Sampai Qu Cing melepas tongkat tersebut, dan sang tongkat pun bergoyang cepat dengan kendali energi spiritual cahaya miliknya.Mata Lu Tung membulat. Sembari menangkis serangan sang tongkat sakti, kera hitam itu memperhatikan tongkat tersebut dengan seksama. "I-ini ...! Tongkat sakti Sun Ji Gong!"Bugh! Bugh! Bugh!Tongkat sakti itu terus bergoyang menghantam tubuh si kera hitam memancarkan cahaya panas. Setiap kali Lu Tung terkena sentuhan panas itu, bulunya akan tersengat dan terbakar."Aaargh!" rintih Lu Tung.Kera itu berlari dan melompat bergelantungan di atas pohon, meraih beberapa tumbuhan merambat.Whuuush! Syuuut syuuut syuuut!Dengan lincah Lu Tung melompat dari satu pohon ke pohon yang lain, sembari mengikat sang tongkat sakti, hingga tongkat tersebut terjerat oleh beberapa tumbuhan merambat yang cukup kuat. Dia cukup puas karena sukses membuat pergerakan sang tongkat terhenti.Namun, saat Lu Tung hendak menghampiri Qu Cing kembali, ia melihat bocah itu menampakan senyum s
Setelah mendengar perkataan sang tongkat sakti, Qu Cing tersadar. "Benar! Ukiran ini, sama persis dengan ukiran yang terukir di tongkat! Tapi, bagaimana cara membukanya?"Sang tongkat menjawab, "letakan aku di atasnya! Kotak itu akan bersatu denganku dan Anda bisa mengambil kitab itu, Tuanku."Qu Cing pun melakukan apa yang dikatakannya. Ketika sang tongkat berada di atas kotak, kotak tersebut berubah menjadi serpihan cahaya dan lenyap. Kini, tampak sebuah buku kumuh, tapi masih terlihat rapi dan terawat. Buku itu adalah Kitab Sang Raja Kera.Saat Qu Cing menyentuh buku tersebut, tanda matahari di telapak tangannya kembali bereaksi. Hal ini membuat anak itu sedikit terperanjat. Dia tidak gegabah menyentuhnya kembali. Apakah buku ini juga benda pusaka? Pikirnya."Ada apa, Tuan? Anda tampak ragu. Aku pikir, Anda bisa menyerapnya dengan mudah," ujar sang tongkat sakti."Apakah ini akan sakit, seperti saat aku menyerapmu?" tanya Qu Cing."Tidak akan sesakit itu, Tuanku. Buku ini hanyalah
Para pasukan kera itu manatap tajam Qu Cing dengan tatapan yang berbeda. Ada yang menatap kagum karena sang tongkat sakti mengakuinya sebagai tuan yang baru, ada pula yang memandangnya remah karena dia tampak seperti seorang anak kecil."Kau pikir, dengan kau menbawa tongkat sakti Sun Ji Gong, kami akan mengakuimu sebagai raja? Ckck. Anak kecil kemaren sore, datang ke Hutan Lembah Siluman Kera dan ingin diakui sebagai raja? Lelucon macam apa ini?"Langit jingga memenuhi alam memperindah pemandangan. Qu Cing meringis menunjukan sebagian wajahnya. Ia memakai topeng kain di bagian mata."Terserah kalian! Aku hanya punya waktu sampai datang waktu malam. Yang mau mengakuiku sebagai raja dan siap mengikutiku, maka ikuti aku! Aku akan membawa kalian ke lahan kosong untuk berlatih memunculkan inti spiritual!" Anak itu berjalan ke suatu tempat yang luas dan tampak kosong. Hanya ada bebatuan dan sedikit pepohonan di sana.Beberapa kera tidak mengikutinya karena keangkuhan mereka. Qu Cing tak ac
Qu Cing meringis. Dia meminta agar Nie Lee mengikutinya untuk masuk ke gua karang. "Duduklah, Paman!"Nie Lee duduk bersila. Qu Cing berdiri di belakangnya menutup wajah pria itu dengan kedua telapak tangan. "Bersiaplah, Paman!"Tangan Qu Cing mengeluarkan cahaya hijau menembus wajah Nie Lee. Kemudian, dia menggerakan keduanya ke arah telinga pria itu sampai ke rambutnya.Suatu keajaiban terjadi. Kulit wajah Nie Lee kembali mengencang dan menjadi mulus tanpa luka. "Wajahku!" seru pria itu merasakan sesuatu yang luar biasa."Aku tidak menyangka, ternyata Anda pria yang tampan, Paman," puji Qu Cing. "Mari kita ke tahap selanjutnya!"Kedua tangan anak itu, turun menggenggam pundak. Lalu, dia menekan salah satu sendi spiritual Nie Lee. Kemudian, menariknya ke satu sendi yang lain dengan gerakan tangan yang menekan. Dia melakukannya beberapa kali hingga semua sendi-sendi spiritual itu tersambung kembali."Aaargh!" Nie Lee mengerang beberapa kali dengan napas terengah-engah sampai memuntahk
Teman-teman sekelas, tidak mengetahui bahwa sebenarnya Qu Cing bahkan telah melebihi ranah spiritual tingkat kedua."Aku akan memberi kejutan pada mereka," bisik Qu Cing kepada Bau Ba Chin."Hei, teman-teman! Mengapa kalian tidak membawa Bau Ba Chin untuk berkeliling perguruan? Jangan sampai dia tersesat saat berjalan sendiri tak mengerti arah. Perguruan ini sangat luas loh! Kalau saja aku bisa memandunya, aku akan lebih akrab dan membawanya berkeliling!" ujar Bery Tha si buta. Dia memahami dirinya tidak bisa melihat, sehingga ia meminta teman-temannya untuk mengakrabkan diri dengan Bau Ba Chin.Namun, semua terdiam. Qu Cing memahami teman-temannya. An Cang kesulitan berjalan karena ia memiliki keterbatasan. Satu kakinya lumpuh dan sulit untuk berpijak.Ashe Li tidak bisa menjadi pendengar yang baik. Orang-orang yang berbicara padanya, selalu merasa bosan karena dia tidak bisa menanggapi obrolan mereka.Qu Cing berdiri dari tempat duduknya dan berkata, "aku yang akan menemaninya berke
Wajah Qu Cing merah padam. Bibirnya mengantup dan kedua tangannya mengepal kuat. Ketika Qu Cing hendak bertindak, Bau Ba Chin mengulurkan tangan ke samping untuk menghadangnya. "Simpan tenagamu, Teman. Biarkan aku yang memberi mereka pelajaran!"Sebuah bola kegelapan, melesat cepat menghantam pantat Ji Thu. Bocah kasar itu terjingkrak kaget serta merasakan suatu pukulan yang kuat. "Sialan!" Dia menoleh mencari-cari si pelaku sembari meraba-raba bagian belakangnya. Anak itu menyadari bahwa celana yang dikenakan terkoyak-koyak, di balik serabut-serabut benang tipis, tampak dua belah daging mulus dan kenyal saling berhimpitan."Aaaaargh! Siapa yang melakukan ini!" gertak Ji Thu menutupi celananya yang bolong dengan kedua tangan. Dia merasa malu dan tidak bisa terus berlama-lama di sana. Sehingga, ia berlari meninggalkan teman-temannya ke asrama untuk mengganti celana.Selepas Ji Thu pergi, hingga tak tampak lagi batang hidungnya, anak-anak kelas 1C yang sudah dari tadi menahan tawa pun a
Setelah itu, An Cang perlahan membuka matanya dan merasakan kakinya bisa bergerak dengan ringan. Terukir raut wajah bahagia saat ia mendapati kakinya bisa bergerak bebas. "Apakah ini nyata?" Gadis itu berdiri sembari menghentak-hentakkan kedua kakinya dengan girang. Ia juga mencubit lengannya beberapa kali untuk memastikan bahwa ia sedang tidak bermimpi. "Ini benar-benar nyata!""Tentu saja ini nyata. Aku belajar pengobatan dengan baik," ucap Qu Cing merasa senang bisa membantu temannya."Terima kasih! Sekali lagi terima kasih!" Gadis itu membungkuk-bungkukan badan.Qu Cing berdiri dan berkata, "Sekarang, kau bisa ikut pergi ke perpustakaan menyusul yang lain.""Hmm ... aku akan memberi kejutan kepada teman-teman. Aku sudah meminjam buku tentang kekuatan spiritual angin kemaren. Jadi, aku akan berlatih di asrama.""Oh, kau meminjam buku itu! Bolehkah aku menyalinnya?""Menyalin?" An Cang memeringkan kepala. "Jadi, kau sudah bisa memunculkan inti spiritual?!""Em, aku akan mengoleksin
Beberapa menit sebelumnya di Kediaman Guru Shi, Nie Lee menyadari bangkitnya suatu kekuatan asing. Dia menatap langit, samar-samar melihat gempulan aura kegelapan di area perpustakaan. "Sang kegelapan telah bangkit! Itu berarti putera kegelapan telah kehilangan kendali!" ucapnya. Pria itu segera bergegas mengambil jubah untuk menyamar dan pergi mencari Qu Cing. "Jambul, bantu aku cari bocah itu!""Ka-kak tu-a!" jawab si Jambul mengerti."Jika kau menemukannya, bawa dia ke pohon besar ini!" Nie Lee menunjuk sebuah pohon besar yang terletak tidak jauh dari Kediaman Guru Shi.Mereka pun berpencar. Si Jambul lebih dulu menemukan Qu Cing di asrama puteri."Ka-kak tu-a ... ka-kak tu-a!" Suara si Jambul memanggil Qu Cing.Jambul!Mata Qu Cing membulat mencari-cari burung itu. Dia baru setengah menyalin buku. Tapi, anak itu merasa ada sesuatu yang terjadi sehingga burung itu datang memanggilnya."Ah, aku ingat, bahwa ada yang harus aku kerjakan sebelum Guru Shi kembali! Sampai jumpa, An Cang!
Di garis depan, Qu Cing berlari dengan langkah cahaya, bergerak seperti kilat di antara musuh. Ia mememukul dan menusuk, meninggalkan jejak kekacauan. Matanya bersinar menembus kelemahan musuh. Tongkat saktinya berputar di tangannya, memancarkan energi yang membelah udara.Sementara Bau Ba Chin, tak jauh dari Qu Cing, bergerak sejajar dengan langkah bayangan. Mereka berlari beriringan menembus pasukan dengan cepat hingga ke barisan belakang."Aku akan membantu An Cang menghadapi Jendral Tao Cang. Kau, siapkanlah serangan kejutan untuk melemahkannya!" ucap Bau Ba Chin kepada Qu Cing.Qu Cing mengangguk. "Cepatlah! An Cang dalam bahaya!" Matanya melihat gadis itu tengah kesulitan menggerakan tubuhnya.Bau Ba Chin pun melangkah lebih dulu menghampiri An Cang. Tepat waktu dia berdiri di depan gadis itu sebelum pedang mencapainya.“Tangan raja kegelapan!” Bau Ba Chin menahan ujung pedang dengan telapak tangan kosong. Perlahan, angin yang menyelimuti pedang, meraung pergi, terkikis digantik
Mata Tao Cang menyipit curiga. "Tidak datang sendiri katamu?" Ia melirik ke belakang dan terkejut melihat Qu Cing, Bau Ba Chin, Du Bai, We Ling, Shaka, dan Ashe Li berdiri dengan sikap siaga.“Ck ck," geram Tao Cang, amarahnya membuncah. Ia mengenali para murid dari Perguruan Long Ji, namun kehadirannya di sini, membela Klan Hawa, sungguh tak terduga.Shaka maju selangkah, menatap lurus ke arah Tao Cang. "Jendral, kau telah dibutakan oleh ambisi. Kekejamanmu tidak bisa dibenarkan. Kami di sini untuk menghentikanmu." Dia memandang sang jendral dengan tatapan muak. Tutur kata yang biasanya memanggil dengan sebutan ‘kakak', kini enggan terucap. Tak ada lagi rasa hormat pada dirinya terhadap Tao Cang.Tao Cang tertawa sinis. "Menghentikanku? Kalian anak-anak ingusan ini? Jangan bercanda. Ha ha ha! Kalian tidak tahu dengan siapa kalian berurusan!"Saat itulah Shaka membuat pengungkapan yang mengejutkan. "Jendral, gadis yang berdiri di hadapanmu adalah anak perempuan yang telah kau buang, A
“Apa yang kau pikirkan? Pemimpin klan tidak akan menyalahkan kita karena telah membunuh Bell Lee Yong,” tegas Nie Lee. “Bergabunglah dengan mereka, dan tunjukan bahwa anak-anak dari perguruan ini memiliki masa depan yang cemerlang!”“Tentu saja, Guru.” Qu Cing pun bergegas pergi bersama Bau Ba Chin menyusul yang lain.Sementara itu, di kediaman Klan Hawa, debu mengepul memenuhi angkasa, bercampur asap dari bangunan yang terbakar, melukiskan neraka di Kediaman Klan Hawa. Pekik kesakitan dan raungan amarah berbaur menjadi simfoni kematian yang memekakkan telinga.Di tengah kekacauan itu, Jenderal Tao Cang berdiri tegak, matanya menyala-nyala dengan ambisi yang membara. Pedangnya berlumuran darah, senyum sinis tersungging di bibirnya saat ia menyaksikan pasukannya merangsek maju, menghancurkan segala yang menghalangi jalan mereka.Dinding-dinding kediaman, yang dulunya megah dan kokoh, kini penuh dengan retakan dan lubang menganga akibat hantaman kekuatan spiritual dan senjata. Mayat-maya
Seketika We Ling merasa risih. “Pergilah ke kamarmu sendiri!” ucap gadis itu berpaling pergi.Sementara Du Bai masih berdiri di sana hingga gadis itu hilang dari pandangannya. Terukir senyum di wajahnya, ia pun kembali ke tempat peristirahatan.Setelah mendapat izin dari kepala perguruan, Shaka menginap bermalam di kamar asrama Qu Cing. Bocah itu mempersilakannya untuk tidur di dipan, akan tetapi Shaka menolak.“Tidurlah! Aku akan tidur di tikar,” ujarnya. Tubuh lelaki itu dipenuhi luka. Dia terlelap sangat cepat, mungkin kelelahan. Tanpa sepengetahuannya, Qu Cing menyembuhkan seluruh luka yang diderita.Keesokan harinya, mereka terbangun dalam keadaan bugar dan sehat.“Apa yang terjadi pada tubuhku semalam?” ujar Shaka mendapati seluruh luka di tubuhnya menghilang. Matanya beralih menatap sebuah dipan tempat tidur Qu Cing yang telah kosong. Di mana anak itu? Pikirnya.Shaka bangun dan keluar dari kamar. Tampak seorang bocah sedang berlatih di halaman. Kilatan-kilatan, jejak bayangan
Beberapa saat sebelumnya."Kak Shaka?"Saat Tao Cang mengayunkan pedangnya ke arah Shaka, Qu Cing segera memerintahkan sang tongkat sakti."Patahkan!" seru anak itu penuh amarah.Tongkat sakti pun melayang ke udara, membesar seperti batang pohon yang kokoh dan menjulang tinggi."Aku adalah sang raja tongkat. Benda pusaka legendaris tiada tanding!" Sang tongkat menghempas cepat menghantam pedang yang di genggam Tao Cang hingga terjatuh dan patah."Du Bai, tangkap ini!" Qu Cing melemparkan We Ling ke arah Du Bai yang saat itu sedang terkagum-kagum dengan kekuatan sang tongkat."Hah? Apa?" jawab Du Bai linglung. Ia mendapati We Ling menjerit dan jatuh ke tanah dengan wajah melompong. "Ups, maaf. Aku tak fokus." Du Bai pun turun untuk membantu gadis itu.Di sisi lain, Qu Cing mengejar sang tongkat sembari menarik kainnya untuk menutupi wajah. Ia berdiri di ujung tongkat dengan gagah berani menatap tajam Tao Cang.“Si-siapa kau?” suara Tao Cang menggema, diwarnai kebingungan dan kemarahan
Sebuah pedang perak berkilau putih dikendalikan oleh seorang pria paruh baya yang mengenakan baju zirah. Pedang perak itu melayang di atas dengan arah mata pedang tertuju ke arah tubuh We Ling, menampakkan raungan jiwa-jiwa yang telah banyak menelan korban.“Tieng An, kupersembahkan darah gadis muda ini kepadamu!” ucap si pria menyebut nama pedang itu.‘Pedang Tieng An?’ We Ling terbangun setengah sadar mendengar ucapan itu. Ia mengetahui, bahwa satu-satunya pemilik pedang perak bernama Tieng An adalah Jendral Tao Cang.We Ling terbaring tak berdaya di altar, rasa putus asa menyelubungi dirinya saat pedang perak meluncur dengan kecepatan yang mengguncang jiwanya. Ingin ia berteriak mengeluarkan seluruh kekuatannya, tapi suaranya tercegat. Tenggorokannya seperti tercekik terengah-engah dengan napas yang tak beraturan.Di tengah kegelapan malam yang menyelimuti kesadarannya, We Ling merasakan kehadiran sesuatu yang lain, seolah ada cahaya yang ingin mengusir bayang-bayang gelap itu.Qu
Beberapa saat sebelumnya, di kamar asrama putri, seseorang pria dengan pakaian hitam tertutup menyelinap masuk ke kamar We Ling.Gadis itu yang sedang tertidur lelap, dikagetkan oleh suara gesekan pintu yang terbuka. We Ling terbangun dalam keadaan bingung, otaknya masih berusaha menggapai kenyataan di sekelilingnya. Saat We Ling merasakan kekuatan tangan asing membungkam mulutnya, ketakutan meluap dalam dirinya. Dia berusaha melawan, tetapi pria berpakaian hitam itu terlalu kuat. Dalam sekejap, dunia di sekelilingnya menjadi gelap seiring dengan kesadarannya yang memudar.Saat We Ling terbangun kembali, dia mendapati dirinya berada di sekitar asrama putra. Angin malam berhembus kencang, dan suara deru dari jauh seolah mengiringi ketegangan di dalam dirinya. Dia merasa lemah, tetapi instingnya memberitahu bahwa dia harus bertindak cepat. Saat pria itu kembali berusaha membungkamnya, We Ling mengambil kesempatan. Dengan segenap tenaga, dia menghembuskan napasnya, mencoba mengeluarkan
'Tanda itu ...' Mata sang raja kegelapan membulat. Seketika, firasat buruk yang terus menghantuinya sejak melihat tanda itu semakin kuat. Sebuah simbol misterius yang bisa melahap cahaya dan melenyapkan kegelapan."Tunggu!" kata raja kegelapan, membuat Qu Cing teralihkan."Bau Ba Chin benar-benar berteman baik dengan orang yang tepat. Aku berubah pikiran. Singkirkan tanganmu sekarang! Sesuai keinginan kalian, aku akan menyatukan diri dengan Bau Ba Chin," ujar sang raja kegelapan.Namun, saat dia berbicara, dia tidak bisa menghilangkan rasa takut yang menguasainya. Simbol matahari yang bersinar terang di telapak tangan kanan Qu Cing memancarkan kehangatan dan kekuatan yang tidak asing bagi sang raja kegelapan. Rasanya seperti cahaya matahari menusuk jiwanya, membuatnya rentan dan terpapar.'Bagaimana mungkin seorang bocah 9 tahun memiliki kekuatan seperti itu?' Pikirannya merinding. Dia bisa merasakan bayangan di sekelilingnya bergetar, seolah-olah bahkan mereka pun takut akan cahaya y
Beberapa saat sebelumnya di alam bawah sadar Bau Ba Chin. Anak itu sedang berjuang keras untuk menaklukkan sang raja kegelapan.Namun, rupanya itu sangat sulit. Raja kegelapan sangat berambisi untuk menguasai tubuhnya. Beberapa kali Bau Ba Chin hendak melawan, itu justru berakibat melukai dirinya sendiri."Bagaimana mungkin? Aku sama sekali tidak bisa menyentuhnya." Bau Ba Chin tertunduk merenung, wajahnya pucat dan nafasnya tersenggal-senggal. Darah segar mengalir dari sudut mulutnya karena terkena serangannya sendiri."Ha ha ha. Dasar bodoh! Kekuatanmu belum cukup untuk bisa menghadapiku, Bocah! Ragamu ini juga masih terlalu lemah untuk menampung kekuatanku," kata sang raja kegelapan."Tunggu beberapa tahun lagi, ketikan tubuhmu sudah benar-benar matang, aku akan mengambil alih dan membalaskan dendam kepada seluruh Klan Dhulam. Aku akan menjadikan tanah kediaman mereka sebagai kuburan! Ha ha ha!" imbuh sang raja kegelapan.Kebangkitan sang raja kegelapan adalah malapetaka bagi Klan D