Caliph menghentikan tubuhnya dan melayang di udara. Ia melihat ke bawah dan mendapati ledakan di dekat pusat kota..
Dari arah Selatan, Caliph melihat deretan lampu merah dari pemadam kebakaran. Bersama mereka juga terdengar bunyi sirine saling bersahutan.
Ia mengarahkan tubuhnya ke arah lain, dengan perlahan. Caliph pun terbang dengan pelan sambil menyaksikan apa yang terjadi ke bawah, dan menuju rumahnya di sisi lain kota. Ia tidak punya tujuan selain pulang.
Langit malam mulai cerah kembali. Kabut memang masih ada, namun tidak akan lama lagi ia pasti benar-benar hilang.
Caliph mengambil alat komunikasinya dan menghubungi Malikha untuk memberi tahu bahwa ia akan segera pulang.
Lalu dinikmatinya angin malam yang menerpa dirinya saat ia terbang untuk pulang.
Diingatnya instruksi yang ia dapatkan dari barak.
Sadari keadaan emosimu setiap saat, jangan sampai ia menghalangi intelektualmu.
Lalu apa yang dirasakannya sekaran
Hawles datang ke kantor Hoetomo, inc. pada waktu yang biasanya, yaitu pukul tujuh pagi. Ia turun dari Mercedesnya dan melihat sejenak dampak akibat kejadian monorel semalam. Ia tidak peduli dengan itu. Bahkan seorang politisi yang sedang berbincang dengannya juga tidak mengerti apa yang telah terjadi semalam. Hanya saja dilihatnya para petugas bekerja keras memperbaiki kerusakan tersebut. Berarti itu cukup buruk.Sejumlah mobil nampak cukup parah kerusakannya. Bahkan pusat kota pun terlihat harus diperbaiki di sana-sini. Begitu juga dengan trotoar dan sejumlah fasilitas umum. Tapi Hawles tahu bahwa semua itu akan beres. Akan selalu ada orang yang menyelesaikan suatu masalah.Ia memasuki gedung, mengabaikan sapaan sejumlah pegawai, lalu menaiki lift pribadinya, mencapai lantai paling atas, mengabaikan sejumlah sapaan pegawai lainnya, dan melempar jasnya ke meja Janice yang sedang mengetik sesuatu di komputernya.“Mr. Hawles, rapatnya sudah dimulai.&rd
Rais dan Malikha berhenti di sebuah bukit dan mulai menaikinya.“Ayo kita lihat apa yang bisa dilakukan di sini. Minimal apa yang ada saja dulu.” Kata Rais.Bukit ini masih terlihat sangat tidak terawat. Ia tidak menarik sedikit pun bagi orang-orang yang berwisata. Bahkan cahaya matahari pagi dan senja tidak membuatnya menjadi cantik. Tidak ada yang akan membuat tempat ini menjadi obyek wisata. Malah lebih cocok jika dijadikan tempat pembuangan sampah, meskipun nyatanya bukan itu yang terjadi.Jenna Molina memarkir mobilnya di samping bukit. Rais keluar dari mobilnya dan Malikha, lalu mendapati Jenna sedang mengamati area sekitar bukit tandus itu. Ilalang mereka langkahi, dan Jenna menyapa mereka berdua.“Senang bertemu kalian.” Kata Jenna.“Ya, senang bertemu denganmu juga.” Jawab Rais.Malikha mengangguk tersenyum. Mereka bertiga berjalan beriringan.“Aku telah ketakutan akan kenyataan tenta
Andrea turun dari mobil polisi, berterima kasih kepada petugas yang mengantarnya dari kantor pusat, lalu menyaksikan mobil tersebut berlalu dan menghilang dari pandangannya. Ia berjalan dengan pakaian santainya.Ini adalah hari yang panjang, bukan?Tapi ia senang karena merasa telah menyelesaikan sesuatu. Dalam waktu sepekan sejak kejadian yang lalu, sejumlah perbaikan telah dilakukan. Andrea telah memimpin tim untuk melakukan pemulihan di sejumlah area vital. Saat ini hampir semua infrastruktur telah bekerja seperti semula.Dalam waktu sesegera mungkin, semua orang yang telah terkena racun dari Harun Bashar akan menerima pengobatan dari serum yang telah diproduksi secara massal. Kegilaan hasil dari peristiwa tersebut harus segera diakhiri.Banyak laboratorium di Amerika Serikat yang turun tangan membantu mereka. Kini orang-orang yang sempat menggila telah menerima pengobatan mereka dan mulai pulih kepada kehidupan yang waras. Memang ada sebagian ya
Musim dingin telah tiba di Amerika Serikat tahun ini. Pada bulan November, hari-hari berjalan gelap dan malam datang lebih awal. Cuaca dingin dan ditingkahi salju menghujani kota. Jalanan pun menjadi licin.Orang sedang menunggu hari libur.Pada suatu malam menjelang awal Desember, Andrea Izmaylov sedang berdiri di atap sebuah gedung sambil menghirup kopi panasnya. Ia memandangi kota sambil menunggu seseorang datang. Andrea telah memiliki cara sendiri untuk memanggil orang tersebut, yang hanya diketahui oleh mereka berdua.Andrea mendengar sebuah suara datang, dan Caliph sudah berada di belakangnya. Ia menunjuk ke arah kota.“Bagus.” Kata Caliph.“Kau sudah menemukan teroris lain untuk dihajar?”Andrea menghirup kopinya.“Ya, letnan?”“Sekarang aku seorang kapten. Dan aku dipromosikan untuk salah satu tugas, yaitu memburumu. Cukup hebat bagaimana menyelamatkan sebuah kota terhadap
Hari-hari berlalu dengan cukup melelahkan. Rais dan Malikha sedang membangun markas mereka di bukit terpencil dari nol sama sekali. Tidak ada pekerja yang bisa cukup mereka percaya untuk mengerjakan hal ini tanpa bertanya-tanya. Rais telah banyak mempelajari masalah bangunan dan arsitektur sehingga ia tidak kesulitan untuk merencanakannya. Ia juga memiliki kekuatan yang dapat digunakannya untuk mengerjakan semuanya sendirian. Tapi Rais memilih untuk menciptakan alat yang dapat memproses pengerjaan secara otomatis.Ia tidak membutuhkan kontraktor untuk ini.Fondasi dan bangunan telah selesai dan mereka telah berhasil menciptakan sebuah superstruktur yang akan tahan terhadap gempa maupun badai. Bahkan bencana alam terburuk telah diantisipasi untuk ini.Rais mengendarai mobilnya beberapa kali ke kota untuk menguji hasil modifikasi yang dilakukannya. Ia telah menambah fitur senjata dan kecepatan di sejumlah sisi. Modifikasinya belum sempurna secara keseluruhan, tapi
Minggu pagi, suasana jalanan kota New York sangat jauh berbeda dari hari-hari penuh kesibukan. Meskipun cukup banyak orang yang berolahraga atau berekreasi, tapi keramaian yang ada cukup berbeda.Terlebih lagi di area suburban, hari Minggu pagi ini sungguh tenang. Hanya sesekali terlihat anak-anak yang bermain sepeda melewati jalanan.Walaupun waktu masih sangat pagi Times Square adalah tempat yang cukup banyak dikunjungi orang. Suasana di sana cukup ramai, dan banyak orang berolahraga sambil membawa anjingnya.Suasana tenang tersebut segera berubah usai sejumlah mobil SUV datang. Sejumlah orang turun dari masing-masing mobil. Mereka semua mengenakan topeng.Tidak ada yang menyadari kehadiran orang-orang tersebut. Masing-masing dari mereka pun menurunkan beberapa koper.Koper-koper yang ketika dibuka, terlihat semuanya berisi senapan mesin rakitan.Masing-masing orang bertopeng tersebut merakit senjatanya. Tidak lama waktu yan
Rais Hoetomo telah lama membuka mata dan duduk di samping ranjangnya. Malam baru memasuki sepertiga akhirnya. Masih beberapa jam lagi hingga matahari menampakkan wajahnya.Beberapa saat lamanya Rais duduk di tepi ranjang. Malam tadi, untuk kesekian kalinya, mimpi-mimpi tertentu menghampiri tidurnya.Mimpi tentang pertarungannya dengan Harun Bashar. Mimpi tentang pertemuannya dengan Ibnu Awwad. Mimpi tentang Al Qaeda.Juga mimpi tentang 9/11.Tentang ledakan di pagi hari yang cerah.Tentang tubuh-tubuh yang berjatuhan.Tentang orang-orang yang kehilangan nyawanya.Tentang anak-anak yang tiba-tiba menjad yatim.Tidak hanya di Amerika, tapi juga di Afganistan, Irak, dan belahan-belahan bumi lain. Semua bermuara dari tragedi tersebut.Sepuluh tahun telah berlalu sejak tragedi yang menimpa menara kembar itu. Tahun-tahun juga telah ia lalui sejak pertempuran terakhirnya dengan Al Qaeda. Namun tidak jarang mimpi-mimpi akan mere
Aisha Mahmood memasuki ruang kerja Rais Hoetomo yang luas. Ia membawakan beberapa dokumen laporan kinerja perusahaan sebagai konsumsi bosnya itu.Sekretaris Rais segera mempersilakan Aisha untuk memasuki ruangan bosnya. Namun di dalam, Aisha tidak menemukan seorang pun.“Dr. Hoetomo?” panggil Aisha.Tidak ada jawaban.Aisha mengulang panggilannya.Juga tidak ada jawaban.Namun Aisha tersenyum mengerti.“Keluarlah, aku tidak dapat menemukan kamuflasemu.” Kata Aisha akhirnya.Suara tawa terdengar dari langit-langit.Aisha mendongak dan mendapati langit-langit ruangan mewah tersebut perlahan terkelupas. Dari balik kelupasan itu, muncullah Rais, yang dengan ringan melayang turun hingga menjejak lantai. Langit-langit kantor tersebut kembali seperti semula, seperti tidak pernah terkelupas.“Kau sudah ahli memainkannya.” Puji Aisha.“Trik Ninja? Begitulah.”&l