Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 26By : Leni Maryati#Perlawanan.Alika membuka pintu matanya memicing tak suka. Perasaannya sudah tak enak. "Apa itu?" tanya dengan suara datar. "Ini jemuran yang kehujanan. Gara-gara mbak Alika , jemuranku basah semua dan kotor. Sia-sia subuh tadi aku mencuci.""Terus?" "Mbak Alika harus tanggung jawab. Mbak Alika harus memcucinya kembali dan mengeringkannya. Lagian mbak Alika punya mesinnya. Pokoknya aku terima beres." ketus Niken. Alika memelototkan matanya tak suka."Kenapa aku yang harus tanggung jawab? Aku tidak bersalah disini, jadi aku tidak perlu tanggung jawab." tegas Alika. "Jelas bersalah! Tahu jemuran tetangga kehujanan dibiarkan saja!" "Aku tidak tahu...""Pokoknya harus tanggung jawab!"Tin tinDitengah perdebatan itu masuk mobil ke halaman rumah Alika. Terlihat Farrel keluar dari mobilnya sambil menenteng sebuah plastik hitam. "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh""Wa'alaykumussalam warrahmatullahi wabarakatuh, Ayah!
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 27By : Leni Maryati. #Ibu-ibu JulidSaat Alika baru datang ada ibu-ibu nyeletuk. "Eh... Ini Alika ya. Orang yang ga punya rasa simpati dengan tetangga." DegJantung Alika serasa berhenti. Baru juga datang, duduk saja belum. Sudah ada ibu-ibu yang julid padahal ia tidak terlalu mengenalnya. Alika duduk, pura-pura tak mendengarnya. "Hidup bertetangga itu harus saling tolong menolong." ujar bu Dian. Ibu-ibu yang sejak tadi julid. "Eh... Maumunah. Kalau tidak tahu persoalannya jangan julid. Jadi orang itu harus tabbayun. Jangan menghakimi." Semprot Ratna yang tenyata duduk dibelakang Alika. Bu Dian hanya mencebilkan bibirnya tak terima. "Budhe Ratna sih ga tahu. Mbak Niken telpon malam-malam nangis, curhat capek harus ngulang nyuci lagi. Jemurannya kehujanan. Jadi tetangga itu harus punya hati.""Mbak Alika itu sakit, makanya ga ikut renang. Yang itu salah Niken sendiri, lagian mau pergi kok jemur dihalaman." "Setidaknya sebagai tetangga dekat
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 28.By : Leni Maryati#Bank MekarNgreng.. ngreng... Motor Mega pro berhenti di halaman rumah Niken. Nampak Laki-laki berjaket hitam turun dari motornya. Laki-laki itu langsung duduk diteras Niken. Menunggu siempunya rumah selesai melayani para pembeli. Selang beberapa saat Niken memberi laki-laki itu beberapa lembar uang. Setelah laki-laki itu menerima uang dan mencatatnya dalam buku. Lalu pamit pergi. "Bangke... Hati-hati jangan berurusan dengab Bangke!" celetuk Ratna.Alika dan Nur saling berpandangan. "Bangke? Apa itu?" tanya Nur. "Bangke itu Bank Keliling. Bunganya gede. Ngeri banget. Apalagi kalau sampai nunggak ga bayar, bakal digebukin sama depcolektor."Alika bergidik ngeri. "Ha... ngeri juga ya. Mbak Niken berurusan dengan bank keliling?""Iya mungkin, Lha itu tadi ngasih setoran.""Chacha!" panggil Dita---anaknya Niken dari halaman rumahnya. Ia sedang asyik bermain dengan mainan barunya. "Lihat! Aku punya sepeda baru. Harganya maa
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 29By : Leni Maryati. #Lari dari HutangPerasaan Niken sudah mulai tak enak. Niken berjalan mendekat. mendudukkan dirinya pada kursi kayu panjang yang ada di ruang tamu rumahnya. "Bapak mau tanya apa?" Walaupun Niken sudah punya feeling apa yang akan ditanyakan suaminya itu, namun Ia masih mencoba bertanya. Basuki terdiam sejenak. Mengamati istrinya yang duduk di depannya. Bibirnya masih terkatup rapat."Itu Dita punya sepeda baru uang dari mana?" tanya Basuki pelan."Uang dari hutanglah, pak! Uang darimana lagi coba?" jawab Niken dengan sinis. "Hutang kita sudah banyak, bu. Jangan ditambah-tambahi lagi untuk beli hal-hal yang tidak perlu." nasehat Basuki pada Niken. "Dita nangis terus, pak. Pengen sepeda seperti Chacha. Kasihan anaknya. Uangnya juga buat kebutuhan dapur, beli sembako, bayar listrik, sekolah anak, kondangan, arisan dan bayar kebutuhan lain. Penghasilan bapak dan hasil dagangan ibu masih ga nutup." cerocos Niken. Hidup di des
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 30By : Leni Maryati#JulidSelesai mengirimkan pesan, Alika langsung mengembalikan ponsel itu ke pemiliknya. "Ini. Tunggu saja sebentar pasti Mbak Niken akan langsung menghubungi." ujar Alika percaya diri. Benar. Tak berselang lama ponsel milik pria penagih setoran itu berdering. "Angkat. Jangan lupa di Loudspiker. Coba tanyakan sama siapa Ia menitipkan uangnya." ujar Alika.Pria itu mengangguk setuju. [Halo...] sapa Niken dari seberang sana melalui telepon.[Iya Halo, mbak Niken.][Ada apa lagi? Setorannya sudah bereskan, sudah aku titipkan saudaraku.][Saudara yang mana?][Namanya Alika. Rumahnya depan rumahku.]Alika sudah gemas sekali. Tak sabar lagi untuk membalas kata-kata bohong Niken. [Saudara siapa? Aku bukan saudaramu, mbak Niken! Jangan bohong! Aku akan laporkan perbuatanmu itu pada mas Basuki karena sudah menggangguku.] bentak Alika. Agar suaranya terdengar Niken.Niken terdiam diseberang sana. Pria penagih setoran melihat ponsel
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 31By : Leni Maryati#Arisan dan Gosip hotNiken hanya mencebilkan bibirnya. "Motor kredit aja pakai syukuran." gerutunya pelan namun masih terdengar. Budhe Ratna mendengus pelan. Kalau bicara dengan Niken memang butuh kesabaran ekstra. "Jangan salah mbak Niken. Motornya beli secara Cash. Bukan Kredit ya... Diam-diam Budhe Yati punya tabungan. Apalagi ditambah jual kambingnya. Makanya kita tidak boleh meremehkan orang lain. Ini Nasinya mau ga?"Niken melirik nasi box dalam plastik hitam itu. "Ya maulah! Rezeki mana bisa ditolak." Niken lalu mengambilnya. "Eh... Kok Budhe Ratna dan Budhe Sarni dapat dua plastik. Aku cuman satu. Kita sama-sama tetangga dekat Budhe Yati kok dibedakan." protes Niken. "Jangan salah paham mbak Niken. Kita-kita tadi ikut bantu-bantu di rumahnya Budhe Yati dan ada sisa snack. Dibungkuskan untuk yang di rumah." jelas Budhe Sarni."Salah sendiri sudah diundang malah ga dateng. Sok sibuk banget sih..." sinis Budhe Ratna.
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 32By : Leni Maryati#MurkaNiken terkejut. Belum selesai reda rasa kagetnya, Ia tambah dikejutkan dengan perlakuan Budhe Ratna. PLAKBudhe Ratna menampar Niken dengan sekuat tenaga. Pipi Niken terasa panas. Telinganya berdenging.Dadanya terasa mau meledak karena emosi. Tidak ada hujan, tidak ada angin Budhe Ratna tiba-tiba datang menamparnya. "APA-APAAN INI?" tanya Niken emosi. Niken mendorong dada Budhe Ratna. Budhe Ratna balik mendorong Niken hingga jatuh tersungkur. Niken terduduk dilantai. "KAMU YANG APA-APAAN, HAH?" Budhe Ratna menunjuk-nunjuk Niken masih penuh emosi. "Dasar manusia mulut berbisa. Fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan,""Fitnah apa? Coba jelaskan bukan datang tiba-tiba marah seperti orang kesetanan." bentak Niken. "Ya benar, aku kesetanan. Bisa mencekikmu sampai mati." teriak budhe Ratna. "Kau jangan berkelit lagi. Ibu-ibu pada menggunjing anakku. Kalau bukan kau sumbernya siapa lagi? Punya mulut harus dijaga, j
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 33By : Leni Maryati# Rencana balasan"Apa Niken bisa diajak bicara baik-baik, heh? Sudah! Aku mau lapor ke rumah pak RT saja. Harus sidang RT tak apa-apa. Aku butuh ganti rugi atas perlakuan yang tidak baik ini!" cibir Budhe Ratna. Niken terlonjak kaget. Kalau sampai sidang ke rumahnya Pak RT, bisa-bisa berakhir dengan pembayaran ganti rugi seperti yang terjadi pada kasus Anton. Tidak bisa. Ia harus mencegah Budhe Ratna membawa masalah ini. Niken memikirkan cara agar kasusnya tak sampai disidangkan RT. Ia tak mau harus bayar ganti rugi seperti kasus dulu."Oke... oke... Aku minta maaf Budhe Ratna, Karena sudah sembarangan berbicara tanpa bukti." cicit Niken. Budhe Ratna menghentikan langkahnya. "Baik. Permintaan maafmu aku terima. Tapi jangan diulangi lagi." tunjuk Budhe Ratna. "Selain itu kamu masih harus klarifikasi di grouo ibu-ibu RT." tambahnya.Niken tak bergeming. Egonya masih tinggi. Ia malu jika harus klarifikasi pasti kebanyakan i