Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 17 By : Leni Maryati#Sampah***Sore hari aku menyuapi makan Chacha seperti biasanya di halaman depan rumah sambil menghirup udara luar. Sepulangnya mbak Niken dari rumahku, ia tak lagi main-main ke rumah lagi. Mungkin masih marah. Ah... terserahlah tidak semua keinginannnya harus kuiyakan. Selama ini aku sudah cukup bersabar dengan segala sikap absurdnya. "Mbak Alika.... lagi nyuapi makan Chacha ya..."Teriak seseorang dari seberang halaman rumahku, lebih tepatnya dari teras rumahnya mbak Niken."Oh.. Budhe Nur... Iya Budhe." jawabku."Sini mb Alika... ngobrol-ngobrol kesini." ujar Budhe Nur seraya menepuk-nepuk kursi kosong disebelahnya. Aku menggedong Chacha dan berjalan ke arah teras rumahnya mbak Niken. Terlihat mbak Niken sedang sibuk merapikan barang dagangannya. "Hai mbak Niken..." sapaku ramah. Namun mbak Niken hanya melirikku sekilas dengan sinis dan diam saja acuh tak acuh seolah tak mendengar sapaanku. Tak terlalu kupikirkan, a
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 18By : Leni Maryati#Kosong***Hari minggu sore sesuai kesepakatan kita kumpul di rumah mbak Niken untuk berangkat ke kondangan bersama-sama. Hari minggu biasanya mas Farrel tidak ke toko jadi Chacha ku titipkan mas Farrel. Kami berempat---Aku, Mbak Niken, Budhe Nur dan Budhe Yati sudah duduk-duduk di teras rumah mbak Niken, tinggal menunggu kedatangan budhe Ratna. Tidak lama kemudian Budhe Ratna datang bersama mbak Erni yang rumahnya disebelah rumah budhe Ratna dan Budhe Sarni juga. Kami bertujuh berjalan kaki beriringan ketempat hajatan, walaupun beda desa namun hanya berbeda beberapa gang dengan rumah kami. Sampai ditempat acara kami langsung menyerahkan amplop kami satu persatu ke meja panitia penerima amplop untuk ditulis dibuku. Kami langsung duduk di kursi yang sudah tersedia minum teh manis dan beberapa snack di atas meja. "Eh.. mbak Niken kok tadi ga diserahin amplopnya?" tanya budhe Ratna tiba-tiba. Aku tidak tahu soal itu karen
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 19#Batal di traktir?By : Leni Maryati*****"Ibu-ibu... ada info," ucap Bu RT didepan kami. "Info apa bu?" tanya salah satu ibu-ibu, kalau tidak salah namanya bu Dian. Aku jarang ketemu dengan ibu satu ini soalnya saat acara RT atau arisan jarang datang. "Bu Nilam barusan menelepon kalau kereta kelincinya rusak, jadi makan-makannya di batalkan.." ujar Bu RT."HAH... APA? DIBATALKAN?" Teriak mbak Niken. Suara riuh ibu-ibu langsung bergema. "Yang bener Bu RT... Kita udah nunggu disini setengah jam apalagi belum makan siang," Budhe Ratna nyeletuk. "Iya bu... Buru-buru kesini eh ga jadi," sahut ibu-ibu yang lain."Bu RT harus tanggung jawab... Bu RT yang traktir kita-kita aja kalau gitu," pinta mbak Niken lantang. "Setuju... setuju...," "Wah... tekor bandar ini," Bu RT mulai bersuara kembali."Tenang ibu-ibu... memang kereta kelincinya sempat rusak alias mogok. Tadi sudah diperbaiki dan mesinnya sudah hidup. Kira-kira 10 menit lagi sampai si
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 20#DisidangBy : Leni Maryati****Author povAnton dan Rama duduk di tengah-tengah di kursi pesakitan desa. Didepannya duduk Pak RT dan 2 Pamong desa. Disamping mereka ada sepasang suami istri dan satu pemuda. "Baik Anton dan Rama, jadi kalian sudah mengakui bahwa telah mencuri ayamnya pak somad dan ibu siti? Lagipula sudah ada saksi valid dari saudara mas Dirga," ujar Pak RT. "Salah orang pak, mungkin mas Dirga salah lihat!" Anton masih berusaha berkelit. "Aku sama sekali tidak salah lihat. Aku melihat Anton keluar dari kandangnya Pak Somad. Anton juga masih memakai pakaian hijau yang dipakainya sekarang," ujar seseorang pemuda karang taruna yang bernama Dirga."Bagaimana Rama?""Aku tidak tahu ayam itu darimana, hanya Anton mengajakku ke tempat yang bisa memotong ayam dan membersihkan bulu-bulunya?""Misal diantara kalian terutama Anton, kami terpaksa melaporkan ini ke kantor polisi. Lagipula di kandangnya pak Somat ada cctvnya." Bohong
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 21By : Leni Maryati#Boneka Beruang"Jangan.... Ini boneka beruangku...!" teriak Dita. "Dita... bonekanya kasihkan Chacha ya... daritadi Dita sudah pinjem, sekarang giliran Chacha yang memainkan bonekanya," Alika mencoba merayunya. "Tidak mau.... Ini bonekaku..." Teriak Dita lagi sambil lari kembali rumahnya sambil membawa boneka beruang itu. Chacha kembali menangis. Apa yang harus dilakukan Alika?Alika menggendong Chacha ke rumah Niken untuk meminta kembali boneka itu. Didepan halaman rumahnya Alika langsung bertemu Niken yang juga baru sampai rumah. "Mbak Niken... tunggu!"Niken menengok sekilas, "Ada apa mbak Alika aku capek, mau buru-buru selonjorin kaki!" ketusnya."Mbak Niken tadi Dita ambil boneka beruangnya Chacha, ini anaknya nangis terus. Tolong ambilkan bonekanya, ya.""Lha Ditanya sekarang dimana?" tanya masih dengan nada ketus. "Ditanya langsung lari, bawa bonekanya masuk ke dalam rumah.""Ya sudah nanti tak suruh kembalikan,
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 22By : Leni Maryati#Hamil."Chacha ga bakal bisa tidur, yah. Bonekanya aja masih disembunyikan Dita." "Iya.. Biar ayah yang mengatasi. Tunggu di rumah ya!" Alika akhirnya menuruti perintah suaminya itu. Ia pamit pulang. Biar nanti Chacha di hibur dengan kartu. kesukaannya atau disetelkan youtube. ****Di rumah Alika mengelus-elus kepala Chacha yang terlihat gelisah. Mengantuk tapi tidak bisa tidur. Sesekali matanya masih fokus pada film kartun kesukaannya di layar hape. Entahlah... boneka beruang yang sudah tak bagus lagi itu jadi boneka kesayangan Chacha. Mungkin karena boneka yang dipakai Chacha tidur semenjak balita. Alika gelisah menunggu Farrel. Sudah satu jam sejak Ia pulang dari rumahnya Niken. Apa mungkin suaminya itu tidak berhasil membujuk Dita untuk memberitahu dimana dia menyembukan boneka beruang itu.Semenjak kedatangan Niken, dunianya yang adem ayem menjadi jungkir balik. Hari-harinya harus dipenuhi kesabaran yang ekstra.Bah
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 23By : Leni Maryati#Iga Bakar Bikin EmosiAlika merasakan perutnya mual dan melilit. Rasanya Ia ingin segera pulang dan memuntahkan isi perutnya. Padahal pagi tadi baru minum air putih hangat dan belum sarapan nasi."Mang aku beli terong ini dan telur seperempat, total berapa?""Lima belas ribu aja, neng."Alika langsung menyerahkan uang pas dan pamit pulang duluan. "Budhe-budhe, aku duluan ya. Perutku agak mual.""Ya, mbak. Istirahat dulu. Mukamu kelihatan pucat gitu." ujar budhe Nur. Alika berjalan pulang sambil menenteng belanjaannya. Meninggalkan mamang sayur, budhe Yati dan budhe Nur yang masih asyik mengobrol. "Alika mual gara-gara bau ikan asinmu itu, mang," canda budhe Yati. "Kalau baunya wangi itu namanya parfum. Neng Alika palingan ngidam itu, mual-mual gitu. Pasti hamil." jawab mamang sayur. "Ngaco kamu!""Dibilangin ga Percaya."Sesampainya di rumah Alika langsung meletakkan belanjaannya di atas meja dapur. Tak lupa Ia mengunci
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 24By : Leni Maryati#Tujuh puluh lima ribu"Sudah, mending mbak Alika pulang saja. Menganggu orang makan saja!" sungut Niken. Alika hanya memandangnya geram.Wajah Alika merah padam. Sedari pagi tubuhnya sudah kurang fit, ingin makan iga bakar saja harus ada drama dulu. Kepala yang tadinya sudah mendingan kini kembali terasa pening. Rasanya Alika ingin berteriak sepuasnya memaki Niken, tapi masih ditahannya. Ia masih waras untuk meladeni tetangga yang tak ada akhlak."Baik, kalau mbak Niken ga mau mengaku. Biar Driver yang antar makanan tadi aku telpon. Driver tadi juga sudah bilang padaku kalau mbak Niken mengaku-ngaku saudaraku. Mengatakan kalau aku ga ada di rumah dan suruh menitipkan makanan kesini. Masih mau mengelak?" tanya Alika.Niken hanya diam, masih melirik sinis. Ia merasa tak bersalah."Kalau begitu apa drivernya biar kesini saja langsung sebagai saksi. Kalau terbukti mbak Niken telah mencuri makanan pesananku, jangan salahkan aku, k