Pada pukul empat pagi seperti sekarang ini, tidak ada bedanya bagi Andrea yang telah melewati tidak terhitung jumlahnya lampu merah dari area Abu Ghuraib ke kota New York. Sepuluh menit kemudian, ia telah mencapai area menara. Andrea melewati jalur kereta api dan menyusulnya. Pusat kota hanya tinggal beberapa blok, karena itu apa yang harus dilakukannya, maka itu harus dilakukan sekarang juga. Jika ia mengikuti instruksi Caliph, dan semua hal berjalan sesuai dengan rencana orang itu, maka untuk pertama kalinya ia akan melanggar hukum. Sebuah momen bersejarah.
Ia takut, tapi memangnya kenapa?
Ketakutan bukan suatu hal baru baginya.
Andrea berusaha mengingat apa yang dikatakan Caliph tentang senjata yang berada di dalam menara. Ia mencari tombol yang mengindikasikan senjata dan sepertinya ia telah menemukannya. Ditekannya tombol tersebut dan ditariknya pelatuk. Dua misil meluncur dari mobil dan menghantam menara, lalu meledak di tempat parkir. Andrea mencoba membi
Caliph menghentikan tubuhnya dan melayang di udara. Ia melihat ke bawah dan mendapati ledakan di dekat pusat kota..Dari arah Selatan, Caliph melihat deretan lampu merah dari pemadam kebakaran. Bersama mereka juga terdengar bunyi sirine saling bersahutan.Ia mengarahkan tubuhnya ke arah lain, dengan perlahan. Caliph pun terbang dengan pelan sambil menyaksikan apa yang terjadi ke bawah, dan menuju rumahnya di sisi lain kota. Ia tidak punya tujuan selain pulang.Langit malam mulai cerah kembali. Kabut memang masih ada, namun tidak akan lama lagi ia pasti benar-benar hilang.Caliph mengambil alat komunikasinya dan menghubungi Malikha untuk memberi tahu bahwa ia akan segera pulang.Lalu dinikmatinya angin malam yang menerpa dirinya saat ia terbang untuk pulang.Diingatnya instruksi yang ia dapatkan dari barak.Sadari keadaan emosimu setiap saat, jangan sampai ia menghalangi intelektualmu.Lalu apa yang dirasakannya sekaran
Hawles datang ke kantor Hoetomo, inc. pada waktu yang biasanya, yaitu pukul tujuh pagi. Ia turun dari Mercedesnya dan melihat sejenak dampak akibat kejadian monorel semalam. Ia tidak peduli dengan itu. Bahkan seorang politisi yang sedang berbincang dengannya juga tidak mengerti apa yang telah terjadi semalam. Hanya saja dilihatnya para petugas bekerja keras memperbaiki kerusakan tersebut. Berarti itu cukup buruk.Sejumlah mobil nampak cukup parah kerusakannya. Bahkan pusat kota pun terlihat harus diperbaiki di sana-sini. Begitu juga dengan trotoar dan sejumlah fasilitas umum. Tapi Hawles tahu bahwa semua itu akan beres. Akan selalu ada orang yang menyelesaikan suatu masalah.Ia memasuki gedung, mengabaikan sapaan sejumlah pegawai, lalu menaiki lift pribadinya, mencapai lantai paling atas, mengabaikan sejumlah sapaan pegawai lainnya, dan melempar jasnya ke meja Janice yang sedang mengetik sesuatu di komputernya.“Mr. Hawles, rapatnya sudah dimulai.&rd
Rais dan Malikha berhenti di sebuah bukit dan mulai menaikinya.“Ayo kita lihat apa yang bisa dilakukan di sini. Minimal apa yang ada saja dulu.” Kata Rais.Bukit ini masih terlihat sangat tidak terawat. Ia tidak menarik sedikit pun bagi orang-orang yang berwisata. Bahkan cahaya matahari pagi dan senja tidak membuatnya menjadi cantik. Tidak ada yang akan membuat tempat ini menjadi obyek wisata. Malah lebih cocok jika dijadikan tempat pembuangan sampah, meskipun nyatanya bukan itu yang terjadi.Jenna Molina memarkir mobilnya di samping bukit. Rais keluar dari mobilnya dan Malikha, lalu mendapati Jenna sedang mengamati area sekitar bukit tandus itu. Ilalang mereka langkahi, dan Jenna menyapa mereka berdua.“Senang bertemu kalian.” Kata Jenna.“Ya, senang bertemu denganmu juga.” Jawab Rais.Malikha mengangguk tersenyum. Mereka bertiga berjalan beriringan.“Aku telah ketakutan akan kenyataan tenta
Andrea turun dari mobil polisi, berterima kasih kepada petugas yang mengantarnya dari kantor pusat, lalu menyaksikan mobil tersebut berlalu dan menghilang dari pandangannya. Ia berjalan dengan pakaian santainya.Ini adalah hari yang panjang, bukan?Tapi ia senang karena merasa telah menyelesaikan sesuatu. Dalam waktu sepekan sejak kejadian yang lalu, sejumlah perbaikan telah dilakukan. Andrea telah memimpin tim untuk melakukan pemulihan di sejumlah area vital. Saat ini hampir semua infrastruktur telah bekerja seperti semula.Dalam waktu sesegera mungkin, semua orang yang telah terkena racun dari Harun Bashar akan menerima pengobatan dari serum yang telah diproduksi secara massal. Kegilaan hasil dari peristiwa tersebut harus segera diakhiri.Banyak laboratorium di Amerika Serikat yang turun tangan membantu mereka. Kini orang-orang yang sempat menggila telah menerima pengobatan mereka dan mulai pulih kepada kehidupan yang waras. Memang ada sebagian ya
Musim dingin telah tiba di Amerika Serikat tahun ini. Pada bulan November, hari-hari berjalan gelap dan malam datang lebih awal. Cuaca dingin dan ditingkahi salju menghujani kota. Jalanan pun menjadi licin.Orang sedang menunggu hari libur.Pada suatu malam menjelang awal Desember, Andrea Izmaylov sedang berdiri di atap sebuah gedung sambil menghirup kopi panasnya. Ia memandangi kota sambil menunggu seseorang datang. Andrea telah memiliki cara sendiri untuk memanggil orang tersebut, yang hanya diketahui oleh mereka berdua.Andrea mendengar sebuah suara datang, dan Caliph sudah berada di belakangnya. Ia menunjuk ke arah kota.“Bagus.” Kata Caliph.“Kau sudah menemukan teroris lain untuk dihajar?”Andrea menghirup kopinya.“Ya, letnan?”“Sekarang aku seorang kapten. Dan aku dipromosikan untuk salah satu tugas, yaitu memburumu. Cukup hebat bagaimana menyelamatkan sebuah kota terhadap
Hari-hari berlalu dengan cukup melelahkan. Rais dan Malikha sedang membangun markas mereka di bukit terpencil dari nol sama sekali. Tidak ada pekerja yang bisa cukup mereka percaya untuk mengerjakan hal ini tanpa bertanya-tanya. Rais telah banyak mempelajari masalah bangunan dan arsitektur sehingga ia tidak kesulitan untuk merencanakannya. Ia juga memiliki kekuatan yang dapat digunakannya untuk mengerjakan semuanya sendirian. Tapi Rais memilih untuk menciptakan alat yang dapat memproses pengerjaan secara otomatis.Ia tidak membutuhkan kontraktor untuk ini.Fondasi dan bangunan telah selesai dan mereka telah berhasil menciptakan sebuah superstruktur yang akan tahan terhadap gempa maupun badai. Bahkan bencana alam terburuk telah diantisipasi untuk ini.Rais mengendarai mobilnya beberapa kali ke kota untuk menguji hasil modifikasi yang dilakukannya. Ia telah menambah fitur senjata dan kecepatan di sejumlah sisi. Modifikasinya belum sempurna secara keseluruhan, tapi
Minggu pagi, suasana jalanan kota New York sangat jauh berbeda dari hari-hari penuh kesibukan. Meskipun cukup banyak orang yang berolahraga atau berekreasi, tapi keramaian yang ada cukup berbeda.Terlebih lagi di area suburban, hari Minggu pagi ini sungguh tenang. Hanya sesekali terlihat anak-anak yang bermain sepeda melewati jalanan.Walaupun waktu masih sangat pagi Times Square adalah tempat yang cukup banyak dikunjungi orang. Suasana di sana cukup ramai, dan banyak orang berolahraga sambil membawa anjingnya.Suasana tenang tersebut segera berubah usai sejumlah mobil SUV datang. Sejumlah orang turun dari masing-masing mobil. Mereka semua mengenakan topeng.Tidak ada yang menyadari kehadiran orang-orang tersebut. Masing-masing dari mereka pun menurunkan beberapa koper.Koper-koper yang ketika dibuka, terlihat semuanya berisi senapan mesin rakitan.Masing-masing orang bertopeng tersebut merakit senjatanya. Tidak lama waktu yan
Rais Hoetomo telah lama membuka mata dan duduk di samping ranjangnya. Malam baru memasuki sepertiga akhirnya. Masih beberapa jam lagi hingga matahari menampakkan wajahnya.Beberapa saat lamanya Rais duduk di tepi ranjang. Malam tadi, untuk kesekian kalinya, mimpi-mimpi tertentu menghampiri tidurnya.Mimpi tentang pertarungannya dengan Harun Bashar. Mimpi tentang pertemuannya dengan Ibnu Awwad. Mimpi tentang Al Qaeda.Juga mimpi tentang 9/11.Tentang ledakan di pagi hari yang cerah.Tentang tubuh-tubuh yang berjatuhan.Tentang orang-orang yang kehilangan nyawanya.Tentang anak-anak yang tiba-tiba menjad yatim.Tidak hanya di Amerika, tapi juga di Afganistan, Irak, dan belahan-belahan bumi lain. Semua bermuara dari tragedi tersebut.Sepuluh tahun telah berlalu sejak tragedi yang menimpa menara kembar itu. Tahun-tahun juga telah ia lalui sejak pertempuran terakhirnya dengan Al Qaeda. Namun tidak jarang mimpi-mimpi akan mere
Silvester Morran memasuki ruangan kantornya. Ia telah menyaksikan apa yang terjadi. Walaupun Morran menyatakan turut bersukacita atas apa yang dicapai Abdul Aziz, tapi ia tidak pernah serius mengatakannya.Bagi Morran, saat ini yang penting adalah pencalonan dirinya sebagai Presiden Amerika Serikat semakin memiliki saingan kuat. Dan ia tidak bahagia akan hal itu.“Pagi.” Sebuah suara mengagetkannya.Seseorang telah berada di ruangan kerja Morran sebelum dirinya masuk.“Ka...kau...” Morran tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.“Kejutan, bukan?” tanya orang tersebut.“Dengar, kau tidak seharusnya ada di sini.”“Begitu juga denganmu.”“Apa maksudmu?”“Kau sama sekali tidak layak berada di tempat ini. Tidak sedikit pun.”Orang itu mengokang pistol, membidik ke arah kepala Morran.“Hei, tunggu, ada apa ini?” Morr
Di kantor FBI, Andrea Izmaylov telah menerima pesan dari nomor tidak dikenal mengenai posisi Al Qassar. Walaupun nomor tersebut tidak dikenalnya, ia tahu siapa yang mengirimkan pesan tersebut. Andrea segera memerintahkan mobilisasi.“Cepat, siagakan pasukan dan bergeraklah menuju Gedung Putih!!!” perintahnya.Sementara itu di Gedung Putih, Presiden menyambut Abdul Aziz. Mereka adalah saingan berat pada pemilihan sekarang, namun Presiden merasa perlu untuk menunjukkan wajah hangat Amerika Serikat.Karena itu ia mengundang Abdul Aziz, Janna, dan Fathia, putri mereka. Presiden memandu sendiri tur mereka mengelilingi bagian dalam Gedung Putih. Ia menunjukkan kantor-kantor, sayap Barat dan Timur, bahkan Oval Office.Tidak lupa, Presiden juga menunjukkan area residency.“Ini tempat Presiden Amerika Serikat menjalani kehidupan pribadinya.” Kata Presiden.Abdul Aziz dan Janna mengangguk-a
Penjara Distrik Columbia yang baru saja menerima tamu istimewa semalam tidak terlihat akan mendapat kejutan di hari yang baru ini. Betapa tidak, malam sebelumnya mereka baru saja merayakan keberhasilan gabungan pasukan MPDC, SWAT, dan Garda Nasional dalam meringkus seorang teroris paling berbahaya di Washington.Tapi kini, justru keadaan berbalik. Orang tersebut berjalan dengan bebasnya di area penjara, bahkan tidak ada seorang pun petugas keamanan yang mencegahnya.Al Qassar berdiri di hadapan kepala penjara.Di sekitar mereka, pasukan berseragam petugas penjara berjaga-jaga sambil bersiap dengan senjata masing-masing.“Kau... benar-benar orang gila.” Kata kepala penjara.“Jika kau tidak keberatan, akuilah, bahwa pasukanmu lebih loyal kepadaku dibandingkan bos mereka sendiri.”Si kepala penjara terdiam menahan geram.“Aku tahu kau marah. Aku tahu kau juga sedih. Tapi inilah kenyataan. Kau harus belajar u
Washington Monument, keesokan harinya.Podium telah disiapkan. Tidak ada panggung khusus, hanya podium. Masyarakat Washington telah ramai memenuhi area tersebut. Pers juga tidak tertinggal.Waktu telah menunjukkan pukul sembilan pagi. Abdul Aziz menaiki podium. Janna menyaksikan di antara masyarakat Washington.Sementara dari sisi lain kota, di sebuah griya tawang, Rais Hoetomo menyaksikan CNN yang meliput Abdul Aziz.“Telah banyak tersebar berita dalam beberapa waktu ke belakang ini. Berita-berita yang membahas tentang pencalonan sejumlah nama sebagai Presiden Amerika Serikat. Banyak nama yang beredar, di antaranya nama saya. Tapi hal itu bukan menjadi perhatian saya pada waktu-waktu tersebut.“Perhatian saya tertuju kepada timbulnya kelompok-kelompok ekstremis dan teroris, baik di Amerika Serikat maupun seluruh dunia. Aksi dari kelompok-kelompok tersebut, sejak awal saya percaya, tidak mewakili apa pun di atas muka bumi i
Abdul Aziz telah berada di mobil evakuasi. Sesuai rencana, pasukan SWAT akan segera membawanya pergi sesaat setelah Al Qassar datang.Sasaran mereka adalah Al Qassar. Sejak awal, tidak ada niat dari pasukan SWAT maupun MPDC untuk membiarkan Abdul Aziz menjadi umpan yang akan disantap Al Qassar.Di depan dan belakang mobil yang ditumpangi Abdul Aziz, terdapat masing-masing dua mobil SWAT yang mengawal mereka. Sekilas, mereka tampak aman.Namun itu hanya nampaknya.Mobil pengawal paling belakang tiba-tiba terjungkal. Dari bawahnya terlihat api berkobar.Di belakang mereka, terlihat pasukan Al Qassar.Al Qassar memang bukan orang bodoh. Ia tahu bahwa sejak awal tidak mungkin mereka menempatkan senatornya sebagai tumbal.Karena itu ia menempatkan seorang Al Qassar palsu untuk menyerang Northwest, sementara ia sendiri mengamati ke mana Abdul Aziz akan dibawa pergi.Kini Al Qassar hanya me
Jika dibandingkan dengan peperangan-peperangan yang telah dialaminya, baik di Timur Tengah maupun tempat lain, malam ini bukanlah hal yang aneh bagi Rais. Ia akan berhadapan dengan satu atau sekelompok teroris.Dan ini bukan hal baru baginya.Tapi Rais tahu bahwa ia harus tetap waspada. Al Qassar bukan teroris biasa. Ia adalah seorang mastermind. Bahkan masih belum dapat dipastikan apakah Al Qassar akan memakan umpan Rais.Jika umpan ini berhasil, Al Qassar akan menyerang Abdul Aziz di Northwest. Saat itulah Rais akan beraksi.Rais juga menyadari bahwa Al Qassar tidak akan datang sendirian. Orang ini tidak cukup bodoh untuk menghadapi pasukan MPDC seorang diri. Ia pasti membawa pasukannya.Dalam hatinya Rais berharap semua rencananya bersama Abdul Aziz berhasil. Lalu Al Qassar akan ditangkap dan dipenjarakan dengan keamanan maksimum sebelum menerima hukuman terberat dari pengadilan. Mungkin hukuman mati.Tapi seperti yang telah dika
02.30 am“Saudara sekalian, perubahan di posisi perolehan suara terus terjadi. Fenomena yang terjadi dari detik ke detik semakin tidak terprediksi. Saat ini secara mengejutkan, Massachussets berada di posisi puncak perolehan suara menggeser Washington yang lima belas menit lalu menjadi pendulang suara terbanyak. “Sejumlah netizen yang mengaku sebagai warga Massachussets mengatakan bahwa mereka menduga kuat bahwa warga Washington memveto Massachussets sebanyak mungkin untuk menyelamatkan negara bagian mereka.“Netizen yang mengaku sebagai warga Massachussets ini mulai melakukan provokasi kepada seluruh warga negara bagian lain agar memveto Washington. Mereka bahkan menyebarkan tagar #VoteWashington di Twitter. Hal ini segera ditanggapi oleh sejumlah netizen yang mengaku sebagai warga Washington yang membalas dengan tagar #VoteMassachussets sambil mereka juga membantah tuduhan yang di
01.00 amWarga negara Amerika Serikat terpecah menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah mereka yang berusaha melarikan diri dari negaranya. Mereka mencoba melakukan segala cara untuk menembus perbatasan ke Meksiko dan Kanada.Perdana Menteri Kanada telah membuka perbatasan negaranya untuk mempersilakan orang-orang dari Amerika Serikat yang hendak berlindung di negeri tersebut. Meskipun ada beberapa pemeriksaan oleh petugas, namun semua itu hanya dilakukan sebagai syarat administratif untuk memastikan orang yang mengungsi tidak memiliki catatan criminal apalagi tercatat sebagai teroris.Sementara pemerintah Meksiko memberlakukan kebijakan yang jauh berbeda. Meksiko menutup perbatasan sehingga para pengungsi dari Amerika Serikat menumpuk di daerah batas antara dua negara.Ada belasan ribu orang Amerika yang berada di perbatasan Meksiko dan menunggu pemerintah negara tetangga mereka tersebut membuka perbatasannya dan mengizinkan mereka
Iqbal Anwar membalas tatapan Abdul Aziz. Mereka berdua beradu pandang tanpa berkedip. Iqbal mengeluarkan senyum liciknya. Sementara Abdul Aziz masih bergeming.Abdul Aziz berdiri dan duduk di sisi meja tempat Iqbal duduk.“Aku tidak ingin membuang banyak waktu di sini. Jadi, sebaiknya kau bekerja sama.” Kata Abdul Aziz.Iqbal tersenyum lagi.“Aku tahu kau berusaha mempermainkan kami. Tapi percayalah, di sini bukan tempat kau bisa melakukan itu. Pikirkanlah, berapa lama kau akan bisa bertahan dengan terus bersikap seperti ini.”“Memangnya apa yang akan kau lakukan?”“Itu bukan wewenangku. Bahkan bukan hakku untuk berada di sini dan menginterogasimu. Tapi aku bisa berada di sini, di hadapanmu, tanpa ada satu pun petugas yang mendampingiku. Kau tahu kenapa? Karena mereka sudah muak terhadapmu sehingga harus memintaku untuk turun tangan. Dan kau tahu? Aku tidak memiliki dasar pelatihan interogasi. Karena