Bab 50
Pagi menjelang siang itu, suasana di toko kue milikku terlihat ramai oleh beberapa pengunjung yang sejak dibuka hari kemarin sambutannya begitu antusias. Membuatku merasa bahagia dan senang hati, karena apa yang selama ini kucita-citakan akhirnya terlaksana dengan baik.Ditemani Yuda serta tiga orang pekerja di bagian dapur, kami semua sibuk mempersiapkan kue dan cake yang hari ini mulai mendapat lonjakan pesanan."Jangan capek-capek, Mbak, seharusnya pemilik tempat ini duduk di depan sambil menghitung uang pemasukan, bukan sibuk bermain dengan tepung dan telur di dapur." Yuda menggoda dan sambil mengenakan apron. Lelaki itu tampak tampan dan gagah dalam balutan kaos berwarna putih bermerek Nike yang pas di tubuhnya yang atletis."Apaan sih Yud, lagipula jika Mbak diam saja, malah bosan. Sedangkan di dapur banyak sekali pesanan hari ini. Salahmu sendiri yang langsung menerima orderan pesanan sebanyak ini, jadi aku dan paBab 51."Mbak.""Hmm ….""Mbak ih," kata Yuda lagi, yang entah sudah keberapa kalinya. Sepertinya dia kesal karena terdengar berdecak setelah kuabaikan. Kupingku panas, sejak tadi lelaki itu terus merecoki saat aku tengah menghias red velvet yang akan kukirim sore ini pada konsumen.Sengaja kubiarkan lelaki itu mengoceh seorang diri, saat dari tadi terus saja memaksaku untuk pergi jalan-jalan malam ini. Padahal dikarenakan banyaknya kerjaan, malas rasanya untuk sekedar melangkahkan kaki keluar dari toko."Jawab dong, Mbak, jangan diam saja. Aku dari tadi nungguin kamu loh. Bahkan dua hari ini aku tuh tidak mampir ke kafe karena aku sibuk bantuin Mbak. Masa begitu aja sampai malas untuk menjawabnya." Aku sedikit berdecak sebal. Dasar Yuda. Sepertinya lelaki itu tidak akan berhenti sebelum aku mengiyakan ajakannya. Kuhela nafas pelan, lalu berbalik dan menatap penuh padanya, yang seketika wajah cemberut itu
Bab 52Entahlah aku tidak ingin berpikir lebih jauh lagi, yang jelas kata seperti itu tidak pantas diucapkan, apalagi Yanti yang notabenenya seorang gadis, meskipun sebentar lagi akan melepas masa lajangnya. Aku tahu itu setelah ayah mertua mengumumkannya di acara syukuran waktu itu, juga dari ibu mertua yang memesan banyak aneka kue dan cake wedding, satu minggu lagi dari sekarang.Sudah dua hari ini kasir yang berjaga di depan sakit, hingga terpaksa aku harus bolak-balik untuk melayani pembeli. Karena Wati masih belum mahir menggunakan mesin kasir. Gadis delapan belas tahun itu selalu beralasan takut salah, ketika diajarkan bagaimana cara menggunakannya."Jika kamu tidak mau belajar, kamu tidak akan pernah maju," kataku dengan perasaan sedikit kesal kemarin. Tapi dasar Wati, gadis itu hanya nyengir ketika aku menggelengkan kepala.Aku duduk setelah melepaskan lelah membuat kue yang siap dipajang di depan etalase, saat seorang peremp
Bab 53Adi sudah pulang saat tadi dijemput oleh Bu Dewi. Wanita itu khawatir jika Adi terlalu lama di rumah sakit akan membuat kesehatannya juga ikut sakit. Akhirnya aku menuruti saja saat Bu Dewi meminta Adi pergi bersamanya. Sedangkan Yuda, aku tidak tahu kemana perginya lelaki itu, karena sejak tadi tidak kelihatan batang hidungnya sekalipun. Apa mungkin lelaki itu mengurusi kasus tabrakan yang terjadi, entahlah. Yang jelas, entah kenapa aku merasa kehilangan saat dia tak ada di dekatku. Aneh, padahal Yuda bukan siapa-siapaku. Rasa sakit di seluruh badanku mulai terasa berdenyut nyeri. Jangan tanyakan bagaimana rasanya kakiku saat ini yang seperti disayat-sayat oleh pisau yang tajam serta kepala yang berdenyut hebat. Antara ingin menangis dan berteriak sekuat tenaga, rasanya bercampur aduk dalam kepalaku. Ingin memanggil suster agar kembali memberikan obat penghilang rasa nyeri padaku, tapi mereka sudah melakukannya dua setengah jam yang lalu dan pas
Bab 54"Itu tidak benar, Mas. Kamu jangan main-main!" Yanti seperti mengelak, sedangkan Yuda semakin menajamkan pandangannya."Apa kau pikir, kalau aku tidak tahu tentang semua kejahatan yang telah kau lakukan?! Kamu salah Yanti, aku sudah memegang bukti dan aku sudah menangkap orang-orang itu serta mobil yang digunakan untuk mencelakai Indira. Dan dalangnya tidak lain dan tidak bukan adalah kamu sendiri." Aku terkejut dengan mata membulat. Masih kaku di tempatku memperhatikan perdebatan antara Yanti dan Yuda saat ini. Kulihat wajah Yanti sudah memerah dengan mata membelalak menatap Yuda. Sepertinya lelaki itu baru saja membongkar semua kejahatan Yanti, yang memang tidak kuduga sama sekali. Sebegitu benci itukah Yanti padaku, hingga dia tega berbuat demikian dan hampir merenggut nyawaku."Kau bohong kan Mas Yuda. Aku tahu kamu tidak berani melakukannya. Aku sudah berusaha serapi mungkin agak jangan sampai ketahuan. Aku juga sudah membayar
Bab 55"Indira, bangunlah, Indi … Mas datang untuk menemuimu.""Indira ….""Indira … bangun dan bicaralah."…. Suara itu seperti bisikan di telingaku. Aku merasa tengah bermimpi tapi seperti merasakan kenyataan disaat bersamaan. Entahlah, rasanya seperti dejavu. Ada suara seseorang disertai guncangan yang menyuruhku untuk terjaga dan membuka mata, tapi ternyata aku tidak bisa melakukannya, seakan-akan tubuhku terkunci rapat dan terus memejamkan mata bahkan untuk mengintip dari ujung mata, sedikit pun tidak mampu.Aku mendengar seperti suara yang sangat familiar di telingaku, tapi entah kenapa aku tidak bisa menyahutnya apalagi membalas ucapannya walaupun aku sudah mencoba. Lalu kesadaranku kembali menghilang dan aku tidak mengingat segalanya. Tapi lagi dan lagi suara itu seakan menyuruhku untuk terjaga. Hingga sayup-sayup kudengar suara orang yang seperti berseteru.Entah pukul berapa hingga akhirnya aku mem
Bab 56Entah apa yang kupikirkan dan apa yang kulakukan itu benar atau salah. Yang jelas bayang-bayang Yuda terus menari dibenakku. Lelaki itu dan orang-orang yang datang tadi pasti sangat kecewa dengan sikapku. Namun bolehkah jika aku merasa sedikit kecewa atas tindakannya yang tanpa mengkonfirmasi dulu terhadapku. Selain karena merasa kaget dan tak menduga, terus terang aku tidak bisa mencerna semua ini dengan baik. Bahkan tidak pernah terlintas sedikitpun bisa menjalin hubungan apalagi menikah dengan Yuda. That's impossible. Jelas terlalu banyak perbedaan diantara kami. Selain lelaki itu usianya beberapa tahun di bawahku, juga lelaki itu adalah seorang bujangan yang pantas menikahi wanita muda yang sebaya ataupun di bawah usianya, bukan memintaku menjadi istrinya yang jelas-jelas adalah wanita dengan segudang masalah termasuk statusku yang pernah menikah dan gagal di usia pernikahanku yang ke sepuluh tahun. Terlalu aneh dan konyol jika aku menerima
Bab 57Bisa ku dengar dengan jelas saat pintu dibuka secara perlahan, lalu langkah kaki itu terasa semakin mendekat ke arahku. Dan berhenti begitu saja saat aku menajamkan pendengaran. Dari tempatku tidur, dapat kurasakan kalau orang itu seperti menarik nafas kasar dengan nafas seperti menderu. Mata batinku mengira orang itu tengah berdiri sambil memandang ke arahku. Entah kenapa aku yakin akan hal itu. "Kamu akan segera mati, Indira, dan aku akan segera membalaskan dendamku padamu." Suara itu terasa seperti bisikan di telingaku, namun membuat jantungku langsung berdetak lebih cepat. Suara itu, meskipun tidak aku tahu pasti siapa pemiliknya, namun jelas orang itu berniat untuk melenyapkanku. Oh Tuhan, kenapa rasanya aku sangat takut sekali saat ini, seolah-olah bayangan kematian tengah menunggu untuk membawa nyawaku pergi.Ingin sekali rasanya aku membuka mata untuk melihat siapa orang yang berada di depanku itu, namun aku tidak akan tahu apa yang akan dilakukannya, jika aku langs
Bab 58"Terima kasih untuk semuanya, Yuda. Tapi ku katakan sekali lagi kepadamu, ini semua tidak mudah bagiku. Kamu tentu bisa melihat bagaimana perjalanan hidupku bersama dengan Mas Agung belakangan lalu, hingga akhirnya kami berpisah dengan segudang masalah yang mendera kami. Semua itu tidak mudah dilupakan begitu saja, lagi pula masalah kami belum juga selesai. Seperti yang kamu lihat baru saja, bagaimana orang-orang dari masa laluku terus saja mencoba untuk mencelakai dan membunuhku." Aku terisak di depan Yuda. Entah kenapa rasanya sesak dan sakit sekali. Kulihat Yuda membuang nafas pelan, dan mengusap bahuku."Aku mengerti, Mbak, makanya aku berniat berada disampingmu untuk melindungimu. Apakah itu salah?"Kutatap wajah yang penuh ketulusan itu, aku mengangguk."Ya, itu salah. Aku tak memikirkan itu untuk sekarang. Mungkin ada masanya ke depan hingga aku siap membuka hati untuk yang lain. Tapi untuk saat ini biarkan aku se