Sedikitpun Miley tak mengalihkan pandangannya dari kertas-kertas yang dikeluarkan Aland dari dalam map."Kamu baca ini, Miley!" kata Aland meletakkan beberapa lembaran kertas dihadapannya."Apa ini, Aland?" tanyanya takut-takut, kalau berkas itu yang harus ia tanda tangani."Wanita sialan itu! Kamu tahu,Jenny mengirimkan bukti-bukti ini ke Tuan Daniel!""A-apa?" Miley berjengit kaget. Matanya berkedip-kedip belum bisa percaya yang ia dengar itu. Dengan tergesa ia menyambar kertas di depannya. "Ini berkas kontrak pernikahan kalian, kan? Tapi kenapa di sini ditulis kamu telah berselingkuh, Aland?" tanya Miley dengan mata terbuka lebar-lebar.Lebih bingung lagi, karena baru tadi ia mendengar pengakuan dari Benjamin dan Zhin, kalau Jenny seolah menghilang. Sudah beberapa hari tidak ada kabar. Ponselnya aktif, tapi gak pernah membalas pesan atau mengangkat teleponnya. Lalu, di mana Jenny bersembunyi? Sampai dengan leluasa bisa mengirimkan semua bukti itu ke Tuan Daniel.Pikiran Miley sema
"Kamu bertanya padaku, Miley?" ulang Aland menaikkan kedua alisnya seraya menumpulkan pandangannya di wajah Miley yang juga fokus menatapnya."Yah, karena kamu dan dia pernah ---""Berhenti! Aku tak tahu sama sekali tentang Jenny, ya! Aku dan dia hanya terikat kontrak pernikahan sandiwara, tidak pernah tinggal bersama, apalagi menyentuhnya!" potong Aland sangat geram. Kemudian kembali duduk di kursinya sembari membuang muka.Miley merasa serba salah bicara dengan Aland yang mudah tersulut emosi. Mungkin lebih baik menanyakan pembahasan tentang kedatangan Tuan Daniel, tidak menyinggung masa lalunya dengan Jenny."Apa yang dikatakan Tuan Daniel padamu terkait masalah ini, Aland?" tanya Miley turut duduk dengan melipat tangan keatas meja. Menunggu jawaban pria itu dengan rasa penasaran."Argh! Aku tidak tahu harus bagaimana lagi, Miley," jawabnya menjambak-jambak rambut belakangnya. Kemudian memutar kepalanya lurus ke depan."Apa ini berimbas ke dirimu sebagai pewaris kekayaan keluarga H
- Miley pasrah kembali mengurung diri di kamar. - Aland tengah berbicara serius dengan Tuan Daniel, setelah berhasil menyusul Tuan Besar itu pulang beberapa jam lalu.- Benjamin dan Zhin masih sibuk mencari keberadaan Jenny, ketidak beradaannya itu sangat aneh dan membingungkan.Sementara di tempat yang berbeda, Jenny sedang terkurung di sebuah kamar kecil dengan minim penerangan. Entah kapan dan sudah berapa lama dia berada di tempat asing dan menyeramkan itu.Terakhir yang dia ingat, setelah berdebat dengan Jasin di perusahaan WinJason. Jason membuang kunci pintu ruangannya, yang pada akhirnya keduanya terkunci di ruangan pribadi Jason tersebut. Namun, ketika terbangun dia sudah ada di tempat pengap tersebut. Bukan hanya itu, keadaan dirinya acak-acakan, sekujur tubuhnya terasa sakit."Makan!" bentak Jason tidak segan-segan mengarahkan cambuk di tangannya ke punggung Jenny. Jenny meringis kesakitan. Namun, tidak berdaya melawan pria yang tidak mengenakan pakaian berdiri di depanny
Seketika ekspresi wajah Aland berubah. Mungkin ada baiknya dia mendengar Abian dulu. Apalagi kalau harus pulang di tengah malam dengan cuaca yang ekstrim saat ini, tentu dia hanya bisa menunggu di bandara nantinya."Hal penting apa yang ingin kau bicarakan?" tanyanya mempermainkan ujung jari tangannya. Namun, tekanan suaranya tampak lebih tenang dan tatapan matanya tertuju pada tangannya."Aku tidak bisa bicara di sini, Aland, karena ini menyangkut masalah yang kamu hadapi saat ini. Aku khawatir Tuan Besar memergoki kita dan berpikir yang lain-lain. Ini juga kalau kamu mau saja, aku tidak mau memaksa. Tapi ingat, di sini para pengawal dan pelayan, atau siapapun bisa mendengarnya, kemudian menyampaikannya kepada Tuan Daniel Halton."Aland menoleh kepada Theo yang tentu tidak mendengar percakapan mereka itu. Tapi melihatnya hanya mengangguk seperti mengiyakan, Aland pun ikutan mengangguk. Mungkin Abian sudah lebih dulu bicara dengannya."Hmm, iya. Karena percuma juga pulang dengan cuac
Aland menahan malu. Pria itu hanya menggeleng-geleng kecil seraya tangannya menggaruk-garuk tengkuknya. Wajahnya juga tampak memerah dan berusaha menyembunyikannya dari Abian."Yah, memang benar Miley itu putrinya Jenny," akunya membuat Abian hampir saja melompat dari kursinya."B-bagaimana bisa kamu akan menikahi mantan putri tirimu itu, Aland?" Abian turut menggeleng-geleng tak habis pikir. "Apa cuma Jenny dan Miley wanita yang ada di dunia ini, Aland?" ledeknya mengejek Aland."Diamlah! Aku ..."Aland meremas angin sembari mengangkat kepala fokus menatap Abian. "Seperti yang aku katakan tadi, aku tidak pernah menyentuh Jenny. Hubungan kami hanya untuk keuntungan masing-masing saja, yaitu membuat kontrak pernikahan sandiwara. Jadi aku sah-sah saja jatuh cinta ke putrinya itu. Aku tidak pernah terlibat kontak fisik dengan Jenny.""Yah, benar. Lalu, bagaimana bisa hatimu kepincut dengan Miley? Apa selama menjalani pernikahan kontrak dengan Jenny, kamu diam-diam telah menyukainya? Juju
"K-kapan kamu mendapatkan semua ini, Miley?" tanya Aland dengan matanya membulat sempurna. Kaget bercampur bingung.Baru semalam dia merencanakan akanmencari keberadaan Jenny, sebelum rahasia skandal pernikahan kontraknya dengan Jenny terbongkar kepada Tuan Daniel."Jawab, apa aku berkeliaran di luaran sana, Aland?" tantang Miley mengejek Aland yang gampang menuduhnya. "M-maafin aku, Sayang. Aku hanya takut orang-orang suruhan Jason itu juga mengincar mu," jawab Aland menghampiri dan merengkuh bahunya. "Tapi katakan padaku, dari mana kamu mendapatkan semua ini?" "Aku dan Zhin mencari keberadaan Jenny, setelah pengawal suruhan Tuan Benjamin berhasil melacak ponselnya."Miley melihat perubahan di wajah Aland, Miley pun mengelus dada lega. Memang ia terpaksa berbohong pada pengawal rumah tadi. Karena ia tidak ingin rencananya mencari keberadaan Jenny gagal. "Awalnya aku curiga dengan Zhin dan Benjamin yang menyembunyikan Jenny, untuk itu aku diam-diam ingin mengecek ke rumahnya. Tapi
Miley dan Aland sepakat segera mempercepat pernikahan mereka. Sedangkan pencarian Jenny masih tetap dilakukan oleh orang-orang suruhan Benjamin dan juga para pengawal terbaik Aland."Bagaimana ini, Miley?" tanya Benjamin seumur-umur baru ini bertemu dengan suami ibunya itu. "Katakan saja apa yang kamu inginkan saat ini."Miley yang merasa canggung itu hanya melirik kepada Zhin dan Aland bergantian. "Aku tidak tahu, Tuan Benjamin," jawabnya menarik napas kemudian menghempasnya perlahan. "A-aku masih bingung juga dengan ketidakberadaan Mama.""Jangan panggil Tuan, tapi Daddy Benjamin, Miley!" tegur Benjamin merengkuh pundak Miley dengan hangat. "Untuk saat ini fokus dengan dirimu saja dulu, Sayang. Katakanlah, tidak perlu sungkan."Ucapan Benjamin itu disetujui oleh Zhin yang juga bersikap ramah dan baik kepadanya."Daddy ku adalah Daddy mu, karena Mamamu juga Mamaku," ucap Zhin menepuk-nepuk pundak Miley pelan. "Katakan saja tidak perlu sungkan seperti kata Daddy tadi," ucap Zhin turut
"Apa yang salah? Kamu aneh," celetuk Miley kesemsem malu-malu. Lantas menundukkan wajahnya menyembunyikan pipinya yang merona merah karena malu."Gak ada, tapi tak biasa juga kamu langsung setuju, kan?" Miley tidak menyahutinya. Dalam hati ia hanya tidak ingin Aland menjadi korban keserakahan Jason dan Jenny. Miley yang hanya terdiam itu membuat Aland semakin penasaran. "Miley, apa kamu telah jatuh cinta padaku?" tanyanya berdiri menghampiri Miley. Bahkan Aland tidak pernah mendengar kata itu keluar dari bibir Miley, sementara dirinya sangat menginginkan itu. Aland merangkul pundaknya dan menuntunnya berpindah tempat duduk ke sofa panjang dalam ruangannya.Anehnya, Miley yang malu-malu itu hanya tertunduk dan mengikutinya. Ia juga tidak protes ketika tangan Aland berpindah merangkul pinggangnya begitu erat.Merasakan tangan Aland bukan hanya melingkar di pinggangnya, Miley menarik tubuhnya mengelak namun kekuatan lengan Aland mengungkungnya kembali."Aland, apa yang kamu lakukan in