Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 21By : Leni Maryati#Boneka Beruang"Jangan.... Ini boneka beruangku...!" teriak Dita. "Dita... bonekanya kasihkan Chacha ya... daritadi Dita sudah pinjem, sekarang giliran Chacha yang memainkan bonekanya," Alika mencoba merayunya. "Tidak mau.... Ini bonekaku..." Teriak Dita lagi sambil lari kembali rumahnya sambil membawa boneka beruang itu. Chacha kembali menangis. Apa yang harus dilakukan Alika?Alika menggendong Chacha ke rumah Niken untuk meminta kembali boneka itu. Didepan halaman rumahnya Alika langsung bertemu Niken yang juga baru sampai rumah. "Mbak Niken... tunggu!"Niken menengok sekilas, "Ada apa mbak Alika aku capek, mau buru-buru selonjorin kaki!" ketusnya."Mbak Niken tadi Dita ambil boneka beruangnya Chacha, ini anaknya nangis terus. Tolong ambilkan bonekanya, ya.""Lha Ditanya sekarang dimana?" tanya masih dengan nada ketus. "Ditanya langsung lari, bawa bonekanya masuk ke dalam rumah.""Ya sudah nanti tak suruh kembalikan,
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 22By : Leni Maryati#Hamil."Chacha ga bakal bisa tidur, yah. Bonekanya aja masih disembunyikan Dita." "Iya.. Biar ayah yang mengatasi. Tunggu di rumah ya!" Alika akhirnya menuruti perintah suaminya itu. Ia pamit pulang. Biar nanti Chacha di hibur dengan kartu. kesukaannya atau disetelkan youtube. ****Di rumah Alika mengelus-elus kepala Chacha yang terlihat gelisah. Mengantuk tapi tidak bisa tidur. Sesekali matanya masih fokus pada film kartun kesukaannya di layar hape. Entahlah... boneka beruang yang sudah tak bagus lagi itu jadi boneka kesayangan Chacha. Mungkin karena boneka yang dipakai Chacha tidur semenjak balita. Alika gelisah menunggu Farrel. Sudah satu jam sejak Ia pulang dari rumahnya Niken. Apa mungkin suaminya itu tidak berhasil membujuk Dita untuk memberitahu dimana dia menyembukan boneka beruang itu.Semenjak kedatangan Niken, dunianya yang adem ayem menjadi jungkir balik. Hari-harinya harus dipenuhi kesabaran yang ekstra.Bah
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 23By : Leni Maryati#Iga Bakar Bikin EmosiAlika merasakan perutnya mual dan melilit. Rasanya Ia ingin segera pulang dan memuntahkan isi perutnya. Padahal pagi tadi baru minum air putih hangat dan belum sarapan nasi."Mang aku beli terong ini dan telur seperempat, total berapa?""Lima belas ribu aja, neng."Alika langsung menyerahkan uang pas dan pamit pulang duluan. "Budhe-budhe, aku duluan ya. Perutku agak mual.""Ya, mbak. Istirahat dulu. Mukamu kelihatan pucat gitu." ujar budhe Nur. Alika berjalan pulang sambil menenteng belanjaannya. Meninggalkan mamang sayur, budhe Yati dan budhe Nur yang masih asyik mengobrol. "Alika mual gara-gara bau ikan asinmu itu, mang," canda budhe Yati. "Kalau baunya wangi itu namanya parfum. Neng Alika palingan ngidam itu, mual-mual gitu. Pasti hamil." jawab mamang sayur. "Ngaco kamu!""Dibilangin ga Percaya."Sesampainya di rumah Alika langsung meletakkan belanjaannya di atas meja dapur. Tak lupa Ia mengunci
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 24By : Leni Maryati#Tujuh puluh lima ribu"Sudah, mending mbak Alika pulang saja. Menganggu orang makan saja!" sungut Niken. Alika hanya memandangnya geram.Wajah Alika merah padam. Sedari pagi tubuhnya sudah kurang fit, ingin makan iga bakar saja harus ada drama dulu. Kepala yang tadinya sudah mendingan kini kembali terasa pening. Rasanya Alika ingin berteriak sepuasnya memaki Niken, tapi masih ditahannya. Ia masih waras untuk meladeni tetangga yang tak ada akhlak."Baik, kalau mbak Niken ga mau mengaku. Biar Driver yang antar makanan tadi aku telpon. Driver tadi juga sudah bilang padaku kalau mbak Niken mengaku-ngaku saudaraku. Mengatakan kalau aku ga ada di rumah dan suruh menitipkan makanan kesini. Masih mau mengelak?" tanya Alika.Niken hanya diam, masih melirik sinis. Ia merasa tak bersalah."Kalau begitu apa drivernya biar kesini saja langsung sebagai saksi. Kalau terbukti mbak Niken telah mencuri makanan pesananku, jangan salahkan aku, k
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 25By : Leni Maryati#JemuranAlika nampak berpikir sejenak. Ia ikut tidak ya kegiatan ibu-ibu besok? Sedangkan tubuhnya masih belum fit. Haruskah Alika ikut berenang besok?Sambil berpikir, Alika masih terus menggulirkan jemarinya di layar ponsel. Ia membaca semua pesan yang masuk digroup ibu-ibu.Kebanyakan ibu-ibu sangat antusias dengan acara besok. Bahkan ibu-ibu sudah mempersiapkan baju ganti renang malam ini. Ada juga ibu-ibu yang meminta saran bawa bekal makanan apa. Budhe Ratna dan Niken juga paling antusias. Niken izin Bu RT akan membawa kedua anaknya Dita dan Dito. Alika masih menscoll terus. Ada Budhe Yati yang izin besok tidak ikut kegiatan itu. Budhe Yati sudah ada janji masak di rumah salah satu kerabat. Alika berpikir sejenak, sepertinya Ia izin saja. Tubuhnya belum sehat benar. Apalagi berenang, itu sungguh tak memungkinkan.Alika mengetikkan pesan jika besok Ia izin tidak mengikuti kegiatan dengan alasan sakit. Tak lama kemudian
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 26By : Leni Maryati#Perlawanan.Alika membuka pintu matanya memicing tak suka. Perasaannya sudah tak enak. "Apa itu?" tanya dengan suara datar. "Ini jemuran yang kehujanan. Gara-gara mbak Alika , jemuranku basah semua dan kotor. Sia-sia subuh tadi aku mencuci.""Terus?" "Mbak Alika harus tanggung jawab. Mbak Alika harus memcucinya kembali dan mengeringkannya. Lagian mbak Alika punya mesinnya. Pokoknya aku terima beres." ketus Niken. Alika memelototkan matanya tak suka."Kenapa aku yang harus tanggung jawab? Aku tidak bersalah disini, jadi aku tidak perlu tanggung jawab." tegas Alika. "Jelas bersalah! Tahu jemuran tetangga kehujanan dibiarkan saja!" "Aku tidak tahu...""Pokoknya harus tanggung jawab!"Tin tinDitengah perdebatan itu masuk mobil ke halaman rumah Alika. Terlihat Farrel keluar dari mobilnya sambil menenteng sebuah plastik hitam. "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh""Wa'alaykumussalam warrahmatullahi wabarakatuh, Ayah!
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 27By : Leni Maryati. #Ibu-ibu JulidSaat Alika baru datang ada ibu-ibu nyeletuk. "Eh... Ini Alika ya. Orang yang ga punya rasa simpati dengan tetangga." DegJantung Alika serasa berhenti. Baru juga datang, duduk saja belum. Sudah ada ibu-ibu yang julid padahal ia tidak terlalu mengenalnya. Alika duduk, pura-pura tak mendengarnya. "Hidup bertetangga itu harus saling tolong menolong." ujar bu Dian. Ibu-ibu yang sejak tadi julid. "Eh... Maumunah. Kalau tidak tahu persoalannya jangan julid. Jadi orang itu harus tabbayun. Jangan menghakimi." Semprot Ratna yang tenyata duduk dibelakang Alika. Bu Dian hanya mencebilkan bibirnya tak terima. "Budhe Ratna sih ga tahu. Mbak Niken telpon malam-malam nangis, curhat capek harus ngulang nyuci lagi. Jemurannya kehujanan. Jadi tetangga itu harus punya hati.""Mbak Alika itu sakit, makanya ga ikut renang. Yang itu salah Niken sendiri, lagian mau pergi kok jemur dihalaman." "Setidaknya sebagai tetangga dekat
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 28.By : Leni Maryati#Bank MekarNgreng.. ngreng... Motor Mega pro berhenti di halaman rumah Niken. Nampak Laki-laki berjaket hitam turun dari motornya. Laki-laki itu langsung duduk diteras Niken. Menunggu siempunya rumah selesai melayani para pembeli. Selang beberapa saat Niken memberi laki-laki itu beberapa lembar uang. Setelah laki-laki itu menerima uang dan mencatatnya dalam buku. Lalu pamit pergi. "Bangke... Hati-hati jangan berurusan dengab Bangke!" celetuk Ratna.Alika dan Nur saling berpandangan. "Bangke? Apa itu?" tanya Nur. "Bangke itu Bank Keliling. Bunganya gede. Ngeri banget. Apalagi kalau sampai nunggak ga bayar, bakal digebukin sama depcolektor."Alika bergidik ngeri. "Ha... ngeri juga ya. Mbak Niken berurusan dengan bank keliling?""Iya mungkin, Lha itu tadi ngasih setoran.""Chacha!" panggil Dita---anaknya Niken dari halaman rumahnya. Ia sedang asyik bermain dengan mainan barunya. "Lihat! Aku punya sepeda baru. Harganya maa