Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 30By : Leni Maryati#JulidSelesai mengirimkan pesan, Alika langsung mengembalikan ponsel itu ke pemiliknya. "Ini. Tunggu saja sebentar pasti Mbak Niken akan langsung menghubungi." ujar Alika percaya diri. Benar. Tak berselang lama ponsel milik pria penagih setoran itu berdering. "Angkat. Jangan lupa di Loudspiker. Coba tanyakan sama siapa Ia menitipkan uangnya." ujar Alika.Pria itu mengangguk setuju. [Halo...] sapa Niken dari seberang sana melalui telepon.[Iya Halo, mbak Niken.][Ada apa lagi? Setorannya sudah bereskan, sudah aku titipkan saudaraku.][Saudara yang mana?][Namanya Alika. Rumahnya depan rumahku.]Alika sudah gemas sekali. Tak sabar lagi untuk membalas kata-kata bohong Niken. [Saudara siapa? Aku bukan saudaramu, mbak Niken! Jangan bohong! Aku akan laporkan perbuatanmu itu pada mas Basuki karena sudah menggangguku.] bentak Alika. Agar suaranya terdengar Niken.Niken terdiam diseberang sana. Pria penagih setoran melihat ponsel
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 31By : Leni Maryati#Arisan dan Gosip hotNiken hanya mencebilkan bibirnya. "Motor kredit aja pakai syukuran." gerutunya pelan namun masih terdengar. Budhe Ratna mendengus pelan. Kalau bicara dengan Niken memang butuh kesabaran ekstra. "Jangan salah mbak Niken. Motornya beli secara Cash. Bukan Kredit ya... Diam-diam Budhe Yati punya tabungan. Apalagi ditambah jual kambingnya. Makanya kita tidak boleh meremehkan orang lain. Ini Nasinya mau ga?"Niken melirik nasi box dalam plastik hitam itu. "Ya maulah! Rezeki mana bisa ditolak." Niken lalu mengambilnya. "Eh... Kok Budhe Ratna dan Budhe Sarni dapat dua plastik. Aku cuman satu. Kita sama-sama tetangga dekat Budhe Yati kok dibedakan." protes Niken. "Jangan salah paham mbak Niken. Kita-kita tadi ikut bantu-bantu di rumahnya Budhe Yati dan ada sisa snack. Dibungkuskan untuk yang di rumah." jelas Budhe Sarni."Salah sendiri sudah diundang malah ga dateng. Sok sibuk banget sih..." sinis Budhe Ratna.
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 32By : Leni Maryati#MurkaNiken terkejut. Belum selesai reda rasa kagetnya, Ia tambah dikejutkan dengan perlakuan Budhe Ratna. PLAKBudhe Ratna menampar Niken dengan sekuat tenaga. Pipi Niken terasa panas. Telinganya berdenging.Dadanya terasa mau meledak karena emosi. Tidak ada hujan, tidak ada angin Budhe Ratna tiba-tiba datang menamparnya. "APA-APAAN INI?" tanya Niken emosi. Niken mendorong dada Budhe Ratna. Budhe Ratna balik mendorong Niken hingga jatuh tersungkur. Niken terduduk dilantai. "KAMU YANG APA-APAAN, HAH?" Budhe Ratna menunjuk-nunjuk Niken masih penuh emosi. "Dasar manusia mulut berbisa. Fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan,""Fitnah apa? Coba jelaskan bukan datang tiba-tiba marah seperti orang kesetanan." bentak Niken. "Ya benar, aku kesetanan. Bisa mencekikmu sampai mati." teriak budhe Ratna. "Kau jangan berkelit lagi. Ibu-ibu pada menggunjing anakku. Kalau bukan kau sumbernya siapa lagi? Punya mulut harus dijaga, j
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 33By : Leni Maryati# Rencana balasan"Apa Niken bisa diajak bicara baik-baik, heh? Sudah! Aku mau lapor ke rumah pak RT saja. Harus sidang RT tak apa-apa. Aku butuh ganti rugi atas perlakuan yang tidak baik ini!" cibir Budhe Ratna. Niken terlonjak kaget. Kalau sampai sidang ke rumahnya Pak RT, bisa-bisa berakhir dengan pembayaran ganti rugi seperti yang terjadi pada kasus Anton. Tidak bisa. Ia harus mencegah Budhe Ratna membawa masalah ini. Niken memikirkan cara agar kasusnya tak sampai disidangkan RT. Ia tak mau harus bayar ganti rugi seperti kasus dulu."Oke... oke... Aku minta maaf Budhe Ratna, Karena sudah sembarangan berbicara tanpa bukti." cicit Niken. Budhe Ratna menghentikan langkahnya. "Baik. Permintaan maafmu aku terima. Tapi jangan diulangi lagi." tunjuk Budhe Ratna. "Selain itu kamu masih harus klarifikasi di grouo ibu-ibu RT." tambahnya.Niken tak bergeming. Egonya masih tinggi. Ia malu jika harus klarifikasi pasti kebanyakan i
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 34By : Leni Maryati#Rencana Awal"Berpikir... Berpikir... Ayo Niken berpikir. Jangan sampai Budhe Ratna tertawa bahagia karena telah menamparku dan merasa menang. Aku harus buat perhitungan." bisik Niken. Niken berjalan berputar-putar didalam kamarnya sambil berpikir bagaimana caranya membalik keadaan. Ia harus membuat Budhe Ratna menangis darah atas perbuatannya tadi. Niken duduk diatas ranjang. Mencari langkah apa yang harus Ia ambil. "Aha... " pekik Niken pelan. Ia sudah punya rencana. Besok Ia harus langsung merealisasikan rencananya. Lebih cepat lebih baik.***Esok harinya Niken langsung ke rumah Bu Dian. Setelah tadi Ia sudah memasak dan membersihkan rumah sedari subuh. Ia harus segera melaksanakan rencananya. Agar ibu-ibu yang mencibirnya diam tak berkutik. Apalagi Budhe Ratna, harus membayar kejadian kemarin dengan balasan yang setimpal. TokTokTokKriet.."Eh... mbak Niken! Ada apa pagi-pagi kesini. Masih jam 8 pagi ini. Masih ter
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 35By : Leni Maryati# Telat bayar"Mba kenal sales yang namanya Shinta? Aku lagi ada perlu dengannya," ungkap Niken. Perempuan itupun terlihat seperti berpikir. "Shinta? Sepertinya disini tidak ada sales yang namanya Shinta, Bu!" "Hah..." Niken kaget bukan main. Jadi, Ia berputar-berputar di Mall sampai capek hanya untuk mencari orang yang memang tidak ada di Mall tersebut. Niken terduduk lemas. Rencana pembalasannya ternyata masih membutuhkan usaha yang panjang."Benar mb?" tanya Niken lagi memastikan. Perempuan di depan Niken nampak berpikir kembali. Mengingat-ingat apa mungkin ada rekan kerja yang namanya Shinta. "Dewi... ada apa? Ibu ini mau beli mobil?" tanya seseorang yang baru datang. Ternyata perempuan yang diajak ngobrol Niken bernama Dewi. "Bukan... Ibu ini sedang mencari seseorang. Katanya sales mobil disini. Namanya Shinta. Temen kita ada ga yang namanya Shinta? Apa mungkin ada pegawai baru?" tanya Dewi ke rekan kerjanya. "Iya
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 36By : Leni Maryati# Gelagat mencurigakan "Mbak Alika. Aku mau bicara serius." "Soal?""Ehm... Aku beberapa hari ga jualan. Boleh pinjam uangnya mb? Nanti kalau mas Basuki sudah gajian aku kembalikan." Alika hanya menaikkan alisnya. Apakah Ia bisa percaya Niken bakal mengembalikan uang itu secepatnya. Alika menimbang-nimbang permintaan Niken. Ia harus menolak ataukah mengiyakan. "Maaf mbak Niken... Coba pinjam ke tetangga yang lain aja ya...""Kenapa mbak Alika? Ga mungkin kalau mbak Alika ga punya uang! Bilang ga punya uang ntar uangnya hilang gimana?" cerocos Niken. Alika memejamkan matanya. Tarik napas perlahan. Hembuskan. "Mbak Niken sudah beberapa kali hutang, mas Basuki juga masih ada cashbon di toko. Aku tidak berani meminjamkan uang. Misal terpaksa harus pinjam, mas Basuki saja minta pinjam cashbon ke mas Farrrel," balas Alika. Ia harus tegas. Tidak mau terus-terusan bersabar. "Mbak Alika ga kasihan? Dita diare sudah dua hari in
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 37By : Leni Maryati# Laki-laki kekasih ShintaAlika mencium gelagat tak mengenakkan. Tiba-tiba hatinya menjadi risau teringat perkataan Niken. Tumben-tumbenan Farrel memperhatikan penampilan secara maksimal saat mau ke Mall.Alika menggeleng pelan. Tidak boleh. Ia tidak boleh terhasud oleh perkataan Niken. Ia sudah menikah dengan Farrel hampir 5 tahun. Tak ada hal-hal aneh yang pernah dilakukan suaminya itu. Mungkin perasaan tak enaknya ini cuma gara-gara perkataan Niken sore tadi soal pelakor. "Bun... Bunda! Kenapa sedari tadi geleng-gelengin kepala?" tanya Farrel seraya menepuk pundak Alika yang melamun. Entah melamunkan apa. Farrel terkekeh melihat tingkah Alika."Ga apa-apa, ayah." jawab Alika pelan sembari menyembunyikan semburat merah dipipinya. Ia merasa malu karena ketahuan sedang melamun. "Ayah, kenapa ke mall saja harus pakai parfum? Sampai wangi banget." Farrel terkekeh pelan sebelum menanggapi pertanyaan Alika. "Ini parfum dulu