"Kita mau ke mana?" tanyanya tidak tahu Aland akan membawanya ke mana."Mmm, rencananya mau ke rumah Theo tadi, tapi katanya dia lagi ada urusan," jawab Aland menutupi sesuatu dari Miley.Hmm, pantas saja Theo gak pulang bersama Aland tadi. Tapi hal penting apa yang membuat Aland ingin ke rumah Theo ya. "Hei, malah bengong," panggil Aland menyikut pelan lengannya."Ehh, iya? A-aku lapar sebenarnya, hehe," sahut Miley asal saja. Memang tadi siang dia tidak sempat makan karena sibuk mengintai villa Jenny dan tinggal Zhin. Tapi ia juga tidak terlalu lapar sebenarnya.'Zhin?' gumamnya dalam hati. Ia teringat dengan rumah mewah yang jadi tinggal putri tiri Jenny itu. Yang juga ia duga kalau rumah mewah itu diberikan Aland ke Jenny."Jadi kita makan saja?" tanya Aland kali ini bersikap lebih manis dan lembut.Sesaat Miley terdiam seperti memikirkan bagaimana caranya mengorek informasi tentang ruang mewah Zhin tadi."Yah, tapi kita makan di restoran Kenanga dekat komplek Orchid itu saja, ya
"Oke, aku minta maaf. Tadi memang sedang balas chat klien, Miley," ujar Aland melihat Miley hanya membisu. "Sekarang kita pulang, atau mungkin masih ada yang ingin kamu beli?" tanya Aland mengeluarkan black card dari dompetnya dan memberikannya kepada Miley."Untuk apa?" tanya Miley segera memutar badan meninggalkan Aland, seraya berjalan menuju mobil.Wajahnya yang tampak masam hanya bisa menggerutu dalam hati. Entah apa yang membuatnya sangat ingin tahu dengan rumah mewah Zhin itu. "Kamu kenapa seh?" tanya Aland menyusulnya ke mobil. "Yang mengajak makan ke sini itu kamu. Malah kamu keluar dan berdiri di pinggir jalan kayak tadi itu!" omel Aland menghempas pintu mobil."Yahh, aku minta maaf. Sekarang kita pulang saja," sahut Miley menatap lurus ke depan.Aland yang masih kebingungan dengan sikap Miley itu, hanya bisa menggeleng-geleng kepala. Dalam hati, dirinya juga sadar telah bersikap cuek ke Miley saat di dalam restoran tadi. Tapi itupun karena info yang sangat penting dari The
Setibanya di rumah, Aland hanya membiarkan Miley mendahuluinya masuk. Pria itu hendak memberikan ruang untuk Miley mencerna semua ucapannya tadi. Berpikir mungkin saja Miley kaget dengan pengakuannya yang memiliki penyakit aneh, yakni suka menyakitinya."Miley, aku tinggal sebentar ya," seru Aland berpamitan.Miley hanya mengangguk tanpa menoleh padanya. Ia juga tidak berniat tahu akan ke mana dia.Sepeninggalan Aland, Miley pun hanya duduk di depan cermin. Memandang wajahnya yang memutih seolah darah berhenti mengalir di sana, entah sudah berapa lama.Sampai ketika ponsel Aland yang tertinggal di atas nakas berdering, ia pun kaget setengah mati."Akhh!"Miley lantas bangkit seraya mendekati nakas di mana ponsel Aland masih terus berdering. Pria itu mungkin lupa membawanya."Daddy? Berarti panggilan dari Tuan Besar Daniel?" gumamnya tidak berani mengangkatnya. Hanya dilihatinya sampai ponsel berhenti berdering.Namun, beberapa detik kemudian ponsel kembali berdering. Tidak biasanya T
"Lepasin, Aland," kata Miley mendorong tubuh pria yang terus menghimpitnya hingga terpojok ke sisi ranjang. Dengan gesit menyilangkan kedua tangan di dada setelah berhasil terlepas dari cengkraman tangan Aland. Tidak peduli Aland yang menggertakkan gerahamnya pertanda kesal. Wajah pria itu tampak memerah menahan gejolak hasratnya yang terhenti. "Miley," lirihnya perlahan mendekati gadis yang menyembunyikan dirinya di pelukannya sendiri."Kenapa kamu bersikap seolah kita tidak pernah melakukannya? Ingat sewaktu di Jepang, bahkan kamu sangat menginginkannya sampai kamu terus mendesak ku!" ujar Aland merapikan rambutnya yang acak-acakan dengan menyisirnya menggunakan jari tangan.Miley tidak menyahuti. Entah karena pikirannya yang sedang kacau itu membuatnya tidak ingin di sentuh Aland, atau memang hanya mood-nya saja yang sedang tak baik."Cukup! Meski kamu mengaku melakukannya waktu itu, tapi aku masih suci, kan? Seperti pengakuanmu bahwa kamu hanya ---""What? Memangnya yang aku la
Belum lagi menjawab, Zhin kembali menyindirnya. "Apa kamu kecewa karena Tuan Muda Aland tidak pernah memberikan hadiah untukmu, Miley?" Seolah dia tahu semua tentang Aland yang loyal ke Jenny namun perhitungan kepada Miley."Apa yang kamu maksudkan itu, Zhin?" Miley balik bertanya dengan berusaha menahan-nahan emosinya."Yah, setidaknya kamu kalau kamu tidak cemburu, yah tidak perlulah memata-matai sampai ke rumahku lah, Miley."Sial, dari mana dia tahu aku mengikutinya sampai ke perkomplekan elit itu."Haha, kamu salah paham, Zhin. Aku mau ke restoran Kenanga, bahkan akupun tidak tahu kalau kamu tinggal di perkomplekan elit itu," elak Miley, dalam hati sangat mengutuki Zhin yang mengetahui pengintaian nya itu. Sungguh memalukan dirinya."Oiya? Apa aku bisa yakin itu, Miley? Sampai-sampai harus membawa Tuan Muda Aland juga ke restoran Kenanga? Padahal kamu tahu Tuan Muda Aland memiliki hubungan yang rumit dengan pemilik restoran Kenanga itu! Kalau bukan kamu yang memaksanya, lalu siap
Miley berjengit kaget. "Jam empat subuh?" gumamnya mengucek matanya tidak percaya. Mau kemana Aland sepagi itu, biasanya kalau pun keluar pagi-pagi sekali paling di jam enam. Miley juga tak tahu kapan Aland masuk kamar semalam. Miley tidak lagi berniat menyambung tidur, rasa kantuknya seketika menghilang. Miley meraih handuk dan masuk ke kamar mandi, sesaat mengguyur tubuhnya di bawah shower. Miley berniat bertemu Zhin pagi ini saja, mumpung Aland masih sibuk dengan Tuan Daniel. Jadi ia dengan bebas keluar rumah tanpa pengawasan Aland. "Katakan padanya aku mau ke salon," titah Miley ketika salah satu pengawal di sana menghentikannya di gerbang keluar."Tapi ini masih pagi sekali, non Miley? Tentu Tuan Muda Aland tidak percaya Anda ini akan ke salon. Anda juga menyetir ---""Kalau dia tak kemari, tidak perlu kamu beritahu! Aku mau pergi ke salon bukan ke bar?" potong Miley kesal segera melajukan mobil menuju rumah Zhin.Untungnya Zhin mau menerima kedatangannya sepagi ini. Gadi
Seolah mendapat jawaban dengan kebingungannya, tanpa menunggu lama Zhin segera menelepon Benjamin. Entah mengapa tidak pernah berpikir menanyakan Jenny kepada Benjamin selama ini.Miley hanya terdiam menyimak percakapan telpon Zhin dengan Benjamin yang sengaja di speakerkan. "Mami? Baru saja Daddy mau menanyakan tentang Mami padamu, Shena. Sudah beberapa hari ini Mami tak mengangkat telepon atau membalas pesan Daddy," kata Benjamin dari seberang. Ternyata pria bangsawan itu juga lagi kebingungan dengan Jenny."Apa Daddy bercanda?" tanya Zhin karena tidak mungkin Jenny tidak mengangkat telepon Benjamin. "Hmm, atau Daddy ada bertengkar dengan Mami?" lanjutnya meski tidak pernah sekalipun melihat mereka bertengkar, tapi tidak kemungkinan juga saat ini mereka memang bertengkar, maka saling diam-diaman yang pada akhirnya berimbas ke dirinya."Bertengkar? Justru itu yang ingin Daddy tanyakan padamu, Shena. Apa yang telah kamu lakukan di sana hingga Mami belum pulang-pulang juga ke Paris. P
Sedikitpun Miley tak mengalihkan pandangannya dari kertas-kertas yang dikeluarkan Aland dari dalam map."Kamu baca ini, Miley!" kata Aland meletakkan beberapa lembaran kertas dihadapannya."Apa ini, Aland?" tanyanya takut-takut, kalau berkas itu yang harus ia tanda tangani."Wanita sialan itu! Kamu tahu,Jenny mengirimkan bukti-bukti ini ke Tuan Daniel!""A-apa?" Miley berjengit kaget. Matanya berkedip-kedip belum bisa percaya yang ia dengar itu. Dengan tergesa ia menyambar kertas di depannya. "Ini berkas kontrak pernikahan kalian, kan? Tapi kenapa di sini ditulis kamu telah berselingkuh, Aland?" tanya Miley dengan mata terbuka lebar-lebar.Lebih bingung lagi, karena baru tadi ia mendengar pengakuan dari Benjamin dan Zhin, kalau Jenny seolah menghilang. Sudah beberapa hari tidak ada kabar. Ponselnya aktif, tapi gak pernah membalas pesan atau mengangkat teleponnya. Lalu, di mana Jenny bersembunyi? Sampai dengan leluasa bisa mengirimkan semua bukti itu ke Tuan Daniel.Pikiran Miley sema