Krincing ....
Bunyi sebuah lonceng kecil di pintu masuk yang selalu berbunyi jika ada seseorang pelanggan yang masuk ke sebuah toko kue ini. Crumble.by adalah toko artisan cake and pastry dimana selalu menyediakan kue lezat setiap harinya. Aroma vanilli paste kuat dan juga gurihnya kue yang dipanggang terkadang menambah suasana vibe Crumble.by sangat lekat sebagai toko kue di tengah pinggiran kota Sentul.
Cafe dessert ini berupa bangunan di rukan yang terletak di bagian tengah namun cafe ini kengambil dua toko sekaligus dan kemudian digabung menjadi satu ruangan. Nuansa dari cafe ini sendiri adalah klasik dengan warna gold dan juga cat dominasi warna pink salem dengan violet. Menambah kesan feminine dan juga terlihat menyediakan kue-kue pastry yang lezat.
Tadi itu adalah seorang yang masuk ke dalam sebuah cafe ini, seorang Bapak tua yang memakai setelan baju kemeja putih dengan cardigan berwarna coklat tua dengan model seperti coat menutupi dari ujung bahu sampai lututnya itu. Seorang Bapak tua dengan rambut tebalnya dan sedikit uban menutupi poni sibaknya ini ternyata jauh-jauh datang dari kantornya di bilangan Jakarta Pusat demi bertemu dengan salah seorang pemilik cafe dessert ini, Crumble.by.
Seorang Bapak tua yang sudah datang di jam peralihan yaitu di waktu sore menjelang petang kini mencari seseorang dengan bertanya kepada salah satu pegawai cafe yang dikenalnya bernama Mas Erick, salah satu pegawai Crumble.by yang sengaja dibawa oleh pemilik toko kue ini karena dia adalah teman adik kelasnya saat sekolah pastry di Singapura dulunya.
“Hai, Erick. Apa kabar ? Apa kamu liat Deniar ? Hari Jum’at seperti ini pasti dia sedang sibuk-sibuknya. Apa dia sedang menyiapkan menu pastry untuk besok hari ? Sepertinya, Om salah datang di waktu sedang sibuk dengan urusan dapur kalian,” kata Bapak yang ternyata adalah Ayah kandung dari pemilik cafe dessert ini, Deniar Ronnalia.
Karena seseorang yang tadinya mendengar suara berat khas yang dikenalnya saat itu juga, Deniar pun akhirnya kembali dari dapur pantry dibelakang untuk menemui sumber suara ini. Dan akhirnya dia melihat sang Ayah, Bapak Adigunawan Rizalsyah berada di salah satu etalase yang dipenuhi dengan banyak kue yang barusaja fresh dibuat saat pagi harinya.
“Hai, Ayah. Apa aku tidak salah lihat ? Apa yang kau lakukan disini ketika Ayah masih sibuk kerja ? Apa hari Jum’at ini Ayah nggak banyak bertemu dengan investor baru dan mendatangani banyak perjanjian kerja ? Biasanya Ayah tidak bisa meninggalkan pekerjaan,” Deniar menyapa Ayahnya dengan pelukan hangat dan juga ciuman di pipi sebelah kanan Ayah.
“Duduklah, Ayah. Aku akan menyiapkan teh kesukaan Ayah, japanese black tea dan juga scone. Apa ayah mau makan pie brownies yang baru saja matang ? Deniar baru saja memanggang kuenya,” Dan ketika itu Ayahnya pun akhirnya mengiyakan dan menambah satu lagi menu yang biasa suka dipesannya yaitu tiramisu cake.
“Iya, kalau gitu Ayah minta tiramisu cake yang ada di etalase itu juga. Jangan lupa,” kata Ayah memesan kue untuk dimakannya saat berkunjung ke Crumble.by hari ini.
Ada satu hal mengapa Ayah sedang berkunjung ke cafe milik Deniar, anak bungsunya ini. Ayahnya ingin mengingatkan Deniar bahwa Kakaknya, Dinira akan mengajak mereka semua untuk makan malam sama-sama nanti Minggu, dalam rangka si Kakak akan membuka sebuah sekolah kuliner pastry di wilayah Jakarta Utara.
Mungkin adalah alasan yang simple untuk mengunjungi cafe dessert anak bungsunya ini, tapi Deniar adalah tipikal wanita yang susah aling-alingnya jika disuruh bertemu untuk urusan dia dengan sang Kakaknya Dinira Rossalina.
Deniar sudah keluar dari pantry belakang tempat semua perkakas dan juga bala tempur dari semua kue pastry yang sekarang berada di etalase. Dengan membawa nampan berisi dua pie brownies, tiga potong scone serta pegawai dibelakangnya itu yang membawa teko dan cangkir dan lepek bernuansa shabby yang melengkapi nuansa minum teh khas yang digemari oleh Ayah pemilik toko kue ini Crumble.by.
Setelah semua kue sudah disajikan dan Erick yang membawa sepiring potongan tiramisu untuk ditaruh di salah satu sudut meja dekat dengan kaca yang menampakkan pemandangan luar rukan, akhirnya Deniar melepas celemek yang melingkar di lehernya dan menutupi bagian depan tubuhnya. Dia pun duduk di bangku di depan sang Ayah tercinta.
“Yah, bagaimana kabar Bunda ? Deniar tidak menyempatkan pulang ke rumah karena masih banyak yang harus Deniar urus untuk membuat online website Crumble.by,” Deniar berbicara dengan melihat Ayahnya yang menggulung kemejanya dan kemudian bersiap untuk menyantap beberapa pastry di depannya.
Saat gigitan pertama sang Ayah memakan tiramisu bikinan Deniar yang rasa pekat ringan kopi dan cream yang lumer di mulut, beliau pun menjawab pertanyaan awal yang Deniar kemukakan. Alih-alih agar percakapan tidak langsung to the point mengenai acara makan malam oleh Kakaknya itu, Dinira.
“Bundamu masih sama, Masih saja suka bangun pagi dan memasak sarapan untuk Ayah. Sekarang bunda juga sedang khawatir dengan kamu. Pasalnya sudah hampir satu minggu lebih kamu tidak memberi kabar bundamu. Memang tadi Ayah tanya apa Bunda mau ikut datang ke toko kue ini. Tapi bunda masih datang ke baksos karena juga sibuk dengan kegaiatan menyulam,”
Adeniar tersenyum simpul saat Ayahnya berkata bahwa Bundanya juga mengkhawatirkan dia sebagai anak bungsu keluarga Adigunawan.
“Apa nanti sabtu Ayah dan Bunda tidak ada acara ? Kalau tidak, apa kita bisa tinggal di vila sentul punya Ayah dan mengundang saudara ? Deniar ingin berkumpul berhubung mungkin akan susah untuk pulang ke rumah. Deniar sudah merana sendirian di apartemen milik Deniar,” pinta seseorang wanita yang sedang memandang Ayahnya dengan mata penuh harap.
“Memang, nanti Sabtu malam Ayah dan Bunda akan berencana untuk tinggal mulai hari Jum’at malamnya di Vila kita di sentul. Ada sebuah kejutan untuk hari Minggunya, Deniar,” kata Ayah memberi lampu hijau akan permintaannya tanpa disadari jika ada sedikit komponen yang Deniar tidak terlalu menyukainya. Deniar tersenyum lebar dan melihat sang Ayahnya dengan tatapan jahilnya, namun mukanya sedikit masam ketika mendengar kalimat terakhir oleh Ayahnya.
“Eh, apa ada sesuatu yang akan terjadi di Minggu malamnya, Ayah ?” kata Deniar masih tidak ingin mendengar jika kemungkinan si Kakaknya Dinira akan datang dari sekolah pastry chef di Sydney itu. Dan ternyata apa yang ditakutinya benar.
“Kakakmu, Dinira akan datang dari Sydney. Kakakmu akan memutuskan dari dua tahun sudah menetap disana untuk meningkatkan skill pastry culinary nya dan akan menetap kembali di Jakarta. Dia akan membuka sekolah pastry di derah Jakarta Utara. Dan dia akan mengajak kita untuk tinggal di vila dan dinner di Minggu malam. Kakakmu akan datang Sabtu paginya. Bukankah menarik, Deniar jika kamu akan bertemu lagi dengan Kakakmu setelah sudah lama tidak berjumpa. Sudah hampir lima tahun kamu tidak bertemu lagi dengan dia,” Ayah memberi jawaban mengapa permintaannya itu memang sejalan dengan keinginan Ayah dan Bundanya, Bahwa ternyata Dinira, si Kakaknya itu memang akan datang lagi semenjak sudah lama tidak bertemu.
Menurutnya bertemu dengan Kakaknya itu akan menguras tenaganya. Itu sudah jelas karena dari dulu dia dengan Kakaknya selalu memiliki keinginan yang sama. Dari jurusan sekolah hingga hobby mereka. Deniar mungkin akan datang, dan akan mencari cara agar Sabtunya dia tidak tinggal di vila. Tapi tawaran mengundang keluarga juga adalah alasan pasti kenapa dia akan menetap menginap dari hari Jum’atnya.
“Jadi, Kakak sudah berkeputusan untuk menetap disini lagi ? Baiklah, Yah. Apa Ayah tau, aku masih memiliki perasaan yang sama terhadap Kakak. Aku lelah Ayah harus selalu memasang muka gembira di depannya, apalagi jika makan malam itu memang dikhususkan untuk merayakan kedatangan kembalinya Kak Dinira,” Deniar benar berkata sesuai kata hatinya dengan sedikit manja di hadapan sang Ayah.
“Hushh,, gitu itu Kakakmu adalah teman kamu dari kamu masih kecil. Mana ada saudara kandung yang membenci sama lainnya. Apa kamu sudah bersedia datang dan menginap di vila selama tiga malam dua hari ? Jika iya, Ayah akan langsung memberi kabar banyak saudara kita untuk bersiap. Mungkin ada saja diantara mereka yang terpentok dengan jadwal lainnya. Semoga saja tante-tante kamu nanti datang semua, jadi Bunda akan merasa senang dengan acara kumpul-kumpul minggu depan,” Ayah kembali menyuapkan tiramisu yang tersisa setengah di wadah berbentuk persegi panjang tersebut.
“Iya Ayah. Deniar cukup senang jika nanti akan bertemu dengan banyak keluarga. Memang Deniar masih tidak dapat terlalu akur dengan Kakak. Dan Ayah sudah tau hal itu dari kita masih kecil. Bahkan sekarang juga. Omong-omong, apa Kakak sudah mempersiapkan pindahannya ke Jakarta ? Kapan Kakak akan menyelesaikan pindahannya ?” tanya Deniar mengenai pindahan sang Kakak Dinira.
“Ayah belum tau. Sepertinya akhir Bulan ini akan sudah kelar pindahan Kakak. Deniar.. Ayah mau memberitau kamu satu hal. Mengenai Kakakmu dan kamu. Kalau kamu merasa Kakakmu itu orang yang tidak adil, jangan terlalu dipikirkan. Memang dari dulunya keinginan kamu dan Kakakmu selalu sama. Tapi, lihat. Kamu sudah punya toko kue besar dan juga sangat disayang oleh orang disekitarmu. Kamu harus selalu bersyukur dan tidak lagi berpikir bahwa Kakakmu adalah seorang selain diri kamu yang sangat sama personalitasnya. Ayah dan Bunda selalu mengharapkan hubungan kamu dan Kakak selalu baik-baik saja,” Ayah memberi sedikit wejangan untuk anak bungsunya ini.
Setelah mendengarnya, ingin sekali Deniar untuk menghiraukannya. Tapi tidak didepan sang Ayah nya. Dia dan Kakaknya Dinira memang bermasalah urusan personalitas, kemiripan bahkan dengan keinginan.
Tidak salah jika Deniar mencari cara agar dirinya tidak ingin berdekatan dengan Kakaknya itu. Mungkin dia akan mencoba menarik perhatian sang Ayahnya dengan mencari jalan pembicaraan lainnya. Tetapi dia akhirnya memberi pernyataan akan Kakaknya ke Ayah Adigunawan.
“Ayah, Aku sudah berencana tidak lagi bertemu dengan Kakak secara sering. Aku masih ingat, aku tidak dapat melupakan tentang bagaimana aku dengan Kakak masih mencoba untuk saling mengambil hati banyak orang disekitar, sedangkan Kakak selalu mendapat perlakuan yang lebih dari aku. Deniar masih susah untuk merelakannya,” kata Deniar saat itu. Suasana hatinya lumayan keruh dan dia pun kemudian menuangkan teh hitam ke sebuah cangkir kosong miliknya.
“Benar-benar kamu Deniar. Ayah minta maaf atas hal itu, tapi kamu juga kesayangannya Bunda dan Ayah. Jangan terlalu dipikirkan. Ingat acara pertemuan minggu depan itu untuk menyenangkan hati kita. Sebagai keluarga utuh. Jika kamu memang tidak ingin terlalu sering bertemu dengan Kakakmu, Ayah tidak memaksa. Kamu dan Kakak sudah punya pekerjaan yang menyibukkan. Semoga itu adalah salah satu healing media antara hubungan kalian,” Ayah menjelaskan.
Tiramisu Ayah sudah hampir habis disuapan terakhirnya kala itu. Kemudian Ayah berdiri dan pergi ke salah satu pramuniaga disana untuk membungkus sisa kue yang ada dan juga memesan beberapa kue untuk dibawanya pulang sebagai oleh-oleh khusus istrinya tercinta.
Setelah itu si pramuniaga menaruh kue-kue itu pada sebuah box putih dengan aksen pita violet dan kartu bertuliskan crumble.by dan menaruhnya di dalam kemasan plastik cukup bermutu itu, kemudian Ayah berpamitan dengan Deniar disana.
“Nak,, Ayah balik dulu yah. Ayah hari ini diantar sopir, jadi tidak usah khawatir kalau Ayah kecapekan. Bundamu pasti sudah menunggu kue-kuemu. Sampai berjumpa nanti di hari Jum’at yah. Pastikan kamu meluangkan waktu, Deniar. Mohon maaf atas ucapan Ayah tadi, jangan terlalu dipikirkan,” Ayah berpamitan kepada Deniar yang sudah memeluk sang Ayahnya erat dan juga mengecup pipi Ayahnya itu. Dengan manja dia berbisik ke Ayah untuk selalu mensupport dia lebih dari sang Kakak.
Pramuniaga sudah menyerahkan box kue-kue yang dipesan Ayah untuk bunda di rumah. Seketika Deniar pun pergi keluar dari rukan ini menuju ke mobil milik Ayah yang dikendarai Bang Bagus, driver khusus untuk Ayahnya itu. Ayah yang sudah berada di dalam mobil yang sudah keluar dari parkiran itu kini melambaikan tangannya untuk mengakhiri pertemuan beralasan ajakan kumpul-kumpul keluarga dengan motiv yang kurang dia minati. Namun dia juga kangen dengan sang Ayah.
Setelah mobil itu pergi, Deniar pun akhirnya kembali ke dalam toko kue crumble.by. Dia seakan ingin memiliki keluarganya itu tanpa adanya kehadiran sang Kakak. Sedikit saja Deniar mengulas senyuman tulus di wajahnya. Akan pertanda bahwa setiap kehidupan tidak akan ada yang sempurna sesuai dengan keinginannya. Lamunan Deniar saat masih duduk di kursi pengunjung terpecah oleh teriakan seorang yang memanggilnya.
“Non Denia, Kita belum memutuskan menu sampingan lainnya untuk besok. Tadi sepertinya non, ingin menyuruh kita untuk membuat eclair. Jadi, gimana non ?” kata Mbak Ineng, seorang yang merupakan chef pendamping disana. Seketika Deniar sudah dilupakan dengan banyak hal yang terbesit tadinya. Dia pun kembali ke dapur agar menyelesaikan menu untuk keesokan harinya.
Malam itu adalah malam terakhir Dinira akan melihat Stephen, lelaki yang dicintainya berada satu kamar dengannya di apartemennya yang terletak di pusat kota New South Wales, Australia.Apartemen bergaya modern klasik itu dengan luas yang lumayan sedang adalah tempat bersinggahnya Dinira Rosalina selama dua tahun dia menetap di Australia untuk melanjutkan sekolahnya dibidang pastry culinary dan akan kembali ke Ibu Kota Jakarta nanti. Dengan penerbangan dihari Kamis tengah malam dan akan datang pada Jum’at siang.Perempuan yang sekarang memakai jubah satinnya itu sedang berada di dapur menyiapkan makan malam terakhirnya di New South Wales karena nanti tengah Malam dia bersama dengan kekasihnya, Stephen Stanlee akan pergi ke Jakarta dengan maskapai penerbangan.Bau semerbak daging tenderloin untuk steak dengan khas thyme dan juga sebotol anggur sudah tersedia di atas sebuah meja makan granit sedang dengan tiga
Suara klakson mobil dengan lantang telah bergema di luar sebuah bangunan megah bergaya klasik modern dengan nuansa bronze dan juga banyak batu pualam. Mobil yang adalah kepunyaan keluarga besar Adigunawan tadinya membawa sepasang kekasih yang barusaja melakukan penerbangan dari Australia menuju ke Indonesia selama 6 jam dan sampai pada bandar udara Internasional Soekarno-Hatta menuju ke Vila di tengah kawasan sentul itu.Driver yang bernama Mang Bagus salah satu driver kepunyaan keluarga Adigunawan ini kemudian langsung memakirkan mobilnya tepat di sudut sebuah taman luas nan hijau dan rimbun. Dan membantu penumpangnya itu agar barang bawaannya yang berupa beberapa koper ukuran besar dapat dikeluarkan dan kemudian dibawa ke dalam vila tersebut.Seketika saat itu Bunda dan Ayah yang sedari tadi mendapat kabar datangnya anak sulungnya melalui alat deteksi tamu di depan rumahnya itu pun langsung saja keluar dari depan Vila
Deniar tampak sedang mengemas roll cake buatannya dan juga beberapa macaroons yang dia buat sejak tadi pagi untuk dibawanya ke Vila di kawasan Sentul untuk keluarganya yang sedang berkumpul. Dia sengaja menelatkan dirinya agar datang lebih sore.Sekarang sudah pukul jam setengah empat sore dan dia sudah diberi kabar oleh Ayahnya bahwa Deniar akan dijemput dengan mobil pribadi milik keluarganya walau dia tau jarak antara Toko kuenya Crumble.by dan kawasan Villa di tengah kota sentul itu sepertinya tidak terlalu jauh.Namun Deniar juga anak bungsu yang juga selalu dimanja oleh Ayah dan Bunda yang terkadang membuat kakaknya Dinira akan merasa cemburu pula.Meskipun terkadang Deniar juga merasa cemburu dengan perlakuan kedua orangtuanya ke Kakaknya, tapi dia tau kedua orangtuanya itu berlaku adil kepada dia dan sang Kakak.Selepas perbincangan mengenai perasaan Deniar, kala itu sedang berteriak memanggil para kar
Seorang lelaki sekitaran berumur awal 30 tahun itu sedang berjalan santai dengan seorang lelaki lainnya yang juga berumuran sama di sebuah tempat perkantoran lantai tengah sekitar lantai tujuh belas. Seorang resepsionis yang tadinya melihat kedatangan lelaki yang sedang berjalan santai itu pun berdiri dan membungkuk tanda hormat kepada lelaki yang barusaja lewat tersebut.Dia sangat menawan dengan memakai celana jeans hitam dengan kemeja putih dan vest berwarna hijau botol, tidak lupa ditangannya sudah bertengger manis sebuah iPad keluaran terbaru dengan beberapa berkas yang ternyata dia bawa sebagai bahan pertemuan dengan klientnya untuk meeting saat ini.Lantaran lelaki itu sedang berada di depan depan kantor majalahnya yaitu ‘Foodie’ In’ dimana di depan terdapat sebuah stand poster yang menyebutkan nama kantor pada lot tempat itu, agar lebih mudah untuk didapati oleh banyak orang asing lain yang mencari kantor redaksi majalah ‘Foodie’ I
Jam menunjukkan pukul 10 malam di hari Jum’at syahdu dimana keluarga besar Adigunawan sedang berkumpul di Vila keluarga di daerah Sentul.Beberapa masih berada di ruang keluarga dan pantry membersihkan sisa-sia kegaduhan yang disebabkan karena di hari ini pertemuan diadakan dengan saling potluck. Masing-masing sanak keluarga yang datang membawa beberapa makanan, kudapan dan banyak lainnya untuk dimakan bersama.Saat itu Deniar dan Farah absen untuk membantu banyak sanak keluarga lainnya yang sedang membersihkan ruangan pantry dan juga ruang keluarga kembali rapi dan bersih.Mereka berdua sedang asik bercerita dan bertukar kabar diantara kegiatan mereka sehari-harinya dan bercerita banyak hal lainnya, layaknya sesama kabar bertemu keluarga. Obrolan antara Deniar dan Farah yang tadinya masih membicarakan pembicaraan ringan, berubah menjadi pembicaraan yangagak&n
Beberapa mobil keluarga milik keluarga Adigunawan sedang berposisi agar terpakir rapih di depan sebuah rukan perbelanjaan yang ada di salah satu kawasan Sentul, Bogor. Mobil yang sudah terpakir rapih itu kemudian mengeluarkan beberapa orang yang ada di dalamnya. Dinira, Deniar, Bunda dan Farah ada pada satu mobil. Sedangkan satu mobil lainnya juga menampung akan sanak keluarga yang juga ikut jalan-jalan ke kota Sentul saat itu sama mengeluarkan beberapa penumpangnya. Kali ini Tente Fei memang mengajak Dinira dan Deniar untuk membeli baju di butik yang menjual baju-baju wanita dengan design modern dan kekinian. Di suatu rukan tersebut terdapat beberapa butik yang bisa dikunjungi oleh kaum wanita yang memang ingin memanjakan mata mereka dengan berbelanja outfit ataupun gaun pesta. Ketika itu Dinira tampil dengan busana berkesan simple yaitu sebuah blouse floral rample bernuansa warna blush yang mengembang di bagi
Lounge berukuran lumayan luas dengan tampilan klasik modern menjadi tempat dinner bagi keluarga Adigunawan saat ini. Lounge yang terketak di salah satu Hotel ternama di Kota Sentul itu sudah dihiasi dengan dekorasi yang minimalis dan dilengkapi dengan food buffet khas yang sudah dipesan Dinira khusus untuk merayakan dinner keluarga dengan kedatangannya kembali ke Jakarta.Sedangkan Lounge itu sudah dipersiapkan, beberapa sanak keluarga yaitu semua Tante, Bunda dan Ayah juga Sepupu dan keponakan sudah datang dahulu kala untuk menunggu datangnya Dinira yang sebenarnya di setting seperti sebuah pesta kejutan.Saat ini Dinira dan Stephen sudah berada di dalam lift hendak mendatangi ruang lounge yang disewa oleh mereka berdua dimana terdapat di lantai delapan dan terletak di dekat balkon dimana disitu juga ada ruang outdoor yang disana terdapat life music dan juga pemandangan yang indah ala Kota Sentul yang sayang jika tidak diabadikan.&n
Dinira menatap permata berlian yang bertengger manis di tangan kanan di jari manisnya itu. Dia sedang asik sedang menatap permata berlian berukuran sedang yang bertengger di jarinya saat dia sedang duduk mantap di sebuah kursi yang ada pada apartemennya saat itu.Apartemen yang tadinya dia punya saat dirinya pernah berada di Jakarta sebelum dia pergi study pastry chef di Australia. Dengan duduk di sebuah kursi makan pada bilik meja sedang yang ada di apartemennya dengan secangkir coklat hangat dan juga milk bun yang baru saja dia buat tadi pagi-pagi setelah dia bangun karena keisengannya yang sudah lama tidak pernah baking tersebut.Dirinya akhirnya pagi tadi mengulik dapur yang ada di apartemen di daerah Kelapa Gading itu dan memulai memanggang sweat cheese milk bun yang dia suka buat dulunya saat sebelum sekolah di Australia.Hari ini di awal hari di tujuh hari dalam seminggu ini Dinira sudah memiliki schedule y
Langit yang berubah menjadi petang saat ini menandakan jika kegiatan di sekolah pastry 'Egg n Flour' milik Dinira sudah akan berakhir. Pemiliknya sendiri sekarang ini sedang menyibukkan dirinya untuk membersihkan beberapa ruangan yang tadinya dipakai untuk mengadakan kelas baking.Dia sedang ikut membersihkan beberapa bekas mangkuk dan peralatan baking lainnya yang sudah dicuci untuk ditaruh di salah satu tempat khusus penyimpanan mangkuk-mangkuk tersebut pada sebuah rak stainless steel yang ada di ujung sudut kelas yang diisi oleh beberapa meja kerja para peserta kelas baking itu.Hampir satu jam Dinira berada di sana. Dia sudah mulai kelelahan berada di lantai dua untuk melakukan tugasnya membersihkan beberapa ruangan kelas. Suara seseorang yang tidak lain adalah Ethania, sahabat dan rekan kerjanya itu akhirnya membuat Dinira menyelesaikan pekerjaannya dan memberikannya
Deniar sedang mencoba duduk tenang dan sekuat mungkin membopong tubuhnya untuk duduk di kursi pasca Bunda telah mengatakan beberapa hal yang membuatnya tidak dapat berkutik dari hasil percakapan yang sudah terjadi sebelumnya.Sore hari yang buruk baginya. Bukan karena apa-apa. Namun karena dia sedang tidak enak badan dan mengharapkan pemberian semangat oleh Bunda mengenai hubungan dirinya dengan Stephen. Dan yang terjadi malah sesuatu ucapan Bunda yang membuat hatinya beringas ingin diselamatkan.Dari rasa kesalnya atas Bunda yang mengatakan mengapa dirinya mengatakan jika benar membenci Kakaknya, Dinira di hadapan seluruh anggota keluarga. Bunda seperti menyalahkan keadaan yang sudah terjadi. Jika dia sudah merangkap menjadi kekasih terbaru Stephen mengingat jika Stephen adalah milik Kak Dinira sebelumnya.Tapi, apa
Seorang pria sedang duduk di atas kursi nyaman dan empuk di ruang pribadi kerjanya. Dia sedang membaca beberapa dokumen penting yang ada di depannya. Sebuah dokumen yang antara lainnya adalah sebuah tanda tangan pengesahan yang dibuat dari pihak dalam majalahnya. Berisi konten pengerjaan majalah kuliner 'Foodie'In' selama tiga bulan kedepannya. Dokumen pertama dari beberapa dokumen ini yang memerlukan tanda tangan dari pihak CEO majalah 'Foodie'In' adalah pengesahan kerangka kerja tiga bulan mendatang ini menjadi awal pertama pekerjaan yang Stephen sedang lakukan di pagi Senin ini.Di bawah sebuah dokumen berisi tanda tangan pengesahan kerangka kerja. Masih ada beberapa dokumen lainnya. Yang terdari dari dokumen berisi banyak iklan yang perlu disahkan oleh Stephen agar bisa beredar di majalah kulinernya. Sampai dengan isi dari apa saja kerangka pekerjaan yang nanti akan d
Seluruh anggota keluarga Ayah Adigunawan sedang berada di ruang keluarga. Mereka membicarakan mengenai bagaimana keputusan mereka atas kelanjutan hubungan antara Stephen dan Deniar serta Dinira dan Nico.Sayangnya mereka memilih agar berbicara dengan suara yang tidak keras, sehingga mereka duduk mendekat di lantai yang beralaskan karpet dekat dengan meja kaca yang berada di tengah-tengah sofa.Rupanya semua anggota keluarga tidak ingin salah satu diantara dua pasangan itu mendengar segala obrolan mereka.Yang menyangkut diskusi mengenai bagaimana keluarga bisa memberi persetujuan atau tidak dan banyak hal lainnya yaitu mengenai apa yang harus dilakukan oleh kedua pasangan itu dari sebuah tragedi yang menimpa kedua pasangan ini.Kali ini diskusi dimulai dari Om Frans yang saat itu menanyakan kepada kedua Orangtua kedua anak wanitanya yang memiliki masalah meng
Tampak tilas keadaan saat ini. Sudah lebih dari satu jam keluarga besar Adigunawan berada di Kediaman Kerinci pada Minggu siang ini.Beberapa diantaranya yaitu para tetua dan sepupu sedang berada di lantai pantry dan di balkon menyantap makanan yang sudah disajikan oleh Bunda dan juga potluck dari beberapa sanak keluarga lainnya.Sedangkan para anak-anak kecil keponakan Deniar dan Dinira sedang berada di lantai ruang keluarga paling atas. Mereka memulai bermain banyak mcam hal di sana, dari mainan yang mereka bawa dari rumah mereka.Para lelaki yang nantinya akan menjadi pihak yang bertugas menjelaskan akan hubungan mereka berempat itu masih menyembunyikan kedatangan mereka dengan ikut bermain dengan para keponakan.Namun tidak berselang lama, Stephen telah dipanggil oleh pihak keluarga. Meninggalkan Nico di lantai ruang keluarga paling atas.
Matahari tampak sudah terbit sampai langit teratas. Menandakan jika hari sudahlah siang. Tepat pada jam dua belas siang ini keempat manusia yang barusaja menyelesaikan diskusi mereka akan pembicaraan penting yang beralaskan seputar hubungan baru diantara mereka yang sudah saling terjalin, sudah diakhiri.Dengan pembicaraan akhir dari Stephen yang akhirnya menerima masukan dari Nico, dimana Stephen enggan untuk menjelaskan masa lalu yang terjadi dan memiliki tapak tilas dengan keadaan hubungan antara Stephen dengan Deniar dan Nico dengan Dinira.Nico menawarkan mengatakan jika dia akan menjelaskan siapa dirinya dan Stephen di masa lalunya. Jika mereka adalah teman sepantaran satu sekolah saat remaja.Walaupun nantinya semua pihak keluarga Ayah Adigunawan memang akan mengatakan alasan mengapa Stephen tengah meninggalkan Dinira dan memiliki hubungan dengan Deniar.
Pagi hari ini Deniar dan Stephen akan pergi langsung menuju ke Kediaman Orangtua Deniar di Kerinci. Mereka memutuskan berangkat pada jam tepat sembilan pagi. Berhubung daerah Apartment Stephen dan juga rumah Kedua Orangtua Deniar berdekatan dan tidak terlalu jauh.Kemarin sorenya Deniar menerima pesan dari Bunda. Yang berpesan kepada anak bungsunya itu jika Bunda ingin Stephen dan Deniar bisa datang lebih pagi dari jadwal datang seluruh anggota keluarganya.Hal ini sudah didiskusikan dengan Dinira juga. Yang memberi ide jika antara Dinira, Deniar dan Stephen serta Nico harus saling berbicara untuk saling memutuskan apa saja informasi yang akan disampaikan nantinya kepada anggota keluarga besar Adigunawan.Dan akhirnya Deniar dan Stephen mengiyakan ajakan dari Bunda karena mereka juga masih memerlukan persiapan dengan bercakap dengan Bunda. Mereka membutuhkan menyesu
Di Sabtu siang ini rumah kediaman kerinci kali ini terlihat tenang dan sepi. Hanya ada Bunda dan Dinira saja yang menempatinya. Sedangkan dua anggota keluarga lainnya, yaitu Ayah dan Deniar sedang tidak ada di rumah.Ayah sendiri sedang pergi dengan urusan lainnya yaitu pertemuan dan gathering kecil-kecilan sesama semua pebisnis yang ikut serta ke ajang event kemarin Jum'at. Sedangkan Deniar sudah dibawa Stephen kemarin malam untuk menginap di Apartment miliknya.Sabtu siang ini Dinira memilih untuk berada di dalam kamarnya, mengerti jika Bunda juga lebih memilih agar beliau ada di dalam kamarnya. Bersantai melewati weekend ini.Di dalam kamarnya, Dinira barusaja selesai mandi pagi. Sesudah dia sarapan dengan Bunda berdua saja menggunakan pancake yang dia buat sebagai menu sarapan.Dinira berencana untuk menont
Pagi hari kali ini sangat hangat. Namun udara sejuk yang mendampinginya membuat siapa saja akan betah berada di atas kasur seharian penuh. Iya, sekarang adalah hari weekend tiba.Tepat hari Sabtu pagi ini Deniar tau dia sudah ada di salah satu kamar yang cukup asing baginya. Dia sedang berada di kamar Apartment milik Stephen. Kekasih tercintanya. Yang kemarin malam mengajak dia untuk menginap di Apartment milik Stephen.Deniar melihat jika kekasihnya itu belum bangun dari tidurnya dan masih ada di sebelahnya. Sedangkan dirinya barusaja terbangun di kala itu. Melihat jam yang menempel di dinding kamar Stephen. Menunjukkan pukul enam pagi.Akhirnya Deniar bangun dari tidurnya dan pergi ke dalam kamar mandi yang ada di bagian luar kamar Stephen. Kamar mandi tamu, berbeda dari kamar mandi milik Stephen di dalam kamarnya.Dia pun pergi mandi setelah dia mengambil