Harusnya ia mendengarnya, tetapi Miley malah menjatuhkan kepalanya di punggung kekar Aland. Tidak peduli seseorang yang bisa saja masuk dan memergokinya.
"Pergi!" pekik Aland mendorong Miley dengan menggeser bahunya ke belakang. Namun, gadis itu semakin mempererat pelukannya."Jangan salahkan aku bersikap kasar, ya," peringat Aland dengan sesenggukan yang semakin menjadi-jadi. Pria itu sudah berusaha keras menguasai dirinya, tetapi tangisannya malah memecah. Semakin menenggelamkan wajahnya di lengannya yang melipat. Aland tidak sanggup menampakkan wajahnya. Di satu sisi dia malu kepada Miley, malu dengan sifat kekanakan dan cengengnya itu.Di sisi yang lain dia sebenarnya tidak ingin Miley pergi. Dia hanya berusaha menahan diri dengan perasaannya, dan membebaskan Miley. Percuma juga memaksanya, gadis itu tidak mencintainya.Miley hanya terdiam tanpa melepas pelukannya dari Aland, setidaknya sampai pria itu tenang. Ia juga tidak tega h"Bawa aku bertemu dengannya? Bukankah dia sudah di sini, Aland?" burunya tidak memberi waktu kepada Aland membuat alasan menolaknya.Aland tertunduk sebenarnya bingung. Dia sudah berjanji tidak akan pernah melibatkan Miley dalam masalah-masalahnya dengan Jenny. Tapi melihat Jenny semakin gencar menuduh dan ancamannya juga tak main-main, bahkan mantan istri kontraknya itupun ingin membongkarnya kepada Tuan Daniel. Aland tidak punya pilihan selain mengiyakannya."Iya, tapi aku bisa minta satu hal?" tanyanya merangsang kedua mata Miley kembali menatapnya sembari mengangguk pelan."Apa kamu akan ikut dengan Jenny nanti?" Miley tersenyum kecil seraya berpindah ke kursi depan mejanya. Ia tahu apa yang dimaksud pria itu, iapun menjawab dengan balik bertanya, "Lalu, kapan kamu membawaku ke Tuan Daniel?"Aland yang masih penasaran dengan pertanyaannya tadi kaget setengah mati. Bahkan dia sendiri belum punya percaya dengan Miley yang mau jadi keka
Belum sempat mendekat, suara Jenny yang tidak sopan menyentakkan ketiga orang yang masih berdiri di halaman. Lantas Theo berbalik badan dan berlari ke dalam mobil. Sementara Aland menarik tangan Miley menghampiri Jenny yang berdiri di pintu. Lagi-lagi Miley tidak berdaya menolak, dengan kakinya terseok mengikuti langkah Aland. "Maaf, aku tadi bicara dengan Theo," ucap Aland seolah tidak ingin menutupi apapun dari Jenny. Padahal wanita itu tidak menanyakannya.Miley semakin tidak berhenti mengutuki dirinya. Melihat Aland benar-benar tidak berkutik di hadapan Jenny. Itu menggiring asumsi Miley berpikir pria itu masih sangat mencintai Jenny.'Pantas saja selama ini selalu bersikap kasar padaku. Benar, pria gila ini hanya membuatku sebagai pelampiasan dendamnya kepada Jenny.' Miley ingin menghilang dan melarikan diri saja meninggalkan kedua orang menyebalkan itu.'Gila, kalau masih cinta kenapa harus bercerai? Kembali saja, dan jangan buat aku jadi korban.'Miley menarik tangannya d
Aland menutup mulut Miley dengan telapak tangannya, agar tidak membahas Benjamin lagi. Dia tahu Jenny akan marah besar jika ada yang menyebut nama Benjamin, apalagi harus membandingkannya dengan dirinya."Stt, kamu ralat ucapanmu tadi, Miley," bisik Aland memutar badan menghadap Miley."Kenapa tidak bisa menyebut nama Tuan Terhormat Benjamin itu, Mam?" berang Miley menepis tangan Aland dan mengabaikan pria itu. Lantas memangkas jarak dengan Mamanya. "Bahkan Mama tidak berniat mengenalkannya padaku, kan?" geram Miley tidak suka dengan ego tinggi Jenny yang selalu merasa benar."Aku rasa lebih baik tidak usah bertemu dengannya, Miley. Tahu kenapa?" Jenny bangkit dan mencondongkan wajahnya kepada putri semata wayangnya itu. Senyum seringai menghiasi bibir bergincu merah menyala tebalnya.Miley hanya tertawa kecil menanggapinya. Mungkin Jenny berpikir ia hendak meminta harta kekayaan Benjamin. Atau mungkin meminta tinggal dengan mereka. Tetapi meliha
Aland menyusul Miley ke mobil, seraya menghempas duduknya di kursi kemudi, dia berujar, "Maafkan aku."Sepanjang perjalanan, Miley membuang wajahnya, percuma juga bertanya, pikirnya. Melihat kemarahan Jenny tadi saat ia menyebut nama Benjamin, ia yakin ada yang tidak beres diantara Aland dan suami ketiga Mamanya itu. "Hei, kok bengong aja," goda Aland mencolek lembut pipi mulus Miley. Gadis itu menepis tangannya lalu turun dari mobil tanpa menunggu Aland membukakan pintu mobil untuknya."Kenapa gak ke perusahaan lagi?" tanyanya ketus melihat Aland membawanya ke rumah, wajahnya juga tampak sangatmasam."Untuk apa ke sana, ini saja sudah sore, Miley.""Aku mau ke rumah Theo, barang ---""Nanti diantar Theo kemari."Mendengar nama Theo, raut wajah Miley berubah ceria. Mungkin ia bisa menanyakannya kepada pria itu saja nanti. "Ohh, dia mau kemari," katanya menghentikan langkahnya di pintu masuk rumah."Miley,
"Apa itu, Miley?" buru Aland tidak bisa sabar lagi. Kebingungannya selama ini seolah mendapat jawaban. "Apa selama ini keluarga dari ayahku pernah menemui Mamaku?"Aland mengernyit, memutar ingatannya semasih bersama Jenny. Dia juga tidak begitu dekat bahkan tidak mengenal keluarga suami Jenny dulu kecuali Alena."Apa maksudmu Alena?" tanya Aland. Mengingat ipar Jenny bernama Alena itu pernah memergoki mereka berduaan. "T- tante Alena?" desis Miley dengan senyuman sinis. Seolah kekuatan dari nama Alena itu mengubah wajah cantiknya yang tampak tenang tadi, jadi tampak mengeras. "Apa dia tahu kamu menikahi Mamaku?"Aland juga bingung. "Aku tidak tahu, Miley. Karena setelah itu Jenny juga tidak pernah bercerita.""Apa kamu pernah bertemu dengan pria bernama Jason? Atau mendengarnya dari Jenny?"Aland menggeleng. Sebenarnya dari dulu dia sama sekali tidak pernah mau terlibat dengan keluarga Jenny. Keduanya bertemu
"Aku ikut, Miley!" Aland mengikutinya keluar. Namun, di depan pintu ruangan Miley berhenti, memutar badan menghadap Aland yang turut berhenti. "Aku tidak mau ada permasalahan lain lagi, Aland. Aku harap kamu bisa mengerti ucapanku ini," ujar Miley mengedikkan kedua bahunya."Aku yakin Jason tidak akan membiarkanmu masuk ke perusahaannya, Miley. Kamu tidak tahu sekarang dia telah memiliki kedudukan sebagai pria kaya raya dan disegani.""Aku akan melakukan caraku sendiri untuk bisa bertemu dengannya!" Gadis itu segera pergi sebelum Aland berhasil mencegahnya nya. "Oiya, apa kamu bisa membujuk Jenny datang kemari?" tanyanya memutar badan berhenti di depan pintu lift. "Nanti aku usahakan,"jawab Aland ketus. Sebenarnya dia hanya tidak ingin jauh-jauh dari Miley, selain dari rasa khawatirnya gadis itu melarikan diri.Miley melanjutkan langkahnya, niatnya untuk menemui Jason sudah tidak bisa ia tahan lagi. Ia ingin mendengar apa alas
"Aku rasa aku punya hak masuk kapan saja ke sini, uncle Jason!" ucap Miley seakan beberapa menit yang lalu, ia tidak kesulitan menemukan cara untuk bisa masuk ke perusahaan itu. Pria dengan raut wajah marahnya itupun bangkit dari kursinya. Lantas memangkas jarak dengan Miley yang berdiri di depan mejanya. Jari telunjuknya mengacung tegak di depan wajah Miley yang tampak tenang itu."Wanita murahan seperti kalian tidak layak menginjakkan kakinya di sini! Kau dan Jenny sama-sama wanita murahan!!" berangnya hingga suaranya yang menggelegar memenuhi ruangan berukuran sedang itu. Ucapan itu juga yang mengusik ketenangan diri Miley. "Hei! Jaga bicaramu, uncle Jason! Aku dan Mamaku bukan seperti yang Anda tuduhkan itu!" sahut Miley meninggikan nada suaranya."Lalu, berbagi dengan suami ibumu itu, apa namanya bukan wanita murahan, Miley?" kata Jason sengaja memancing amarah Miley."Tutup mulutmu itu! Aku tidak pernah menikah dengan Aland!" sarkas Miley meremas telapak kiri tangannya untuk
Tersadar semuanya akan menjadi runyam, Miley berpikir segera menyudahi pertemuannya dengan Jason. Sebelum Pamannya itu berniat melakukan hal buruk terhadapnya."Terserah Uncle menuduhku, tetapi aku tidak menikah dengan Aland. Yah, aku tinggal di rumahnya, aku rasa Uncle juga tahu seberapa besar rumah Tuan Muda bangsawan itu. Karena selain bekerja di perusahaannya, aku juga berkerja di rumahnya," ucap Miley berbohong. Karena hanya dengan itu maka Jason berhenti memfitnah dan mengancam.Miley tidak peduli Jason ingin menyelidikinya nanti, di pikirannya saat ini bisa keluar dari perusahaan Jason dengan selamat."Hahaa, kamu pikir aku bisa percaya omong kosong itu, Miley? Kau ---""Aku tidak memaksa harus percaya, Uncle. Karena tanpa aku katakan juga harusnya Uncle tahu itu." Miley menundukkan wajahnya setelah memotong ucapan Jason, sudut matanya melirik kearah pria yang mengerutkan dahi seperti berpikir. "Putra bangsawan itu mana mungkin mau menikahi gadis miskin sepertiku."Melihat Ja