Home / Fantasi / The Caliph / Rais, 1989

Share

Rais, 1989

Author: Reez
last update Last Updated: 2021-08-30 11:01:23

Salah satu teman Ibunya berkata bahwa seharusnya Rais disekolahkan di sekolah orang-orang jenius. Teman tersebut adalah teman lama Ibunya semasa kuliah. Ia datang berkunjung sebulan sekali, kadang lebih.

Rais tahu bahwa orangtuanya tidak setuju dengan temannya tersebut.

Ayah Rais menginginkannya mengikuti sekolah biasa. Ia ingin Rais menjadi orang yang  “merakyat”, “mengetahui kehidupan masyarakat”, dan “tidak manja”. Ibu Rais juga mengatakan bahwa tidak ada sekolah khusus anak jenius di Amerika. Jika ada, maka sekolah tersebut harus dimasukkan keranjang sampah karena membuat anak-anak jenius menjadi “eksklusif”.

Akhirnya mereka memutuskan bahwa Rais akan pergi ke sekolah umum. Ia akan bersekolah di kota kelahirannya, yang juga tidak jauh dari tempat tinggal kedua orangtuanya.

Setiap kali ada kesempatan, Ayah dan Ibu Rais mengajarinya semua pengetahuan tentang alam. Pengetahuan-pengetahuan tentang sains yang bagi Rais sangat perlu untuk dikritisi.

Terkadang mereka juga mengenalkan Rais pada seni. Musik, film, dan teater. Dari sini Rais belajar tentang bagaimana seseorang mengolah kata-kata menjadi lebih bermakna. Betapa suatu hal yang semula terdengar dan tampak biasa, bisa menjadi suatu hal yang bernilai jauh lebih tinggi.

Rais sangat tertarik dengan hal ini. Bahkan tidak jarang ia sangat bersemangat untuk pergi ke teater atau bioskop, bahkan konser musik.

Sesekali Rais juga diajak pergi ke perusahaan milik Ayahnya. Hoetomo, Inc. Adalah perusahaan yang menguasai hampir seluruh lini kehidupan Amerika, bahkan dunia.

Setiap kali mereka melakukannya, Ayah Rais mengenakan setelan kasual yang sangat menjadi kegemarannya, sementara Ibunya mengenakan pakaian blus khas perempuan. Rais sendiri tidak terlalu mengerti bagaimana seharusnya berpakaian untuk mengunjungi perusahaan. Ia hanya melihat Ibunya bertanya kepada Ayahnya tentang pantas atau tidaknya pakaian yang kdikenakannya.

“Ini sudah layak?” begitu Ibunya bertanya.

Ayahnya segera meminta Ibunya untuk berputar dan setelah itu mengatakan padanya bahwa ia sangat cantik. Rais bisa melihat ketulusan di mata ayahnya. Ketika Ayahnya berkata bahwa ibunya sangat cantik, Rais bisa melihat bahwa ayahnya benar-benar bermaksud demikian, dengan sepenuh hatinya.

Ibunya pun mendapati Rais berdiri di pintu dan memintanya masuk. Kemeja Rais dirapikannya, lalu mengatakan bahwa Rais sangat tampan.

Mereka bertiga lalu pergi menuju New York City, dengan supir mereka di depan limo mengantar mereka.

“Aku ingin berjalan-jalan di sana, berjalan seperti mereka,” kata Rais menunjuk trotoar dan para pejalan kaki.

“Sudah kuduga, ia memang sepertimu, orang yang haus petualangan,” kata Ibu.

“Kita akan mencobanya kapan-kapan,” jawab Ayah.

Mereka menyusuri kota, melewati bangunan demi bangunan, sementara Rais melihat orang di luar sana tertiup angin sehingga pakaian dan rambur mereka berkibar-kibar. Pada jalan utama, beberapa toko telah penuh oleh pelanggan, di sisi lain lampu kota mulai menyala karena cuaca yang membuat langit menjadi temaram.

Mereka akhirnya mencapai Hoetomo, Inc.

Sudah banyak mobil di tempat parkir, tapi mobil mereka tidak pernah harus kehabisan tempat. mereka berhenti di sebuah spot parkir yang memang menjadi milik mereka.

Keluarga Hoetomo turun, Ibunya mencoba meraih tangan Rais, namun Rais menolak digandeng tangan oleh Ibunya. Sejumlah orang sudah dalam formasi menyambut mereka, yang didapati Rais seperti berada di sepanjang jalan sejak mereka turun hingga mencapai lift. Ayah Rais memperhatikan bahwa ini adalah jam makan siang.

Rais mendapati mereka akan menaiki lift khusus untuk para petinggi perusahaan. Pintu terbuka dengan tanpa suara di depan mereka, mereka masuk, dan saat berada di dalamnya, Rais dapat melihat pemandangan kota New York.

Orang-orang memasuki subway, rombongan yang berjalan seirama begitu teratur. Sebagian dari mereka terlihat terburu-buru.

Rais pernah pergi ke kota-kota besar sebelumnya, tapi ia belum pernah ke kota sebesar New York City. Baginya kota ini seperti kota yang dipenuhi pilar-pilar dan aliran manusia yang tidak ada hentinya. Kota yang tidak pernah tidur. Rais tidak pernah berpikir untuk tinggal di sini. Tanpa disadarinya, ia telah berada di lantai teratas, bersama orang tuanya.

Tidak dapat disembunyikannya kekaguman dirinya. Setelah keluar dari lift pun, ia dapat melihat dari pemandangan jendela, tentang pemandangan New York City. Semua itu sangat membuatnya terkesan.

“Ayahmu membangun perusahaan ini,” kata Ibunya.

“Semua karena rahmat Allah,” timpal Ayah Rais.

“Ayahmu sangat pandai bersyukur,” timpal Ibu.

“Itu yang diajarkan oleh keluarga kita sejak awal,” kata Ayah kepada Rais.

“Semua yang kita dapatkan ini tidak mungkin terjadi jika bukan karena rahmat dan rezeki dari Allah. Kota ini, bahkan negara ini, telah ada waktu kakekmu, generasi pertama keluarga kita yang pindah ke Amerika, menginjakkan kakinya di tanah ini. Tapi kakekmu berkata kepadaku bahwa tugas kita belum selesai. Masih banyak penderitaan, kemiskinan, yang melanda orang-orang di negeri ini dan dunia. Kita harus membuat lapangan pekerjaan yang membuka kesejahteraan bagi setiap orang.” lanjut Ayah.

“Dan semua berpusat di sini,” timpal Ibu, “Di Hoetomo Group.” Lanjutnya.

“Ini yang Ayah dan Ibu kerjakan?” tanya Rais.

“Ya, dan kami didukung orang-orang terbaik,”

“Para ahli?”

“Betul, orang-orang yang menguasai bidangnya masing-masing.”

Rais berjalan melambat, dilihatnya sekeliling. Disadarinya ia sedang berada di pusat sebuah peradaban.

“Ayo kita masuk,” kata Ayahnya menunjukkan sebuah ruangan besar.

Keluarga Hoetomo memasuki sebuah ruangan yang sangat bersih, putih, dan mewah. Pintunya sangat besar dan dilengkapi dengan karpet. Ruangan ini jauh lebih mewah daripada semua yang dilihat Rais sejak tadi. Baginya ini lebih mirip seperti ruangan hotel bintang lima.

Mereka berjalan dan menduduki tempat di mana kursi-kursi sudah ditandai. Kursi bernama masing-masing, termasuk milik Rais, adalah kursi empuk yang sangat mewah. Beberapa orang menyambut mereka. Ayah Rais memberikan instruksi kepada beberapa orang yang tidak dapat didengar Rais.

Ibunya berbisik kepada beberapa pegawai perempuan yang segera tersenyum dan mengangguk tanda mereka mengerti. Mereka duduk, dan tak lama kemudain beberapa orang datang membawa penganan ringan. Dari sini mereka menyaksikan presentasi dari beberapa orang yang tampaknya memiliki kedudukan penting di perusahaan ini.

Ayah dan Ibu Rais memperhatikan dengan seksama sambil sesekali mengajukan pertanyaan. Rais menyadari bahwa tidak ada anak-anak selain dirinya di ruangan ini.

Ia merasa asing.

Sebaiknya aku pergi saja, pikirnya.

Tapi ia tidak tahu harus pergi ke mana.

Seorang pegawai perempuan datang dan menawarkan makan siang.

“Kebab saja, terima kasih,” kata Ibunya.

“Cordon Bleu.” kata Ayahnya.

Rais memesan hal yang sama dengan Ayahnya. Mereka makan siang dengan mewah di ruangan itu. Setelahnya, beberapa pegawai membereskan bekas makan siang mereka dan menawarkan sejumlah pilihan hidangan penutup.

Rais merasa bosan.

Siang hari pun berlalu, Rais melihat matahari terbenam dari sudut jendela. Sementara Ayah dan Ibu masih melayani orang-orang yang melakukan presentasi, Rais beranjak dan pergi ke arah jendela. Ia melihat sinar matahari yang semakin lama semakin memerah.

Rais sudah sering melihat matahari terbenam. Namun kali ini berbeda. Ia merasa ada sesuatu di matahari ini. Sesuatu yang hebat namun juga... mengerikan.

Tanpa sadar tubuhnya merinding.

“Kau suka melihat matahari terbenam?” tanya Ibunya.

Rais agak terkejut, namun ia mengangguk.

“Apa yang kau lihat dari sana?” tanya Ibu lagi.

“Sesuatu yang mengandung kekuatan besar. Ia ada di sana, dan menyimpan energi yang luar biasa.”

“Betul, ialah sumber kehidupan di muka bumi ini. Tanpanya, bumi ini akan mati.”

Rais kembali memandangi matahari senja.

“Maha Besar Allah yang telah menciptakannya ini semua.” lanjut Ibu.

Rais menoleh ke arah Ibunya.

Ibunya mengangguk, tersenyum.

Urusan mereka telah usai di perusahaan hari itu. Mereka pun pulang ke rumah dengan mengambil jalan yang berbeda dari saat mereka datang.

Related chapters

  • The Caliph   Rais, 1997

    Rais tidak telalu menyukai pesta kelulusan dirinya yang dibuat keluarga Hoetomo. Ia mencoba, tapi tetap tidak bisa. Tidak pernah disukainya pesta-pesta semacam itu. Ayah dan Ibunya mengundang semua orang yang seharusnya menjadi kebahagiaan bagi Rais. Mereka para keluarga Muslim dan juga Indonesia-Amerika yang dikenal keluarga Hoetomo.Selama bertahun-tahun lamanya Ibunya telah mengenalkan Rais kepada sejumlah anak, terutama anak perempuan. Hanya sebagian di antara mereka yang Muslim, karena orangtuanya selalu mengajari Rais untuk tidak menjadi eksklusif. Terkadang Rais bermain ke rumah mereka, terkadang sebaliknya mereka yang mengunjungi Rais.Semula terasa aneh berkunjung ke rumah orang lain, namun lama kelamaan Rais menjadi terbiasa. Dari sini Rais belajar mengeksplorasi kehidupan pertetanggaan mereka. Sesekali mereka bertanya apakah diizinkan bermain ke rumah Rais, di mana rumah itu sangatlah mewah meskipun Ayah Rais berusaha untuk membuatnya “sesederhana mung

    Last Updated : 2021-08-30
  • The Caliph   Ceramah Ibnu Awwad Di Al Qaeda 2001

    Ikhwan sekalian, hari akhir kian dekat. Aku telah diberitahu bahwa Sang Messiah akan segera datang. Kita harus mempersiapkan diri untuk menyambutnya. Kupikir sudah jelas bahwa Pemimpin Besar kita adalah Sang Mesiah.Dia adalah penyelamat kita. Dia yang akan membawa kejayaan Islam di seluruh dunia, dan memusnahkan Dajjal Amerika Serikat. Oleh karena itu, kita harus mempersiapkan penyambutan untuknya. Kita harus memulai serangan.Aku telah menyelesaikan rencana kita. New York City akan menjadi alat eksperimen pertama. Aku pribadi tidak berharap banyak dari serangan pertama ini. Aku hanya ingin seluruh Muslim bersatu kembali. Kita harus melawan musuh kita. Dan kita memiliki satu musuh utama: Amerika Serikat.Seluruh Muslim harus berjihad melawan Amerika. Tidak ada keraguan untuk itu. perang mungkin bukan jalan yang utama. Tapi saat ini, tidak ada cara lain.Orang-orang kafir telah menginvasi negara-negara Islam dan mendudukkan para koruptor di pucuk-pucuk ke

    Last Updated : 2021-08-30
  • The Caliph   Rais, 11 September 2001

    Rais tidak melihat World Trade Center sebagai tempat yang istimewa. Ia bahkan tidak mengerti kenapa orang mau bekerja di sini. Ini hanya gedung pencakar langit, seperti gedung-gedung pencakar langit lainnya. Rais hanya pernah membaca tentang World Trade Center dari artikel, dan itu didapatnya dari internet.Ia tahu bahwa orangtuanya memiliki saham dalam jumlah besar pada mayoritas perusahaan di dunia. Dan sebagian perusahaan itu memiliki kantor di World Trade Center.Ayahnya ingin Rais sesekali mengunjungi kantor mereka. Kantor-kantor perusahaan di bawah bendera Hoetomo Group. Termasuk yang berada di World Trade Center.Rais tidak mengenal New York City dengan baik. Tapi ia merasa sesekali harus memenuhi keinginan ayahnya.Maka pagi ini ia memasuki salah satu bangunan menara kembar tersebut. Baginya ini seperti sebuah istana, tapi dengan kubik-kubik. Diliriknya arlojinya. Ini masih terlalu dini untuk memulai hari.Baru ada sedikit orang di sini, da

    Last Updated : 2021-08-30
  • The Caliph   Izmaylov

    Letnan Andrea Izmaylov mencapai rumahnya menjelang tengah malam. Adiknya, Svetlana, telah meninggalkan makan malam untuknya. Mereka telah tinggal di New York sejak lahir. Orangtua mereka yang imigran telah berusaha sangat keras untuk bisa keluar dari Soviet dan menjadi warga negara Amerika.Andrea mendapati adiknya telah tidur. Svetlana telah menumpang di rumahnya selama enam tahun sambil berusaha mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.Tak disangkanya, Svetlana terbangun. Ia lalu mengambil segelas air dan menemani kakaknya menonton televisi sambil makan malam.“Sangat mengerikan,” kata Svetlana.“Bisa dibilang demikian,”“Memang,”“Andai kau ada di sana untuk melihat apa yang terjadi,”“Kuharap tidak perlu. Menyaksikannya dari sini saja sudah cukup membuatku bermimpi buruk.”Andrea menghempaskan tubuhnya ke sandaran sofa.“Kau tidak apa-apa?” Svetlan

    Last Updated : 2021-08-30
  • The Caliph   Rais, 2001

    Beberapa hari telah berlalu.Pada sebuah pagi yang terik, Rais menghadiri pemakaman puluhan orang yang menjadi korban 11 September. Mereka diantar dan dimakamkan dengan diiringi tangisan dari keluarganya.Rais ingin ikut menangis, ia sangat ingin. Bagaimanapun di antara mereka ada pegawai-pegawainya. Ia ingin menunjukkan simpati, tapi sekeras apapun ia berusaha, air matanya tak kunjung turun.Kerumunan orang saling mengucapkan bela sungkawa, lalu disusul dengan ucapan-ucapan selamat tinggal. Rais berdiri di samping ayahnya sampai seluruh upacara pemakaman selesai. Perlahan langit tertutupi awan. Tidak lama kemudian cuaca cerah berubah menjadi rintik-rintik gerimis.Pandji Hoetomo, ayah Rais, menepuk pundak anaknya.“Ini akan menjadi masa sulit. Aku harap kau kuat.”“Maksud Ayah?”“Kita mengalami kerugian cukup besar, tapi asuransi akan menanggungnya. Tidak akan ada masalah finansial. Tapi ada sebuah kerug

    Last Updated : 2021-08-30
  • The Caliph   Rais 2002

    Hari ini Rais telah melewati semuanya. Di usianya yang keduapuluh dua, ia memperhatikan apa yang terjadi dari waktu ke waktu sejak kejadian yang memilukan di New York City. Dari sana ia berpikir bahwa diriya harus bisa menjadi pembela masyarakat sipil. Membela mereka dari teror-teror besar maupun kecil. Juga menghancurkan para teroris yang menebar ketakutan di mana-mana.Maka ia harus mempelajari ilmu bela diri. Semua itu sebagai awalan dari rencana-rencana besarnya. Satu tahun sudah dihabiskannya waktu mempelajari martial arts yang sangat dinikmatinya.Ia menghadapi satu demi satu lawan tandingnya. Memukul, menendang, menghindar, mengelabui, dan merobohkan. Hari-hari indah yang sangat ia nikmati. Selain itu, apa yang ia lakukan ini juga cukup untuk membuatnya teralih dari tragedi besar umat manusia, di mana ia sendiri menjadi saksi hidupnya.Selama setahun Rais tidak pernah menghubungi keluarganya. Ia merasa perlu untuk mengunjungi orangtuanya, melihat

    Last Updated : 2021-08-30
  • The Caliph   Ceramah Ibnu Awwad Di Al Qaeda 2001

    Ikhwan sekalian, hari ini aku berjalan-jalan berkeliling. Kudapati dunia ini begitu indah. Kuhirup napas dengan segar dan kuhembuskan kembali dengan nikmat. Di sini terasa keindahan dunia yang sesungguhnya.Tapi dunia di luar sana telah rusak. Itu tidak perlu terjadi andai saja dunia tidak perlu dikotori oleh ketamakan dari Amerika Serikat. Ya, andai saja Amerika Serikat tidak perlu ada di muka bumi.Dunia ini tentu akan lebih baik.Ikhwan sekalian, hari ini juga aku teringat bahwa diriku tidak akan selamanya berada di dunia. Secepatnya harus kulaksanakan misiku. Tentaraku sudah siap. Pasukanku akan melaksanakan apa yang kuperintahkan. Akan kuakhiri masa yang mengenaskan dari dunia ini. Kuharap semua akan berhasil. Meskipun akan ada harga yang harus kubayar.Telah kuputuskan untuk menyalurkan semua ilmuku kepada kalian, para pasukanku, para mujahidinku. Bagaimanapun aku harus memiliki penerus. Dan aku harus memilih orang-orang terbaik untuk menjalankan re

    Last Updated : 2021-09-20
  • The Caliph   Rais, 2002

    Rais telah memimpin perusahaannya selama beberapa bulan. Strategi-strategi korporasi telah dikuasainya, bahkan lebih dari orang-orang yang berkecimpung di perusahaan multinasional selama bertahun-tahun. Kejeniusannya merumuskan strategi telah membuat Hoetomo, Inc. kembali menguasai pasar. Namun Rais merasa misi utamanya bukan itu. beberapa hari sejak perusahaannya kembali memuncaki pasar modal, Rais menemui ayahnya.Ia mengatakan kepada ayahnya bahwa dirinya kembali meminta waktu untuk melakukan perjalanan. Rais mengatakan akan berkeliling Amerika, bahkan dunia, untuk mempelajari banyak hal. Motivasi sebenarnya adalah ia ingin melihat sejauh mana akibat yang ditimbulkan oleh 9/11 terhadap umat Muslim di Amerika. Oleh karena itu, perusahaannya sementara kembali akan dipegang oleh sang ayah, walaupun ayahnya terlihat berat melepas dirinya.Bagaimanapun Rais telah menunjukkan bahwa dirinya kader yang tepat untuk menjalankan Hoetomo, Inc.Rais pun memulai perjalanan

    Last Updated : 2021-09-20

Latest chapter

  • The Caliph   Kengerian Yang Belum Pernah Ada Sebelumnya

    Silvester Morran memasuki ruangan kantornya. Ia telah menyaksikan apa yang terjadi. Walaupun Morran menyatakan turut bersukacita atas apa yang dicapai Abdul Aziz, tapi ia tidak pernah serius mengatakannya.Bagi Morran, saat ini yang penting adalah pencalonan dirinya sebagai Presiden Amerika Serikat semakin memiliki saingan kuat. Dan ia tidak bahagia akan hal itu.“Pagi.” Sebuah suara mengagetkannya.Seseorang telah berada di ruangan kerja Morran sebelum dirinya masuk.“Ka...kau...” Morran tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.“Kejutan, bukan?” tanya orang tersebut.“Dengar, kau tidak seharusnya ada di sini.”“Begitu juga denganmu.”“Apa maksudmu?”“Kau sama sekali tidak layak berada di tempat ini. Tidak sedikit pun.”Orang itu mengokang pistol, membidik ke arah kepala Morran.“Hei, tunggu, ada apa ini?” Morr

  • The Caliph   Duel

    Di kantor FBI, Andrea Izmaylov telah menerima pesan dari nomor tidak dikenal mengenai posisi Al Qassar. Walaupun nomor tersebut tidak dikenalnya, ia tahu siapa yang mengirimkan pesan tersebut. Andrea segera memerintahkan mobilisasi.“Cepat, siagakan pasukan dan bergeraklah menuju Gedung Putih!!!” perintahnya.Sementara itu di Gedung Putih, Presiden menyambut Abdul Aziz. Mereka adalah saingan berat pada pemilihan sekarang, namun Presiden merasa perlu untuk menunjukkan wajah hangat Amerika Serikat.Karena itu ia mengundang Abdul Aziz, Janna, dan Fathia, putri mereka. Presiden memandu sendiri tur mereka mengelilingi bagian dalam Gedung Putih. Ia menunjukkan kantor-kantor, sayap Barat dan Timur, bahkan Oval Office.Tidak lupa, Presiden juga menunjukkan area residency.“Ini tempat Presiden Amerika Serikat menjalani kehidupan pribadinya.” Kata Presiden.Abdul Aziz dan Janna mengangguk-a

  • The Caliph   Di Luar Dugaan

    Penjara Distrik Columbia yang baru saja menerima tamu istimewa semalam tidak terlihat akan mendapat kejutan di hari yang baru ini. Betapa tidak, malam sebelumnya mereka baru saja merayakan keberhasilan gabungan pasukan MPDC, SWAT, dan Garda Nasional dalam meringkus seorang teroris paling berbahaya di Washington.Tapi kini, justru keadaan berbalik. Orang tersebut berjalan dengan bebasnya di area penjara, bahkan tidak ada seorang pun petugas keamanan yang mencegahnya.Al Qassar berdiri di hadapan kepala penjara.Di sekitar mereka, pasukan berseragam petugas penjara berjaga-jaga sambil bersiap dengan senjata masing-masing.“Kau... benar-benar orang gila.” Kata kepala penjara.“Jika kau tidak keberatan, akuilah, bahwa pasukanmu lebih loyal kepadaku dibandingkan bos mereka sendiri.”Si kepala penjara terdiam menahan geram.“Aku tahu kau marah. Aku tahu kau juga sedih. Tapi inilah kenyataan. Kau harus belajar u

  • The Caliph   Rising Star

    Washington Monument, keesokan harinya.Podium telah disiapkan. Tidak ada panggung khusus, hanya podium. Masyarakat Washington telah ramai memenuhi area tersebut. Pers juga tidak tertinggal.Waktu telah menunjukkan pukul sembilan pagi. Abdul Aziz menaiki podium. Janna menyaksikan di antara masyarakat Washington.Sementara dari sisi lain kota, di sebuah griya tawang, Rais Hoetomo menyaksikan CNN yang meliput Abdul Aziz.“Telah banyak tersebar berita dalam beberapa waktu ke belakang ini. Berita-berita yang membahas tentang pencalonan sejumlah nama sebagai Presiden Amerika Serikat. Banyak nama yang beredar, di antaranya nama saya. Tapi hal itu bukan menjadi perhatian saya pada waktu-waktu tersebut.“Perhatian saya tertuju kepada timbulnya kelompok-kelompok ekstremis dan teroris, baik di Amerika Serikat maupun seluruh dunia. Aksi dari kelompok-kelompok tersebut, sejak awal saya percaya, tidak mewakili apa pun di atas muka bumi i

  • The Caliph   Keberhasilan

    Abdul Aziz telah berada di mobil evakuasi. Sesuai rencana, pasukan SWAT akan segera membawanya pergi sesaat setelah Al Qassar datang.Sasaran mereka adalah Al Qassar. Sejak awal, tidak ada niat dari pasukan SWAT maupun MPDC untuk membiarkan Abdul Aziz menjadi umpan yang akan disantap Al Qassar.Di depan dan belakang mobil yang ditumpangi Abdul Aziz, terdapat masing-masing dua mobil SWAT yang mengawal mereka. Sekilas, mereka tampak aman.Namun itu hanya nampaknya.Mobil pengawal paling belakang tiba-tiba terjungkal. Dari bawahnya terlihat api berkobar.Di belakang mereka, terlihat pasukan Al Qassar.Al Qassar memang bukan orang bodoh. Ia tahu bahwa sejak awal tidak mungkin mereka menempatkan senatornya sebagai tumbal.Karena itu ia menempatkan seorang Al Qassar palsu untuk menyerang Northwest, sementara ia sendiri mengamati ke mana Abdul Aziz akan dibawa pergi.Kini Al Qassar hanya me

  • The Caliph   Perang Dimulai

    Jika dibandingkan dengan peperangan-peperangan yang telah dialaminya, baik di Timur Tengah maupun tempat lain, malam ini bukanlah hal yang aneh bagi Rais. Ia akan berhadapan dengan satu atau sekelompok teroris.Dan ini bukan hal baru baginya.Tapi Rais tahu bahwa ia harus tetap waspada. Al Qassar bukan teroris biasa. Ia adalah seorang mastermind. Bahkan masih belum dapat dipastikan apakah Al Qassar akan memakan umpan Rais.Jika umpan ini berhasil, Al Qassar akan menyerang Abdul Aziz di Northwest. Saat itulah Rais akan beraksi.Rais juga menyadari bahwa Al Qassar tidak akan datang sendirian. Orang ini tidak cukup bodoh untuk menghadapi pasukan MPDC seorang diri. Ia pasti membawa pasukannya.Dalam hatinya Rais berharap semua rencananya bersama Abdul Aziz berhasil. Lalu Al Qassar akan ditangkap dan dipenjarakan dengan keamanan maksimum sebelum menerima hukuman terberat dari pengadilan. Mungkin hukuman mati.Tapi seperti yang telah dika

  • The Caliph   Bersiap

    02.30 am“Saudara sekalian, perubahan di posisi perolehan suara terus terjadi. Fenomena yang terjadi dari detik ke detik semakin tidak terprediksi. Saat ini secara mengejutkan, Massachussets berada di posisi puncak perolehan suara menggeser Washington yang lima belas menit lalu menjadi pendulang suara terbanyak. “Sejumlah netizen yang mengaku sebagai warga Massachussets mengatakan bahwa mereka menduga kuat bahwa warga Washington memveto Massachussets sebanyak mungkin untuk menyelamatkan negara bagian mereka.“Netizen yang mengaku sebagai warga Massachussets ini mulai melakukan provokasi kepada seluruh warga negara bagian lain agar memveto Washington. Mereka bahkan menyebarkan tagar #VoteWashington di Twitter. Hal ini segera ditanggapi oleh sejumlah netizen yang mengaku sebagai warga Washington yang membalas dengan tagar #VoteMassachussets sambil mereka juga membantah tuduhan yang di

  • The Caliph   Demokrasi

    01.00 amWarga negara Amerika Serikat terpecah menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah mereka yang berusaha melarikan diri dari negaranya. Mereka mencoba melakukan segala cara untuk menembus perbatasan ke Meksiko dan Kanada.Perdana Menteri Kanada telah membuka perbatasan negaranya untuk mempersilakan orang-orang dari Amerika Serikat yang hendak berlindung di negeri tersebut. Meskipun ada beberapa pemeriksaan oleh petugas, namun semua itu hanya dilakukan sebagai syarat administratif untuk memastikan orang yang mengungsi tidak memiliki catatan criminal apalagi tercatat sebagai teroris.Sementara pemerintah Meksiko memberlakukan kebijakan yang jauh berbeda. Meksiko menutup perbatasan sehingga para pengungsi dari Amerika Serikat menumpuk di daerah batas antara dua negara.Ada belasan ribu orang Amerika yang berada di perbatasan Meksiko dan menunggu pemerintah negara tetangga mereka tersebut membuka perbatasannya dan mengizinkan mereka

  • The Caliph   Siasat

    Iqbal Anwar membalas tatapan Abdul Aziz. Mereka berdua beradu pandang tanpa berkedip. Iqbal mengeluarkan senyum liciknya. Sementara Abdul Aziz masih bergeming.Abdul Aziz berdiri dan duduk di sisi meja tempat Iqbal duduk.“Aku tidak ingin membuang banyak waktu di sini. Jadi, sebaiknya kau bekerja sama.” Kata Abdul Aziz.Iqbal tersenyum lagi.“Aku tahu kau berusaha mempermainkan kami. Tapi percayalah, di sini bukan tempat kau bisa melakukan itu. Pikirkanlah, berapa lama kau akan bisa bertahan dengan terus bersikap seperti ini.”“Memangnya apa yang akan kau lakukan?”“Itu bukan wewenangku. Bahkan bukan hakku untuk berada di sini dan menginterogasimu. Tapi aku bisa berada di sini, di hadapanmu, tanpa ada satu pun petugas yang mendampingiku. Kau tahu kenapa? Karena mereka sudah muak terhadapmu sehingga harus memintaku untuk turun tangan. Dan kau tahu? Aku tidak memiliki dasar pelatihan interogasi. Karena

DMCA.com Protection Status