“Kenapa?” tanya Renata sinis. Jelas saja dia pasti tidak setuju dengan rencana Darren, sebab kalau mereka memutar ke kota itu akan membuat mereka semakin lama di jalanan.“Baik, Pak,” jawab Joko yang sepertinya baru menyadari sesuatu di belakang mereka. Dan Joko paham maksud Darren, dia hanya mau melindungi semua orang yang berada di dalam mobil.Darren tahu kalau Martano juga sudah tahu dimana mereka tinggal, tapi Martano hanyalah tahu kalau itu adalah rumah majikan Darren. Dan Darren tidak mau Martano mengetahui semua tentang dia saat ini. “Aku butuh waktu yang cukup lama untuk muncul ke hadapan Martano sebagai putra dari Rudi Zervano. Dimana pada saat itu tiba, aku harus meyakinkan kalau aku bisa melawannya!”“Joko! Kalian ini ada apa? Untuk apa kita muter-muter membuat kita semakin lama di jalanan. Sedangkan aku butuh istirahat secepatnya! Aku mengantuk!” ujar Renata marah karena dia tidak setuju dengan apa yang dilakukan oleh Darren dan sang sopir.“Tolong pahami dan ikuti saja,
“Jangan mengada-ada, Darren!” teriak Renata tidak percaya.Renata pastinya berpikir kalau kedua orang tuanya tidak akan melakukan hal keji seperti itu. Dan juga keinginan dari orang tuanya adalah menginginkan dia pulang ke rumah dan menemani koleganya, bukan membunuhnya.Darren mengangguk. “Aku tidak mengada-ada. Aku tidak mau mereka mengejar sampai ke rumah tinggal kita. Dan kau juga pastinya tidak mau kan diseret dengan paksa? Kalau mereka tahu itu adalah rumah kita, maka aku jamin ke depannya hidup kita tinggal disana tidak lagi nyaman.”Renata menggelengkan kepalanya, dia masih ingin menyangkal semuanya dan dia masih percaya kalau kedua orang tuanya tidak mungkin melakukan itu kepadanya. Karena ini sangat menakutkan dan beresiko kecelakaan.“Tidak! Tidak Mungkin! Mereka tidak mungkin melakukan hal seperti ini! Aku anak mereka!” teriak Renata yang seolah benar-benar menolak kenyataan yang ada.“Oek! Oek!”Noah yang terkejut mendengar teriakan Renata terbangun dari tidurnya dan mena
“Tidak! Kau tidak boleh turun! Apapun yang terjadi aku akan menghadapinya,” jawab Darren kemudian. Darren tidak ingin Renata kembali merendahkan dirinya untuk dijadikan pajangan dalam pertemuan Martano dengan rekan bisnisnya. “Tapi, kalau aku menolak masalah ini tidak akan selesai,” jawab Renata kemudian. “Kamu bukan jaminan untuk alasan apapun, karena kamu anak kandung mereka. Tidak selayaknya mereka menjadikan kau sebagai wanita pajangannya, hanya untuk membuat urusannya lancar. Apa bedanya dengan beliau menjual kau?” tanya Darren. Renata hanya menunduk, karena dia juga sudah begitu muak dengan apa yang dilakukan oleh kedua orang tuanya itu. Apalagi kadang-kadang pembicaraan mereka yang cukup melecehkan Renata. Dulu Renata pernah kabur dari rumah karena sudah lelah yang harus bekerja untuk Martano, dan hidupnya terbatas, seperti dikurung. Akhirnya renata berontak, dan sejak itulah Martano membebaskan Renata bergaul dan menikmati pesta-pesta bersama temannya. Dan itulah puncaknya
“Non, dia lagi-lagi diam saat Non Renata menggendongnya,” ujar Bi Inah dengan sangat antusias.Darren yang melihat itu diam-diam menghapus jejak airmatany, dia sangat terharu melihat interaksi antara Noah dan Renata. “Tidak ada yang bisa memungkiri hubungan ibu dan anak. Bahkan anak yang baru saja dilahirkan sudah mengerti dengan bau ibunya. Noah…, kamu begitu merindukan ibumu.”Sementara itu Renata yang sedang menggendong Noah, tampak hanya terdiam dengan mata yang tidak pernah beranjak dari sang anak. Hatinya begitu tersentuh dengan hal ini, dan ini bukanlah hal pertama, sebab saat dirumah sakit pun, hal seperti ini beberapa kali terjadi.“Apakah kau begitu merindukanku?” tanya Renata dalam hatinya.Renata memperhatikan wajah
“Renata…,” panggil Darren pelan sambil mengambil alih menggendong Noah. Karena Renata benar-benar tidak sudi lagi menggendong anaknya tersebut.Renata memalingkan wajahnya, dia tidak tergerak sedikitpun hatinya meskipun dia melihat Darren memberikan Noah susu dengan sangat telaten. “Kamu sengaja mau membuat aku merasa terikat dengan dia, kan?”Pertanyaan Renata itu membuat Darren hanya bisa menggelengkan kepalanya. “Bukan seperti itu, sudah aku katakan kalau aku hanya ingin membuat Noah memiliki kenangan yang layak dia ingat tentang ibunya. Kalau masalah ikatan, walaupun sekeras apapun kau memungkirinya ikatan kalian tetaplah kuat. Tidak ada yang bisa memutuskan ikatan ibu dan anak, meskipun kalian berpisah.”“Hentikan omong kosongmu itu, Darren!” kesal Renata berteriak kepada sang suami. Walaupun di dalam hatinya merasa tercubit mendengar apa yang disampaikan oleh Darren.Dan sebenarnya saat ini alasan Renata tidak mau terlalu lama menggendong atau bermain dengan Noah adalah, dia tid
Darren menundukkan kepalanya. “Aku tidak ingin kita bercerai. Dan aku masih berharap kalau kau kembali kepada kami. Karena kami akan terus menunggumu.” Renata menyunggingkan senyumannya. “Kita tidak berjodoh. Dan aku sudah berusaha untuk mencintai kau saja, tapi nyatanya aku tidak bisa. Aku tidak nyaman berada di dekat kau, dan juga aku memiliki mimpi yang harus aku capai sendiri. Jangan pernah menungguku!” Untuk kedua kalinya, Renata mengatakan kepada Darren untuk tidak menunggunya. Itu membuat Darren hanya bisa menganggukkan kepalanya. “Kau akan pergi kemana?” tanya Darren yang mencoba untuk menyelidiki kemana tujuan Renata pergi. Semakin hari, perasaan Darren kepada Renata semakin jelas. Dan setelah melihat perjuangan Renata melahirkan Noah, perasaannya kepada Renata semakin besar. Sehingga Darren mencoba untuk menghalangi Renata pergi, namun nyatanya tidak bisa. “Aku tidak bisa memberitahukan kemana tujuanku. Karena aku akan hidup di tempat dimana orang-orang tidak ada yang me
Darren hanya bisa menganggukkan kepalanya. “Jam berapa?”“Keberangkatan jam sepuluh,” jawab Renata santai dan langsung merebahkan tubuhnya ke atas pembaringan tanpa mempedulikan lagi Darren yang masih duduk di sofa dengan pikiran yang kacau.Saat ini yang paling Darren khawatirkan adalah kesehatan dan keselamatan Renata, karena belum satu bulan pasca operasi dia sudah harus pergi menempuh perjalanan yang jauh. “Pagi-paginya kita cek kesehatan kamu dulu, ya?”Renata yang semula berbaring menghadap dinding, sekarang membalikkan kembali tubuhnya. Dia melihat kearah sang suami dengan kening yang mengkerut. “Untuk apa?”“Aku khawatir, karena kamu belum sembuh total,” jawab Darren.“Tidak perlu! Akulah yang tahu dengan tubuhku! Aku yang bisa merasakan apakah tubuhku sehat atau tidak. Jadi, kau tidak perlu berpikir seperti itu. Percayakan saja kepadaku,” jawab Renata tegas.Dan, jika Renata sudah berkata seperti itu maka tidak ada yang bisa membantahnya. Darren sudah cukup mengenal Renata. W
Darren hanya menyunggingkan senyuman nya setelah membaca pesan yang dikirimkan oleh Martano tersebut. Dalam hatinya dia menjawab; “Iya, besok aku memang akan mengantarkan Renata untuk pergi ke suatu tempat. Tapi, buka ke rumah kau.”Darren mematikan daya ponselnya dan meletakkannya diatas meja. Dia tidak ingin ada yang mengganggu lagi dengan semua telepon yang tidak penting tersebut.“Dan kau harus merasakan kehilangan anakmu, Martano. Meskipun kau tidak menyayanginya, tapi setelah ini kau benar-benar akan merasakan kehilangan orang yang bisa memancing para investor. Kau membuat aku kehilangan kedua orang tuaku saat aku masih belia, nanti setelah kalian tua pasti akan merasakan bagaimana sakitnya saat anak tidak mau mendekat,” gumam Darren sambil menyalakan sebatang rokok dan menghisapnya dalam-dalam.Dengan perlahan Darren mengembuskan asap putih yang berbentuk garis lurus, dan tidak berapa lama semua asap itu tersebar karena tertiup angin malam. “Kalau seperti ini, memang lebih baik