Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 24By : Leni Maryati#Tujuh puluh lima ribu"Sudah, mending mbak Alika pulang saja. Menganggu orang makan saja!" sungut Niken. Alika hanya memandangnya geram.Wajah Alika merah padam. Sedari pagi tubuhnya sudah kurang fit, ingin makan iga bakar saja harus ada drama dulu. Kepala yang tadinya sudah mendingan kini kembali terasa pening. Rasanya Alika ingin berteriak sepuasnya memaki Niken, tapi masih ditahannya. Ia masih waras untuk meladeni tetangga yang tak ada akhlak."Baik, kalau mbak Niken ga mau mengaku. Biar Driver yang antar makanan tadi aku telpon. Driver tadi juga sudah bilang padaku kalau mbak Niken mengaku-ngaku saudaraku. Mengatakan kalau aku ga ada di rumah dan suruh menitipkan makanan kesini. Masih mau mengelak?" tanya Alika.Niken hanya diam, masih melirik sinis. Ia merasa tak bersalah."Kalau begitu apa drivernya biar kesini saja langsung sebagai saksi. Kalau terbukti mbak Niken telah mencuri makanan pesananku, jangan salahkan aku, k
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 25By : Leni Maryati#JemuranAlika nampak berpikir sejenak. Ia ikut tidak ya kegiatan ibu-ibu besok? Sedangkan tubuhnya masih belum fit. Haruskah Alika ikut berenang besok?Sambil berpikir, Alika masih terus menggulirkan jemarinya di layar ponsel. Ia membaca semua pesan yang masuk digroup ibu-ibu.Kebanyakan ibu-ibu sangat antusias dengan acara besok. Bahkan ibu-ibu sudah mempersiapkan baju ganti renang malam ini. Ada juga ibu-ibu yang meminta saran bawa bekal makanan apa. Budhe Ratna dan Niken juga paling antusias. Niken izin Bu RT akan membawa kedua anaknya Dita dan Dito. Alika masih menscoll terus. Ada Budhe Yati yang izin besok tidak ikut kegiatan itu. Budhe Yati sudah ada janji masak di rumah salah satu kerabat. Alika berpikir sejenak, sepertinya Ia izin saja. Tubuhnya belum sehat benar. Apalagi berenang, itu sungguh tak memungkinkan.Alika mengetikkan pesan jika besok Ia izin tidak mengikuti kegiatan dengan alasan sakit. Tak lama kemudian
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 26By : Leni Maryati#Perlawanan.Alika membuka pintu matanya memicing tak suka. Perasaannya sudah tak enak. "Apa itu?" tanya dengan suara datar. "Ini jemuran yang kehujanan. Gara-gara mbak Alika , jemuranku basah semua dan kotor. Sia-sia subuh tadi aku mencuci.""Terus?" "Mbak Alika harus tanggung jawab. Mbak Alika harus memcucinya kembali dan mengeringkannya. Lagian mbak Alika punya mesinnya. Pokoknya aku terima beres." ketus Niken. Alika memelototkan matanya tak suka."Kenapa aku yang harus tanggung jawab? Aku tidak bersalah disini, jadi aku tidak perlu tanggung jawab." tegas Alika. "Jelas bersalah! Tahu jemuran tetangga kehujanan dibiarkan saja!" "Aku tidak tahu...""Pokoknya harus tanggung jawab!"Tin tinDitengah perdebatan itu masuk mobil ke halaman rumah Alika. Terlihat Farrel keluar dari mobilnya sambil menenteng sebuah plastik hitam. "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh""Wa'alaykumussalam warrahmatullahi wabarakatuh, Ayah!
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 27By : Leni Maryati. #Ibu-ibu JulidSaat Alika baru datang ada ibu-ibu nyeletuk. "Eh... Ini Alika ya. Orang yang ga punya rasa simpati dengan tetangga." DegJantung Alika serasa berhenti. Baru juga datang, duduk saja belum. Sudah ada ibu-ibu yang julid padahal ia tidak terlalu mengenalnya. Alika duduk, pura-pura tak mendengarnya. "Hidup bertetangga itu harus saling tolong menolong." ujar bu Dian. Ibu-ibu yang sejak tadi julid. "Eh... Maumunah. Kalau tidak tahu persoalannya jangan julid. Jadi orang itu harus tabbayun. Jangan menghakimi." Semprot Ratna yang tenyata duduk dibelakang Alika. Bu Dian hanya mencebilkan bibirnya tak terima. "Budhe Ratna sih ga tahu. Mbak Niken telpon malam-malam nangis, curhat capek harus ngulang nyuci lagi. Jemurannya kehujanan. Jadi tetangga itu harus punya hati.""Mbak Alika itu sakit, makanya ga ikut renang. Yang itu salah Niken sendiri, lagian mau pergi kok jemur dihalaman." "Setidaknya sebagai tetangga dekat
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 28.By : Leni Maryati#Bank MekarNgreng.. ngreng... Motor Mega pro berhenti di halaman rumah Niken. Nampak Laki-laki berjaket hitam turun dari motornya. Laki-laki itu langsung duduk diteras Niken. Menunggu siempunya rumah selesai melayani para pembeli. Selang beberapa saat Niken memberi laki-laki itu beberapa lembar uang. Setelah laki-laki itu menerima uang dan mencatatnya dalam buku. Lalu pamit pergi. "Bangke... Hati-hati jangan berurusan dengab Bangke!" celetuk Ratna.Alika dan Nur saling berpandangan. "Bangke? Apa itu?" tanya Nur. "Bangke itu Bank Keliling. Bunganya gede. Ngeri banget. Apalagi kalau sampai nunggak ga bayar, bakal digebukin sama depcolektor."Alika bergidik ngeri. "Ha... ngeri juga ya. Mbak Niken berurusan dengan bank keliling?""Iya mungkin, Lha itu tadi ngasih setoran.""Chacha!" panggil Dita---anaknya Niken dari halaman rumahnya. Ia sedang asyik bermain dengan mainan barunya. "Lihat! Aku punya sepeda baru. Harganya maa
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 29By : Leni Maryati. #Lari dari HutangPerasaan Niken sudah mulai tak enak. Niken berjalan mendekat. mendudukkan dirinya pada kursi kayu panjang yang ada di ruang tamu rumahnya. "Bapak mau tanya apa?" Walaupun Niken sudah punya feeling apa yang akan ditanyakan suaminya itu, namun Ia masih mencoba bertanya. Basuki terdiam sejenak. Mengamati istrinya yang duduk di depannya. Bibirnya masih terkatup rapat."Itu Dita punya sepeda baru uang dari mana?" tanya Basuki pelan."Uang dari hutanglah, pak! Uang darimana lagi coba?" jawab Niken dengan sinis. "Hutang kita sudah banyak, bu. Jangan ditambah-tambahi lagi untuk beli hal-hal yang tidak perlu." nasehat Basuki pada Niken. "Dita nangis terus, pak. Pengen sepeda seperti Chacha. Kasihan anaknya. Uangnya juga buat kebutuhan dapur, beli sembako, bayar listrik, sekolah anak, kondangan, arisan dan bayar kebutuhan lain. Penghasilan bapak dan hasil dagangan ibu masih ga nutup." cerocos Niken. Hidup di des
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 30By : Leni Maryati#JulidSelesai mengirimkan pesan, Alika langsung mengembalikan ponsel itu ke pemiliknya. "Ini. Tunggu saja sebentar pasti Mbak Niken akan langsung menghubungi." ujar Alika percaya diri. Benar. Tak berselang lama ponsel milik pria penagih setoran itu berdering. "Angkat. Jangan lupa di Loudspiker. Coba tanyakan sama siapa Ia menitipkan uangnya." ujar Alika.Pria itu mengangguk setuju. [Halo...] sapa Niken dari seberang sana melalui telepon.[Iya Halo, mbak Niken.][Ada apa lagi? Setorannya sudah bereskan, sudah aku titipkan saudaraku.][Saudara yang mana?][Namanya Alika. Rumahnya depan rumahku.]Alika sudah gemas sekali. Tak sabar lagi untuk membalas kata-kata bohong Niken. [Saudara siapa? Aku bukan saudaramu, mbak Niken! Jangan bohong! Aku akan laporkan perbuatanmu itu pada mas Basuki karena sudah menggangguku.] bentak Alika. Agar suaranya terdengar Niken.Niken terdiam diseberang sana. Pria penagih setoran melihat ponsel
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 31By : Leni Maryati#Arisan dan Gosip hotNiken hanya mencebilkan bibirnya. "Motor kredit aja pakai syukuran." gerutunya pelan namun masih terdengar. Budhe Ratna mendengus pelan. Kalau bicara dengan Niken memang butuh kesabaran ekstra. "Jangan salah mbak Niken. Motornya beli secara Cash. Bukan Kredit ya... Diam-diam Budhe Yati punya tabungan. Apalagi ditambah jual kambingnya. Makanya kita tidak boleh meremehkan orang lain. Ini Nasinya mau ga?"Niken melirik nasi box dalam plastik hitam itu. "Ya maulah! Rezeki mana bisa ditolak." Niken lalu mengambilnya. "Eh... Kok Budhe Ratna dan Budhe Sarni dapat dua plastik. Aku cuman satu. Kita sama-sama tetangga dekat Budhe Yati kok dibedakan." protes Niken. "Jangan salah paham mbak Niken. Kita-kita tadi ikut bantu-bantu di rumahnya Budhe Yati dan ada sisa snack. Dibungkuskan untuk yang di rumah." jelas Budhe Sarni."Salah sendiri sudah diundang malah ga dateng. Sok sibuk banget sih..." sinis Budhe Ratna.
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 84#Murka sekaliBy : Leni Maryati*****10 Menit kemudian terdengar suara chacha yang menangis dengan kencang. Tak lama kemudian juga terdengar suara pecahan kaca.Alika dengan cepat-cepat keluar dari toilet. Tubuhnya mematung melihat apa yang ada dihadapannya. Chacha telihat menangis tersedu-sedu, dengan kening atas kanan terlihat benjol. Kaca jendela juga pecah berkeping-keping. Selain itu yang membuat mata Alika membulat sempurna terlihat layar LCD TV yang retak seperti habis terkena pukulan benda tumpul. Gambar di layar TV hanya tinggal setengah saja yang terlihat. Alika dengan cepat mengangkat Chacha yang masih menangis tersedu-sedu. Ia menenangkan Chacha untuk berhenti menangis. Dita dan Dito masih kejar-kejaran dan tembak-tembakan. Dita sedang memegang Ulekan batu, ulekan yang biasanya didapur ia gunakan untuk menghaluskan bumbu dapur. Kenapa ulekan itu bisa sampai di ruang TV. Alika geleng-geleng kepala, rumahnya seperti kapal pecah.
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 83#Menunggu lewatBy : Leni Maryati*****Sore hari jam 5 sore seperti hari-hari sebelumnya nongkrong di perempatan jalan bersama Dian dan beberapa ibu-ibu lainnya. Keempat ibu-ibu itu asyik mengobrol. Bergosip dari gosip yang masih hangat dan juga nyinyir hal-hal yang sudah lewat. Seperti saat ada suami budhe Nur yang lewat naik sepeda di depannya, langsung keempatnya ghibah keluarga budhe nur. "Budhe nur... Kasihan ya, ditinggal mancing suaminya terus, bahkan pulangnya sampai larut malam," Niken melirik suami budhe yang sedang mengayuh sepeda kebonya, berjalan semakin jauh. "Iya... Anaknya juga habis sakit, padahal ibunya juga belum lama opname." timpal seseibu yang ada disitu. "Dia ga kerja, suaminya ya cuman mancing dan ke sawah. Kerja kalau ada yang ngajakin, kalau ga ada yang ngajak ya nganggur." jawab Niken lagi. "Nganggur gimana, ke sawah kok... Kalau panen gabahnya dijual ngasilin duit. Lagian juga punya beberapa kambing, ngurus kam
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 82#TamuBy : Leni Maryati****Tiba-tiba pintu rumah Farrel diketuk dari luar. Sepertinya ada tamu. Keduanya saling lirik seolah bertanya siapa tamunya. Siapakah tamu mereka, apakah ada masalah ataukah hanya ada keperluan silaturahmi saja.TokTokTok"Assalamualaikum.... "kriet "Wa'alaykumussalam warrahmatullahi wabarakatuh," Farrel membuka pintu, melihat siapa tamu malam-malam begini. Ternyata seorang ibu-ibu. "Ehm... Budhe Sarni. Ada perlu apa ya? Atau ada perlu dengan Alika, sebentar saya panggilkan." "I-iya,"Farrel kembali masuk ke dalam memanggil istrinya. Ketiganya sekarang duduk di kursi teras rumah. Farrel dan Alika Duduk dikursi panjang, sedangkan Budhe Sarni duduk disamping, kursi single. "Mba Alika dan Mas Farrel, maaf sebelumnya kalau kedatangan budhe mengganggu waktu istirahat kalian." Budhe Sarni mulai membuka mulutnya. Mencoba menjelaskan tujuan kedatangannya. "Iya budhe ga apa-apa," jawab Alika tersenyum. "Ada perlu apa
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 81#Gratis ajaBy : Leni Maryati ****"Gratis aja mb Alika, ini juga daripada mubazir."Alika menggelengkan kepala. "Ayo... Ke halaman rumahku." Akhirnya budhe marni nurut aja. Budhe Nur juga sudah pamit pulang ke rumahnya. Budhe Marni menurunkan box kue ke teras rumah Alika. Terlihat ChaCha langsung asyik memasukkan beberapa kue kedalam kantong plastik. "Ini budhe... Teh manis anget." ujar Alika sambil meletakkan segelas teh dan beberapa kudapan. "Ayo minum dulu, ChaCha milihnya pasti lama,""Mba Alika kok malah repot-repot,""Ga repot kok, budhe." Keduanya langsung asyik mengobrol sana-sani. Sambil menunggui ChaCha yang masih memilih kue-kue, kadang kala balita itu terlihat terdiam dan berpikir dalam memilih kue. "Budhe... Kok kuenya dibagikan gratis begitu? Itu sesekali apa tiap hari, kok mba Niken dan Dian seakan tahu budhe mau bagi-bagi kue gratis?"Budhe Marni terlihat menghela napas sejenak. Raut mukanya terlihat sedih, "Awalnya mema
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 80By : Leni Maryati#IparShinta dan Ridho sedang istirahat di dalam kamar. Setelah makan siang yang terlambat, mereka berdua hanya makan dengan telur ceplok, oreg tempe dan kuah pedas manis yang jelas tanpa udang. Keduanya ngobrol ringan seputar kegiatan Ridho saat ditempat kerja. Shinta juga sedang mencari-cari kerja yang cocok dan tidak sampai malam. Ridho bakalan keberatan jika dirinya bekerja menjadi SPG seperti dulu yang pulang larut malam. Disebelah kamar mereka berdua terdengar samar-samar ibu Komala sedang memarahi Shinta. Beberapa menit yang lalu Ibu Komala baru pulang dari arisan. Ia langsung menuju kamar Dela, penasaran ingin menanyakan perihal makanan untuk Shinta dan Ridho. Anak laki-lakinya itu tadi sempat mengirimkan pesan bergambar menanyakan perihal makanan kesukaan istrinya ditaruh dimana. Karena hanya tersisa kuah saja yang ada di atas meja. Ibu Komala yang berniat menanyakan itu pada Dela terpaku di depan pintu saat meliha
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 79By : Leni Maryati#KontenNiken cemberut jadi bahan tertawaan ibu-ibu. Seolah tak terjadi apa-apa Ia langsung berdiri dan kembali bergoyang. Sepertinya video saat Ia jatuh tadi bakalan Ia upload saja di aplikasi tok-tok. Lumayan kalau banyak yang terhibur. Beberapa hari kemudian, Di sore hari sesuai kesepakatan Niken akan membuat konten masak cemilan bersama Alika. Dengan setengah hati Alika memperbolehkan Niken membantunya membuat cemilan. Hari ini Alika akan membuatkan suami dan anaknya cemilan risol mayo. "Mba... Ini hapenya aku taruh disini ya.... Biar aktivitas kita memasak terlihat jelas. Sebenarnya lebih bagus lagi kalau ada kamera dari sudut yang berbeda. Mba Alika... Pinjam handphonenya ya, buat videoin juga."Alika menghentikan aktifitasnya yang sedang mengaduk adonan untuk membuat kulit risol, "Sesuai perjanjian, mba Niken hanya membantu memasak dan tidak menyusahkan. Oke?" kata Alika penuh tekanan dan tak mau diganggu gugat. Ni
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 78By : Leni Maryati#Cuan Setelah mendapatkan modal berjualan, Niken mulai fokus berjualan lagi. Mulai dari delivery jus buah dan Snack bakar-bakaran. Ia harus berusaha keras agar modal usahanya tetap berputar, selain untuk membantu kebutuhan rumah tangga juga untuk membayar setoran bank mekar setiap minggunya. Niken juga memiliki hobby baru atas ide dan masukan dari bestienya--Dian dalam menambah cuan. Sudah sebulan ini Niken menggeluti hobby barunya membuat konten-konten video di aplikasi toktok. Niken membuat konten-konten dengan tema muka ndeso rezeki kota. Ia sering membuat konten goyang-goyang didepan rumah Alika, dan mengakui sebagai rumahnya. Kadang kala kalau hari Minggu Niken juga membuat konten mencuci mobil Farrel. Keluarga Alika dan Farrel hingga sebulan ini tak merasa keberatan saat Niken membuat konten-konten itu. Selama Niken melakukannya diluar rumah dan tidak mengganggu ketenangan mereka. Untuk hutang ke Budhe Sarni, Niken
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 77By : Leni Maryati#Merayu Budhe Sarni ****Niken tersenyum tipis, sambil berpikir kata-kata yang cocok untuk memulai pembicaraan. "Ehm... Budhe... Kemarin-kemarin aku kena musibah, difitnah hingga masuk penjara karena polisi salah tangkap. Karena hal itu aku tak berjualan sampai hampir 2 Minggu.""Terus?" tanya Budhe Sarni lagi karena Niken malah terdiam. Ia mulai mengeluarkan jurus memelas dan menceritakan keadaannya yang menderita. Niken menghapus air matanya. "Begini Budhe, aku berniat meminjam uang budhe. Untuk bayar SPP Anton. Harus segera dilunasi Budhe. Kalau tidak, Anton tidak boleh ikut ujian kenaikan kelas," "Memang mau pinjam berapa?" "Satu juta saja!" Budhe Sarni menyipitkan matanya. Ia sedang menimbang-nimbang plus minus jika berurusan dengan Niken. Jika tak dipinjami, kasihan juga. Ia pernah mengalami dan merasakan bagaimana bingungnya sebagai orang tua jika anaknya belum bayar SPP."Sebenarnya uang Arisan itu mau aku gunak
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 76By : Leni Maryati#Tuduhan Dela*****Akhirnya Shinta dan Ridho melakukan brunch pukul 11.00. Sarapan sekaligus makan siang. Lagi-lagi Shinta harus mandi keramas lagi. Setelah makan siang Ibu Komala mengajak Ridho untuk mengantar makanan-makanan kering sisa hajatan kemarin ke beberapa saudara mereka yang dekat.Sudah satu jam Shinta rebahan mainan ponsel di kamar, Ia merasa bosan. Shinta berinisiatif menonton televisi saja di ruang keluarga. Kondisi rumah sepi, saat Ia membuka pintu kamar saja begitu terdengar. "Kemana ya Dela? Hmm mungkin menidurkan anaknya." cicit Shinta yang dijawabnya sendiri. Siang-siang begini memang waktunya bayi 9 bulan untuk tidur siang. Shinta duduk di sofa dan menyalakan televisi, memilih acara gosip artis. Didepan meja tersedia beberapa cemilan. Ah... Rasanya Ia selalu lapar karena tenaganya terkuras habis. Suaminya Ridho memang benar-benar tak terduga, menerkamnya terus-terusan. Coba saja tadi Bu Komala tak memint