"Jadi…?" tanya Alisa terbata-bata.Renata menganggukkan kepalanya. "Iya, aku adalah anak dari salah satu orang yang membuat papa kalian meninggal.""Darren tahu?" tanya Alisa penasaran, karena rasanya sangat aneh melihat hubungan mereka yang tampak saling mencintai. Namun, menyimpan rahasia yang begitu besar."Tahu. Dan aku melindungi Darren jangan sampai identitasnya diketahui oleh papaku. Karena bisa jadi, akan menimbulkan masalah kalau papaku tahu," jawab Renata.Alisa menggelengkan kepalanya, semua itu masih membuat Alisa bingung. Dan rasanya susah sekali menerima apa yang dikatakan oleh Renata.Bahkan, Alisa tidak menyangka kalau ternyata Renata yang tampak baik, lembut dan ramah itu adalah anak dari seorang pembunuh."Bagaimana bisa seperti ini? Aku dibuat menjadi sangat bingung. Aku benar-benar terkejut," ujar Alisa pelan."Maafkan aku. Inilah salah satu alasan mengapa aku dan Darren sulit untuk kembali. Walaupun Darren berkali-kali membujukku, aku tidak bisa membiarkannya mend
'[Selamat siang, ini dari rumah sakit Jasmine. Hasil tes atas nama Darren Zervano dan Alisa Hadana sudah bisa diambil. Terima kasih.]'Begitulah bunyi pesan yang masuk ke ponsel Darren dan itu membuat tangan Darren bergetar."Apapun hasilnya aku akan terima," gumam Darren pada dirinya sendiri.Kring! Kring! Kring!Tidak berapa lama, ponsel Darren berdering dan itu dari Alisa."Aku baru saja menerima pesan dari rumah sakit," ujar Alisa setelah panggilan itu mendapatkan jawaban dari Darren."Iya, dua jam lagi aku jemput ya. Sekarang aku masih ada kerjaan yang harus diselesaikan terlebih dahulu," jawab Darren menanggapi perkataan Alisa.Darren paham maksud dari Alisa meneleponnya. Karena jujur, keduanya sama-sama tidak sabar untuk mengetahui hasilnya agar mereka bisa menjalankan kehidupan normal tanpa tanda tanya."Oke." Alisa menjawab dengan singkat dan kemudian mematikan sambungan telepon tersebut.Darren hanya mengangguk, walaupun dia tahu kalau Alisa tidak melihat anggukan kepalanya.
“Astaga, kenapa harus ketemu?” tanya Darren dalam hatinya dengan sangat kesal.Darren membalikkan badannya dan terlihat Nana berdiri di belakangnya dengan senyuman sinisnya. Padahal Darren sangat menghindari bertemu dengan Nana, karena hidupnya akan sangat kacau kalau sudah berurusan dengan artis tersebut.Sementara itu, Alisa yang tahu kalau itu adalah Nana langsung Nampak berbinar. Karena pastinya moment yang sangat langka orang sepertinya bisa bertemu Nana secara langsung dengan jarak yang sangat dekat.“Kau memblokir nomorku?” tanya Nana kemudian.“Iya.” Darren menjawab pertanyaan Nana dengan sangat santai. Bahkan dia tidak mengelak ataupun mencari pembelaan.“Kita tidak ada lagi urusan. Dan juga sekarang berita yang tidak penting itu sudah menghilang, jadi aku rasa untuk apa lagi kita saling kontak-kontakan. Lebih baik anggap saja kita tidak saling mengenal, biar hidupku menjadi lebih tenang,” lanjut Darren yang segera mengajak Alisa untuk segera pergi meninggalkan Nana.Darren t
“Siap, aku akan memberikan harga khusus untuk Alisa,” jawab Renata dengan wajah yang berbinar.“Tidak boleh. Berikan saja harga seperti biasanya, aku tidak mau merugikan usaha kamu,” ucap Darren melarang Renata memberikan dia harga khusus.Darren tidak mau diperlakukan dengan istimewa. Hubungan mereka tidak boleh dicampur adukkan dalam bisnis. Walaupun mereka memiliki hubungan yang dekat, masalah bisnis tetap bisnis.“Kamu dia aja, gak perlu ikut campur. Ini masalah wanita, lebih baik kamu tidur saja!” ujar Renata.Darren hanya tersenyum, dia merasa senang karena saat ini Renata tidak lagi merasa canggung kepadanya. Renata sudah lebih rileks dan tidak lagi tampak menjaga imagenya di depan Darren.“Satu lagi, besok kamu bisa ajak Alisa ke salon? Soalnya aku gak tahu salon terbaik dimana, dan aku juga banyak pekerjaan di kantor yang harus aku selesaikan,” ujar Darren kemudian saat Renata dan Alisa akan keluar dan menuju ke butik di lantai bawah.Renata menghentikan langkah kakinya dan m
"Bagaimana ini?" tanya Alisa.Saat ini mereka tidak bisa lagi menghindar, karena Amina dan Hailey sudah melihat kedatangan mereka.Bahkan mata Hailey melotot tajam saat melihat Alisa yang duduk di sebelah Darren."Tenang, biar aku yang menghadapinya," ujar Darren menenangkan Alisa yang saat ini mau turun dari mobil dengan tangan yang gemetaran.Alisa hanya mengangguk pasrah, dia percaya dengan Darren yang pastinya paling bisa menghadapi mamanya. Darren dan Alisa turun dari mobil dengan santai, bahkan Darren menyunggingkan senyumannya.Ternyata Amina mengirimkan pesan kalau di rumah mereka saat ini ada Hailey yang memaksa masuk dan membuat keributan kalau tidak diizinkan masuk, demi tidak mengganggu tetangga akhirnya Amina tidak ada pilihan lain selain menyuruhnya masuk.Namun, Darren tidak membaca pesan yang masuk ke ponselnya. Sehingga tidak tahu kalau ada pesan dari ibunya."Alisa? Mengapa kau disini? Kau bilang bekerja di suatu tempat?" tanya Hailey dengan suara yang cukup keras.
“Apa ini?” tanya Hailey menatap selembar kertas yang disodorkan oleh Darren.“Silakan baca sendiri!” jawab Darren.Sebenarnya dalam hati Darren merasa bersalah bersikap sedikit tidak sopan kepada Hailey, namun Darren juga tidak bisa melakukan apapun. Karena dia tahu, orang seperti Hailey tidak bisa diperlakukan dengan baik-baik.Sudah terlihat contohnya, awalnya Darren memperlakukan Hailey dengan sangat hormat karena walaupun membencinya, Darren tetap menghargai Hailey yang menjadi ibu tirinya. Tapi, Hailey memanfaatkan kebaikan Darren.Hailey tampak membaca surat yang diberikan oleh Darren. yang ternyata itu adalah surat perjanjian kalau Hailey menyerahkan Alisa kepada Darren dan tidak akan mengganggu kehidupan Darren dan Alisa. Jika, Hailey mengingkari janji tersebut maka Darren akan melaporkan Hailey kepada polisi.“Hahaha, kau seperti anak kecil. Semuanya menggunakan surat yang bermaterai seperti ini,” hina Hailey sambil meletakkan kembali surat itu diatas meja.Hailey tampak tida
“Berikan dia kepercayaan. Kita tidak tahu dengan manusia, siapa tahu dengan uang ini beliau akan berubah,” ujar Darren mengingatkan Alisa.Alisa hanya bisa mengangguk, walaupun dalam hatinya masih meragukan mamanya. Namun, dia tetap menuruti apa yang diinginkan oleh Darren.“Mulailah terbiasa dengan rumah ini, dan jangan sungkan,” lanjut Darren kepada sang adik.Darren yakin kalau Alisa pasti merasakan canggung dan belum terbiasa dengan rumah yang menjadi tempat tinggalnya selama ini.“Jadi, apa rencana untuk Alisa?” tanya Amina kemudian.Sebelum menjawab pertanyaan Amina, Darren memberikan kertas hasil dari rumah sakit itu kepada Amina, agar ibunya membaca yang tertulis disana. Karena Darren masih merasa sesak kalau mengingat perselingkuhan papanya dengan Hailey.“Sebenarnya tanpa melihat hasil ini saja ibu sudah yakin kalau dia memang putri dari papa kamu. Sebab, wajahnya sangat mirip dengan beliau. Aku cukup familiar, karena setiap bulan Pak Rudi selalu datang ke panti asuhan. Tapi
“Lihatlah dia di wawancara!” teriak Alisa menunjuk ke arah layar datar yang besar tersebut.Saat ini mereka saling terdiam dan memperhatikan ke layar kaca, melihat Nana yang sedang menjawab beberapa pertanyaan para wartawan.“Aku tidak tahu siapa wanita itu, tapi seperti yang bisa kita lihat kalau mereka baru saja berbelanja. Dan aku rasa itu adalah pacar barunya,” jawan Nana dengan wajah yang di buat bersedih.“Bagaimana dengan hubungan kalian?” tanya salah satu wartawan itu.“Tanyakan sendiri kepadanya, aku takut salah jawab. Karena takutnya dia menyangkal seperti waktu itu, au sih maklum ya kalau dia seperti itu. Sebab, dia bukan dari kalangan entertainment,” jawab Nana.Darren tampak menyugar kasar rambutnya mendengar jawaban yang diberikan oleh Nana kepada para awak media. Dan dari jawaban yang diberikan oleh Nana itu sepertinya sengaja untuk menjatuhkan Darren.Padahal selama ini mereka tidak pernah memiliki hubungan apapun, dan mengapa tiba-tiba Nana memberikan jawaban yang men