Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 15A#Usaha tak ModalBy : Leni Maryati"Gini hlu mbak, gimana kalau alat-alat Laundry yang nganggur itu aku pakai dulu untuk usaha. Nanti kalau untung kita bagi usaha. Aku 95 persen dan Mbak Alika 5 persen." jelasnya. "Hahaha...." Aku yang mendengar penjelasnnya hanya bisa ngakak. Bagi hasil apa itu 5%, seluruh alat-alatku yang dipake, sedang alat ada masa pemakaiannya, belum lagi perawatannya. Ada-ada saja idenya. Untung di dia, buntung di aku donk. "Kok tertawa?" Mbak Niken terlihat sewot."Mbak... Mbak... ga ada ide lain?" tanyaku sesantai mungkin. "Ide lain? Kamu jangan pelit-pelit sama tetangga, Lagian itu alat-alat cuman disimpan di gudang kan? Daripada dibiarkan saja rusak. Biasanya alat kalau ga pernah dipake malah rusak kok," ujarnya nyerocos. Aku hanya terdiam. Ini mau usaha kok ga modal banget. Kalau alat-alatku mau dibeli ga masalah, soalnya itu bukan alat-alat yang murah. Kalau rusak membutuhkan biaya yang tak sedikit. Kalau ga d
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 15B# Usaha Tak ModalBy Leni Maryati"Eh.. kalau gitu aku pulang dulu ya Mbak Alika, ini jus buat Dita aku bawa. Eh.. itu diplastik apa ya, kok baunya harum," Mbak Niken menghirup napas dalam-dalam. Menikmati aroma yang tak asing di hidungnya."Oh.. tadi beli sate, Mbak Niken mau?" tanya mas Farrel."Hehe.. Maulah mas.." sahutnya cepat. "Bun... Ambilkan 1 bungkus buat Mbak Niken ya,"Aku mengangguk. Aku membuka plastik itu, ternyata Mas Farrel hanya membeli 2 bungkus sate. Aku mengambil sebungkus sate dan memberikannya ke Mbak Niken."Ini, Mbak,""Iya, makasih. Pamit dulu ya Mbak Alika... Mas Farrel..." Huff... Akhirnya tetanggaku itu pulang juga. "Kenapa bun... hehe. Yang Ikhlas," ucap suamiku."Ikhlas kok yah..cuman sate sama jus aja. Cuman sebel aja tadi diajak diskusi hal ngawur," aku tak bisa menutupi kalau aku lagi sebel dengan tetangga depan rumahku itu."Ngawur?""Udah nanti aja aku ceritaan, nih diminum dulu jus mangga pesanan ayah,"
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 16#ParasitBy : Leni MaryatiDaripada aku tak bisa mengontrol emosiku mending aku pulang saja. Huff... benar-benar menguji kesabaranMalam harinya aku menceritakan semuanya ke mas Farrel. Dengan bercerita setidaknya emosiku bisa tersalurkan ga hanya dipendam dalam hati, nanti malah jadi penyakit. "Mas... kok Mbak Niken ga jujur aja dari awal kalau pinjam blender buat jualan jus sama pop ice," ujarku. Aku ingin tahu bagaimana reaksi dan pendapat suamiku itu."Kalau jujur mikirnya ga dibolehin bunda, kayak alat Laundry kemarin yang mau dipinjam," jawabnya."Ya kan aneh mau usaha Laundry pake alat-alat kita, bahkan nyuci dan ngeringin baju rencana di rumah kita, pakai listrik kita. Dia cuman nyetrika listrik di rumahnya. Itu ide sungguh-sungguh ngawur, ya langsung bunda tolak lah," "Untuk blender positif thinking aja bun, mungkin Mbak Niken baru iseng-iseng usaha, Misal beli blender langsung terus ga laku jualannya kan eman uangnya untuk beli ble
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 17 By : Leni Maryati#Sampah***Sore hari aku menyuapi makan Chacha seperti biasanya di halaman depan rumah sambil menghirup udara luar. Sepulangnya mbak Niken dari rumahku, ia tak lagi main-main ke rumah lagi. Mungkin masih marah. Ah... terserahlah tidak semua keinginannnya harus kuiyakan. Selama ini aku sudah cukup bersabar dengan segala sikap absurdnya. "Mbak Alika.... lagi nyuapi makan Chacha ya..."Teriak seseorang dari seberang halaman rumahku, lebih tepatnya dari teras rumahnya mbak Niken."Oh.. Budhe Nur... Iya Budhe." jawabku."Sini mb Alika... ngobrol-ngobrol kesini." ujar Budhe Nur seraya menepuk-nepuk kursi kosong disebelahnya. Aku menggedong Chacha dan berjalan ke arah teras rumahnya mbak Niken. Terlihat mbak Niken sedang sibuk merapikan barang dagangannya. "Hai mbak Niken..." sapaku ramah. Namun mbak Niken hanya melirikku sekilas dengan sinis dan diam saja acuh tak acuh seolah tak mendengar sapaanku. Tak terlalu kupikirkan, a
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 18By : Leni Maryati#Kosong***Hari minggu sore sesuai kesepakatan kita kumpul di rumah mbak Niken untuk berangkat ke kondangan bersama-sama. Hari minggu biasanya mas Farrel tidak ke toko jadi Chacha ku titipkan mas Farrel. Kami berempat---Aku, Mbak Niken, Budhe Nur dan Budhe Yati sudah duduk-duduk di teras rumah mbak Niken, tinggal menunggu kedatangan budhe Ratna. Tidak lama kemudian Budhe Ratna datang bersama mbak Erni yang rumahnya disebelah rumah budhe Ratna dan Budhe Sarni juga. Kami bertujuh berjalan kaki beriringan ketempat hajatan, walaupun beda desa namun hanya berbeda beberapa gang dengan rumah kami. Sampai ditempat acara kami langsung menyerahkan amplop kami satu persatu ke meja panitia penerima amplop untuk ditulis dibuku. Kami langsung duduk di kursi yang sudah tersedia minum teh manis dan beberapa snack di atas meja. "Eh.. mbak Niken kok tadi ga diserahin amplopnya?" tanya budhe Ratna tiba-tiba. Aku tidak tahu soal itu karen
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 19#Batal di traktir?By : Leni Maryati*****"Ibu-ibu... ada info," ucap Bu RT didepan kami. "Info apa bu?" tanya salah satu ibu-ibu, kalau tidak salah namanya bu Dian. Aku jarang ketemu dengan ibu satu ini soalnya saat acara RT atau arisan jarang datang. "Bu Nilam barusan menelepon kalau kereta kelincinya rusak, jadi makan-makannya di batalkan.." ujar Bu RT."HAH... APA? DIBATALKAN?" Teriak mbak Niken. Suara riuh ibu-ibu langsung bergema. "Yang bener Bu RT... Kita udah nunggu disini setengah jam apalagi belum makan siang," Budhe Ratna nyeletuk. "Iya bu... Buru-buru kesini eh ga jadi," sahut ibu-ibu yang lain."Bu RT harus tanggung jawab... Bu RT yang traktir kita-kita aja kalau gitu," pinta mbak Niken lantang. "Setuju... setuju...," "Wah... tekor bandar ini," Bu RT mulai bersuara kembali."Tenang ibu-ibu... memang kereta kelincinya sempat rusak alias mogok. Tadi sudah diperbaiki dan mesinnya sudah hidup. Kira-kira 10 menit lagi sampai si
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 20#DisidangBy : Leni Maryati****Author povAnton dan Rama duduk di tengah-tengah di kursi pesakitan desa. Didepannya duduk Pak RT dan 2 Pamong desa. Disamping mereka ada sepasang suami istri dan satu pemuda. "Baik Anton dan Rama, jadi kalian sudah mengakui bahwa telah mencuri ayamnya pak somad dan ibu siti? Lagipula sudah ada saksi valid dari saudara mas Dirga," ujar Pak RT. "Salah orang pak, mungkin mas Dirga salah lihat!" Anton masih berusaha berkelit. "Aku sama sekali tidak salah lihat. Aku melihat Anton keluar dari kandangnya Pak Somad. Anton juga masih memakai pakaian hijau yang dipakainya sekarang," ujar seseorang pemuda karang taruna yang bernama Dirga."Bagaimana Rama?""Aku tidak tahu ayam itu darimana, hanya Anton mengajakku ke tempat yang bisa memotong ayam dan membersihkan bulu-bulunya?""Misal diantara kalian terutama Anton, kami terpaksa melaporkan ini ke kantor polisi. Lagipula di kandangnya pak Somat ada cctvnya." Bohong
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 21By : Leni Maryati#Boneka Beruang"Jangan.... Ini boneka beruangku...!" teriak Dita. "Dita... bonekanya kasihkan Chacha ya... daritadi Dita sudah pinjem, sekarang giliran Chacha yang memainkan bonekanya," Alika mencoba merayunya. "Tidak mau.... Ini bonekaku..." Teriak Dita lagi sambil lari kembali rumahnya sambil membawa boneka beruang itu. Chacha kembali menangis. Apa yang harus dilakukan Alika?Alika menggendong Chacha ke rumah Niken untuk meminta kembali boneka itu. Didepan halaman rumahnya Alika langsung bertemu Niken yang juga baru sampai rumah. "Mbak Niken... tunggu!"Niken menengok sekilas, "Ada apa mbak Alika aku capek, mau buru-buru selonjorin kaki!" ketusnya."Mbak Niken tadi Dita ambil boneka beruangnya Chacha, ini anaknya nangis terus. Tolong ambilkan bonekanya, ya.""Lha Ditanya sekarang dimana?" tanya masih dengan nada ketus. "Ditanya langsung lari, bawa bonekanya masuk ke dalam rumah.""Ya sudah nanti tak suruh kembalikan,