"Jaga sikapmu, Jason!" tegas Jenny berdiri dan menjauh darinya. Jenny menggertakkan gerahamnya pertanda tidak senang dengan sikap Jason yang lancang itu. Ekspresi wajahnya juga berubah masam.Namun, pria itu hanya tertawa terbahak-bahak. Kemudian ikut berdiri dan mulai mendekati Jenny."Kenapa, Sayang? Percayalah Benjamin tidak akan melihat kita di sini," bujuk Jason mengeram penuh damba. Pria itu hendak menarik bahu Jenny yang terus bergerak menghindarinya. Dengan gesit Jenny mengelak, dan lolos dari jangkauan tangan Jason. Kemudian berlari ke arah pintu ruangan berniat mau keluar saja ketimbang menjadi pelampiasan bejat Jason. Namun, dengan cepat Jason melompat mendahuluinya ke pintu, kemudian mengunci pintu ruangan dengan sekali ceklek. Kuncinya dilemparkannya sembarang."Apa yang kau lakukan ini, Jason? Kenapa kau membuang kuncinya?" berang Jenny segera mencari-cari kunci di dalam ruangan Jason yang sangat berantakan tersebut."Haha, kenapa sekesal itu, Jenny? Bukankah bagus un
Miley memutar otak kembali ke butik Zhin Huang saja. Ia berniat ingin mengikuti Zhin saat pulang nanti. Tanpa berpikir lama-lama, ia pun kembali melajukan mobilnya menuju butik Zhin.Namun, kali ini Miley menunggu beberapa meter jaraknya dari butik. Agar security yang tadi itu tidak melihatnya di sana, ataupun Zhin sendiri. "Puncak dicinta ulam pun tiba," gumamnya. Baru beberapa menitan tiba di sana, tampak mobil Zhin keluar dari butik. Miley tidak menyia-nyiakan kesempatan segera mengikuti mobil Zhin yang mengarah ke jalan pusat kota."Hmm, benar juga dia tidak tinggal di villa Jenny," ucapnya bermonolog sendiri dengan matanya fokus dengan mobil di depannya.Sepertinya Zhin juga tidak menyadari ada seseorang yang mengikutinya, hingga dengan santai gadis cantik itu menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah mewah. Kemudian turun dan masuk ke dalam rumah ituMiley juga turut berhenti di belakang mobil Zhin. Rumah mewah di depan matanya itu sangat menarik perhatiannya. Otaknya berpik
"Kita mau ke mana?" tanyanya tidak tahu Aland akan membawanya ke mana."Mmm, rencananya mau ke rumah Theo tadi, tapi katanya dia lagi ada urusan," jawab Aland menutupi sesuatu dari Miley.Hmm, pantas saja Theo gak pulang bersama Aland tadi. Tapi hal penting apa yang membuat Aland ingin ke rumah Theo ya. "Hei, malah bengong," panggil Aland menyikut pelan lengannya."Ehh, iya? A-aku lapar sebenarnya, hehe," sahut Miley asal saja. Memang tadi siang dia tidak sempat makan karena sibuk mengintai villa Jenny dan tinggal Zhin. Tapi ia juga tidak terlalu lapar sebenarnya.'Zhin?' gumamnya dalam hati. Ia teringat dengan rumah mewah yang jadi tinggal putri tiri Jenny itu. Yang juga ia duga kalau rumah mewah itu diberikan Aland ke Jenny."Jadi kita makan saja?" tanya Aland kali ini bersikap lebih manis dan lembut.Sesaat Miley terdiam seperti memikirkan bagaimana caranya mengorek informasi tentang ruang mewah Zhin tadi."Yah, tapi kita makan di restoran Kenanga dekat komplek Orchid itu saja, ya
"Oke, aku minta maaf. Tadi memang sedang balas chat klien, Miley," ujar Aland melihat Miley hanya membisu. "Sekarang kita pulang, atau mungkin masih ada yang ingin kamu beli?" tanya Aland mengeluarkan black card dari dompetnya dan memberikannya kepada Miley."Untuk apa?" tanya Miley segera memutar badan meninggalkan Aland, seraya berjalan menuju mobil.Wajahnya yang tampak masam hanya bisa menggerutu dalam hati. Entah apa yang membuatnya sangat ingin tahu dengan rumah mewah Zhin itu. "Kamu kenapa seh?" tanya Aland menyusulnya ke mobil. "Yang mengajak makan ke sini itu kamu. Malah kamu keluar dan berdiri di pinggir jalan kayak tadi itu!" omel Aland menghempas pintu mobil."Yahh, aku minta maaf. Sekarang kita pulang saja," sahut Miley menatap lurus ke depan.Aland yang masih kebingungan dengan sikap Miley itu, hanya bisa menggeleng-geleng kepala. Dalam hati, dirinya juga sadar telah bersikap cuek ke Miley saat di dalam restoran tadi. Tapi itupun karena info yang sangat penting dari The
Setibanya di rumah, Aland hanya membiarkan Miley mendahuluinya masuk. Pria itu hendak memberikan ruang untuk Miley mencerna semua ucapannya tadi. Berpikir mungkin saja Miley kaget dengan pengakuannya yang memiliki penyakit aneh, yakni suka menyakitinya."Miley, aku tinggal sebentar ya," seru Aland berpamitan.Miley hanya mengangguk tanpa menoleh padanya. Ia juga tidak berniat tahu akan ke mana dia.Sepeninggalan Aland, Miley pun hanya duduk di depan cermin. Memandang wajahnya yang memutih seolah darah berhenti mengalir di sana, entah sudah berapa lama.Sampai ketika ponsel Aland yang tertinggal di atas nakas berdering, ia pun kaget setengah mati."Akhh!"Miley lantas bangkit seraya mendekati nakas di mana ponsel Aland masih terus berdering. Pria itu mungkin lupa membawanya."Daddy? Berarti panggilan dari Tuan Besar Daniel?" gumamnya tidak berani mengangkatnya. Hanya dilihatinya sampai ponsel berhenti berdering.Namun, beberapa detik kemudian ponsel kembali berdering. Tidak biasanya T
"Lepasin, Aland," kata Miley mendorong tubuh pria yang terus menghimpitnya hingga terpojok ke sisi ranjang. Dengan gesit menyilangkan kedua tangan di dada setelah berhasil terlepas dari cengkraman tangan Aland. Tidak peduli Aland yang menggertakkan gerahamnya pertanda kesal. Wajah pria itu tampak memerah menahan gejolak hasratnya yang terhenti. "Miley," lirihnya perlahan mendekati gadis yang menyembunyikan dirinya di pelukannya sendiri."Kenapa kamu bersikap seolah kita tidak pernah melakukannya? Ingat sewaktu di Jepang, bahkan kamu sangat menginginkannya sampai kamu terus mendesak ku!" ujar Aland merapikan rambutnya yang acak-acakan dengan menyisirnya menggunakan jari tangan.Miley tidak menyahuti. Entah karena pikirannya yang sedang kacau itu membuatnya tidak ingin di sentuh Aland, atau memang hanya mood-nya saja yang sedang tak baik."Cukup! Meski kamu mengaku melakukannya waktu itu, tapi aku masih suci, kan? Seperti pengakuanmu bahwa kamu hanya ---""What? Memangnya yang aku la
Belum lagi menjawab, Zhin kembali menyindirnya. "Apa kamu kecewa karena Tuan Muda Aland tidak pernah memberikan hadiah untukmu, Miley?" Seolah dia tahu semua tentang Aland yang loyal ke Jenny namun perhitungan kepada Miley."Apa yang kamu maksudkan itu, Zhin?" Miley balik bertanya dengan berusaha menahan-nahan emosinya."Yah, setidaknya kamu kalau kamu tidak cemburu, yah tidak perlulah memata-matai sampai ke rumahku lah, Miley."Sial, dari mana dia tahu aku mengikutinya sampai ke perkomplekan elit itu."Haha, kamu salah paham, Zhin. Aku mau ke restoran Kenanga, bahkan akupun tidak tahu kalau kamu tinggal di perkomplekan elit itu," elak Miley, dalam hati sangat mengutuki Zhin yang mengetahui pengintaian nya itu. Sungguh memalukan dirinya."Oiya? Apa aku bisa yakin itu, Miley? Sampai-sampai harus membawa Tuan Muda Aland juga ke restoran Kenanga? Padahal kamu tahu Tuan Muda Aland memiliki hubungan yang rumit dengan pemilik restoran Kenanga itu! Kalau bukan kamu yang memaksanya, lalu siap
Miley berjengit kaget. "Jam empat subuh?" gumamnya mengucek matanya tidak percaya. Mau kemana Aland sepagi itu, biasanya kalau pun keluar pagi-pagi sekali paling di jam enam. Miley juga tak tahu kapan Aland masuk kamar semalam. Miley tidak lagi berniat menyambung tidur, rasa kantuknya seketika menghilang. Miley meraih handuk dan masuk ke kamar mandi, sesaat mengguyur tubuhnya di bawah shower. Miley berniat bertemu Zhin pagi ini saja, mumpung Aland masih sibuk dengan Tuan Daniel. Jadi ia dengan bebas keluar rumah tanpa pengawasan Aland. "Katakan padanya aku mau ke salon," titah Miley ketika salah satu pengawal di sana menghentikannya di gerbang keluar."Tapi ini masih pagi sekali, non Miley? Tentu Tuan Muda Aland tidak percaya Anda ini akan ke salon. Anda juga menyetir ---""Kalau dia tak kemari, tidak perlu kamu beritahu! Aku mau pergi ke salon bukan ke bar?" potong Miley kesal segera melajukan mobil menuju rumah Zhin.Untungnya Zhin mau menerima kedatangannya sepagi ini. Gadi
Tuan Daniel yang kesal menunggu Aland di perusahaan induk, dan malah menyuruhnya harus ke sana, tidak bisa menguasai emosinya.Lantas pria kaya raya tersebut memangkas jarak dengan Aland. Namun, Tuan Daniel tidak kalah kaget melihat Abian juga ada di sana bersama Aland. "Untuk apa kamu kemari, Abian? Apa kamu pikir bisa seenaknya meninggalkan kewajibanmu di perusahaan-perusahaan yang kamu tangani?" berang Tuan Daniel menatap tajam putra tirinya itu. Tuan Daniel cuma menyuruh Aland ke perusahaan induk Halton, untuk melakukan tanggungjawabnya sebagai pewaris kekayaan keluarga Halton, tidak ikut Abian.Lebih kagetnya lagi, keduanya malah senyum-senyum melihatnya yang marah-marah itu."Dad, kami minta maaf karena tidak langsung ke perusahaan induk Halton, tapi kami ingin memberikan hadiah besar ini untuk Daddy," ucap Aland membuka pintu dan mempersilahkan Tuan Daniel masuk. Tuan Daniel yang tadinya emosi tiba-tiba berubah kebingungan. Padahal dia pun tidak sedang ulang tahun hari ini. T
Dua minggu lebih berlalu. Setelah mendapatkan semua bukti-bukti, akhirnya Miley berhasil mengambil kembali perusahaan Adira dan New Adira."Aku mengganti nama menjadi perusahaan triple A,"ucap Miley tegas. "Kenapa tidak tetap jadi perusahaan Adira saja, Miley?" tanya Aland bingung dengan nama asing tersebut."Itu gabungan nama ayah dan nama kecil mamaku, Aland. Adira Ashkelon dengan nama kecil Jenny itu Agatha. Aku gabung menjadi triple A. Sekalian mengenang mereka, Aland." Sesaat Miley tertunduk seperti memendam rindu kepada mereka yang telah meninggal dunia. "Aku akan merawat perusahaan triple A ini untuk kedua orangtuaku."Aland merangkul pundaknya."Oo, begitu. Kita sama-sama menjaganya untuk mereka," ucap Aland menyeka airmata Miley. "Sudah tidak usah sedih-sedih lagi, semua yang telah berlalu tidak dapat diulang. Mereka juga sudah kembali kepada Sang Penciptanya," lanjut Aland menenangkan hati Miley."Iya, Aland. Seenggaknya aku sudah membalaskan dendam mamaku kepada Jason
"Untuk apa kau kemari? Jangan berpikir kau masih terdaftar sebagai anggota keluarga kita!" sarkas pria tua bertubuh buncit.Miley yang baru saja berdiri di pintu ruang ayahnya itu, disambut sarkas oleh Wisnu, adik Kakek dari ayahnya, yang biasa ia panggil Kakek muda dulunya. "Yah, itu jauh lebih baik! Sejak kematian ayahku, aku bukan lagi daftar keluarga besarmu!" sahut Miley santai mengedikkan kedua bahunya bersamaan. "Seharusnya aku menanyakan kabarmu Kakek muda, setelah sekian tahun kita tak pernah bertemu," lanjut Miley tidak terusik dengan kesarkasan Wisnu. Miley menarik napas panjang sembari memangkas jarak dengan pria yang berdiri di pintu, menghalanginya masuk. "Berhenti di situ! Atau kau akan mati!"Miley tertawa kecil mendengarnya. "Mati? Maksudmu, Jason yang akan membunuhku? Haaa, ku pastikan dia tidak berkutik lagi bertemu denganku," ucap Miley sombong.Jelas saja Jason tidak akan bertemu dengannya di sana. Karena pria itu telah di tangan Abian saat ini. Tapi Miley t
"Ke mana kamu membawaku, Aland?" tanya Miley tergopoh-gopoh menyeimbangi langkah Aland yang menarik tangannya.Beberapa menit lalu Aland bilang mau ke perusahaan untuk menyelesaikan pekerjaannya, tapi Aland malah menyuruhnya meninggalkan tas berisi berkas-berkas perusahaan Aland Corp."Masuklah!" titah Aland membukakan pintu mobil untuknya. "Kamu mau mengambil kembali perusahaanmu, kan?" tanya Aland menaikkan salah satu alisnya.Miley tersentak, memang iapun tidak ingin berlama-lama lagi mengambil alih perusahaan Adira dan New Adira. "Kamu tidak bercanda, kan?" tanya Miley urung masuk, berdiri menatap Aland seolah meminta penjelasannya."Itu!" Aland menunjuk tas yang terletak di dasar mobil. "Berkas-berkas perusahaan WinJason ada di dalamnya."Miley mengikuti jari telunjuk Aland. Memang ia menyimpan berkas-berkas perusahaan WinJason di dalam tas tersebut. Miley segera masuk, rasanya sudah tidak sabar segera mengusir adik perempuan ayahnya dari perusahaan WinJason.'Tunggu aku melempa
Sekilas melihat rumah itu saja terasa menyeramkan. Memang rumahnya mewah, tapi tidak terawat. Pohon dan tanaman merambat hampir menutupi pintu rumah tersebut. Selain jauh dari pemukiman warga juga dan beberapa pohon besar hampir menutupi keberadaan rumah tersebut."Masuklah!" titah Jason cukup puas melihat ketiga orang bersamanya heran dengan penampakan rumahnya yang terkesan angker itu. Mereka tidak tahu saja kalau Jason dengan sengaja membuat rumah induknya seperti itu untuk mengelabui siapapun yang sedang mencarinya.Terbukti bertahun-tahun dia selamat dari kejaran polisi dan orang-orang pimpinan Turbo XX dengan bersembunyi di rumah induknya. "Kau jangan coba-coba mempermainkan kita!" berang Abian menarik Jason dengan kasar dari dalam mobil. "Ingat! Aku tidak segan-segan menembak kepalamu itu!" lanjutnya mengarahkan ujung sepatu kulitnya ke pinggang Jason yang tersungkur di tanah.Jason hanya meringis kecil, tidak berdaya melawan karena kedua tangannya terikat kuat ke belakang.
Miley gegas menemui Theo, meminta pria itu mengantarnya ke perusahaan WinJason. Tapi Theo menolak karena tadi Aland berpesan dan tidak mengizinkannya mengantar Miley keluar."Aku mau bertemu dengan wanita itu, Theo?" geram Miley mencondongkan badannya ke depan seraya menumpulkan pandangannya ke wajah Theo. Tekad Miley sudah bulat akan bertemu dengan adik perempuan ayahnya, yang saat ini menghandle sepenuhnya perusahaan WinJason. Dengan semua bukti yang telah ia dapatkan wanita itu tidak akan berani mengelak lagi."Miley, Tuan Muda Aland tidak mengizinkanmu ke sana! Itu yang diperintahkan Tuan Muda Aland tadi kepadaku!" "Jangan mengada-ada ya! Aland tidak ada mengatakan seperti itu tadi!" Miley yang tersulut kesal itu mengeluarkan berkas-berkas perusahaan WinJason dari dalam tasnya. "Ini! Aku sudah mendapatkan semua berkas yang ku perlukan untuk mengambil alih perusahaan WinJason! Sekarang tugasmu hanya mengantarku ke sana, Theo!"Tapi Theo tetap saja tidak mau mengantarnya ke sana.
"Sudah cukup, Miley?" tanya Aland melihatnya membawa tas berisi berkas-berkas perusahaan WinJason menjauh dari kursi Jason."Sudah, aku sudah mendapatkan semua yang ku butuhkan. Sekarang lemparkan saja dia ke penjara, Aland," ucap Miley berdiri di samping Zhin. "Kamu, Zhin?" tanya Aland.Disahuti gelengan kepala cepat dari Zhin. "Cuma lihat wajahnya saja aku sudah takut," ujarnya mencengkeram erat lengan tangan Miley. Kemudian menarik Miley segera meninggalkan tempat itu. "Ayolah, Miley! Aku tidak suka di dalam sini," pintanya menarik-narik tangan Miley."Oke, sekarang aku antar kalian pulang," ucap Aland melemparkan sesuatu dari tangannya kepada Abian."Lakukan seperti rencana kita, ya," pesan Aland sebelum turut mengikuti Miley dan Zhin keluar.Abian mengangguk. Ini kesempatan dirinya membalaskan dendam kematian ayahnya kepada Jason. Tapi niatnya itu segera dihentikan oleh Tuan Benjamin, yang segera keluar dari tempat persembunyiannya setelah Miley dan Zhin pergi dari sana."Kena
Miley berjingkat memutar badan cepat, melihat kearah ranjang, Aland tidur ada di sana."Jam berapa ini?" tanyanya menggeser pandangannya ke jam dinding. "Astaga! Jam sepuluh?" pekiknya tertahan, kemudian menggeser matanya kepada Zhin. Seolah meminta Zhin menjelaskannya."Kamu kenapa, seh? Tinggal mandi saja, lalu, turun," kata Zhin menarik sudut bibirnya kesal dengan sikap Miley yang linglung."Makanya malam itu tahu waktu bergulat panas! Jangan pula sampai pagi, sampai-sampai tak ingat bangun," celetuk Zhin lantas dijawab Miley dengan melempar bantal ke arahnya."Otak mesum!" ketusnya terus melemparinya dengan bantal-bantal. "Kamu juga bakal tahu rasanya setelah menikah ---"Zhin tidak ingin mendengar ocehan Miley, segera berlari keluar kamar. "Cepat mandi sebelum ditinggal!" teriaknya sebelum menutup pintu kamar.Miley mendengus kesal, kemudian mengambil handuk untuk membersihkan tubuhnya. Wajahnya masih terasa panas karena ocehan Zhin tadi, ia malu karena tidak sadar dengan diriny
"I-itu, dia ..." Theo menenggak liurnya. Semua ucapan Miley tadi benar. Miley sudah menjadi istri Tuan Muda Aland, mustahil bisa mendapatkan hatinya. Lagi pula selama ini Miley tidak pernah menanggapi perasaannya. Meski telah berulang kali menunjukkan sikapnya yang hangat.Theo menenggak liurnya. Ada perasaan bersalah telah bersikap kasar kepada Zhin. Melihat gadis cantik itu begitu tulus mencintainya, lalu, hubungan mereka berakhir juga bukan karena Zhin yang tidak lagi mencintai dirinya. Tapi semata-mata karena ancaman Jenny yang tidak pernah menyukainya dekat dengan Zhin. 'Aku egois, tapi ...'"Iya tidak apa-apa, Theo. Tapi aku juga tidak memaksa kalau kamu tidak mau memberitahu. Maafkan aku selalu mengusik ketenanganmu," kata Zhin bangkit berdiri hendak berlalu dari sana. Hatinya sudah bulat melupakan Theo. Percuma juga memaksanya harus kembali, toh Theo pun sudah tak mencintainya. Itu jauh lebih menyakitkannya nanti."Tunggu, Zhin!" panggil Theo refleks menarik tangan Zhin.