Share

23. Pandangan Damian

last update Last Updated: 2025-02-25 22:28:00

**

“Jangan ganggu aku, Damian! Tinggalkan tempat ini sekarang juga!”

Bella habis sabar. Ia menunjuk pria di hadapannya dengan terang-terangan. Sama sekali tidak peduli dengan status pria tersebut, yang seharusnya masih patut dihormati karena ia adalah saudara Giovanni.

“Kau tidak mau memperkenalkan aku dengan keluargamu, Bella? Wah, padahal aku sudah menganggapmu keluarga sendiri. Bukankah itu agak kejam?”

“Pergi dari sini, sial!”

“Kenapa denganmu ini? Dia bahkan tak melakukan apapun! Apakah kau tidak bisa sopan sedikit kepada orang lain?”

Bella terkesima mendengar kata-kata dengan nada jelas sekali dibuat-buat itu. Ia ternganga ketika menyaksikan Tracy merangsek maju dan mengulurkan tangan dengan malu-malu kepada Damian Estes.

“Hai, aku Tracy. Aku kakak Bella,” katanya.

“Kakak tiri,” ralat Bella malas. “Dan sudah aku anggap tidak ada hubungan apa-apa lagi sejak dia mengkhianatiku.”

Damian mengerutkan alis mendengar kata-kata terakhir Bella. Ia hampir menanyakan apa maksudnya, sebelum
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Dii Naa
ditunggu lnjutanya,tiap hari dong up critanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   24. Di Mana Nyonya?

    **Felix mengerutkan alis sementara memandang si tuan muda membawa pergi Porsche-nya. Ia juga tidak menyukai Damian, sesungguhnya. Sepupu muda Giovanni itu seringkali bersikap arogan dan merasa dirinya tuan besar.“Tapi aku tidak bisa mengabaikan kata-katanya tentang Nyonya. Jika terjadi sesuatu dengan Nyonya, Tuan Giovanni bisa menggantungku di pintu gerbang mansion.” Seraya mengayun langkah menuju kantor hotel yang sudah dikenalnya dengan baik, pria itu bergumam sendirian.“Apakah anda baik-baik saja, Nyonya?” tanya Felix sesampainya. Kebetulan sekali pintu ruangan Bella terbuka saat itu, sehingga Felix tidak perlu mengetuk.“Hm?” yang lebih muda mengangkat wajah dari balik layar laptop. “Ada apa? Kenapa memangnya?”“Saudari anda? Dia ada di sini?”“Kalau maksudmu Tracy, para pegawai hotel mengatakan bahwa dia sudah pulang setelah mengawal Damian tadi. Mengapa kau menanyakan Tracy?”“Tidak, Nyonya. Saya hanya khawatir kepada anda.”“Astaga, Felix. Kupikir kenapa.” Bella mengangkat

    Last Updated : 2025-02-26
  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   25. Titik Koordinat

    **Felix membungkuk untuk melihat lebih jelas benda berkilau di atas keset toilet itu. Ia memungutnya, dan seketika hatinya terasa mencelos keluar.Itu adalah salah satu anting berlian yang tadinya dipakai oleh sang nyonya.Pria Amerika itu menegakkan tubuh. Pandangan tajamnya kosong mengarah kepada pintu kamar mandi yang terbuka, sementara ia menggenggam anting milik Bella.“Sial!” makinya, seraya berbalik dan mengayun langkah secepat mungkin menuju meja resepsionis di bagian depan restoran.“Tunjukkan padaku rekaman kamera pengawas lorong toiletmu sepuluh menit yang lalu,” bisiknya tajam kepada resepsionis yang berjaga.Gadis muda di sana mengerutkan alis. “Maaf, Sir. Tapi anda memerlukan izin khusus untuk itu. Saya perlu tahu anda siapa.”Bukannya menjawab, Felix justru mempersempit jarak dengan si gadis. Lalu dengan gerakan yang sama sekali tidak kentara dan hanya bisa dilihat oleh gadis itu saja, ia membuka jasnya. Menunjukkan sebuah senjata api jenis Desert Eagle yang mengkilap

    Last Updated : 2025-02-28
  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   26. Luigi Estes

    **“Di mana ini?”Ketika Bella membuka mata, ia berada dalam keadaan separuh kebingungan.Perempuan itu bangun dengan agak panik dari atas ranjang yang asing. Ia diam sejenak dan mencoba memutar kembali ingatannya.“Felix!” serunya segera. “Ya Tuhan, Felix pasti bingung mencari keberadaanku. Aku meninggalkannya di restoran. Astaga, sebenarnya ada di mana aku sekarang?”Bella bangun dan mondar-mandir di dalam kamar yang luas dan bagus itu. Ia beberapa kali mencoba membuka pintu, namun sialnya terkunci dari luar. Tidak ia temukan pula ponsel di saku bajunya. “Apa ini? Siapa yang melakukan ini?” desahnya cemas. Bella layangkan pandang ke sekeliling ruangan guna mencari jalan keluar. Selain pintu di hadapannya, di sisi lain ruangan ada dua buah jendela besar yang terbuka. Langit senja bersepuh jingga tampak jelas menghampar di baliknya. Hanya saja, dua buah jendela itu ditutup oleh teralis besi yang kokoh. Tidak ada celah untuk melarikan diri lewat jendela tersebut.“Seseorang menculikku

    Last Updated : 2025-03-02
  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   27. Father And Son

    **Mata gelap Giovanni berkilat penuh kemarahan saat Luigi Estes bangkit dari sofa dan mengayun langkah ke arahnya. Pria separuh baya itu tersenyum lebar seraya merentangkan kedua tangan.“Aa … My Son!”“Katakan di mana istriku?”“Tidak mau memeluk ayahmu dulu, Nak? Sudah berbulan-bulan kita tidak berjumpa walau berada di kota yang sama. Kau menghindariku, eh?”“Aku tidak butuh basa-basimu! Katakan di mana istriku!” Giovanni mengepalkan kedua tangan. Kemarahan berkobar tampak jelas pada kedua manik hitamnya, meskipun kata-kata yang ia ucapkan tidak cukup keras dan lebih kepada geraman dingin.“Ah, baiklah, baiklah.” Luigi bertingkah seakan mengalah. Pria itu mengangkat bahu, tidak jadi memeluk putranya yang sedang murka.“Aku hanya ingin melihatnya. Dia aman-aman saja sekarang. Siapa namanya? Annabella?”Giovanni mendesis. Kesabarannya nyaris lindap menghadapi pria yang sama sekali tidak sudi ia menyebutnya ayah itu.Benar. Bagi Giovanni, ayahnya sudah lama mati. Bersamaan dengan saat

    Last Updated : 2025-03-06
  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   28. Ayahmu Sungguh Buruk

    **Pria rupawan itu terkesiap. Tubuhnya menegang waspada setelah suara tembakan lenyap. Ia memindai seluruh penjuru ruangan dengan mata serigalanya yang berkilat tajam.“Jika sesuatu terjadi dengan Bella, aku bersumpah akan menjadikan kepalamu pajangan meja!” ancamnya dingin kepada Luigi, yang hanya dibalas dengan kekehan mengejek dari yang bersangkutan.Giovanni tidak punya waktu untuk meladeni kegilaan ayahnya. Ia kembali mengayun langkah melintasi koridor hening, kali ini menuju tangga yang mengarah ke lantai tiga.“Bella!” panggilnya lagi. “Bella, kau dengar aku? Di mana kau, Bella?”Seperti halnya lantai satu dan dua, lantai tiga mansion mewah itu juga hening. Ada beberapa pintu kamar yang mengitari ruangan lebar dengan seperangkat sofa di tengah-tengahnya. Giovanni yakin, istrinya ada di balik salah satu pintu-pintu kamar itu.“Sial! Kenapa rumah ini besar sekali?” Diiringi umpatan keras, Giovanni mulai melangkah menuju pintu-pintu tertutup itu.Tanpa sama sekali rasa segan, ia

    Last Updated : 2025-03-09
  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   29. You're Only Mine

    **Pemandangan apa itu?Bella ternganga di tempat. Sepasang bola matanya terbeliak lebar. Tidak ingin melihat apa yang terjadi, namun ia tidak bisa berkedip.Genangan berwarna merah pekat itu segera saja melebar di bawah kepala anak buah Luigi yang terkapar tanpa nyawa di atas lantai pualam.“Kau membunuhnya,” komentar sang tuan besar ringan. “Dia salah satu bawahan favoritku. Sayang sekali.”“Aku tidak segan melakukan hal yang sama kepadamu jika kau berani menyentuh milikku,” balas Giovanni tajam. Pria itu mengulurkan tangan kepada Bella, yang segera diterima dengan hati sangat lega.“Aku tahu kau akan datang,” desah Bella lirih. “Walau mustahil, aku percaya kau akan datang, Giovanni.”“Mengapa mustahil? Aku memang harus datang, kan?”Senyum gugup terbit pada bibir Bella. Perempuan itu menggamit lengan suaminya, bertumpu di sana sebab ia rasa lututnya lemas sekali.“Giovanni, ayo kita pulang. Aku rasanya mau pingsan.”Segera saja kerutan menghiasi kening halus sang tuan muda. Ia tam

    Last Updated : 2025-03-11
  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   30. Salah Paham

    **Bella mengernyit sementara tangan Giovanni terus menjelajahi tubuhnya yang polos. Setelah sekian lama keduanya bersama, dan sekian banyak malam yang Bella habiskan bersama pria ini, baru kali ini ia memiliki perasaan tidak nyaman seperti sekarang ini.Giovanni tidak memiliki rasa apapun kepadanya, kan?Ia melakukan ini hanya sebatas memenuhi hasrat.Bagaimana Bella bisa menikmati adegan percintaan ini jika ia dan Giovanni tidak memiliki rasa apapun?Oh, ayolah. Mengapa baru terpikirkan hal seperti itu sekarang?“Ada apa denganmu?” Giovanni menghentikan aktivitasnya kala ia pikir Bella sangat pasif hari ini. Pria itu terlihat tidak senang.“Ap— apa maksudmu ada apa denganku?”“Kau tidak menginginkannya?”“Giovanni—”“Kau tidak menyukainya?”Bella menggeleng dengan panik. “Tidak! Tidak, bukan seperti itu—”“Ya, kau seperti itu. Kau tidak seperti biasanya.” Giovanni menarik tubuhnya menjauh. Ia memandangi Bella dengan kedua alis terpaut.“Giovanni, sungguh. Kau salah.”“Apa saja yang

    Last Updated : 2025-03-12
  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   31. What You Said?

    **Bella terkesima. Ia tidak pernah berpikir Giovanni akan mengatainya seperti itu. Bella tahu, suaminya itu bukanlah pria lemah lembut. Namun ia juga tahu, Giovanni tidak pernah mengatakan sesuatu yang menyakiti hatinya seperti ini.“Bagaimana bisa kau mengatakan hal seperti itu?” tuntut Bella, “Kau mengataiku jalang?”“Lalu apa namanya perempuan yang bergaul dengan banyak laki-laki, sementara dia sudah memiliki ikatan?”“Gio, aku hanya berbincang dengan Damian! Semua yang memiliki mata bisa melihat itu! Dan Luigi? Aku bahkan baru melihat bagaimana rupanya sesaat sebelum kau datang. Sejak tiba di rumahnya, aku terkunci di dalam kamar!”“Tapi kau bersamanya. Kau berada sedekat itu dengannya. Apa namanya itu jika bukan jalang murahan?”“For a God shake, Giovanni!” Bella menghentakkan kaki dengan frustasi. Ia memandang pria di hadapannya itu dengan wajah yang sudah merah padam karena frustasi. Sementara satu yang lain masih tetap pada posisi semula, dengan batangan nikotin di sela-sela

    Last Updated : 2025-03-14

Latest chapter

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   47. Bella Diculik?

    **Apakah aku akan mati dengan cara menyedihkan seperti ini?Bella kembali memejamkan mata. Rasa sakit berkejaran dengan panik dan takut, membuatnya tanpa sadar terisak lirih. Dua tetes air mata luruh membasahi pipi, menciptakan sensasi perih yang membuatnya segera tahu bahwa ada luka di wajahnya.Giovanni, benarkah aku akan mati secepat ini, segera setelah menjalin hubungan denganmu?Ya, agaknya memang demikian. Hal ini adalah resiko yang sudah harus Bella terima sejak ia berdiri di atas altar untuk mengucap janji pernikahan dengan Giovanni Estes.“Setidaknya beri tahu aku siapa yang menyuruh kalian melakukan ini,” tutur Bella putus asa.“Kau tahu siapa,” balas si Botak. Pria itu agaknya bertindak sebagai juru bicara di sini. Sebab rekannya yang mengemudikan mobil sama sekali tidak bersuara sejak tadi.“Kau tahu siapa orangnya, Nyonya. Kau jelas mengenalnya.”Bella mengerutkan alis. “Aku tidak mengenal satu pun makhluk yang mengaku sebagai musuh Giovanni!”“Bagaimana jika itu adalah

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   46. Kecelakaan Disengaja

    **Selama beberapa detik, segalanya terasa melayang dalam gulita. Bella bahkan merasa dirinya sudah dijemput ajal. Sampai kemudian ketika gelap itu pelan-pelan memudar dan Bella kembali bisa menangkap bayangan cahaya dengan retinanya, ia pun merasa tubuhnya seperti remuk redam.Ia masih hidup.Asap menguar dari sekitarnya. Bella tahu mobil yang ditumpanginya sudah ringsek sebab hantaman entah apa tadi. Ia terjepit, namun masih bisa bergerak.“Oh, God ….” rintihnya sementara berusaha membebaskan diri. Bella mengerjapkan mata untuk mendapatkan atensi yang lebih fokus. Kepalanya seperti habis dihantam batu besar.“Da-Daiki … Daiki apakah kau oke? Kau bisa mendengarku?”Tidak ada jawaban. Bella mencoba menggerakkan tubuh lagi dan berusaha keluar dari himpitan kursi belakang. Mengabaikan kakinya yang seperti mati rasa.Namun sebelum ia bisa berbuat banyak, rungunya menangkap derap langkah mendekat dari kejauhan. Pada awalnya Bella merasa lega sebab mengira bantuan datang. Ia bergerak sekal

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   45. What Happen?

    **Bella berdehem sebelum mengangkat panggilan dari Tasha. Ia sedikit berdebar-debar, sejujurnya.“Halo, Bu?”“Kupikir kau sudah lupa denganku. Rasanya sudah satu abad yang lalu sejak terakhir kali kau datang, Isabella.”Bella tersipu sendiri mendengar pernyataan bernada menyindir itu. “Tidak, eung … aku dan Gio agak sibuk, jadi kami belum datang lagi. Maafkan kami, Bu.”“Maka aku meneleponmu sekarang. Mau datang untuk makan siang, Dear? Aku merindukanmu.”“Ah, astaga, tentu saja.” Bella menutup mulutnya untuk meredam suaranya yang agak terlalu excited itu. Ia bahkan nyaris terlonjak di tempat. “Aku awalnya memutuskan untuk tinggal di rumah hari ini karena Gio sudah berangkat sejak tadi. Aku senang sekali Ibu mengundangku. Aku akan datang segera, eh?”“Can’t wait!”Perempuan itu mengakhiri percakapan setelah mengucapkan sampai jumpa segera. Ia lalu melempar ponselnya ke atas ranjang dan berlari ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Benar, ia memang se-excited itu. Ia sudah menyukai

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   44. Rencana Baru?

    **“Kau tidak akan melakukannya kan, Dad?”Tracy bertanya dengan nada sengit ketika ia dan Matthew berada di dalam mobil untuk perjalanan pulang. Matthew menengok sekilas dengan pandangan gusar kepada putri tirinya, menanggapi pertanyaan tersebut.“Katakan padaku kau tidak akan melakukannya, Dad!”“Melakukan apa?”“Melepaskan Bella begitu saja! Kau tidak akan menyetujui omong kosongnya yang tadi, kan? Enak saja kalau dia bebas begitu saja berkeliaran ke sana kemari membawa wajah sombongnya itu sementara kita terdepak dari hotel!”“Tracy–”“Aku tidak sudi! Bagaimanapun kau harus tetap mendapatkan hakmu atas hotel itu, Dad! Aku yakin Mom pasti juga akan berpikir demikian!” Aku yakin–”“Enough!”Gadis bersurai blonde itu terdiam dengan mata terbelalak terkejut ketika sang ayah menyelanya dengan nada tinggi. Pasalnya, selama ini Matthew tak sedikitpun pernah berlaku kasar kepada gadis itu baik secara verbal maupun nonverbal. Bahkan daripada kepada putri kandungnya, Matthew jauh lebih mema

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   43. Tawaran Berdamai

    **Bella mengerutkan alis saat melihat bagaimana saudari tirinya bereaksi terhadap keberadaan suaminya di dalam ruangan itu. Masalahnya, Tracy sama sekali tidak pandai menyembunyikan emosi. Kentara sekali bahwa ia tertarik kepada Giovanni yang penampakannya memang sangat menarik.“Ada perlu apa kau ke sini? Sudah kukatakan, kau dan suamimu dipecat, jadi tidak ada gunanya kau masih datang ke sini. Kecuali kau mau menginap, resepsionis ada di depan sana,” kata Bella penuh penekanan.“Oh, sombong sekali. Kau baru memiliki satu hotel di kota ini, jangan berlagak seperti kau pemilik dunia seisinya!” balas Tracy.Bella menyeringai. Ia melihat Tracy menjawab kata-katanya, namun pandangan mata perempuan itu sepenuhnya terpancang kepada Giovanni yang duduk santai di atas sofa. Pesona Giovanni saat itu memang agak terlalu terekspos. Dua kancing teratas kemejanya lepas, menampakkan separuh dada bidang berotot yang tidak bisa ia sembunyikan.Bella berdiri dari kursinya dan melangkah pelan ke arah

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   42. Satu Masalah Selesai?

    **Bella tertegun. Ia tidak mengira pada siang hari bolong seperti ini, Giovanni akan mendatanginya dan tiba-tiba menagih ciuman.“Gio?”“Just kiss me, Isabella.”Oh, sejak kapan sih pria berdarah dingin ini meminta izin dulu untuk melakukan hal-hal semacam ini? Separuh geli dan setengahnya takjub, Bella lantas berjinjit untuk menempelkan bibirnya pada bibir yang lebih tua.“Sudah,” katanya setelah beberapa detik. “Aku sudah menciummu.”“What the heck!” Namun tanggapan Giovanni tidaklah sesuai ekspektasi. Pria itu mendesis dan menggeram.“Apa aku melakukan kesalahan?”“Absolutely!”“Apa?”“Itu hanya kecupan, bukan ciuman. Ciuman itu seperti ini ….”Giovanni meraih tengkuk Bella dan mendekap pinggangnya. Bibirnya memagut ranum sang istri dengan penuh gairah dan agak kasar. Bella terkejut serta agak kewalahan pada awalnya. Ia terdorong mundur hingga stuck menabrak meja.“Hmp … ti-tidak bisakah kau pelan ….” Bella terengah. Ia berusaha menjauhkan diri dari sang suami yang melepaskannya d

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   41. Menawarkan Solusi

    **Bella menelan saliva diam-diam. Sejujurnya ia panik, tapi ia cukup pandai menyembunyikan hal itu di depan Luigi. Tidak, ia tidak boleh tampak gentar. Ia harus terlihat kuat dan angkuh di hadapan lawan.Setidaknya, seperti itulah yang ia pelajari dari Giovanni sepanjang kebersamaan singkatnya ini. Itu membuat lawannya berpikir ia tidak mudah dikalahkan.“Tidak bisa, Tuan Estes,” tandasnya tegas. “Saya masih memegang lebih dari lima puluh persen saham Paradise. Anda tidak bisa mengambil alih hotel saya, sekalipun Matthew Clark menggadaikan semua saham yang dimilikinya di sini kepada anda untuk membayar hutang. Maafkan saya.”Sebelah alis Luigi Estes terangkat. Wajahnya tampak tertarik.“Lagi pula, selama saya masih hidup, saya tidak akan menyerahkan apa yang sudah ibu saya perjuangkan ini. Maaf-maaf saja, tapi anda salah jika berpikir saya akan gentar hanya dengan gertakan semacam ini saja. Jika anda memiliki urusan dengan Matthew, selesaikan sendiri tanpa melibatkan saya. Karena say

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   40. Ayah Mertua Yang Menyebalkan

    **“Apa yang dia akan lakukan kali ini? Haruskah aku memberitahu Giovanni?”Tapi Bella merasa itu bukan hal yang tepat. Entah bagaimana kali ini ia berpikir Luigi Estes tidak akan lagi melakukan hal konyol seperti menculiknya pada tempo lalu. Bella yakin pria itu hanya ingin bertemu.“Apakah ada masalah, Nyonya?” Pertanyaan Felix membuat Bella terperanjat. Dengan gugup perempuan itu mengulas senyum. Terlebih lagi, ia tahu Damian masih mematainya dari ujung meja makan. Maka Bella memutuskan berhati-hati dalam bicara.“Tidak ada, Felix. Aku hanya terkejut karena ternyata sudah cukup siang. Waktu berlalu cepat sekali, eh?”“Anda ingin berangkat sekarang?”Bella mengangguk. Ia segera melangkah menjauh dan tidak memberi kesempatan kepada sepupu suaminya untuk terus memandang penuh curiga.Ketika sudah berada di dalam mobil, barulah perempuan itu bisa berkata jujur kepada Felix tentang apa yang mengganggu benaknya.“Anda tidak harus menemuinya, Nyonya,” tutur Felix serius setelah mendengar

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   39. Jangan Bermain Api

    **Bella menelan saliva dengan berat. Sekalipun ia tahu bahwa Giovanni mencurigainya, tapi ia memutuskan untuk bersikap seolah tidak ada yang terjadi. “Apakah kau akan pergi lagi? Kau tidak menemaniku lagi malam ini?” Perempuan itu bertanya dengan sungguh-sungguh. Ia memandang sang suami penuh harap. “Gio, beberapa malam ini aku selalu tidur sendirian tanpamu.”“Kau selalu menemukan aku di sampingmu setiap pagi, Bella.”“Tapi aku tetap tertidur sendirian pada malam harinya.”“Aku harap kau tidak bersikap semanis ini untuk menutupi sesuatu yang baru saja kau lakukan.”Lagi, Bella menelan saliva. Ia konsisten dengan wajah polosnya saat ini.“Aku tidak mengerti apa yang kau katakan. Apakah aku salah jika meminta suamiku menemaniku tidur?”“Oh, sial!”Pria itu melemparkan jasnya dan beringsut naik ke atas ranjang, menyusul Bella. Membuat senyum lebar terbit pada bibir yang lebih muda.“Kau menang, Isabella. Aku tidak akan pergi malam ini.”Bella mengangguk dan membatin dengan separuh ras

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status