Seketika ekspresi wajah Aland berubah. Mungkin ada baiknya dia mendengar Abian dulu. Apalagi kalau harus pulang di tengah malam dengan cuaca yang ekstrim saat ini, tentu dia hanya bisa menunggu di bandara nantinya."Hal penting apa yang ingin kau bicarakan?" tanyanya mempermainkan ujung jari tangannya. Namun, tekanan suaranya tampak lebih tenang dan tatapan matanya tertuju pada tangannya."Aku tidak bisa bicara di sini, Aland, karena ini menyangkut masalah yang kamu hadapi saat ini. Aku khawatir Tuan Besar memergoki kita dan berpikir yang lain-lain. Ini juga kalau kamu mau saja, aku tidak mau memaksa. Tapi ingat, di sini para pengawal dan pelayan, atau siapapun bisa mendengarnya, kemudian menyampaikannya kepada Tuan Daniel Halton."Aland menoleh kepada Theo yang tentu tidak mendengar percakapan mereka itu. Tapi melihatnya hanya mengangguk seperti mengiyakan, Aland pun ikutan mengangguk. Mungkin Abian sudah lebih dulu bicara dengannya."Hmm, iya. Karena percuma juga pulang dengan cuac
Aland menahan malu. Pria itu hanya menggeleng-geleng kecil seraya tangannya menggaruk-garuk tengkuknya. Wajahnya juga tampak memerah dan berusaha menyembunyikannya dari Abian."Yah, memang benar Miley itu putrinya Jenny," akunya membuat Abian hampir saja melompat dari kursinya."B-bagaimana bisa kamu akan menikahi mantan putri tirimu itu, Aland?" Abian turut menggeleng-geleng tak habis pikir. "Apa cuma Jenny dan Miley wanita yang ada di dunia ini, Aland?" ledeknya mengejek Aland."Diamlah! Aku ..."Aland meremas angin sembari mengangkat kepala fokus menatap Abian. "Seperti yang aku katakan tadi, aku tidak pernah menyentuh Jenny. Hubungan kami hanya untuk keuntungan masing-masing saja, yaitu membuat kontrak pernikahan sandiwara. Jadi aku sah-sah saja jatuh cinta ke putrinya itu. Aku tidak pernah terlibat kontak fisik dengan Jenny.""Yah, benar. Lalu, bagaimana bisa hatimu kepincut dengan Miley? Apa selama menjalani pernikahan kontrak dengan Jenny, kamu diam-diam telah menyukainya? Juju
"K-kapan kamu mendapatkan semua ini, Miley?" tanya Aland dengan matanya membulat sempurna. Kaget bercampur bingung.Baru semalam dia merencanakan akanmencari keberadaan Jenny, sebelum rahasia skandal pernikahan kontraknya dengan Jenny terbongkar kepada Tuan Daniel."Jawab, apa aku berkeliaran di luaran sana, Aland?" tantang Miley mengejek Aland yang gampang menuduhnya. "M-maafin aku, Sayang. Aku hanya takut orang-orang suruhan Jason itu juga mengincar mu," jawab Aland menghampiri dan merengkuh bahunya. "Tapi katakan padaku, dari mana kamu mendapatkan semua ini?" "Aku dan Zhin mencari keberadaan Jenny, setelah pengawal suruhan Tuan Benjamin berhasil melacak ponselnya."Miley melihat perubahan di wajah Aland, Miley pun mengelus dada lega. Memang ia terpaksa berbohong pada pengawal rumah tadi. Karena ia tidak ingin rencananya mencari keberadaan Jenny gagal. "Awalnya aku curiga dengan Zhin dan Benjamin yang menyembunyikan Jenny, untuk itu aku diam-diam ingin mengecek ke rumahnya. Tapi
Miley dan Aland sepakat segera mempercepat pernikahan mereka. Sedangkan pencarian Jenny masih tetap dilakukan oleh orang-orang suruhan Benjamin dan juga para pengawal terbaik Aland."Bagaimana ini, Miley?" tanya Benjamin seumur-umur baru ini bertemu dengan suami ibunya itu. "Katakan saja apa yang kamu inginkan saat ini."Miley yang merasa canggung itu hanya melirik kepada Zhin dan Aland bergantian. "Aku tidak tahu, Tuan Benjamin," jawabnya menarik napas kemudian menghempasnya perlahan. "A-aku masih bingung juga dengan ketidakberadaan Mama.""Jangan panggil Tuan, tapi Daddy Benjamin, Miley!" tegur Benjamin merengkuh pundak Miley dengan hangat. "Untuk saat ini fokus dengan dirimu saja dulu, Sayang. Katakanlah, tidak perlu sungkan."Ucapan Benjamin itu disetujui oleh Zhin yang juga bersikap ramah dan baik kepadanya."Daddy ku adalah Daddy mu, karena Mamamu juga Mamaku," ucap Zhin menepuk-nepuk pundak Miley pelan. "Katakan saja tidak perlu sungkan seperti kata Daddy tadi," ucap Zhin turut
"Apa yang salah? Kamu aneh," celetuk Miley kesemsem malu-malu. Lantas menundukkan wajahnya menyembunyikan pipinya yang merona merah karena malu."Gak ada, tapi tak biasa juga kamu langsung setuju, kan?" Miley tidak menyahutinya. Dalam hati ia hanya tidak ingin Aland menjadi korban keserakahan Jason dan Jenny. Miley yang hanya terdiam itu membuat Aland semakin penasaran. "Miley, apa kamu telah jatuh cinta padaku?" tanyanya berdiri menghampiri Miley. Bahkan Aland tidak pernah mendengar kata itu keluar dari bibir Miley, sementara dirinya sangat menginginkan itu. Aland merangkul pundaknya dan menuntunnya berpindah tempat duduk ke sofa panjang dalam ruangannya.Anehnya, Miley yang malu-malu itu hanya tertunduk dan mengikutinya. Ia juga tidak protes ketika tangan Aland berpindah merangkul pinggangnya begitu erat.Merasakan tangan Aland bukan hanya melingkar di pinggangnya, Miley menarik tubuhnya mengelak namun kekuatan lengan Aland mengungkungnya kembali."Aland, apa yang kamu lakukan in
Sial, bicara padanya sama saja berhadapan dengan orang hilang waras. Miley membuang wajah dan membisu sepanjangan perjalanan pulang. Aland senang sekali membuatnya tidak berhenti sesak napas dengan keputusan gilanya yang tiba-tiba."Semua keperluan pernikahan sudah dikirimkan ke kediaman Tuan Daniel," kata Aland memberitahu.Miley tidak menyahutinya, merasa itu juga tidak penting ia tahu. Karena selama inipun yang mempersiapkan segala sesuatunya adalah pelayan dan pengawal. Yang membuatnya kesal dari dulu Aland tidak pernah bisa diajak berbicara baik-baik. Ada saja hal yang membuat keduanya berdebat."Ayo!" ajak Aland melihatnya hanya berdiri di samping meja rias. Beberapa detik lalu pengawal masuk ke sana dan membawa koper besar. Yang bahkan Miley juga tidak tahu apa isinya. Kata Aland pelayan yang membereskan barang-barang yang mereka butuhkan di pernikahan nanti. Masih membisu Miley mengikutinya keluar. Ia juga menepis tangan Aland ketika hendak menggandeng tangannya. "Kamu kena
Namun, karena ketakutan ditambah kelelahan, pria tersebut pingsan sebelum menjawab pertanyaan Jason."Bangsa*!" murka Jason mendorong pria yang terjatuh di bahunya itu sekuat tenaga, hingga pria itu tercampak dengan tubuhnya membentur dinding ruangan dengan keras. "Ternyata kalian hanya selevel kekuatan cicak! Sekali sentak sudah pingsan! Pantesan orang-orang Aland itu berhasil melumpuhkan kau semua! Orang-orang lemah dan tak berguna!" berang Jason mengayunkan ujung sepatu kulitnya ke punggung orang-orang suruhannya itu. Sehingga dalam hitungan detik orang-orangnya itu tergeletak dengan meringis kesakitan.Namun, keadaan itu tak menghentikan aksi brutal Jason. Dalam emosi dan amarahnya yang meluap-luap itu, dia menyeret satu persatu orang-orangnya itu ke dalam kamar mandi yang tidak jauh dari ruangan tersebut. "Mati saja kau semua!" geramnya menyalakan air keran dan menutup pintu kamar mandi, mengunci para orang itu di dalam."Biarkan mereka sampai malam di sana!" titahnya menunjuk
"Pengawal!" teriak Jason menarik ujung pisau dari wajah Jenny. Kemudian mempermainkannya di genggaman tangannya.Wanita yang membeku itu akhirnya bisa bernapas lega, dan mulai mengatur napasnya. Namun, matanya masih melotot dengan tatapan kosong ke depan. Trauma dan masih terasa ngilu melihat kaki kirinya yang penuh darah segar.Akhirnya dua orang pengawal mengangkatnya dari sana dan membawanya kembali ke ruangan yang telah menjadi tinggalnya entah sudah berapa lama. Jason yang masih gusar menarik kursi dan duduk didekat ranjang dimana Jenny berbaring."Katakan kepada pelayan agar memberikan dia ini makan!" titah Jason mengibaskan tangannya mengusir ketiga pengawal dari ruangan seperti mengusir hewan pengganggu saja."Suruh juga membawa pakaian ganti untuknya!"Tidak menunggu lama, ketiganya pun pergi untuk menemui pelayan. Lima menit setelah ketiganya pergi, seorang pengawal berlari tergopoh-gopoh menghampiri Jason."Tuan Jason ...," panggilnya berdiri di pintu ruangan dengan kedua
Tuan Daniel yang kesal menunggu Aland di perusahaan induk, dan malah menyuruhnya harus ke sana, tidak bisa menguasai emosinya.Lantas pria kaya raya tersebut memangkas jarak dengan Aland. Namun, Tuan Daniel tidak kalah kaget melihat Abian juga ada di sana bersama Aland. "Untuk apa kamu kemari, Abian? Apa kamu pikir bisa seenaknya meninggalkan kewajibanmu di perusahaan-perusahaan yang kamu tangani?" berang Tuan Daniel menatap tajam putra tirinya itu. Tuan Daniel cuma menyuruh Aland ke perusahaan induk Halton, untuk melakukan tanggungjawabnya sebagai pewaris kekayaan keluarga Halton, tidak ikut Abian.Lebih kagetnya lagi, keduanya malah senyum-senyum melihatnya yang marah-marah itu."Dad, kami minta maaf karena tidak langsung ke perusahaan induk Halton, tapi kami ingin memberikan hadiah besar ini untuk Daddy," ucap Aland membuka pintu dan mempersilahkan Tuan Daniel masuk. Tuan Daniel yang tadinya emosi tiba-tiba berubah kebingungan. Padahal dia pun tidak sedang ulang tahun hari ini. T
Dua minggu lebih berlalu. Setelah mendapatkan semua bukti-bukti, akhirnya Miley berhasil mengambil kembali perusahaan Adira dan New Adira."Aku mengganti nama menjadi perusahaan triple A,"ucap Miley tegas. "Kenapa tidak tetap jadi perusahaan Adira saja, Miley?" tanya Aland bingung dengan nama asing tersebut."Itu gabungan nama ayah dan nama kecil mamaku, Aland. Adira Ashkelon dengan nama kecil Jenny itu Agatha. Aku gabung menjadi triple A. Sekalian mengenang mereka, Aland." Sesaat Miley tertunduk seperti memendam rindu kepada mereka yang telah meninggal dunia. "Aku akan merawat perusahaan triple A ini untuk kedua orangtuaku."Aland merangkul pundaknya."Oo, begitu. Kita sama-sama menjaganya untuk mereka," ucap Aland menyeka airmata Miley. "Sudah tidak usah sedih-sedih lagi, semua yang telah berlalu tidak dapat diulang. Mereka juga sudah kembali kepada Sang Penciptanya," lanjut Aland menenangkan hati Miley."Iya, Aland. Seenggaknya aku sudah membalaskan dendam mamaku kepada Jason
"Untuk apa kau kemari? Jangan berpikir kau masih terdaftar sebagai anggota keluarga kita!" sarkas pria tua bertubuh buncit.Miley yang baru saja berdiri di pintu ruang ayahnya itu, disambut sarkas oleh Wisnu, adik Kakek dari ayahnya, yang biasa ia panggil Kakek muda dulunya. "Yah, itu jauh lebih baik! Sejak kematian ayahku, aku bukan lagi daftar keluarga besarmu!" sahut Miley santai mengedikkan kedua bahunya bersamaan. "Seharusnya aku menanyakan kabarmu Kakek muda, setelah sekian tahun kita tak pernah bertemu," lanjut Miley tidak terusik dengan kesarkasan Wisnu. Miley menarik napas panjang sembari memangkas jarak dengan pria yang berdiri di pintu, menghalanginya masuk. "Berhenti di situ! Atau kau akan mati!"Miley tertawa kecil mendengarnya. "Mati? Maksudmu, Jason yang akan membunuhku? Haaa, ku pastikan dia tidak berkutik lagi bertemu denganku," ucap Miley sombong.Jelas saja Jason tidak akan bertemu dengannya di sana. Karena pria itu telah di tangan Abian saat ini. Tapi Miley t
"Ke mana kamu membawaku, Aland?" tanya Miley tergopoh-gopoh menyeimbangi langkah Aland yang menarik tangannya.Beberapa menit lalu Aland bilang mau ke perusahaan untuk menyelesaikan pekerjaannya, tapi Aland malah menyuruhnya meninggalkan tas berisi berkas-berkas perusahaan Aland Corp."Masuklah!" titah Aland membukakan pintu mobil untuknya. "Kamu mau mengambil kembali perusahaanmu, kan?" tanya Aland menaikkan salah satu alisnya.Miley tersentak, memang iapun tidak ingin berlama-lama lagi mengambil alih perusahaan Adira dan New Adira. "Kamu tidak bercanda, kan?" tanya Miley urung masuk, berdiri menatap Aland seolah meminta penjelasannya."Itu!" Aland menunjuk tas yang terletak di dasar mobil. "Berkas-berkas perusahaan WinJason ada di dalamnya."Miley mengikuti jari telunjuk Aland. Memang ia menyimpan berkas-berkas perusahaan WinJason di dalam tas tersebut. Miley segera masuk, rasanya sudah tidak sabar segera mengusir adik perempuan ayahnya dari perusahaan WinJason.'Tunggu aku melempa
Sekilas melihat rumah itu saja terasa menyeramkan. Memang rumahnya mewah, tapi tidak terawat. Pohon dan tanaman merambat hampir menutupi pintu rumah tersebut. Selain jauh dari pemukiman warga juga dan beberapa pohon besar hampir menutupi keberadaan rumah tersebut."Masuklah!" titah Jason cukup puas melihat ketiga orang bersamanya heran dengan penampakan rumahnya yang terkesan angker itu. Mereka tidak tahu saja kalau Jason dengan sengaja membuat rumah induknya seperti itu untuk mengelabui siapapun yang sedang mencarinya.Terbukti bertahun-tahun dia selamat dari kejaran polisi dan orang-orang pimpinan Turbo XX dengan bersembunyi di rumah induknya. "Kau jangan coba-coba mempermainkan kita!" berang Abian menarik Jason dengan kasar dari dalam mobil. "Ingat! Aku tidak segan-segan menembak kepalamu itu!" lanjutnya mengarahkan ujung sepatu kulitnya ke pinggang Jason yang tersungkur di tanah.Jason hanya meringis kecil, tidak berdaya melawan karena kedua tangannya terikat kuat ke belakang.
Miley gegas menemui Theo, meminta pria itu mengantarnya ke perusahaan WinJason. Tapi Theo menolak karena tadi Aland berpesan dan tidak mengizinkannya mengantar Miley keluar."Aku mau bertemu dengan wanita itu, Theo?" geram Miley mencondongkan badannya ke depan seraya menumpulkan pandangannya ke wajah Theo. Tekad Miley sudah bulat akan bertemu dengan adik perempuan ayahnya, yang saat ini menghandle sepenuhnya perusahaan WinJason. Dengan semua bukti yang telah ia dapatkan wanita itu tidak akan berani mengelak lagi."Miley, Tuan Muda Aland tidak mengizinkanmu ke sana! Itu yang diperintahkan Tuan Muda Aland tadi kepadaku!" "Jangan mengada-ada ya! Aland tidak ada mengatakan seperti itu tadi!" Miley yang tersulut kesal itu mengeluarkan berkas-berkas perusahaan WinJason dari dalam tasnya. "Ini! Aku sudah mendapatkan semua berkas yang ku perlukan untuk mengambil alih perusahaan WinJason! Sekarang tugasmu hanya mengantarku ke sana, Theo!"Tapi Theo tetap saja tidak mau mengantarnya ke sana.
"Sudah cukup, Miley?" tanya Aland melihatnya membawa tas berisi berkas-berkas perusahaan WinJason menjauh dari kursi Jason."Sudah, aku sudah mendapatkan semua yang ku butuhkan. Sekarang lemparkan saja dia ke penjara, Aland," ucap Miley berdiri di samping Zhin. "Kamu, Zhin?" tanya Aland.Disahuti gelengan kepala cepat dari Zhin. "Cuma lihat wajahnya saja aku sudah takut," ujarnya mencengkeram erat lengan tangan Miley. Kemudian menarik Miley segera meninggalkan tempat itu. "Ayolah, Miley! Aku tidak suka di dalam sini," pintanya menarik-narik tangan Miley."Oke, sekarang aku antar kalian pulang," ucap Aland melemparkan sesuatu dari tangannya kepada Abian."Lakukan seperti rencana kita, ya," pesan Aland sebelum turut mengikuti Miley dan Zhin keluar.Abian mengangguk. Ini kesempatan dirinya membalaskan dendam kematian ayahnya kepada Jason. Tapi niatnya itu segera dihentikan oleh Tuan Benjamin, yang segera keluar dari tempat persembunyiannya setelah Miley dan Zhin pergi dari sana."Kena
Miley berjingkat memutar badan cepat, melihat kearah ranjang, Aland tidur ada di sana."Jam berapa ini?" tanyanya menggeser pandangannya ke jam dinding. "Astaga! Jam sepuluh?" pekiknya tertahan, kemudian menggeser matanya kepada Zhin. Seolah meminta Zhin menjelaskannya."Kamu kenapa, seh? Tinggal mandi saja, lalu, turun," kata Zhin menarik sudut bibirnya kesal dengan sikap Miley yang linglung."Makanya malam itu tahu waktu bergulat panas! Jangan pula sampai pagi, sampai-sampai tak ingat bangun," celetuk Zhin lantas dijawab Miley dengan melempar bantal ke arahnya."Otak mesum!" ketusnya terus melemparinya dengan bantal-bantal. "Kamu juga bakal tahu rasanya setelah menikah ---"Zhin tidak ingin mendengar ocehan Miley, segera berlari keluar kamar. "Cepat mandi sebelum ditinggal!" teriaknya sebelum menutup pintu kamar.Miley mendengus kesal, kemudian mengambil handuk untuk membersihkan tubuhnya. Wajahnya masih terasa panas karena ocehan Zhin tadi, ia malu karena tidak sadar dengan diriny
"I-itu, dia ..." Theo menenggak liurnya. Semua ucapan Miley tadi benar. Miley sudah menjadi istri Tuan Muda Aland, mustahil bisa mendapatkan hatinya. Lagi pula selama ini Miley tidak pernah menanggapi perasaannya. Meski telah berulang kali menunjukkan sikapnya yang hangat.Theo menenggak liurnya. Ada perasaan bersalah telah bersikap kasar kepada Zhin. Melihat gadis cantik itu begitu tulus mencintainya, lalu, hubungan mereka berakhir juga bukan karena Zhin yang tidak lagi mencintai dirinya. Tapi semata-mata karena ancaman Jenny yang tidak pernah menyukainya dekat dengan Zhin. 'Aku egois, tapi ...'"Iya tidak apa-apa, Theo. Tapi aku juga tidak memaksa kalau kamu tidak mau memberitahu. Maafkan aku selalu mengusik ketenanganmu," kata Zhin bangkit berdiri hendak berlalu dari sana. Hatinya sudah bulat melupakan Theo. Percuma juga memaksanya harus kembali, toh Theo pun sudah tak mencintainya. Itu jauh lebih menyakitkannya nanti."Tunggu, Zhin!" panggil Theo refleks menarik tangan Zhin.