"Apa yang salah? Kamu aneh," celetuk Miley kesemsem malu-malu. Lantas menundukkan wajahnya menyembunyikan pipinya yang merona merah karena malu."Gak ada, tapi tak biasa juga kamu langsung setuju, kan?" Miley tidak menyahutinya. Dalam hati ia hanya tidak ingin Aland menjadi korban keserakahan Jason dan Jenny. Miley yang hanya terdiam itu membuat Aland semakin penasaran. "Miley, apa kamu telah jatuh cinta padaku?" tanyanya berdiri menghampiri Miley. Bahkan Aland tidak pernah mendengar kata itu keluar dari bibir Miley, sementara dirinya sangat menginginkan itu. Aland merangkul pundaknya dan menuntunnya berpindah tempat duduk ke sofa panjang dalam ruangannya.Anehnya, Miley yang malu-malu itu hanya tertunduk dan mengikutinya. Ia juga tidak protes ketika tangan Aland berpindah merangkul pinggangnya begitu erat.Merasakan tangan Aland bukan hanya melingkar di pinggangnya, Miley menarik tubuhnya mengelak namun kekuatan lengan Aland mengungkungnya kembali."Aland, apa yang kamu lakukan in
Sial, bicara padanya sama saja berhadapan dengan orang hilang waras. Miley membuang wajah dan membisu sepanjangan perjalanan pulang. Aland senang sekali membuatnya tidak berhenti sesak napas dengan keputusan gilanya yang tiba-tiba."Semua keperluan pernikahan sudah dikirimkan ke kediaman Tuan Daniel," kata Aland memberitahu.Miley tidak menyahutinya, merasa itu juga tidak penting ia tahu. Karena selama inipun yang mempersiapkan segala sesuatunya adalah pelayan dan pengawal. Yang membuatnya kesal dari dulu Aland tidak pernah bisa diajak berbicara baik-baik. Ada saja hal yang membuat keduanya berdebat."Ayo!" ajak Aland melihatnya hanya berdiri di samping meja rias. Beberapa detik lalu pengawal masuk ke sana dan membawa koper besar. Yang bahkan Miley juga tidak tahu apa isinya. Kata Aland pelayan yang membereskan barang-barang yang mereka butuhkan di pernikahan nanti. Masih membisu Miley mengikutinya keluar. Ia juga menepis tangan Aland ketika hendak menggandeng tangannya. "Kamu kena
Namun, karena ketakutan ditambah kelelahan, pria tersebut pingsan sebelum menjawab pertanyaan Jason."Bangsa*!" murka Jason mendorong pria yang terjatuh di bahunya itu sekuat tenaga, hingga pria itu tercampak dengan tubuhnya membentur dinding ruangan dengan keras. "Ternyata kalian hanya selevel kekuatan cicak! Sekali sentak sudah pingsan! Pantesan orang-orang Aland itu berhasil melumpuhkan kau semua! Orang-orang lemah dan tak berguna!" berang Jason mengayunkan ujung sepatu kulitnya ke punggung orang-orang suruhannya itu. Sehingga dalam hitungan detik orang-orangnya itu tergeletak dengan meringis kesakitan.Namun, keadaan itu tak menghentikan aksi brutal Jason. Dalam emosi dan amarahnya yang meluap-luap itu, dia menyeret satu persatu orang-orangnya itu ke dalam kamar mandi yang tidak jauh dari ruangan tersebut. "Mati saja kau semua!" geramnya menyalakan air keran dan menutup pintu kamar mandi, mengunci para orang itu di dalam."Biarkan mereka sampai malam di sana!" titahnya menunjuk
"Pengawal!" teriak Jason menarik ujung pisau dari wajah Jenny. Kemudian mempermainkannya di genggaman tangannya.Wanita yang membeku itu akhirnya bisa bernapas lega, dan mulai mengatur napasnya. Namun, matanya masih melotot dengan tatapan kosong ke depan. Trauma dan masih terasa ngilu melihat kaki kirinya yang penuh darah segar.Akhirnya dua orang pengawal mengangkatnya dari sana dan membawanya kembali ke ruangan yang telah menjadi tinggalnya entah sudah berapa lama. Jason yang masih gusar menarik kursi dan duduk didekat ranjang dimana Jenny berbaring."Katakan kepada pelayan agar memberikan dia ini makan!" titah Jason mengibaskan tangannya mengusir ketiga pengawal dari ruangan seperti mengusir hewan pengganggu saja."Suruh juga membawa pakaian ganti untuknya!"Tidak menunggu lama, ketiganya pun pergi untuk menemui pelayan. Lima menit setelah ketiganya pergi, seorang pengawal berlari tergopoh-gopoh menghampiri Jason."Tuan Jason ...," panggilnya berdiri di pintu ruangan dengan kedua
"T-tapi aku tidak ---""Sudah tidak usah memperpanjang masalah lah, kamu saja yang tidak bisa membukanya. Sekarang kamu mandi," potong Aland segera sibuk dengan tas pribadinya."Mandi? Kita mau ke mana?" tanya Miley bingung apa tujuan Aland menyuruhnya cepat mandi. Selama di sana ia bahkan sampai siang baru mandi. Apalagi melihat Aland sibuk dengan isi tasnya."Kita mau pulang, Miley. Ada kerjaan mendadak yang harus segera aku selesaikan," kata Aland meletakkan tasnya diatas ranjang setelah selesai merapikan isi nya. Kemudian menyambar handuk yang tergantung di lemari hendak masuk ke kamar mandi. "Kalau begitu aku saja yang duluan mandi," lanjutnya melihat Miley bergeming."Tunggu! Jangan bilang urusan dengan Tomy?" seru Miley menghentikan langkah Aland di pintu kamar mandi. "Yah, memang aku sedang ada urusan dengannya, Sayang," jawab Aland santai. Kemudian lanjut masuk ke kamar mandi tanpa menunggu sahutan dari Miley.Kan, benar yang aku pikirkan ini. Kehilangan Jenny yang tiba-tiba
"Abian datang kemari?" tanya Miley tidak yakin adik tiri Aland itu akan berkunjung ke rumah mereka. Bukan hanya berkunjung akan tetapi tinggal di sana untuk sementara waktu. "Iya, tak apa-apakan, Sayang?" Aland menaikkan kedua alisnya dengan sedikit membungkuk ke depan. Kedua tangannya menyentuh lembut kedua bahunya. Raut wajahnya juga tampak memelas seperti mengharap persetujuan Miley."Yah, tak apa-apa seh. Tapi gak lebih baik dia tinggal di rumahmu!" usul Miley.Memang setelah menikah keduanya tinggal di rumah baru yang dihadiahkan Aland kepadanya. Selain rumah Miley itu jauh lebih besar, juga lebih dekat dengan perusahaan."Hmm, rumah itu sedang di renovasi, Sayang. Aku mau membangunnya menjadi restoran. Maka para pelayan di sana berpindah kemari.""R-restoran? Iyalah," akhirnya Miley setuju saja. Meski masih bingung sejak kapan Aland ingin menjadikan rumah mewahnya itu menjadi restoran.Hubungan Miley dengan Abian juga tak terlalu dekat, jadi ia masih merasa sungkan saja deng
"Iya, Daddy bersama dengan Aland dan Abian, kan? Jadi tidak perlu mengkhawatirkannya, Zhin," kata Miley menenangkan Zhin yang takut terjadi hal buruk kepada Benjamin."Iya, tadi mereka ke rumah menjemput Daddy sebelum ke perusahaan WinJason. Aku sudah melarang Daddy ikut, tapi tetap saja bersikeras, Miley. Kamu tahu, kan, Daddy kita sudah tidak sekuat Tuan Muda Aland dan Abian, aku takut saja ada apa-apa dengan Daddy," ucap Zhin menunjukkan rasa khawatirnya."Yah, itu benar. Jadi hanya bertiga?" Miley lagi-lagi membulatkan matanya."Bukan, ada pengawal kepercayaan Daddy bersama mereka, Miley," sahut Zhin seperti yang dia lihat tadi. "Kata Tuan Muda Aland, pengawal-pengawal Abian sudah lebih dulu ke perusahaan WinJason."Rasa khawatirnya pun seketika hilang. Entah apa alasan Aland malah membawa pengawal Benjamin dan Abian ketimbang pengawal pribadinya. Tapi itu tidak penting bagi Miley, asal Aland baik-baik saja. Miley larut dalam pikirannya, mengabaikan ocehan-ocehan Zhin. Miley te
"Tuan Benjamin, kita harus membawa brankas-brankas itu sekarang," titah Aland menyuruh Abian segera mengambil penyadap suara dari ruangan sebelah. Sementara dirinya kembali memeriksa ruangan rahasia tempat Benjamin menemukan ketiga brankas tadi. "Sepertinya hanya ketiga brankas ini saja, Aland," kata Benjamin menyuruh pengawal segera mengamankannya ke mobil. "Iya, Tuan Benjamin. Karena di dalam juga sudah tidak ada apa-apa," sahut Aland mengajak Benjamin segera meninggalkan tempat itu. Namun, suara berisik dari ruangan sebelah menghentikan langkah keduanya. "Anda duluan saja, Tuan Benjamin. Aku mau melihat Abian dulu," ujar Aland putar badan menuju ruangan wakil pimpinan itu. Sejurus pintu ruangan di depannya terbuka dengan kemunculan Abian mengoceh-ngoceh tidak jelas. "Wanita gila!" geram Abian menghempas pintu ruangan wanita itu dengan kasar. "Kenapa?" tanya Aland berhenti setelah melihat Abian."Katanya mau melaporkan kita ke polisi, kan gila dia!" "Hahaa, tak perlu emosi k