Belum lagi menjawab, Zhin kembali menyindirnya. "Apa kamu kecewa karena Tuan Muda Aland tidak pernah memberikan hadiah untukmu, Miley?" Seolah dia tahu semua tentang Aland yang loyal ke Jenny namun perhitungan kepada Miley."Apa yang kamu maksudkan itu, Zhin?" Miley balik bertanya dengan berusaha menahan-nahan emosinya."Yah, setidaknya kamu kalau kamu tidak cemburu, yah tidak perlulah memata-matai sampai ke rumahku lah, Miley."Sial, dari mana dia tahu aku mengikutinya sampai ke perkomplekan elit itu."Haha, kamu salah paham, Zhin. Aku mau ke restoran Kenanga, bahkan akupun tidak tahu kalau kamu tinggal di perkomplekan elit itu," elak Miley, dalam hati sangat mengutuki Zhin yang mengetahui pengintaian nya itu. Sungguh memalukan dirinya."Oiya? Apa aku bisa yakin itu, Miley? Sampai-sampai harus membawa Tuan Muda Aland juga ke restoran Kenanga? Padahal kamu tahu Tuan Muda Aland memiliki hubungan yang rumit dengan pemilik restoran Kenanga itu! Kalau bukan kamu yang memaksanya, lalu siap
Miley berjengit kaget. "Jam empat subuh?" gumamnya mengucek matanya tidak percaya. Mau kemana Aland sepagi itu, biasanya kalau pun keluar pagi-pagi sekali paling di jam enam. Miley juga tak tahu kapan Aland masuk kamar semalam. Miley tidak lagi berniat menyambung tidur, rasa kantuknya seketika menghilang. Miley meraih handuk dan masuk ke kamar mandi, sesaat mengguyur tubuhnya di bawah shower. Miley berniat bertemu Zhin pagi ini saja, mumpung Aland masih sibuk dengan Tuan Daniel. Jadi ia dengan bebas keluar rumah tanpa pengawasan Aland. "Katakan padanya aku mau ke salon," titah Miley ketika salah satu pengawal di sana menghentikannya di gerbang keluar."Tapi ini masih pagi sekali, non Miley? Tentu Tuan Muda Aland tidak percaya Anda ini akan ke salon. Anda juga menyetir ---""Kalau dia tak kemari, tidak perlu kamu beritahu! Aku mau pergi ke salon bukan ke bar?" potong Miley kesal segera melajukan mobil menuju rumah Zhin.Untungnya Zhin mau menerima kedatangannya sepagi ini. Gadi
Seolah mendapat jawaban dengan kebingungannya, tanpa menunggu lama Zhin segera menelepon Benjamin. Entah mengapa tidak pernah berpikir menanyakan Jenny kepada Benjamin selama ini.Miley hanya terdiam menyimak percakapan telpon Zhin dengan Benjamin yang sengaja di speakerkan. "Mami? Baru saja Daddy mau menanyakan tentang Mami padamu, Shena. Sudah beberapa hari ini Mami tak mengangkat telepon atau membalas pesan Daddy," kata Benjamin dari seberang. Ternyata pria bangsawan itu juga lagi kebingungan dengan Jenny."Apa Daddy bercanda?" tanya Zhin karena tidak mungkin Jenny tidak mengangkat telepon Benjamin. "Hmm, atau Daddy ada bertengkar dengan Mami?" lanjutnya meski tidak pernah sekalipun melihat mereka bertengkar, tapi tidak kemungkinan juga saat ini mereka memang bertengkar, maka saling diam-diaman yang pada akhirnya berimbas ke dirinya."Bertengkar? Justru itu yang ingin Daddy tanyakan padamu, Shena. Apa yang telah kamu lakukan di sana hingga Mami belum pulang-pulang juga ke Paris. P
Sedikitpun Miley tak mengalihkan pandangannya dari kertas-kertas yang dikeluarkan Aland dari dalam map."Kamu baca ini, Miley!" kata Aland meletakkan beberapa lembaran kertas dihadapannya."Apa ini, Aland?" tanyanya takut-takut, kalau berkas itu yang harus ia tanda tangani."Wanita sialan itu! Kamu tahu,Jenny mengirimkan bukti-bukti ini ke Tuan Daniel!""A-apa?" Miley berjengit kaget. Matanya berkedip-kedip belum bisa percaya yang ia dengar itu. Dengan tergesa ia menyambar kertas di depannya. "Ini berkas kontrak pernikahan kalian, kan? Tapi kenapa di sini ditulis kamu telah berselingkuh, Aland?" tanya Miley dengan mata terbuka lebar-lebar.Lebih bingung lagi, karena baru tadi ia mendengar pengakuan dari Benjamin dan Zhin, kalau Jenny seolah menghilang. Sudah beberapa hari tidak ada kabar. Ponselnya aktif, tapi gak pernah membalas pesan atau mengangkat teleponnya. Lalu, di mana Jenny bersembunyi? Sampai dengan leluasa bisa mengirimkan semua bukti itu ke Tuan Daniel.Pikiran Miley sema
"Kamu bertanya padaku, Miley?" ulang Aland menaikkan kedua alisnya seraya menumpulkan pandangannya di wajah Miley yang juga fokus menatapnya."Yah, karena kamu dan dia pernah ---""Berhenti! Aku tak tahu sama sekali tentang Jenny, ya! Aku dan dia hanya terikat kontrak pernikahan sandiwara, tidak pernah tinggal bersama, apalagi menyentuhnya!" potong Aland sangat geram. Kemudian kembali duduk di kursinya sembari membuang muka.Miley merasa serba salah bicara dengan Aland yang mudah tersulut emosi. Mungkin lebih baik menanyakan pembahasan tentang kedatangan Tuan Daniel, tidak menyinggung masa lalunya dengan Jenny."Apa yang dikatakan Tuan Daniel padamu terkait masalah ini, Aland?" tanya Miley turut duduk dengan melipat tangan keatas meja. Menunggu jawaban pria itu dengan rasa penasaran."Argh! Aku tidak tahu harus bagaimana lagi, Miley," jawabnya menjambak-jambak rambut belakangnya. Kemudian memutar kepalanya lurus ke depan."Apa ini berimbas ke dirimu sebagai pewaris kekayaan keluarga H
- Miley pasrah kembali mengurung diri di kamar. - Aland tengah berbicara serius dengan Tuan Daniel, setelah berhasil menyusul Tuan Besar itu pulang beberapa jam lalu.- Benjamin dan Zhin masih sibuk mencari keberadaan Jenny, ketidak beradaannya itu sangat aneh dan membingungkan.Sementara di tempat yang berbeda, Jenny sedang terkurung di sebuah kamar kecil dengan minim penerangan. Entah kapan dan sudah berapa lama dia berada di tempat asing dan menyeramkan itu.Terakhir yang dia ingat, setelah berdebat dengan Jasin di perusahaan WinJason. Jason membuang kunci pintu ruangannya, yang pada akhirnya keduanya terkunci di ruangan pribadi Jason tersebut. Namun, ketika terbangun dia sudah ada di tempat pengap tersebut. Bukan hanya itu, keadaan dirinya acak-acakan, sekujur tubuhnya terasa sakit."Makan!" bentak Jason tidak segan-segan mengarahkan cambuk di tangannya ke punggung Jenny. Jenny meringis kesakitan. Namun, tidak berdaya melawan pria yang tidak mengenakan pakaian berdiri di depanny
Seketika ekspresi wajah Aland berubah. Mungkin ada baiknya dia mendengar Abian dulu. Apalagi kalau harus pulang di tengah malam dengan cuaca yang ekstrim saat ini, tentu dia hanya bisa menunggu di bandara nantinya."Hal penting apa yang ingin kau bicarakan?" tanyanya mempermainkan ujung jari tangannya. Namun, tekanan suaranya tampak lebih tenang dan tatapan matanya tertuju pada tangannya."Aku tidak bisa bicara di sini, Aland, karena ini menyangkut masalah yang kamu hadapi saat ini. Aku khawatir Tuan Besar memergoki kita dan berpikir yang lain-lain. Ini juga kalau kamu mau saja, aku tidak mau memaksa. Tapi ingat, di sini para pengawal dan pelayan, atau siapapun bisa mendengarnya, kemudian menyampaikannya kepada Tuan Daniel Halton."Aland menoleh kepada Theo yang tentu tidak mendengar percakapan mereka itu. Tapi melihatnya hanya mengangguk seperti mengiyakan, Aland pun ikutan mengangguk. Mungkin Abian sudah lebih dulu bicara dengannya."Hmm, iya. Karena percuma juga pulang dengan cuac
Aland menahan malu. Pria itu hanya menggeleng-geleng kecil seraya tangannya menggaruk-garuk tengkuknya. Wajahnya juga tampak memerah dan berusaha menyembunyikannya dari Abian."Yah, memang benar Miley itu putrinya Jenny," akunya membuat Abian hampir saja melompat dari kursinya."B-bagaimana bisa kamu akan menikahi mantan putri tirimu itu, Aland?" Abian turut menggeleng-geleng tak habis pikir. "Apa cuma Jenny dan Miley wanita yang ada di dunia ini, Aland?" ledeknya mengejek Aland."Diamlah! Aku ..."Aland meremas angin sembari mengangkat kepala fokus menatap Abian. "Seperti yang aku katakan tadi, aku tidak pernah menyentuh Jenny. Hubungan kami hanya untuk keuntungan masing-masing saja, yaitu membuat kontrak pernikahan sandiwara. Jadi aku sah-sah saja jatuh cinta ke putrinya itu. Aku tidak pernah terlibat kontak fisik dengan Jenny.""Yah, benar. Lalu, bagaimana bisa hatimu kepincut dengan Miley? Apa selama menjalani pernikahan kontrak dengan Jenny, kamu diam-diam telah menyukainya? Juju