“Enyah kau dari hadapanku! Kau tidak pernah diterima di sini! Kau bukan anggota Kerajaan! Ingat posisimu, kau hanya anak gundik!”
Suara seorang wanita cantik, dengan aura wajah bangsawan tampak menunjukkan keangkuhan. Mahkota berlian di atas kepalanya menandakan bahwa dia adalah seorang putri Raja. Wanita cantik itu berbicara pada sosok wanita yang bahkan jauh lebih cantik darinya. Namun, sayang wanita yang berparas jauh lebih cantik itu hanya berasal dari kalangan rendah. “Aku ke sini, karena permintaan Dad! Minggir kau!” Wanita yang jauh lebih cantik itu bernama Shakira, paras perpaduan Amerika dan Eropa, membuatnya tampak elegan meski tanpa adanya mahkota berlian di atas kepalanya. Sang wanita cantik yang memakai mahkota Kerajaan itu bernama Shula, dan menyerukan suara yang lantang, “Dad sedang tidak ada! Pergi kau! Aku muak melihatmu berada di istana!” Shakira berdecih sinis mendengar ucapan Shula, kakak tirinya yang tak pernah sedikit pun menyukainya. “Kau bohong! Jika Dad tidak ada, maka Dad tidak akan mungkin memintaku untuk datang!” “Kau—” Shula hendak menampar Shakira, tapi dengan sigap Shakira menangkap tangan kakak tirinya itu. Tampak jelas aura kemarahan di wajah Shakira terlukis jelas. “Akh—” Shula merintih kesakitan di kala Shakira mencengkeram kuat pergelangan tangannya. “L-lepaskan aku, Sialan!” Shakira tersenyum meremehkan. “Kau yang memulai ingin menamparku. Tindakanku hanya melindungi diriku dari sosok angkuh sepertimu.” Shula menjerit kesakitan di kala Shakira semakin mencengkeram pergelangan tangannya. “S-Shakira, tanganku sakit, Sialan! Lepaskan aku!” “Berhenti! Ada apa ini?!” Raja Jokum menghardik keras dua putrinya yang bertengkar. “Dad?” Shula menatap sang ayah, meminta perlindungan. Shakira menghempaskan kasar tangan Shula ke udara, dan tepat di kala cengkeraman terlepas—Shula berlari sambil memeluk ayah mereka. Tampak mata Shakira memutar malas melihat tingkah kakak tirinya. “Dad, Shakira melukaiku. Kau harus menghukumnya,” seru Shula mengadu pada sang ayah. “Oh, Sayang. Apa kau terluka?” tanya Ratu Asta membelai tangan putrinya yang merah. Shula mengangguk, dengan bibir menekuk pada sang ibu, meminta pertolongan. “Iya, Mom. Sakit sekali tanganku.” Raja Jokum menatap dingin Shakira. “Kau membuat masalah, Shakira?” Shakira melangkah anggun, tanpa sedikit pun rasa takut. “Dad, kedatanganku ke sini, karena kau yang meminta. Jadi, untuk apa aku membuat masalah? Lebih baik kau tanya putri kesayanganmu itu. Dia yang lebih dulu memulai masalah.” Raja Jokum mengembuskan napas kasar. Pria paruh baya yang tampan itu menunjukkan jelas aura kesal. Namun, dia tak ingin membuat masalah menjadi semakin kacau. Sebab, dia mengenal putrinya—Shakira—yang terkenal keras kepala, dan tak suka diatur. “Lupakan. Aku tidak ingin membahasnya. Aku memintamu datang, karena hari ini adalah hari penting untuk Shula. Keluarga kaya asal Toronto datang ke sini menemui kita. Mereka adalah keluarga Geovan yang memiliki pengaruh besar di pusat bisnis dunia. Rencananya aku akan menjodohkan Shula pada salah satu putra kaya dari Toronto itu,” ucap Raja Jokum dengan ketegasan. Shakira mendesah panjang. “Aku ini bukan anggota kerajaan. Kenapa aku harus diikut sertakan dalam hal ini? Ck, come on, Dad, aku masih memiliki urusan lebih penting daripada harus hadir di acara tidak penting ini.” “Jaga bicaramu anak gundik! Kau harusnya berterima kasih, karena sudah diundang!” seru Ratu Asta pada Shakira, dengan sorot mata tajam. Shakira mendekat pada Ratu Asta, dan nyaris ingin meninju sang ratu. “Kau yang harus jaga bicaramu. Sebelum kau menghina ibuku, lebih baik kau tanya suamimu kenapa dia berselingkuh darimu. Satu lagi, meski ibuku hanya selir, tapi ibuku tidak pernah menuntut apa pun. Jadi, berhenti terus menerus merendahkan ibuku!” “Kau—” Ratu Asta hendak menampar Shakira, tapi kali ini tangan sang ratu ditahan oleh sang raja. “Jaga sifatmu. Kau memberikan contoh yang tidak baik untuk anggota Kerajaan. Bagaimana jika media melihat?” Raja Jokum mengingatkan sang istri. Ratu Asta mendengkus tak suka, dan memilih mengendalikan emosinya. Raja Jokum menatap dingin Shakira. “Pelayan akan membantumu mengganti pakaian. Jangan melawan. Ini perintah dari ayahmu!” Shakira mengumpat kesal mendapatkan paksaan dari sang ayah. Meski bukan anggota Kerajaan, tapi dirinya kerap dipaksa hadir diacara-acara tertentu. Seperti contoh hari ini dirinya dipaksa hadir ke acara yang menurutnya tidak penting. “Pelayan, segera bantu putriku yang keras kepala ini untuk mendapatkan gaun terbaik,” seru Raja Jokum memberi perintah. “Baik, Yang Mulia,” jawab sang pelayan sopan, dan melangkah mendekat pada Shakira. “Nona, mari saya—” “Jangan sentuh aku! Aku bisa jalan sendiri!” tukas Shakira langsung melengos pergi meninggalkan tempat itu. Pun sang pelayan segera berlari menyusul Shakira yang sudah pergi lebih dulu. Shula menatap sang ayah. “Dad, kenapa kau harus mengundang Shakira di acara penting ini? Aku tidak nyaman dengan kehadirannya.” “Shakira memiliki potensi besar. Kau adalah calon ratu, tapi dalam bidang akademis, dan beberapa hal Shakira menunjukkan lebih unggul darimu, Shula. Aku meminta Shakira datang, karena ingin menunjukkan bahwa aku memiliki keturunan yang hebat. Lepas dari statusnya yang hanya anak selir, tapi dia tetap anak kandungku. Jadi, jangan mengeluh!” Raja Jokum menegaskan, lalu pria paruh baya itu melangkah pergi dari tempat itu. Shula berdecak tak suka seraya menoleh pada sang ibu. “Mom, aku tidak suka dengan kehadiran Shakira. Lakukan sesuatu, Mom. Anak gundik itu bisa saja memiliki rencana licik, untuk mendapatkan keturunan dari keluarga Geovan.” Ratu Asta merengkuh bahu Shula. “Keluarga Geovan adalah keluarga hebat. Mereka bukan dari kalangan sembarangan. Harta kekayaan mereka bahkan melebihi harta Kerajaan kita. Jadi, Mommy yakin pasti mereka akan memilih calon istri untuk keturunan mereka dari orang terpandang. Shakira mungkin menonjol di beberapa bidang seperti yang ayahmu katakan, tapi dia tetap hanya anak gundik. Dia bukan calon ratu. Ingat itu, Shula.” Shula mendesah panjang di kala ibunya menenangkan dirinya. “Kau benar, Mom. Keluarga Geovan tidak mungkin melirik anak seorang gundik.” *** Hal yang paling dibenci Shakira adalah pesta di Kerajaan. Wanita berparas cantik itu selalu merasa dirinya bukan bagian penting. Dia kerap menolak menghadiri pesta, tapi Raja Jokum—ayah kandungnya selalu memaksa dirinya untuk hadir di pesta. “Nona, Anda sangat cantik,” puji sang pelayan pada Shakira—yang kini sudah memakai gaun pesta berwarna maroon. “Thanks.” Shakira menjawab dengan nada dingin, dan sedikit ketus. Ya, wanita cantik itu benar-benar sangat cantik dengan balutan gaun berwana maroon. Perhiasan berlian di tubuhnya membuatnya sangat anggun. Tentu semua ini permintaan sang ayah. Sebab, jujur Shakira kurang nyaman memakai perhiasan berlebihan. Sang pelayan tersenyum hangat. “Nona, Anda bisa langsung ke tempat pesta. Raja pasti sudah menunggu Anda.” Shakira terpaksa mengangguk, lalu dia melangkah menuju ke tempat pesta. Langkahnya pelan, anggun menunjukkan dia memiliki latar belakang pendidikan yang hebat. Seluruh penjuru negeri mengenal sosok Shakira yang hanya anak dari simpanan Raja Denmark, tetapi seluruh penjuru negeri juga mengenal sosok Shakira yang sangat cerdas bahkan mampu menguasai lebih dari sepuluh bahasa di dunia. “Ah, aku lupa ponselku tertinggal di kamar ganti.” Shakira menepuk keningnya, di kala mengingat ponselnya tertinggal di kamar ganti. Detik itu juga dia berbalik, dan hendak menuju kamar ganti—tetapi seketika dia terkejut ada sosok pria berpostur tinggi tegap dan gagah berada di belakangnya. Tubuh Shakira tak seimbang, nyaris terjatuh. Namun, beruntung pria tampan itu menangkap tubuhnya. Andai saja pria tampan itu tak menangkap tubuhnya, sudah pasti dia akan tersungkur di lantai. Terlihat Shakira hendak melepaskan diri, tetapi mata indah dari sang pria tampan itu membuatnya terpaku. Wajah Shakira begitu dekat dengan wajah pria tampan yang menangkap tubuhnya. Pun bahkan bibir mereka berdekatan nyaris bersentuhan. Hanya satu kali gerakan saja, maka pasti bibir mereka sudah menempel. Hal tersebut yang membuat debar jantung Shakira kini mulai berpacu kencang. “Tampan sekali,” gumam Shakira tanpa sadar memuji sosok pria tampan yang berada di hadapannya.Pria tampan itu melukiskan senyuman di wajahnya di kala Shakira memuji dirinya. Dia membenarkan posisi berdiri Shakira, dan membuat Shakira sedikit salah tingkah tak menentu. Wanita itu malu, karena kelepasan bicara pada pria tampan di hadapannya. “Maaf, Tuan.” Shakira mundur beberapa langkah, menjauh dari pria tampan itu. Pria tampan itu tersenyum samar, mengamati paras Shakira yang sangat cantik. “Apa kita pernah bertemu sebelumnya?” tanyanya merasa tak asing melihat wajah Shakira. Shakira terdiam sebentar, berusaha mengingat-ingat. “Maaf, Tuan, sepertinya tidak,” jawabnya sedikit ragu. Wajah pria tampan di hadapannya ini sedikit mengingatkannya pada seseorang yang pernah dia temui lama, tapi dia khawatir dirinya salah. “Ya, mungkin aku salah,” jawab pria tampan itu. Shakira menganggukkan kepalanya. “Sekali lagi, maafkan saya, Tuan. Tadi, saya terburu-buru sampai tidak melihat jalan.” “Lupakan. Itu adalah sebuah kecelakaan. Ah, ya, apa kau anggota Kerajaan?” tanya pria tampan
Alunan musik menandakan bahwa anggota kerajaan diminta untuk berdansa. Sambutan hangat untuk kedatangan keluarga Geovan, diiringi dengan pesta megah dari kerajaan Denmark. Raja Jokum turun ke lantai dansa bersama dengan sang ratu. Pun William membawa istrinya turun ke lantai dansa. Demi menjalin hubungan baik, mereka menikmati pesta penyambutan dengan sangat hangat. Beberapa anggota kerajaan yang sudah berpasangan turut turun ke lantai dansa. Rencana perjodohan antara Tuan Putri dari Kerajaan Denmark, dan Stanley Geovan—yang merupakan keturunan berpengaruh dari keluarga Billionaire ternama di dunia, tentu menggeparkan seluruh penjuru negeri. “Stanley, ayo kita berdansa,” ajak Shula, tanpa rasa malu. Stanley menuruti keinginan Shula, karena ingin menghormati anggota kerajaan. Detik selanjutnya, pria tampan itu menyambut uluran tangan Shula, dan menuju lantai dansa untuk berbaur berdansa dengan yang lain. Saat semua orang berdansa, hanya Shakira duduk di kursinya. Wanita cantik it
Pertemuan pertama antara keluarga kerajaan Denmark, dan keluarga Geovan masih dalam tahap saling mengenal. Pembahasan ternyata belum terlalu dalam, karena kebetulan yang hadir hanya kakek dan nenek Stanley. Sementara kedua orang tua Stanley berhalangan hadir, dikarenakan ada urusan yang tak bisa ditinggal. Pesta penyambutan kehadiran keluarga Geovan terbilang cukup mewah. Memasuki masih tahap saling mengenal, tetap membuat sang raja berkuasa memberikan sambutan yang luar biasa pada keluarga yang memiliki pengaruh pada pusat bisnis dunia. “Shakira, ini sudah malam. Kau jangan pulang. Menginap saja di istana,” ucap Raja Jokum, meminta putri nomor duanya untuk menginap. Acara pengenalan telah usai. Keluarga Geovan telah meninggalkan istana. Waktu menunjukkan pukul dua belas malam, dan sang raja meminta Shakira untuk menginap di istana. Malam yang sudah larut, membuat sang raja khawatir pada putrinya. “Tidak usah, Dad. Aku ingin pulang. Mom sendirian. Aku tidak mau membuat Mom khawa
Suasana pagi di istana megah menunjukkan jelas kemewahaan. Hidup di istana tentunya tertata dengan sempurna. Para pelayan sejak tadi sibuk mondar-mandir mengantarkan makanan lezat ke meja makan. Meski yang ada di meja makan itu hanya empat orang, tetapi sarapan yang terhidang untuk anggota kerajaan tentunya sangat sempurna. “Shakira, hari Shula memiliki jadwal berlatih berkuda. Kau ikut dengan Shula dulu sebelum pulang. Nanti sopir akan mengantarmu,” ucap Raja Jokum pada Shakira. “Dad, aku tidak suka diganggu saat latihan berkuda. Hadirnya Shakira hanya menggangguku,” kata Shula menolak tegas Shakira ikut latihan berkuda dengannya. Shakira menghela napas dalam, dan memutar bola mata malas. “Aku tidak tertarik berlatih berkuda bersama Shula. Putri kesayanganmu itu pasti akan mengamuk tidak jelas saat kalah dariku.” Ini merupakan sebuah fakta. Setiap kali Shakira berlatih berkuda dengan Shula, dan Shakira menang maka pasti Shula akan marah besar. Hal itu yang membuat Shakira malas
Stanley meluncur bebas di jalanan Kopenhagen, merasakan angin segar yang menerpa wajahnya. Mobil mewahnya melaju dengan lancar di antara bangunan-bangunan bersejarah dan kanal yang indah. Tampak Shakira yang duduk di sampingnya, menikmati pemandangan kota yang menawan. Namun, ketika mobil Stanley melewati taman-taman yang rimbun dan kafe-kafe yang ramai, pria tampan itu tiba-tiba berbelok ke arah jalan kecil yang mengarah ke luar kota. “Stanley? Kita ingin ke mana?” tanya Shakira menoleh, menatap Stanley dengan tatapan sedikit bingung. “Ke tempat yang special,” jawab Stanley dengan senyum misterius. Pria tampan itu menambah kecepatan, dan mobilnya meluncur dengan lincah, melewati pepohonan yang hijau dan ladang terbuka. Shakira merasa berdebar, campuran antara rasa penasaran dan kegembiraan. Lidahnya tak tahan ingin mengeluarkan pertanyaan, tetapi dia mengurungkan niatnya. Dia memilih untuk menahan diri, dan tidak langsung bertanya pada Stanley ke mana akan membawa pergi dirinya.
Shakira menang, memimpin dengan senyuman puas. Tatapannya sedikit meledek Shula yang tertinggal di belakang. Tampak jelas raut wanita itu bangga karena berhasil unggul daripada Shula. Ya, tentu kemenangan Shakira, membuat Shula sangat marah. Bahkan sejak tadi tatapan mata Shula menatap tajam Shakira—seakan menunjukkan bahwa mereka adalah musuh. Padahal jelas mereka memiliki darah yang sama. “Kau licik, Shakira!” seru Shula seraya turun dari kuda, dan menghampiri Shakira. Shakira tersenyum tipis melihat kemarahan di wajah Shula. “Ini bukan pertama kali aku menang darimu, kenapa kau sekarang mengatakan bahwa aku licik? Ck! Memalukan! Tuan Putri yang tidak bisa menerima kekalahan.” Shula mengepalkan tangannya kuat mendengar ledekan yang lolos di bibir Shakira. “Anak gundik tidak tahu diri!” geramnya penuh amarah. Shakira mendekat, melayangkan tatapan tajam pada Shula. “Ibuku bahkan jauh lebih terhormat daripada ibumu yang seorang ratu. Kau tahu, kenapa? Ibuku tidak memiliki sifat lic
Shakira duduk di balkon kamar, di kala rasa kantuk tak kunjung datang. Tampak jelas sorot matanya lurus ke depan, melihat pemandangan malam yang sunyi, dan hening. Angin berembus cukup kencang menyentuh kulit mulusnya. Jarum jam terus bergerak, tetapi sayangnya Shakira tak kunjung mengantuk. “Shakira,” panggil Filipa seraya melangkah masuk ke dalam kamar Shakira. Shakira mendongak, menatap ibunya yang muncul di hadapannya. “Mommy? Kau belum tidur?” tanyanya cukup terkejut melihat ibunya mendatangi kamarnya. Filipa mengangguk, sambil duduk di samping Shakira. “Ya, Sayang. Mommy belum mengantuk. Kau sendiri kenapa belum tidur?” “Aku belum mengantuk, Mom,” jawab Shakira lembut. Filipa tersenyum hangat. “Kebetulan kau belum mengantuk. Ada hal yang ingin Mommy sampaikan padamu.” “Ada apa, Mom?” tanya Shakira sambil menatap Filipa. Filipa menyentuh tangan Shakira. “Tadi Daddy-mu menghubungi Mommy.” “Oke, lalu?” tanya Shakira lagi, tampak tak berminat, tetapi dia juga tak mungkin men
Gerakan yang ditimbulkan Shakira membuat tatapan semua orang tertuju pada wanita cantik itu. Ya, tentu hal itu membuat Shakira menjadi gelagapan dan panik—apalagi tatapan ibu tiri dan kakak tirinya begitu menusuk padanya seakan dirinya telah melakukan sebuah kesalahan besar. Shakira kikuk, dan mencoba untuk tenang meski semua orang kini menatap dirinya. Namun, meski dirinya berupaya untuk tenang tetap saja, sangat sulit. Sebab, tatapan semua orang membuatnya menjadi salah tingkah. Sungguh, Shakira benci kondisi seperti ini. “Ah, maaf, aku tidak sengaja menjatuhkan pisauku.” Shakira buru-buru meminta maaf, dan hendak kembali mengambil pisaunya yang jatuh, tetapi geraknya terhenti karena pelayan sudah lebih dulu sigap mengambil pisau Shakira yang jatuh di lantai, dan mengganti dengan pisau baru. Shakira berada di kerajaan. Tidak akan mungkin pisau yang jatuh di lantai diambil kembali dan dia gunakan. Satu-satunya cara adalah mengganti pisau yang baru. Sebab, pisau yang jatuh ke lanta
Berita pertunangan Stanley dan Shula telah menggemparkan media Amerika, dan Eropa. Tentu sosok Stanley yang merupakan keturunan billionaire berpengaruh dunia, menjadi sorotan. Terlebih apalagi sosok yang menikah dengan Stanley adalah Shula—yang merupakan calon ratu Denmark. Setiap hari, seluruh media selalu membicarakan rencana pertunangan Stanley dan Shula. Seakan media tidak bosan membahas pasangan itu. Selalu ada saja yang menjadi topik hangat yang diperbincangkan, mulai dari awal mula kisah Stanley dan Shula, hingga media juga sempat berpikir perjodohan bisnis antara Stanley dan Shula. Ya, berita tentang pertunangan Stanley dan Shula, telah membuat saham Geovan Group di pasar saham naik cukup tajam. Pun popularitas Shula sebagai calon ratu Denmark semakin disorot. Setiap kali hal yang dilakukan Shula seakan dianggap bagaikan dewi. Hal yang membuat publik menganggap Shula bagaikan seorang dewi, karena Shula kerap menyumbangkan uang ke Yayasan kanker, panti asuhan, dan bahkan ter
Hal yang dilakukan Shakira di kala pagi telah menyapa adalah bersiap untuk pulang. Wanita cantik itu tak ingin berlama-lama berada di istana. Sebab, menurutnya ini bukanlah tempatnya. Meski anak dari seorang raja berkuasa di Denmark, tetapi dia sangat tahu posisi di mana dirinya berasal. Shakira melirik jam dinding, dia segera mengemasi barang pribadinya. Dia tak membawa banyak barang. Hanya beberapa alat make up pribadi, dompet, dan ponsel. Semua barang-barang mewah seperti gaun dan perhiasan dia tinggalkan di kamarnya yang ada di istana. Raja Jokum memberikan kamar khusus untuk Shakira di istana. Kamar yang memang hanya bisa Shakira yang gunakan. Bisa dikatakan kamar megah itu sangat jarang Shakira tempati. Sebab, Shakira lebih menyukai tinggal di rumahnya dengan ibunya daripada harus tinggal di istana megah. “Nona Shakira?” sapa seorang pelayan tepat di kala Shakira melangkah keluar dari kamar. Shakira menghentikan langkahnya, dan menatap sang pelayan dengan lekat. “Ya? Ada a
Shakira menatap cermin setelah dia mencuci tangan. Wanita cantik itu tampak sedikit muram, dan beberapa kali sampai harus mengatur napasnya. Entah, dia tak mengerti kenapa dengan dirinya. Padahal semula semua baik-baik saja. Namun, sejak di mana ayahnya memberikan pengumuman rencana pertunangan Stanley dan Shakira, membuat perasaannya terasa campur aduk tak menentu. “Kau ini kenapa, Shakira?” gumam Shakira kesal pada dirinya sendiri. Beberapa detik, Shakira memejamkan mata seraya menyandarkan punggung ke dinding toilet. Dia merasa bahwa dirinya sudah tidak waras. Harusnya dia bersikap tak peduli, tapi kenapa malah memikirkan? Ini benar-benar sangat konyol, dan tak masuk akal. “Ck! Lupakan! Fokus pada dirimu sendiri!” gerutu Shakira, lalu dia beranjak pergi meninggalkan toilet, tetapi seketika dia terkejut di kala dirinya menabrak tubuh tinggi tegap yang ada di depan toilet. “Awww—” Shakira mengaduh kesakitan seraya mengusap keningnya, dan mendongak terkejut menatap Stanley yang
Gerakan yang ditimbulkan Shakira membuat tatapan semua orang tertuju pada wanita cantik itu. Ya, tentu hal itu membuat Shakira menjadi gelagapan dan panik—apalagi tatapan ibu tiri dan kakak tirinya begitu menusuk padanya seakan dirinya telah melakukan sebuah kesalahan besar. Shakira kikuk, dan mencoba untuk tenang meski semua orang kini menatap dirinya. Namun, meski dirinya berupaya untuk tenang tetap saja, sangat sulit. Sebab, tatapan semua orang membuatnya menjadi salah tingkah. Sungguh, Shakira benci kondisi seperti ini. “Ah, maaf, aku tidak sengaja menjatuhkan pisauku.” Shakira buru-buru meminta maaf, dan hendak kembali mengambil pisaunya yang jatuh, tetapi geraknya terhenti karena pelayan sudah lebih dulu sigap mengambil pisau Shakira yang jatuh di lantai, dan mengganti dengan pisau baru. Shakira berada di kerajaan. Tidak akan mungkin pisau yang jatuh di lantai diambil kembali dan dia gunakan. Satu-satunya cara adalah mengganti pisau yang baru. Sebab, pisau yang jatuh ke lanta
Shakira duduk di balkon kamar, di kala rasa kantuk tak kunjung datang. Tampak jelas sorot matanya lurus ke depan, melihat pemandangan malam yang sunyi, dan hening. Angin berembus cukup kencang menyentuh kulit mulusnya. Jarum jam terus bergerak, tetapi sayangnya Shakira tak kunjung mengantuk. “Shakira,” panggil Filipa seraya melangkah masuk ke dalam kamar Shakira. Shakira mendongak, menatap ibunya yang muncul di hadapannya. “Mommy? Kau belum tidur?” tanyanya cukup terkejut melihat ibunya mendatangi kamarnya. Filipa mengangguk, sambil duduk di samping Shakira. “Ya, Sayang. Mommy belum mengantuk. Kau sendiri kenapa belum tidur?” “Aku belum mengantuk, Mom,” jawab Shakira lembut. Filipa tersenyum hangat. “Kebetulan kau belum mengantuk. Ada hal yang ingin Mommy sampaikan padamu.” “Ada apa, Mom?” tanya Shakira sambil menatap Filipa. Filipa menyentuh tangan Shakira. “Tadi Daddy-mu menghubungi Mommy.” “Oke, lalu?” tanya Shakira lagi, tampak tak berminat, tetapi dia juga tak mungkin men
Shakira menang, memimpin dengan senyuman puas. Tatapannya sedikit meledek Shula yang tertinggal di belakang. Tampak jelas raut wanita itu bangga karena berhasil unggul daripada Shula. Ya, tentu kemenangan Shakira, membuat Shula sangat marah. Bahkan sejak tadi tatapan mata Shula menatap tajam Shakira—seakan menunjukkan bahwa mereka adalah musuh. Padahal jelas mereka memiliki darah yang sama. “Kau licik, Shakira!” seru Shula seraya turun dari kuda, dan menghampiri Shakira. Shakira tersenyum tipis melihat kemarahan di wajah Shula. “Ini bukan pertama kali aku menang darimu, kenapa kau sekarang mengatakan bahwa aku licik? Ck! Memalukan! Tuan Putri yang tidak bisa menerima kekalahan.” Shula mengepalkan tangannya kuat mendengar ledekan yang lolos di bibir Shakira. “Anak gundik tidak tahu diri!” geramnya penuh amarah. Shakira mendekat, melayangkan tatapan tajam pada Shula. “Ibuku bahkan jauh lebih terhormat daripada ibumu yang seorang ratu. Kau tahu, kenapa? Ibuku tidak memiliki sifat lic
Stanley meluncur bebas di jalanan Kopenhagen, merasakan angin segar yang menerpa wajahnya. Mobil mewahnya melaju dengan lancar di antara bangunan-bangunan bersejarah dan kanal yang indah. Tampak Shakira yang duduk di sampingnya, menikmati pemandangan kota yang menawan. Namun, ketika mobil Stanley melewati taman-taman yang rimbun dan kafe-kafe yang ramai, pria tampan itu tiba-tiba berbelok ke arah jalan kecil yang mengarah ke luar kota. “Stanley? Kita ingin ke mana?” tanya Shakira menoleh, menatap Stanley dengan tatapan sedikit bingung. “Ke tempat yang special,” jawab Stanley dengan senyum misterius. Pria tampan itu menambah kecepatan, dan mobilnya meluncur dengan lincah, melewati pepohonan yang hijau dan ladang terbuka. Shakira merasa berdebar, campuran antara rasa penasaran dan kegembiraan. Lidahnya tak tahan ingin mengeluarkan pertanyaan, tetapi dia mengurungkan niatnya. Dia memilih untuk menahan diri, dan tidak langsung bertanya pada Stanley ke mana akan membawa pergi dirinya.
Suasana pagi di istana megah menunjukkan jelas kemewahaan. Hidup di istana tentunya tertata dengan sempurna. Para pelayan sejak tadi sibuk mondar-mandir mengantarkan makanan lezat ke meja makan. Meski yang ada di meja makan itu hanya empat orang, tetapi sarapan yang terhidang untuk anggota kerajaan tentunya sangat sempurna. “Shakira, hari Shula memiliki jadwal berlatih berkuda. Kau ikut dengan Shula dulu sebelum pulang. Nanti sopir akan mengantarmu,” ucap Raja Jokum pada Shakira. “Dad, aku tidak suka diganggu saat latihan berkuda. Hadirnya Shakira hanya menggangguku,” kata Shula menolak tegas Shakira ikut latihan berkuda dengannya. Shakira menghela napas dalam, dan memutar bola mata malas. “Aku tidak tertarik berlatih berkuda bersama Shula. Putri kesayanganmu itu pasti akan mengamuk tidak jelas saat kalah dariku.” Ini merupakan sebuah fakta. Setiap kali Shakira berlatih berkuda dengan Shula, dan Shakira menang maka pasti Shula akan marah besar. Hal itu yang membuat Shakira malas
Pertemuan pertama antara keluarga kerajaan Denmark, dan keluarga Geovan masih dalam tahap saling mengenal. Pembahasan ternyata belum terlalu dalam, karena kebetulan yang hadir hanya kakek dan nenek Stanley. Sementara kedua orang tua Stanley berhalangan hadir, dikarenakan ada urusan yang tak bisa ditinggal. Pesta penyambutan kehadiran keluarga Geovan terbilang cukup mewah. Memasuki masih tahap saling mengenal, tetap membuat sang raja berkuasa memberikan sambutan yang luar biasa pada keluarga yang memiliki pengaruh pada pusat bisnis dunia. “Shakira, ini sudah malam. Kau jangan pulang. Menginap saja di istana,” ucap Raja Jokum, meminta putri nomor duanya untuk menginap. Acara pengenalan telah usai. Keluarga Geovan telah meninggalkan istana. Waktu menunjukkan pukul dua belas malam, dan sang raja meminta Shakira untuk menginap di istana. Malam yang sudah larut, membuat sang raja khawatir pada putrinya. “Tidak usah, Dad. Aku ingin pulang. Mom sendirian. Aku tidak mau membuat Mom khawa