Beranda / Rumah Tangga / Tetangga Baru Yang Menggoda / Bab 1 : Pindah Ke Perumahan Elit

Share

Tetangga Baru Yang Menggoda
Tetangga Baru Yang Menggoda
Penulis: Laxera

Bab 1 : Pindah Ke Perumahan Elit

Penulis: Laxera
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-05 05:58:40

“Ethan?” Suara Kalaya terdengar dari lantai bawah. Ethan segera mengatur napas dan berusaha menormalkan ekspresinya sebelum menjawab.

“Iya?” Ia menjawab sambil turun ke ruang tamu. Kalaya sedang berdiri di depan cermin, memperbaiki riasannya. Ethan hanya meliriknya sekilas sebelum mengalihkan pandangannya ke arah lain.

“Kamu mau ikut ke acara makan malam nanti? Ada beberapa orang penting yang harus kita temui,” kata Kalaya tanpa menoleh.

Ethan menggeleng pelan. “Aku rasa aku butuh istirahat. Pindahan ini cukup melelahkan.”

Kalaya hanya mengangkat bahu tanpa memaksa. Ia sudah terbiasa dengan Ethan yang belakangan ini semakin sering menghindar dari acara-acara sosial. Baginya, itu tidak terlalu penting, selama ia tetap bisa menjalankan aktivitasnya tanpa terganggu.

Saat Kalaya pergi meninggalkannya sendirian di rumah, Ethan kembali ke ruang kerjanya. Ia membuka tirai jendela sedikit, sekadar untuk melihat apakah Leva masih di luar. Wanita itu kini duduk di teras rumahnya, menikmati segelas minuman sambil memandang ke kejauhan. Ethan menyadari bahwa ada sesuatu dalam dirinya yang tertarik pada cara Leva menikmati waktu perlahan, tanpa tergesa-gesa, seolah dunia ini tidak memaksanya untuk terus bergerak.

Ethan menutup jendela dengan napas berat, merasa hatinya bercampur antara rasa bersalah dan hasrat yang tak bisa ia jelaskan. Di dalam hatinya, ia tahu bahwa apa yang dirasakannya salah. Tetapi, ada sisi lain dari dirinya yang tidak bisa diabaikan, sisi yang mulai merindukan sesuatu yang selama ini hilang dari hidupnya.

Ethan duduk di kursi kerjanya, mencoba mengalihkan pikiran dengan membuka laptop dan menatap layar kosong. Tapi tidak ada ide yang muncul. Pikirannya masih tertuju pada Leva—bayangan wanita itu terus menghantui pikirannya. Cara ia tersenyum dengan santai, lekuk tubuhnya yang alami, dan aura bebas yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

Ia menghela napas panjang, mencoba mengusir pikiran itu. Apa yang salah denganku? Aku sudah punya istri. Seharusnya aku tidak merasakan ini. Tetapi, perasaan itu tak bisa dibendung.

Jam menunjukkan pukul delapan malam ketika Ethan mendengar suara mobil Kalaya keluar dari garasi. Ia memandang keluar dari jendela, memastikan bahwa istrinya benar-benar pergi ke acara makan malam. Perasaan lega bercampur cemas mulai merayap dalam dirinya. Rumah besar itu kini terasa begitu sunyi, hanya ditemani suara angin malam yang berhembus pelan.

Ethan berjalan ke dapur untuk menuang segelas air, tetapi pandangannya kembali tertuju ke arah rumah Leva. Lampu teras masih menyala, dan melalui kaca jendela, ia bisa melihat siluet Leva bergerak di dalam rumahnya. Siluet itu tampak jelas, menunjukkan lekuk tubuhnya yang proporsional dan setiap gerakan yang halus.

Berhenti, Ethan. Jangan bodoh. Ia mencoba mengalihkan perhatian, tetapi langkahnya justru membawa dirinya ke pintu depan. Tangannya ragu sejenak di gagang pintu, lalu ia menarik napas dalam-dalam dan membukanya.

Udara malam terasa sejuk. Ethan berdiri di beranda, menatap ke arah rumah Leva yang masih menyala. Ia tidak punya alasan untuk berbicara dengannya, tetapi sesuatu dalam dirinya terus memanggil. Ia mencoba melawan dorongan itu, namun pintu depan rumah Leva tiba-tiba terbuka, dan wanita itu melangkah keluar.

Leva mengenakan gaun santai berwarna biru muda, panjangnya hanya sampai di atas lutut, memamerkan kulitnya yang cerah di bawah lampu teras. Rambutnya diikat asal-asalan, memberikan kesan santai namun tetap memesona. Ia membawa secangkir teh hangat, lalu duduk di kursi rotan di terasnya.

Ethan tahu ia harus masuk kembali ke dalam rumah sebelum ketahuan. Tapi Leva tampak menyadari kehadirannya. Pandangan mereka bertemu sejenak, dan Ethan merasa seperti tersengat.

“Selamat malam,” sapa Leva dengan senyum tipis. Suaranya lembut, namun cukup jelas untuk mencapai Ethan.

“Oh, selamat malam,” jawab Ethan, berusaha terdengar santai. Ia mendekati pagar depan rumahnya, memberikan kesan bahwa ia hanya ingin menghirup udara segar.

“Kamu tetangga baru, ya?” tanya Leva. “Aku Leva.”

“Iya, aku Ethan. Baru pindah tadi pagi.” Ia mencoba tersenyum, meskipun merasa gugup.

Leva mengangguk sambil menyesap tehnya. “Bagaimana? Sudah terbiasa dengan tempat ini?”

Ethan mengangkat bahu. “Rumahnya bagus, tapi masih banyak yang harus diurus. Dan… rasanya agak sunyi.”

“Sunyi itu bagus, kan? Kadang kita butuh waktu sendiri,” jawab Leva sambil memiringkan kepala, memandang Ethan dengan tatapan tenang.

Kalimat itu membuat Ethan terdiam. Waktu sendiri. Kalaya tidak pernah memberinya itu, tidak secara emosional, tidak secara fisik. Leva seolah berbicara langsung ke dalam hatinya.

“Ya, mungkin kamu benar,” katanya akhirnya.

Leva tersenyum lagi, lalu berdiri. “Aku baru selesai unpacking. Kalau butuh sesuatu, kamu tahu di mana mencariku.” Ia berbalik dan masuk ke rumahnya tanpa menunggu jawaban.

Ethan menatap pintu rumah Leva yang perlahan tertutup, merasakan kehangatan yang aneh di dadanya. Tidak ada apa-apa dalam percakapan mereka yang seharusnya membuatnya merasa seperti ini. Itu hanya obrolan tetangga biasa. Tapi Leva memiliki sesuatu, sesuatu yang tidak bisa Ethan temukan lagi dalam hubungannya dengan Kalaya.

Malam itu, Ethan kembali ke dalam rumahnya, tapi pikirannya tidak bisa berhenti memutar ulang senyum Leva dan cara suaranya meluncur begitu lembut di telinganya. Ia berbaring di tempat tidur, tapi matanya menatap langit-langit, kosong.

Di sisi lain, Kalaya belum pulang, seperti biasa. Rumah yang besar dan megah itu terasa semakin dingin dan sunyi, meskipun hati Ethan justru bergolak hebat. Aku harus berhenti memikirkan ini. Ini hanya fase. Aku hanya lelah. Tapi dalam hatinya, ia tahu itu lebih dari sekadar kelelahan.

Itu adalah awal dari sesuatu yang belum ia pahami, sesuatu yang berbahaya.

Bab terkait

  • Tetangga Baru Yang Menggoda   Bab 2 : Leva Menyadari Sedang Diperhatikan

    Keesokan harinya, Ethan terbangun dengan kepala yang terasa berat. Pikirannya masih dipenuhi bayangan Leva. Ia berusaha memulai hari dengan normal, tetapi ada dorongan aneh untuk sekadar memastikan apakah wanita itu ada di rumahnya. Seolah tanpa sadar, langkah kakinya membawanya kembali ke ruang kerja, tempat jendela besar memberikan pandangan langsung ke rumah Leva.Di seberang jalan, Leva sedang berdiri di dekat jendela rumahnya, sibuk menyiram tanaman di pot kecil. Ia mengenakan tank top putih tipis yang membalut tubuhnya dengan sempurna, memperlihatkan siluetnya di bawah cahaya pagi. Celana pendek yang ia kenakan hanya menutupi sebagian pahanya. Ethan menatapnya dari jauh, mencoba meyakinkan dirinya bahwa ia hanya ingin memastikan keadaan tetangganya, tetapi ia tahu itu bukan alasan sebenarnya.Leva, yang merasa sedang diperhatikan, melirik ke arah jendela Ethan. Tatapannya bertemu dengan Ethan yang berdiri di sana. Ia tersenyum kecil, tetapi kali ini senyuman itu bukan hanya seka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Tetangga Baru Yang Menggoda   Bab 3 : Ujian Di tengah Kesunyian

    Ethan duduk di sofa di ruang tamunya, merasa semakin gugup seiring detik berlalu. Leva terlihat begitu nyaman, bersandar dengan santai sambil sesekali menyesap anggurnya. Tatapannya lembut, tetapi ada sesuatu yang lain di sana sesuatu yang membuat udara di antara mereka terasa lebih berat.Leva menyentuh permukaan sofa dengan jari-jarinya, seolah memeriksa tekstur kainnya, sebelum pandangannya kembali pada Ethan. “Kamu terlihat tegang,” ujarnya sambil tersenyum kecil.“Oh, tidak… aku baik-baik saja,” jawab Ethan cepat, meski ia tahu jawabannya tidak meyakinkan.Leva mencondongkan tubuhnya sedikit, mendekat ke arahnya. “Kamu yakin? Sepertinya ada sesuatu yang mengganggumu.” Suaranya rendah dan nyaris seperti bisikan, tetapi cukup untuk membuat Ethan merasakan sesuatu yang aneh di dalam dirinya, sebuah ketegangan yang semakin sulit ia kendalikan.Ethan menelan ludah, mencoba menjaga jarak emosional. “Aku hanya… mungkin aku lelah saja.”Leva tertawa kecil, sebuah tawa yang hangat tetapi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Tetangga Baru Yang Menggoda   Bab 4 : Pagi Yang Berbeda

    Keesokan paginya, Ethan terbangun lebih awal dari biasanya. Semalaman ia tidak bisa tidur nyenyak, pikirannya terus-menerus memutar kembali momen bersama Leva. Ada rasa bersalah yang menghantuinya, tetapi ada pula perasaan asing, campuran rasa penasaran dan ketertarikan yang sulit ia abaikan.Ia mencoba memulai harinya seperti biasa. Setelah mandi dan berpakaian, ia turun ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Kalaya, istrinya, sedang duduk di meja dapur dengan secangkir kopi di tangannya, wajahnya tampak fokus pada layar ponselnya.“Pagi,” Ethan menyapa, mencoba terdengar normal.“Pagi,” jawab Kalaya tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel. “Ada rapat hari ini?”“Iya, mungkin aku akan pulang agak malam,” bohong Ethan, meskipun ia tidak punya agenda khusus untuk hari itu. Ia hanya ingin menghindari percakapan lebih lanjut.Setelah sarapan, Ethan melangkah keluar rumah dengan alasan memeriksa taman. Namun sebenarnya, ia berharap bisa melihat Leva lagi. Matanya langsung tertuju pada ruma

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Tetangga Baru Yang Menggoda   Bab 5 : Sapaan Tetangga Baru

    Hari itu, Kalaya memutuskan untuk memasak lebih banyak dari biasanya. Ia ingin memberikan kesan baik kepada Leva, tetangga baru mereka. Sebagai seorang istri yang selalu berusaha menjaga hubungan baik di lingkungan sosialnya, ia merasa perlu untuk menyambut Leva dengan cara yang hangat dan personal.“Ethan, aku pikir kita harus membawa makanan ini ke rumah Leva. Dia pasti sibuk beres-beres setelah pindah,” ujar Kalaya sambil mengemas makanan dalam kotak saji yang rapi.Ethan, yang sedang membaca berita di ponselnya, terkejut mendengar nama Leva disebut. Hatinya mendadak berdebar, tetapi ia berusaha tetap tenang. “Oh, ya, itu ide yang bagus,” jawabnya datar, menyembunyikan rasa gugupnya.Tak lama kemudian, Kalaya menyelesaikan kemasannya—sebuah paket berisi hidangan khas rumahan yang hangat: lasagna buatan sendiri, salad segar, dan sebotol jus jeruk. “Kita pergi sekarang?” tanya Kalaya sambil membawa kotak makanan itu.Ethan tidak punya alasan untuk menolak. “Tentu,” jawabnya sambil ba

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Tetangga Baru Yang Menggoda   Bab 6 : Malam Yang Menguji Batas

    Hari itu, Ethan merasa pikirannya tidak pernah benar-benar fokus pada pekerjaannya. Sepanjang hari, bayangan Leva terus membayang di benaknya. Tatapannya, senyumnya, hingga cara dia membawa dirinya semuanya melekat erat di pikiran Ethan.Ketika ia selesai dengan urusan kantor, keinginannya untuk mampir ke rumah Leva semakin sulit ia abaikan. Ia mencoba menenangkan dirinya dengan berpikir bahwa ini hanyalah kunjungan biasa, seperti kunjungan sebelumnya bersama Kalaya. Aku hanya ingin memastikan dia baik-baik saja, itu saja, pikirnya, seolah meyakinkan dirinya sendiri.Dengan setelan kerjanya yang masih rapi, Ethan memarkir mobilnya di garasi rumahnya. Ia berdiri sejenak di depan pintu rumah, mencoba mengatur napas. Ia tahu ini berisiko, tetapi dorongan itu terlalu kuat untuk diabaikan. Akhirnya, ia melangkah ke rumah Leva.Di Rumah LevaLeva sedang duduk di ruang tamu, mengenakan dress santai berbahan satin berwarna merah marun yang sedikit longgar di bagian bahunya. Rambutnya dibiarka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Tetangga Baru Yang Menggoda   Bab 7 : Perasaan Yang Tumbuh

    Hari-hari setelah kunjungan malam itu, Ethan merasa ada sesuatu yang berubah dalam dirinya. Ia berusaha menyibukkan diri dengan pekerjaan dan kegiatan sehari-hari, tetapi pikirannya sering kembali kepada Leva. Tatapan matanya, kata-katanya yang lembut, dan suasana yang tercipta saat mereka berbicara membuatnya merasa bingung dan terganggu. Namun, meskipun ada ketertarikan yang semakin kuat, Ethan tahu ia harus berhati-hati.Pada hari Sabtu pagi yang cerah, Ethan dan Kalaya sedang menikmati sarapan bersama di rumah. Kalaya tampak lebih ceria dari biasanya, berbicara tentang rencana weekend mereka. “Aku berpikir untuk mengunjungi beberapa toko furnitur. Mungkin kita bisa memperbarui beberapa perabot rumah,” katanya sambil menikmati secangkir kopi.Ethan hanya mengangguk, tetapi pikirannya tetap jauh, entah di mana. “Aku tidak yakin bisa ikut, ada beberapa pekerjaan yang harus aku selesaikan,” jawabnya sambil tersenyum lemah.Kalaya menatapnya curiga. “Apa kamu baik-baik saja? Kamu tampa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05

Bab terbaru

  • Tetangga Baru Yang Menggoda   Bab 7 : Perasaan Yang Tumbuh

    Hari-hari setelah kunjungan malam itu, Ethan merasa ada sesuatu yang berubah dalam dirinya. Ia berusaha menyibukkan diri dengan pekerjaan dan kegiatan sehari-hari, tetapi pikirannya sering kembali kepada Leva. Tatapan matanya, kata-katanya yang lembut, dan suasana yang tercipta saat mereka berbicara membuatnya merasa bingung dan terganggu. Namun, meskipun ada ketertarikan yang semakin kuat, Ethan tahu ia harus berhati-hati.Pada hari Sabtu pagi yang cerah, Ethan dan Kalaya sedang menikmati sarapan bersama di rumah. Kalaya tampak lebih ceria dari biasanya, berbicara tentang rencana weekend mereka. “Aku berpikir untuk mengunjungi beberapa toko furnitur. Mungkin kita bisa memperbarui beberapa perabot rumah,” katanya sambil menikmati secangkir kopi.Ethan hanya mengangguk, tetapi pikirannya tetap jauh, entah di mana. “Aku tidak yakin bisa ikut, ada beberapa pekerjaan yang harus aku selesaikan,” jawabnya sambil tersenyum lemah.Kalaya menatapnya curiga. “Apa kamu baik-baik saja? Kamu tampa

  • Tetangga Baru Yang Menggoda   Bab 6 : Malam Yang Menguji Batas

    Hari itu, Ethan merasa pikirannya tidak pernah benar-benar fokus pada pekerjaannya. Sepanjang hari, bayangan Leva terus membayang di benaknya. Tatapannya, senyumnya, hingga cara dia membawa dirinya semuanya melekat erat di pikiran Ethan.Ketika ia selesai dengan urusan kantor, keinginannya untuk mampir ke rumah Leva semakin sulit ia abaikan. Ia mencoba menenangkan dirinya dengan berpikir bahwa ini hanyalah kunjungan biasa, seperti kunjungan sebelumnya bersama Kalaya. Aku hanya ingin memastikan dia baik-baik saja, itu saja, pikirnya, seolah meyakinkan dirinya sendiri.Dengan setelan kerjanya yang masih rapi, Ethan memarkir mobilnya di garasi rumahnya. Ia berdiri sejenak di depan pintu rumah, mencoba mengatur napas. Ia tahu ini berisiko, tetapi dorongan itu terlalu kuat untuk diabaikan. Akhirnya, ia melangkah ke rumah Leva.Di Rumah LevaLeva sedang duduk di ruang tamu, mengenakan dress santai berbahan satin berwarna merah marun yang sedikit longgar di bagian bahunya. Rambutnya dibiarka

  • Tetangga Baru Yang Menggoda   Bab 5 : Sapaan Tetangga Baru

    Hari itu, Kalaya memutuskan untuk memasak lebih banyak dari biasanya. Ia ingin memberikan kesan baik kepada Leva, tetangga baru mereka. Sebagai seorang istri yang selalu berusaha menjaga hubungan baik di lingkungan sosialnya, ia merasa perlu untuk menyambut Leva dengan cara yang hangat dan personal.“Ethan, aku pikir kita harus membawa makanan ini ke rumah Leva. Dia pasti sibuk beres-beres setelah pindah,” ujar Kalaya sambil mengemas makanan dalam kotak saji yang rapi.Ethan, yang sedang membaca berita di ponselnya, terkejut mendengar nama Leva disebut. Hatinya mendadak berdebar, tetapi ia berusaha tetap tenang. “Oh, ya, itu ide yang bagus,” jawabnya datar, menyembunyikan rasa gugupnya.Tak lama kemudian, Kalaya menyelesaikan kemasannya—sebuah paket berisi hidangan khas rumahan yang hangat: lasagna buatan sendiri, salad segar, dan sebotol jus jeruk. “Kita pergi sekarang?” tanya Kalaya sambil membawa kotak makanan itu.Ethan tidak punya alasan untuk menolak. “Tentu,” jawabnya sambil ba

  • Tetangga Baru Yang Menggoda   Bab 4 : Pagi Yang Berbeda

    Keesokan paginya, Ethan terbangun lebih awal dari biasanya. Semalaman ia tidak bisa tidur nyenyak, pikirannya terus-menerus memutar kembali momen bersama Leva. Ada rasa bersalah yang menghantuinya, tetapi ada pula perasaan asing, campuran rasa penasaran dan ketertarikan yang sulit ia abaikan.Ia mencoba memulai harinya seperti biasa. Setelah mandi dan berpakaian, ia turun ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Kalaya, istrinya, sedang duduk di meja dapur dengan secangkir kopi di tangannya, wajahnya tampak fokus pada layar ponselnya.“Pagi,” Ethan menyapa, mencoba terdengar normal.“Pagi,” jawab Kalaya tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel. “Ada rapat hari ini?”“Iya, mungkin aku akan pulang agak malam,” bohong Ethan, meskipun ia tidak punya agenda khusus untuk hari itu. Ia hanya ingin menghindari percakapan lebih lanjut.Setelah sarapan, Ethan melangkah keluar rumah dengan alasan memeriksa taman. Namun sebenarnya, ia berharap bisa melihat Leva lagi. Matanya langsung tertuju pada ruma

  • Tetangga Baru Yang Menggoda   Bab 3 : Ujian Di tengah Kesunyian

    Ethan duduk di sofa di ruang tamunya, merasa semakin gugup seiring detik berlalu. Leva terlihat begitu nyaman, bersandar dengan santai sambil sesekali menyesap anggurnya. Tatapannya lembut, tetapi ada sesuatu yang lain di sana sesuatu yang membuat udara di antara mereka terasa lebih berat.Leva menyentuh permukaan sofa dengan jari-jarinya, seolah memeriksa tekstur kainnya, sebelum pandangannya kembali pada Ethan. “Kamu terlihat tegang,” ujarnya sambil tersenyum kecil.“Oh, tidak… aku baik-baik saja,” jawab Ethan cepat, meski ia tahu jawabannya tidak meyakinkan.Leva mencondongkan tubuhnya sedikit, mendekat ke arahnya. “Kamu yakin? Sepertinya ada sesuatu yang mengganggumu.” Suaranya rendah dan nyaris seperti bisikan, tetapi cukup untuk membuat Ethan merasakan sesuatu yang aneh di dalam dirinya, sebuah ketegangan yang semakin sulit ia kendalikan.Ethan menelan ludah, mencoba menjaga jarak emosional. “Aku hanya… mungkin aku lelah saja.”Leva tertawa kecil, sebuah tawa yang hangat tetapi

  • Tetangga Baru Yang Menggoda   Bab 2 : Leva Menyadari Sedang Diperhatikan

    Keesokan harinya, Ethan terbangun dengan kepala yang terasa berat. Pikirannya masih dipenuhi bayangan Leva. Ia berusaha memulai hari dengan normal, tetapi ada dorongan aneh untuk sekadar memastikan apakah wanita itu ada di rumahnya. Seolah tanpa sadar, langkah kakinya membawanya kembali ke ruang kerja, tempat jendela besar memberikan pandangan langsung ke rumah Leva.Di seberang jalan, Leva sedang berdiri di dekat jendela rumahnya, sibuk menyiram tanaman di pot kecil. Ia mengenakan tank top putih tipis yang membalut tubuhnya dengan sempurna, memperlihatkan siluetnya di bawah cahaya pagi. Celana pendek yang ia kenakan hanya menutupi sebagian pahanya. Ethan menatapnya dari jauh, mencoba meyakinkan dirinya bahwa ia hanya ingin memastikan keadaan tetangganya, tetapi ia tahu itu bukan alasan sebenarnya.Leva, yang merasa sedang diperhatikan, melirik ke arah jendela Ethan. Tatapannya bertemu dengan Ethan yang berdiri di sana. Ia tersenyum kecil, tetapi kali ini senyuman itu bukan hanya seka

  • Tetangga Baru Yang Menggoda   Bab 1 : Pindah Ke Perumahan Elit

    “Ethan?” Suara Kalaya terdengar dari lantai bawah. Ethan segera mengatur napas dan berusaha menormalkan ekspresinya sebelum menjawab.“Iya?” Ia menjawab sambil turun ke ruang tamu. Kalaya sedang berdiri di depan cermin, memperbaiki riasannya. Ethan hanya meliriknya sekilas sebelum mengalihkan pandangannya ke arah lain.“Kamu mau ikut ke acara makan malam nanti? Ada beberapa orang penting yang harus kita temui,” kata Kalaya tanpa menoleh.Ethan menggeleng pelan. “Aku rasa aku butuh istirahat. Pindahan ini cukup melelahkan.”Kalaya hanya mengangkat bahu tanpa memaksa. Ia sudah terbiasa dengan Ethan yang belakangan ini semakin sering menghindar dari acara-acara sosial. Baginya, itu tidak terlalu penting, selama ia tetap bisa menjalankan aktivitasnya tanpa terganggu.Saat Kalaya pergi meninggalkannya sendirian di rumah, Ethan kembali ke ruang kerjanya. Ia membuka tirai jendela sedikit, sekadar untuk melihat apakah Leva masih di luar. Wanita itu kini duduk di teras rumahnya, menikmati sege

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status