"Masak pasta saja, Bu." Jack meraih koper, "Tolong masak juga dua sosis ini dan panaskan makanan ini." Jack menyerahkan dua sosis panjang yang mereka beli di Jerman, dan sisa makanan dari bandara. "Baik Tuan." "Ayo kita rapikan ini." Kimberley membereskan barang. Mereka menggeledah koper,mengeluarkan barang dan menata rapi di atas meja, malam itu Jack membagikan oleh-oleh pada seluruh penghuni mansion. "Kau akan membagikan ini sekarang, Jack?" tanya Rico "Iya Rico, tolong kau panggil mereka." "Oke." Para penghuni mansion tidak terlalu banyak, Jack memiliki delapan maid lengkap dengan satu kepala maid dan sepuluh penjaga serta dua sopir. "Hey! Kalian ayo masuk, Tuan Jack memanggil, jangan lupa kunci gerbangnya ya." teriak Rico. Para penjaga segera masuk ke dalam mansion, kini lengkap mereka semua berkumpul di depan Jack. "Malam ini aku ingin membagikan oleh-oleh dari Jerman." Jack meraih barang. "Di meja ini kalian bisa ambil satu per satu, untuk kaos aku tidak
"Ta--tapi sayang..." ucapan Kimberley terhenti. Mmhh! Jack langsung mendaratkan beberapa ciuman intim sambil merangkul istrinya di pangkuan, Jack terus saja mencium bibir istrinya hingga ... membuat keduanya kesulitan bernafas. "Sayang tolong ditunda dulu, aku ingin minum air itu." Alih-alih Kimberley ingin minum karena haus, padahal dia hanya ingin menghindari suaminya malam itu tapi Jack tidak tertipu, dia tidak menurunkannya melainkan tetap menggendong istrinya sambil mengambilkan air untuk minum dan kembali terduduk di pinggir ranjang. "Ini, kau bilang haus, aku bisa ambilkan untukmu, ayo cepat minum." Kimberley meraih minum dari tangan suaminya, sedikit meneguknya kemudian terdiam. 'Kenapa dia tidak menurunkanku, pasti dia ingin meniduriku malam ini, aku bukannya ingin menolak hanya saja aku mengantuk.' Kimberley bergumam dalam hati. "Sayang kenapa kau diam?" tanya Jack. Lamunan Kimberley buyar, "Ti--tiidak, tidak apa aku..." "Aku tau kau mau main malam ini?
Kimberley menatap sambil mengangguk, "Sedikit." "Aku akan sedikit lebih pelan sayang..." Egh! Jack mengulangi gerakan yang sama meskipun keduanya lelah, mereka sangat menikmati keintiman yang entah sampai kapan tidak ingin mereka akhiri. Jack mendenggus, "Nikmat sekali milikmu sayang!" "Teruskan sayang." ucap Kimberley tersenyum. Jack semakin menambah kecepatan memompa dan terus memompa lubang sempit di bawah sana, tak sedikit dia mendengar erangan Kimberley menatapnya dengan mulut terbuka membuatnya semakin bergairah, keduanya merasa seperti di surga. "Apa kau menikmatinya sayang?" tanya Jack. "Iya sayang..." "Enak??" Kimberley mengangguk sambil terus mengerluarkan erangan kecil, karena keduanya merasa lebih bergairah Jack sambil mendaratkan ciuman yang semakin kasar dan Kimberley mengimbanginya. "Mmhhh!" Saling berciuman! "Kau mau lebih cepat sayang??" tanya Jack. Kimberley hanya tersenyum harap! "Oke! Ahhh..." Tanpa pikir panjang Jack langsung menam
"Apa masih sakit?" tanya Rose. "Ugh..." "Kau kenapa? Sepertinya aneh?" "Ugh, tidak sayang..." ucap Rico frustasi. "Maaf, kalau begitu? Apa dilepas saja semuanya?" "Ta--tapi..." ucapan Rico terhenti, "Ssttt!" Rose meletakan jarinya di bibir Rico, "Aku tidak masalah." ucap Rose--melepas boxer Rico. Rico mengamati, "Mmh sayang..." erangan kecil. 'Kenapa Rose berani sekali melakukan itu padaku meskipun mungkin dia terlihat sedikit takut tapi dia seperti disuruh.' batin Rico. Rico benar-benar tidak menyangka bahwa Rose berani melakukan hal itu padanya, Rose memiliki keberanian di luar dugaannya. 'Aku harus berani, maafkan aku Tuan, aku juga penasaran, entahlah ada apa dengan tubuhku.' Rose bergumam dalam hati. Rose menunduk perlahan melepas dan menampakkan milik Rico yang sudah tegak paripurna, jujur saja Rose merasa sedikit takut tapi dia juga penasaran, itu karena dorongan gairahnya.Rose membelalak dan membatin, 'Astaga, besar sekali, ini yang kemarin aku liat di
"Aku akan mengabarinya kalau kita tidak jadi ke sana, mungkin Paman akan berkunjung ke sini." Jack meraih ponselnya, dia menelpon Paman Wiston untuk membatalkan rencananya pergi ke Bellagio, saat itu karena Kimberley sedang sakit. [TELEPON PAMAN WISTON] "Halo Paman, kita tidak jadi pergi ke Bellagio karena istriku tiba-tiba sakit." "Astaga, kenapa istrimu?" "Tadi pagi dia sudah mual-mual dan muntah, entahlah aku juga tidak tau, Paman." "Ya sudah, kalian beristirahat, biarkan Paman yang datang ke sana, lalu bagaimana obatnya? Apa kalian punya obatnya atau kita perlu ke rumah sakit?" "Kimberley tidak ingin ke rumah sakit, Paman." "Baiklah, aku akan berangkat ke Milan sekarang!" "Iya Paman." Meletakkan ponsel, "Paman Wiston akan berkunjung ke sini sayang." Kimberley mengangguk, "Iya..." Kimberley menjawab dengan ekspresi wajah sumringah, meskipun dia sedang sakit tapi dia sangat bersemangat menyambut kedatangan Paman Wiston. "Permisi Tuan, Nyonya, silakan." uca
Paman Wiston seketika pasrah jika memang Kimberley belum di beri momongan, begitu juga dengan Jack yang sedikit emosi itu merasa tak puas, dengan segera memeriksa testpack dan ternyata Kimberley menipu mereka, kala memeriksa ekspresi Jack berubah drastis. Jack mengerutkan dahi, "Ini dua garis sayang! Maksudmu tidak..." "Hahaha, tidak salah..." ucap Kimberley tertawa. Jack menganga, "Astaga, Kau positif hamil sayang?!" Jack memeluk istrinya, "Terima kasih sayang, aku sangat mencintaimu." "Iya, aku juga mencintaimu sayang." "Selamat ya Jack, sebentar lagi kau akan jadi Papa." sahut Paman Wiston. Kabar membahagiakan itu menyelimuti seluruh isi mansion, semua ikut berbahagia dengan kehamilan Kimberley, Jack berencana mengadakan acara makan malam bersama untuk merayakan. "Ayo kita makan siang, aku juga sudah lapar..." ajak Paman wiston. Mereka bertiga menuju ruang makan dengan bahagia, Paman memberikan beberapa buah tangan yang dia bawa dari Bellagio seperti beberapa buah,
"Tidak, aku biasa saja!" ucap Jack. "Kau memang tukang cemburu!" Jack mengalihkan pembicaraan, "Bagaimana surat izin untuk cuti Rose?" "Sudah beres tadi, aku dan Rose juga sudah mengurus apartemen." "Kapan wisudanya? Lusa?" "Iya Pak Jack." jawab Rose. "Oh, Ternyata kau baru lulus." tanya Paman Wiston. "Iya paman, aku lusa mengikuti acara wisuda di universitas." "Semoga acara wisudamu lancar ya..." "Terima kasih, Paman." "Lalu bagaimana? Kapan kalian menikah?" "Mungkin bulan ini, Paman." jawab Rico. Rose terkejut langsung menoleh, "Astaga, Apa kau serius?" tanya Rose--berbisik. Rico mengangguk, "Iya sayang, aku serius." "Lalu kalian akan menikah di mana?" tanya Paman Wiston. Saat Rico hendak menjawab, Rose langsung memotong pembicaraan, "Di Milan saja Paman." Rico menoleh heran, "Benarkah sayang?" Rose menoleh sambil mengangguk, "Iya!" Padahal sebelumnya Rico ingin mengajak menikah di Perancis tapi itu tidak masalah, yang terpenting dia bisa menikah
Paman Wiston meledek, "Aku sengaja membuatmu cemburu, hahaha." "Dasar!" Rico memotong pembicaraan, "Hahaha, kalau begitu aku pamit dulu ke kantor bersama Rose." "Hati-hati, semoga kalian cepat menikah, hahaha." ucap Paman Wiston tertawa. "Iya tenang saja, besok aku menikah." ucap Rico berteriak. Rico melajukan mobil menuju kantor bersama Rose! Paman Wiston memeluk Jack, "Paman pamit pulang ke Bellagio ya, Jaga istrimu Jack." "Pasti Paman." "Hati-hati Paman Wiston." ucap Kimberley--memeluk. "Iya anak cantik, kalau suamimu jahat katakan saja padaku, hahaha." Jack dan Kimberley serta seluruh penghuni mansion mengamati mobil Paman Wiston yang meninggalkan halaman mansion itu perlahan menghilang, secepat itu bertemu dan berpisah tapi Jack berharap tidak pernah berpisah dengan Kimberley. Jack mengamati istrinya yang masih terdiam, dia bisa melihat ekspresi cemberut terukir di wajah istrinya, dia bangkit dari duduknya mengambil beberapa es krim dan mengajak istrinya ke
Dengan lihai jilatan atas ke bawah sembari menghisap membuat birahi Kimberley semakin meningkat hingga Jack mencoba memasukkan jarinya ke dalam lubang kenikmatan milik Kimberley. "Sayang? Kau lihat ini berapa jari?" tanya Jack--mengangkat tangan. "S--satu, mmhh..." "Oke, kalau begitu aku tambah satu lagi." "Agh!" Jari tengah masuk ke dalam lubang itu, bergerak seperti keputusan saat pertama Kimberley memilih berkomitmen dengan pria di hadapannya itu, maju mundur seirama dan semakin cepat, usaha Kimberley mencoba menahan diri untuk melenguh terlalu keras, membuat mata kuning Jack tak cukup melihat istrinya menahan lenguhan dari sensasi jari-jari Jack yang mengerjai milik Kimberley, "Panggil Namaku Sayang! Aku rindu kau memanggil namaku." Bisikan Jack menambah gejolak birahi Kimberley semakin meningkat dan daerah sensitif di sana sudah basah tak karuan. "Ahhh, Jack!" "Bagus! Teruskan sayang..." Semakin tak karuan ingin membenamkan milik Jack ke dalam milik Kimberley. "Kenapa
Kimberley masih diam tak berkata apapun sembari menggelengkan kepala. Jack menarik nafas panjang dan membisik, "Pasti kau sudah menungguku?" ucapnya. Kimberley masih belum bicara, dia hanya mematung setelah mendengar ucapan suaminya, dia pasrah jika Jack menidurinya malam itu. Jack tersenyum kemudian beralih duduk di sofa, "Bisakah aku meniduri malam ini?" tanyanya. "Aku tidak tahu." singkat Kimberley. "Aku tidak tahu? Berarti jawabannya iya." ucap Jack. Kimberley membelalak sembari menoleh ke arah suaminya. "Kita sudah lama tidak melakukan hal itu aku ingin bermain denganmu." ucap Jack. "Sebaiknya kita makan dulu." ucap Kimberley. Ibu hamil itu bangkit keluar kamar menuju ruang makan, di susul Jack di belakangnya, mereka pergi makan malam bersama, di sana Rico dan Rose sudah selesai makan dan akan beristirahat. "Hei kalian baru turun, kalian kenapa?" tanya Rico. Saat Kimberley hendak menjawab, Jack memotong pembicaraan itu. "Kimberley tadi mual, dia ingin muntah, jadi di
Setelah berkali-kali memanggil akhirnya Jack menoleh terkejut dengan keberadaan kru pesawat, Jack memang terlalu fokus dengan istrinya sampai tidak mendengar apapun di sekitar. "Oh, astaga!" "Maaf mengejutkan Bapak Jack, silakan waktunya makan malam Pak." ucap kru pesawat. "Oke, di sini saja." "Baik Pak." Setelah beberapa saat menunggu akhirnya kru datang dengan beberapa makanan, "Silakan Pak, ada yang bisa kami bantu atau mungkin meminta sesuatu?" "Buatkan susu hangat saja." "Baik Pak." Kemudian perlahan Jack membangunkan istrinya. "Sayang, ayo makan sebentar." Jack menepuk pelan pundak Kimberley dan menciumnya, perlahan Kimberley membuka mata, "Kita sudah sampai?" "Belum sayang, ayo makan dulu." Belum lama bicara tiba-tiba Rico datang menyapa mereka, "Hei kalian tidak ada suaranya kalian tidur?" "Iya Kimberley tadi tidur." "Rupanya kalian makan di sini? Baiklah aku makan bersama Rose saja." Kemudian Rico kembali untuk makan bersama Rose, melihat ke arah
"Mama serius, ikutlah pulang bersama suamimu." Masih dalam pelukan Ibu Lucy, "Maafkan aku Ma..." ucapnya. "Tidak masalah, yang penting sering menghubungi Mama ya." Kimberley mengangguk, "Iya Ma." Ibu Lucy menoleh ke arah Jack, "Tolong jaga Kimberley ya, Nak." ucapnya. "Iya Bu Lucy, saya akan selalu menjaga dan merawat putri ibu dengan baik dan juga calon anak di perutnya." ucap Jack--mengelus perut Kimberley. "Tolong jaga Mama ya Bi, kalau terjadi apapun kabari Kimberley." "Iya, siap Non." "Lain waktu Kimberley mengunjungi Mama lebih lama ya." ucap Kimberley. "Iya putriku sayang." "Oh, tunggu sebentar." ucap Bu Lucy--mengambil barang. Ibu Lucy mengambil perhiasan gelang kesayangannya untuk di berikan pada Kimberley. "Ini gelang kesayangan Mama sejak kecil, pakailah." ucap Ibu Lucy--menyerahkan. "Sungguh?" "Iya putriku sayang." "Baik Ma, aku akan menyimpan ini dengan baik." Mereka berempat berpamitan dan pergi meninggalkan kediaman Ibu Lucy. "Hati-hat
Mereka berempat memasuki kediaman Ibu Lucy yang tak lain dia adalah Ibunya Kimberley, duduk di sofa panjang dalam ruang tamu mewah berdesain klasik, sementara asisten rumah tangga sibuk membuatkan teh suguhan dan sarapan untuk mereka. "Bi, buatkan teh hangat ya." titah Bu Lucy. "Baik Bu." Bu Lucy menoleh, "Lalu siapa mereka, Nak?" Saat Kimberley hendak menjawab, ucapannya didahului oleh suaminya. Jack buka suara, "Perkenalkan nama saya Jack William, kemudian ini Rico asisten saya, dan disamping istrinya." ucapnya berjabat tangan. "Rose, dia istri tercintaku!" sahut Rico. Rose berbisik, "Jangan membuatku malu!" Bu Lucy menjabat tangan Jack, "Saya Bu Lucy, Ibunya Kimberley." ucapnya tersenyum. Jack tersenyum, "Saya suaminya Kimberley, saya menikahi putri Ibu sudah beberapa bulan yang lalu, maaf kami tidak memberitahu Ibu Lucy sebelumnya." Sontak jawaban pria itu membuat Ibu Lucy terkejut tak percaya bahwa putrinya sudah menikah. Ibu Lucy langsung menoleh ke arah Kim
Menatap lekat sembari merangkul istrinya, "Tentu saja, aku selalu mencintaimu sama seperti saat pertama menculikmu." "Waktu kau menculikku, kau jatuh cinta padaku?" "Iya, itulah caraku untuk mendapatkan gadis yang sangat cuek ini." "Hahaha, nakal sekali!" Mereka menikmati senja yang semakin lama semakin hilang tetapi menara Eiffel berdiri tegak dengan sorot lampu kelap-kelip yang terlihat sangat indah di malam hari, menambahkan kesan romantis dan sensual bagi pasangan. "Sayang, ayo berfoto." "Iya sayang." Jack mengambil ponsel untuk memotret istrinya dengan view menara Eiffel di malam hari, mereka juga mengambil gambar bersama. "Bagus sayang, ayo kita berdua." Jack meletakkan ponsel di meja, "Ayo aku sudah siap." Mereka segera berdua, terlihat sangat romantis. "Hehehe, bagus sekali sayang." Mereka sangat menikmati kebersamaan itu dan hanyut ke dalam hasrat yang tidak ingin kehilangan satu sama lain. "Mmhh..." mereka berciuman. "Sayang, berjanjilah jangan ti
"Tentu saja sayang." "Hmm, aku tidak sabar sayang..." ucap Jack--mengelus perut istrinya. "Coba kau tebak, ini bayi laki-laki atau perempuan?" tanya Kimberley. "Pasti itu bayi perempuan yang cantiknya sama seperti ibunya." ucap Jack--berbisik. Kimberley tersenyum, "Kalau ini laki-laki pasti dia tampan dan pemberani sepertimu." "Hehehe..." Setelah keduanya rapi, mereka segera keluar dari hotel yqng mana Rico dan Rose telah menunggu mereka di lobi hotel dengan pakaian serba warna putih yang seirama. "Kalian menunggu lama?" tanya Jack. "Lumayan." "Ayo." ucap Jack--menggandeng istrinya. Mereka sengaja tidak menaiki taksi, melainkan hanya berjalan kaki santai di sekitar kota. "Hari ini kita jalan ke mana sayang?" tanya Jack. "Aku tidak mengerti, tanyakan saja pada Rico, dia yang mengajak kita..." Rico buka suara, "Karena cuacanya tidak panas, bagaimana kalau kita mengunjungi menara Eiffel?" "Ide bagus!" Kemudian mereka berempat menuju area di sekitar Menara Ei
Mereka bergegas menuju ke sebuah rumah makan, di sana sebuah restoran modern dengan gaya kolonial. "Kau mau makan apa sayang? Di sini?" ucap Jack--menunjuk sebuah restoran. Kimberley geleng-geleng sembari mengelus perutnya, "Aku tidak mau makanan laut lagi, aku mau makanan cepat saji," geleng-geleng lagi, "Aku tidak mau makan di sana,cari tempat lain." Jack mengangkat kedua alisnya, "Ya Tuhan kupikir kau ingin makan makanan laut lagi, lalu kita makan di mana?." Terkadang Jack juga bingung, semenjak istrinya hamil dia lebih perhatian dengan makanan yang Kimberley makan karena istrinya berubah selera dalam waktu yang singkat, kadang menginginkan makanan yang aneh-aneh dan harus langsung dituruti. Itu adalah kalau wajar bagi orang yang sedang hamil selalu ingin mengidam ini dan itu. "Mau ke McDonald?" tanya Jack. Kimberley menoleh, "Boleh sayang," ucapnya--menggangguk cepat. Akhirnya mereka berbelok masuk dan memesan beberapa makanan cepat saji seperti burger dan lainnya.
"Tentu saja sayang, lusa kita berangkat ya." ucap Jack. "Iya sayang." ucap Kimberley sumringah. Kemudian mereka melanjutkan makan malam dan segera beristirahat. "Kalian bulan madu berapa hari?" tanya Jack. "Dua hari saja cukup." jawab Rico. "Oke persiapkan saja." Setelah makan malam mereka beristirahat dan melakukan aktivitas seperti biasa di hari berikutnya, pagi hari di kantor setelah jam makan siang Rico dan Rose menyiapkan berkas yang akan dibereskan dan diberikan kepada Sekretaris karena mereka akan izin selama lima hari ke Perancis, maka dari itu Sekretaris yang mengantikan Jack dan Asistennya. "Pak tolong ini berkasnya kau tangani semua ya, kau pastikan pekerjaanmu dengan benar selama lima hari kedepan, karena Pak Jack dan istrinya akan pergi ke Perancis dan sekaligus aku juga ikut dengan mereka." "Baik Pak Rico saya mengerti, ngomong-ngomong bagaimana pernikahan Pak Rico dengan ibu Rose? Maaf jika saya lancang Pak." "Semuanya berjalan lancar, dan besok kita akan bulan