku akan pastikan seluruh keluarga Geovan menyukaiku.” Ratu Asta tersenyum seraya membelai pipi Shula. “Kau memang yang terbaik. Mommy selalu bangga padamu.” *** Sebuah mobil Rolls Royce meluncur membelah kota di malam hari. Tampak Stanley duduk dengan tenang di kursi depan, tepat di samping sang sopir. Sementara William dan Marsha—kakek dan nenek Stanley berada di kursi belakang. “Jadi, Shula yang akan kau jodohkan padaku, Grandpa?” tanya Stanley seraya melirik kakeknya dari spion tengah. William mengangguk. “Ya, dia akan menjadi calon ratu masa depan.” Stanley tersenyum samar. “Bagaimana jika aku tidak tertarik pada Shula? Apa kau akan memaksaku?” Stanley Geovan—sosok pria tampan yang menyukai kebebasan. Hidupnya selama ini tak suka diatur-atur oleh siapa pun. Bahkan orang tuanya saja kesulitan mengaturnya. Namun ada sosok yang paling Stanley hormati yaitu William Geovan—kakek Stanley. Beberapa tahun belakangan, Stanley selalu dipaksa untuk mengikuti blind date, tetapi tentu Stanley selalu menolak. Puncaknya, tahun lalu William terkena serangan jantung. Hal itu yang membuat William meminta Stanley untuk patuh yaitu mau dijodohkan dengan keturunan dari kerajaan Denmark. Stanley yang menyukai kebebasan, sempat menolak permintaan sang kakek. Akan tetapi, karena kondisi kakeknya menurun, itu yang membuat Stanley memilih untuk mengikuti keinginan sang kakek. Pun selama ini memamg pria itu tak mudah tertarik pada wanita. Dia berpikir mungkin jika dirinya mau dikenalkan oleh keturunan kerajaan Denmark, membuatnya sedikit ada rasa ketertarikan pada sosok wanita. “Kau tidak tertarik pada Shula?” tanya William seraya menatap cucunya yang duduk di kursi depan. Stanley tersenyum samar. “Shula cantik, anggun, dan menawan. Aku mengakui itu. Tapi, entah aku tidak tahu kenapa, tidak ada magnet kuat yang membuatku tertarik padanya.” William mengembuskan napas kasar. “Kau masih baru mengenal Shula. Pelan-pelan nanti kau akan jatuh hati padanya. Jangan terburu-buru.” Marsha menatap sang suami dengan hati-hati. “Sayang, aku ingin bertanya sesuatu padamu.” William menoleh, menatap Marsha. “Katakan, apa yang ingin kau tanyakan?” “Sayang, kenapa Shula dipanggil Yang Mulia, atau Tuan Putri, sedangkan Shakira hanya dipanggil dengan sebutan Nona?” tanya Marsha penasaran sejak tadi ingin tahu. Stanley tampak tertarik mendengar pertanyaan Marsha. William berdeham sebentar. “Shakira lahir dari anak seorang selir, bukan anak permaisuri. Sebelumnya, aku sudah mencari tahu tentang Raja Jokum. Dalam tatanan istana kerajaan Denmark, anak selir tidak diakui di keluarga kerajaan. Itu kenapa gelar Shakira tidak ada. Kelak jika Raja Jokum sudah tidak ada, Shula yang akan menggantikan memimpin negeri.” Marsha mengangguk paham. “Sekarang aku mengerti. Pantas saja sejak tadi aku merasa aneh setiap kali pelayan memanggil Shula dengan panggilan Yang Mulia, atau Tuan Putri, sedangkan Shakira hanya dipanggil Nona. Rasa penasaranku sudah terjawab.” Stanley yang duduk di kursi depan, melukiskan senyuma samar di kala mendapatkan sedikit informasi tentang Shakira. ‘Ah, rupanya wanita itu bukan anggota kerajaan,’ batinnya engan sorot mata penuh arti khusus.Suasana pagi di istana megah menunjukkan jelas kemewahaan. Hidup di istana tentunya tertata dengan sempurna. Para pelayan sejak tadi sibuk mondar-mandir mengantarkan makanan lezat ke meja makan. Meski yang ada di meja makan itu hanya empat orang, tetapi sarapan yang terhidang untuk anggota kerajaan tentunya sangat sempurna. “Shakira, hari Shula memiliki jadwal berlatih berkuda. Kau ikut dengan Shula dulu sebelum pulang. Nanti sopir akan mengantarmu,” ucap Raja Jokum pada Shakira. “Dad, aku tidak suka diganggu saat latihan berkuda. Hadirnya Shakira hanya menggangguku,” kata Shula menolak tegas Shakira ikut latihan berkuda dengannya. Shakira menghela napas dalam, dan memutar bola mata malas. “Aku tidak tertarik berlatih berkuda bersama Shula. Putri kesayanganmu itu pasti akan mengamuk tidak jelas saat kalah dariku.” Ini merupakan sebuah fakta. Setiap kali Shakira berlatih berkuda dengan Shula, dan Shakira menang maka pasti Shula akan marah besar. Hal itu yang membuat Shakira malas
Stanley meluncur bebas di jalanan Kopenhagen, merasakan angin segar yang menerpa wajahnya. Mobil mewahnya melaju dengan lancar di antara bangunan-bangunan bersejarah dan kanal yang indah. Tampak Shakira yang duduk di sampingnya, menikmati pemandangan kota yang menawan. Namun, ketika mobil Stanley melewati taman-taman yang rimbun dan kafe-kafe yang ramai, pria tampan itu tiba-tiba berbelok ke arah jalan kecil yang mengarah ke luar kota. “Stanley? Kita ingin ke mana?” tanya Shakira menoleh, menatap Stanley dengan tatapan sedikit bingung. “Ke tempat yang special,” jawab Stanley dengan senyum misterius. Pria tampan itu menambah kecepatan, dan mobilnya meluncur dengan lincah, melewati pepohonan yang hijau dan ladang terbuka. Shakira merasa berdebar, campuran antara rasa penasaran dan kegembiraan. Lidahnya tak tahan ingin mengeluarkan pertanyaan, tetapi dia mengurungkan niatnya. Dia memilih untuk menahan diri, dan tidak langsung bertanya pada Stanley ke mana akan membawa pergi dirinya.
Shakira menang, memimpin dengan senyuman puas. Tatapannya sedikit meledek Shula yang tertinggal di belakang. Tampak jelas raut wanita itu bangga karena berhasil unggul daripada Shula. Ya, tentu kemenangan Shakira, membuat Shula sangat marah. Bahkan sejak tadi tatapan mata Shula menatap tajam Shakira—seakan menunjukkan bahwa mereka adalah musuh. Padahal jelas mereka memiliki darah yang sama. “Kau licik, Shakira!” seru Shula seraya turun dari kuda, dan menghampiri Shakira. Shakira tersenyum tipis melihat kemarahan di wajah Shula. “Ini bukan pertama kali aku menang darimu, kenapa kau sekarang mengatakan bahwa aku licik? Ck! Memalukan! Tuan Putri yang tidak bisa menerima kekalahan.” Shula mengepalkan tangannya kuat mendengar ledekan yang lolos di bibir Shakira. “Anak gundik tidak tahu diri!” geramnya penuh amarah. Shakira mendekat, melayangkan tatapan tajam pada Shula. “Ibuku bahkan jauh lebih terhormat daripada ibumu yang seorang ratu. Kau tahu, kenapa? Ibuku tidak memiliki sifat lic
Shakira duduk di balkon kamar, di kala rasa kantuk tak kunjung datang. Tampak jelas sorot matanya lurus ke depan, melihat pemandangan malam yang sunyi, dan hening. Angin berembus cukup kencang menyentuh kulit mulusnya. Jarum jam terus bergerak, tetapi sayangnya Shakira tak kunjung mengantuk. “Shakira,” panggil Filipa seraya melangkah masuk ke dalam kamar Shakira. Shakira mendongak, menatap ibunya yang muncul di hadapannya. “Mommy? Kau belum tidur?” tanyanya cukup terkejut melihat ibunya mendatangi kamarnya. Filipa mengangguk, sambil duduk di samping Shakira. “Ya, Sayang. Mommy belum mengantuk. Kau sendiri kenapa belum tidur?” “Aku belum mengantuk, Mom,” jawab Shakira lembut. Filipa tersenyum hangat. “Kebetulan kau belum mengantuk. Ada hal yang ingin Mommy sampaikan padamu.” “Ada apa, Mom?” tanya Shakira sambil menatap Filipa. Filipa menyentuh tangan Shakira. “Tadi Daddy-mu menghubungi Mommy.” “Oke, lalu?” tanya Shakira lagi, tampak tak berminat, tetapi dia juga tak mungkin men
Gerakan yang ditimbulkan Shakira membuat tatapan semua orang tertuju pada wanita cantik itu. Ya, tentu hal itu membuat Shakira menjadi gelagapan dan panik—apalagi tatapan ibu tiri dan kakak tirinya begitu menusuk padanya seakan dirinya telah melakukan sebuah kesalahan besar. Shakira kikuk, dan mencoba untuk tenang meski semua orang kini menatap dirinya. Namun, meski dirinya berupaya untuk tenang tetap saja, sangat sulit. Sebab, tatapan semua orang membuatnya menjadi salah tingkah. Sungguh, Shakira benci kondisi seperti ini. “Ah, maaf, aku tidak sengaja menjatuhkan pisauku.” Shakira buru-buru meminta maaf, dan hendak kembali mengambil pisaunya yang jatuh, tetapi geraknya terhenti karena pelayan sudah lebih dulu sigap mengambil pisau Shakira yang jatuh di lantai, dan mengganti dengan pisau baru. Shakira berada di kerajaan. Tidak akan mungkin pisau yang jatuh di lantai diambil kembali dan dia gunakan. Satu-satunya cara adalah mengganti pisau yang baru. Sebab, pisau yang jatuh ke lanta
Shakira menatap cermin setelah dia mencuci tangan. Wanita cantik itu tampak sedikit muram, dan beberapa kali sampai harus mengatur napasnya. Entah, dia tak mengerti kenapa dengan dirinya. Padahal semula semua baik-baik saja. Namun, sejak di mana ayahnya memberikan pengumuman rencana pertunangan Stanley dan Shakira, membuat perasaannya terasa campur aduk tak menentu. “Kau ini kenapa, Shakira?” gumam Shakira kesal pada dirinya sendiri. Beberapa detik, Shakira memejamkan mata seraya menyandarkan punggung ke dinding toilet. Dia merasa bahwa dirinya sudah tidak waras. Harusnya dia bersikap tak peduli, tapi kenapa malah memikirkan? Ini benar-benar sangat konyol, dan tak masuk akal. “Ck! Lupakan! Fokus pada dirimu sendiri!” gerutu Shakira, lalu dia beranjak pergi meninggalkan toilet, tetapi seketika dia terkejut di kala dirinya menabrak tubuh tinggi tegap yang ada di depan toilet. “Awww—” Shakira mengaduh kesakitan seraya mengusap keningnya, dan mendongak terkejut menatap Stanley yang
Hal yang dilakukan Shakira di kala pagi telah menyapa adalah bersiap untuk pulang. Wanita cantik itu tak ingin berlama-lama berada di istana. Sebab, menurutnya ini bukanlah tempatnya. Meski anak dari seorang raja berkuasa di Denmark, tetapi dia sangat tahu posisi di mana dirinya berasal. Shakira melirik jam dinding, dia segera mengemasi barang pribadinya. Dia tak membawa banyak barang. Hanya beberapa alat make up pribadi, dompet, dan ponsel. Semua barang-barang mewah seperti gaun dan perhiasan dia tinggalkan di kamarnya yang ada di istana. Raja Jokum memberikan kamar khusus untuk Shakira di istana. Kamar yang memang hanya bisa Shakira yang gunakan. Bisa dikatakan kamar megah itu sangat jarang Shakira tempati. Sebab, Shakira lebih menyukai tinggal di rumahnya dengan ibunya daripada harus tinggal di istana megah. “Nona Shakira?” sapa seorang pelayan tepat di kala Shakira melangkah keluar dari kamar. Shakira menghentikan langkahnya, dan menatap sang pelayan dengan lekat. “Ya? Ada a
Berita pertunangan Stanley dan Shula telah menggemparkan media Amerika, dan Eropa. Tentu sosok Stanley yang merupakan keturunan billionaire berpengaruh dunia, menjadi sorotan. Terlebih apalagi sosok yang menikah dengan Stanley adalah Shula—yang merupakan calon ratu Denmark. Setiap hari, seluruh media selalu membicarakan rencana pertunangan Stanley dan Shula. Seakan media tidak bosan membahas pasangan itu. Selalu ada saja yang menjadi topik hangat yang diperbincangkan, mulai dari awal mula kisah Stanley dan Shula, hingga media juga sempat berpikir perjodohan bisnis antara Stanley dan Shula. Ya, berita tentang pertunangan Stanley dan Shula, telah membuat saham Geovan Group di pasar saham naik cukup tajam. Pun popularitas Shula sebagai calon ratu Denmark semakin disorot. Setiap kali hal yang dilakukan Shula seakan dianggap bagaikan dewi. Hal yang membuat publik menganggap Shula bagaikan seorang dewi, karena Shula kerap menyumbangkan uang ke Yayasan kanker, panti asuhan, dan bahkan ter
Berita pertunangan Stanley dan Shula telah menggemparkan media Amerika, dan Eropa. Tentu sosok Stanley yang merupakan keturunan billionaire berpengaruh dunia, menjadi sorotan. Terlebih apalagi sosok yang menikah dengan Stanley adalah Shula—yang merupakan calon ratu Denmark. Setiap hari, seluruh media selalu membicarakan rencana pertunangan Stanley dan Shula. Seakan media tidak bosan membahas pasangan itu. Selalu ada saja yang menjadi topik hangat yang diperbincangkan, mulai dari awal mula kisah Stanley dan Shula, hingga media juga sempat berpikir perjodohan bisnis antara Stanley dan Shula. Ya, berita tentang pertunangan Stanley dan Shula, telah membuat saham Geovan Group di pasar saham naik cukup tajam. Pun popularitas Shula sebagai calon ratu Denmark semakin disorot. Setiap kali hal yang dilakukan Shula seakan dianggap bagaikan dewi. Hal yang membuat publik menganggap Shula bagaikan seorang dewi, karena Shula kerap menyumbangkan uang ke Yayasan kanker, panti asuhan, dan bahkan ter
Hal yang dilakukan Shakira di kala pagi telah menyapa adalah bersiap untuk pulang. Wanita cantik itu tak ingin berlama-lama berada di istana. Sebab, menurutnya ini bukanlah tempatnya. Meski anak dari seorang raja berkuasa di Denmark, tetapi dia sangat tahu posisi di mana dirinya berasal. Shakira melirik jam dinding, dia segera mengemasi barang pribadinya. Dia tak membawa banyak barang. Hanya beberapa alat make up pribadi, dompet, dan ponsel. Semua barang-barang mewah seperti gaun dan perhiasan dia tinggalkan di kamarnya yang ada di istana. Raja Jokum memberikan kamar khusus untuk Shakira di istana. Kamar yang memang hanya bisa Shakira yang gunakan. Bisa dikatakan kamar megah itu sangat jarang Shakira tempati. Sebab, Shakira lebih menyukai tinggal di rumahnya dengan ibunya daripada harus tinggal di istana megah. “Nona Shakira?” sapa seorang pelayan tepat di kala Shakira melangkah keluar dari kamar. Shakira menghentikan langkahnya, dan menatap sang pelayan dengan lekat. “Ya? Ada a
Shakira menatap cermin setelah dia mencuci tangan. Wanita cantik itu tampak sedikit muram, dan beberapa kali sampai harus mengatur napasnya. Entah, dia tak mengerti kenapa dengan dirinya. Padahal semula semua baik-baik saja. Namun, sejak di mana ayahnya memberikan pengumuman rencana pertunangan Stanley dan Shakira, membuat perasaannya terasa campur aduk tak menentu. “Kau ini kenapa, Shakira?” gumam Shakira kesal pada dirinya sendiri. Beberapa detik, Shakira memejamkan mata seraya menyandarkan punggung ke dinding toilet. Dia merasa bahwa dirinya sudah tidak waras. Harusnya dia bersikap tak peduli, tapi kenapa malah memikirkan? Ini benar-benar sangat konyol, dan tak masuk akal. “Ck! Lupakan! Fokus pada dirimu sendiri!” gerutu Shakira, lalu dia beranjak pergi meninggalkan toilet, tetapi seketika dia terkejut di kala dirinya menabrak tubuh tinggi tegap yang ada di depan toilet. “Awww—” Shakira mengaduh kesakitan seraya mengusap keningnya, dan mendongak terkejut menatap Stanley yang
Gerakan yang ditimbulkan Shakira membuat tatapan semua orang tertuju pada wanita cantik itu. Ya, tentu hal itu membuat Shakira menjadi gelagapan dan panik—apalagi tatapan ibu tiri dan kakak tirinya begitu menusuk padanya seakan dirinya telah melakukan sebuah kesalahan besar. Shakira kikuk, dan mencoba untuk tenang meski semua orang kini menatap dirinya. Namun, meski dirinya berupaya untuk tenang tetap saja, sangat sulit. Sebab, tatapan semua orang membuatnya menjadi salah tingkah. Sungguh, Shakira benci kondisi seperti ini. “Ah, maaf, aku tidak sengaja menjatuhkan pisauku.” Shakira buru-buru meminta maaf, dan hendak kembali mengambil pisaunya yang jatuh, tetapi geraknya terhenti karena pelayan sudah lebih dulu sigap mengambil pisau Shakira yang jatuh di lantai, dan mengganti dengan pisau baru. Shakira berada di kerajaan. Tidak akan mungkin pisau yang jatuh di lantai diambil kembali dan dia gunakan. Satu-satunya cara adalah mengganti pisau yang baru. Sebab, pisau yang jatuh ke lanta
Shakira duduk di balkon kamar, di kala rasa kantuk tak kunjung datang. Tampak jelas sorot matanya lurus ke depan, melihat pemandangan malam yang sunyi, dan hening. Angin berembus cukup kencang menyentuh kulit mulusnya. Jarum jam terus bergerak, tetapi sayangnya Shakira tak kunjung mengantuk. “Shakira,” panggil Filipa seraya melangkah masuk ke dalam kamar Shakira. Shakira mendongak, menatap ibunya yang muncul di hadapannya. “Mommy? Kau belum tidur?” tanyanya cukup terkejut melihat ibunya mendatangi kamarnya. Filipa mengangguk, sambil duduk di samping Shakira. “Ya, Sayang. Mommy belum mengantuk. Kau sendiri kenapa belum tidur?” “Aku belum mengantuk, Mom,” jawab Shakira lembut. Filipa tersenyum hangat. “Kebetulan kau belum mengantuk. Ada hal yang ingin Mommy sampaikan padamu.” “Ada apa, Mom?” tanya Shakira sambil menatap Filipa. Filipa menyentuh tangan Shakira. “Tadi Daddy-mu menghubungi Mommy.” “Oke, lalu?” tanya Shakira lagi, tampak tak berminat, tetapi dia juga tak mungkin men
Shakira menang, memimpin dengan senyuman puas. Tatapannya sedikit meledek Shula yang tertinggal di belakang. Tampak jelas raut wanita itu bangga karena berhasil unggul daripada Shula. Ya, tentu kemenangan Shakira, membuat Shula sangat marah. Bahkan sejak tadi tatapan mata Shula menatap tajam Shakira—seakan menunjukkan bahwa mereka adalah musuh. Padahal jelas mereka memiliki darah yang sama. “Kau licik, Shakira!” seru Shula seraya turun dari kuda, dan menghampiri Shakira. Shakira tersenyum tipis melihat kemarahan di wajah Shula. “Ini bukan pertama kali aku menang darimu, kenapa kau sekarang mengatakan bahwa aku licik? Ck! Memalukan! Tuan Putri yang tidak bisa menerima kekalahan.” Shula mengepalkan tangannya kuat mendengar ledekan yang lolos di bibir Shakira. “Anak gundik tidak tahu diri!” geramnya penuh amarah. Shakira mendekat, melayangkan tatapan tajam pada Shula. “Ibuku bahkan jauh lebih terhormat daripada ibumu yang seorang ratu. Kau tahu, kenapa? Ibuku tidak memiliki sifat lic
Stanley meluncur bebas di jalanan Kopenhagen, merasakan angin segar yang menerpa wajahnya. Mobil mewahnya melaju dengan lancar di antara bangunan-bangunan bersejarah dan kanal yang indah. Tampak Shakira yang duduk di sampingnya, menikmati pemandangan kota yang menawan. Namun, ketika mobil Stanley melewati taman-taman yang rimbun dan kafe-kafe yang ramai, pria tampan itu tiba-tiba berbelok ke arah jalan kecil yang mengarah ke luar kota. “Stanley? Kita ingin ke mana?” tanya Shakira menoleh, menatap Stanley dengan tatapan sedikit bingung. “Ke tempat yang special,” jawab Stanley dengan senyum misterius. Pria tampan itu menambah kecepatan, dan mobilnya meluncur dengan lincah, melewati pepohonan yang hijau dan ladang terbuka. Shakira merasa berdebar, campuran antara rasa penasaran dan kegembiraan. Lidahnya tak tahan ingin mengeluarkan pertanyaan, tetapi dia mengurungkan niatnya. Dia memilih untuk menahan diri, dan tidak langsung bertanya pada Stanley ke mana akan membawa pergi dirinya.
Suasana pagi di istana megah menunjukkan jelas kemewahaan. Hidup di istana tentunya tertata dengan sempurna. Para pelayan sejak tadi sibuk mondar-mandir mengantarkan makanan lezat ke meja makan. Meski yang ada di meja makan itu hanya empat orang, tetapi sarapan yang terhidang untuk anggota kerajaan tentunya sangat sempurna. “Shakira, hari Shula memiliki jadwal berlatih berkuda. Kau ikut dengan Shula dulu sebelum pulang. Nanti sopir akan mengantarmu,” ucap Raja Jokum pada Shakira. “Dad, aku tidak suka diganggu saat latihan berkuda. Hadirnya Shakira hanya menggangguku,” kata Shula menolak tegas Shakira ikut latihan berkuda dengannya. Shakira menghela napas dalam, dan memutar bola mata malas. “Aku tidak tertarik berlatih berkuda bersama Shula. Putri kesayanganmu itu pasti akan mengamuk tidak jelas saat kalah dariku.” Ini merupakan sebuah fakta. Setiap kali Shakira berlatih berkuda dengan Shula, dan Shakira menang maka pasti Shula akan marah besar. Hal itu yang membuat Shakira malas
Pertemuan pertama antara keluarga kerajaan Denmark, dan keluarga Geovan masih dalam tahap saling mengenal. Pembahasan ternyata belum terlalu dalam, karena kebetulan yang hadir hanya kakek dan nenek Stanley. Sementara kedua orang tua Stanley berhalangan hadir, dikarenakan ada urusan yang tak bisa ditinggal. Pesta penyambutan kehadiran keluarga Geovan terbilang cukup mewah. Memasuki masih tahap saling mengenal, tetap membuat sang raja berkuasa memberikan sambutan yang luar biasa pada keluarga yang memiliki pengaruh pada pusat bisnis dunia. “Shakira, ini sudah malam. Kau jangan pulang. Menginap saja di istana,” ucap Raja Jokum, meminta putri nomor duanya untuk menginap. Acara pengenalan telah usai. Keluarga Geovan telah meninggalkan istana. Waktu menunjukkan pukul dua belas malam, dan sang raja meminta Shakira untuk menginap di istana. Malam yang sudah larut, membuat sang raja khawatir pada putrinya. “Tidak usah, Dad. Aku ingin pulang. Mom sendirian. Aku tidak mau membuat Mom khawa