Kyle Madrid kembali bertugas usai mendapatkan perawatan atas luka di perutnya. Ia kembali bersama Edward yang juga masih dalam pemulihan tapi bersedia kembali bekerja. Kali ini mereka akan menjaga Venus di rumah orang tuanya selama ia tinggal di sana. Oleh karena itu, Kyle tetap mengawasi penthouse pribadi Venus dengan datang mengunjungi untuk memeriksa surat atau kiriman yang masuk.
Betapa terkejutnya, Kyle saat ia keluar dari lift, ia menemukan seluruh koridor menuju pintu masuk malah dipenuhi oleh bunga dan buket.
“Apa ini!” gumamnya keheranan. Kyle berjalan melewati bunga-bunga yang berjejer sampai ke depan pintu. Seluruh lorong dipenuhi oleh bunga dan itu menimbulkan kecurigaan. Kyle memeriksa satu persatu dan setiap buket memiliki kartu dari pengirim yang sama.
“Dasar gila!” umpat Kyle lalu mengambil salah satunya untuk ia bawa bersamanya. Kyle lalu masuk ke dalam penthouse dan memeriksa beberapa hal sebelum keluar kembali. Ia juga
“Uh, Pak Dhe ndak tahu alamatnya ...”“Ndak mungkin Pak Dhe, ndak tahu!” sahut Laras bersikeras. Pak Dhe Halim melepaskan napas panjang dan berat. Sepertinya ia harus menghubungi Angsana, ayah Laras untuk menjemput putrinya itu.“Begini saja, biar Pak Dhe hubungi Papamu dulu. Supaya kamu bisa dijemput.” Pak Dhe Halim segera masuk ke dalam meninggalkan Laras yang akhirnya mengekorinya ke dalam meski tanpa ijin.Beberapa menit kemudian, mobil Dion memasuki halaman depan rumah Pak Dhe Halim. Ia baru pulang dari kantornya usai mengikuti apel terakhir sebelum upacara purna baktinya esok hari.Sementara di dalam, Pak Dhe Halim tidak mengetahui jika Laras sudah masuk ke ruang tamu karena ia tengah di ruang tengah menghubungi Angsana Nugroho. Maka saat Dion masuk ke dalam rumah, betapa kagetnya dia saat melihat Laras sudah berdiri menyambutnya.“Lho ... Laras!” pekik Dion kaget.“Mas Dion!”
Atas izin Dion, Venus datang bersama Kakaknya Rei Harristian untuk menemui Gareth Moultens. Rei bersikeras ingin ikut untuk menemani Venus menghadapi Gareth yang terus mengirimkan bunga ke apartemen Venus. Jika dia tidak berhenti, Rei berencana akan melaporkan Gareth ke Polisi.Awalnya Venus menghubungi Gareth lewat email dan bersedia bertemu di sebuah restoran. Gareth datang lebih dulu untuk menunggu Venus datang. Senyuman Gareth merekah saat melihat Venus tiba tapi perlahan hilang kala Rei terlihat datang bersamanya.“Aku pikir kamu datang sendiri,” ujar Gareth datar dan terdengar kecewa. Venus tetap menggandeng Rei dan tempat itu kemudian seolah dipenuhi oleh beberapa orang pria yang merupakan anggota Golden Dragon. Rei memerintahkan beberapa anggota elite untuk menjaga Venus sampai di hari pernikahannya termasuk mengikutinya hari ini.“Maaf Gareth, Rei ikut denganku.” Venus menoleh pada Rei yang memasang wajah ketus tanpa keramahan sa
“Aku sangat ingin menguliti kepalamu, kau tahu kenapa? Karena kau adalah pria yang sudah menyakiti Adikku!” geram Rei dengan mata menyalak marah pada Gareth yang terdiam.“Kak ...” Venus bergumam pelan menghalangi Rei dari meledakkan lebih besar amarahnya. Rei masih menahan diri tapi ia tidak tahan untuk bicara pada Gareth.“Selama ini aku diam karena Venus yang memintaku, Moultens! Sungguh jika bukan karena Venus yang memintaku, aku sudah membunuhmu!” Rei mengeraskan rahangnya menunjuk pada Gareth dengan rasa marah yang terpendam.“K-Kamu t-tidak bisa m-mengancamku ...” Gareth mencoba melawan dengan rasa gugup yang mencekik tenggorokannya. Venus makin khawatir karena bukannya mereda, Rei tampak makin marah.“Kau pikir kenapa orang memanggilku The Midas? Bukan hanya karena aku adalah salah satu rapper paling terkenal di negara ini, tapi juga karena aku menghancurkan kepalamu dengan sekali pukul!”
Gareth diseret dan diusir keluar dari restoran tempatnya seharusnya berbicara dengan Venus. Sayangnya Venus membawa Kakaknya Rei yang kemudian memerintahkan agar Gareth diusir.“Lepaskan aku!” Gareth menyentak keras lengannya yang dipegang oleh dua orang anggota Golden Dragon yang menyeretnya keluar.“Hei, apa yang kalian lakukan?” Duke, asisten Gareth tiba-tiba datang ikut membantu. Dua anggota Golden Dragon itu menunjuk sambil mendelik pada Duke sampai ia ketakutan. Sementara Gareth sudah berada di luar dekat lobi setelah dihempaskan oleh dua pria itu.“Pak, kamu tidak apa-apa?” tukas Duke menghampiri Gareth usai dua pria dari Golden Dragon itu berbalik pergi kembali masuk ke dalam restoran. Gareth menyentak tangannya kesal dan marah dari pegangan Duke yang mau menolongnya.“Dasar sial! Huh ...” Gareth tampak bersedih dengan suara bergetar kala ia bicara. Duke terdiam melihat wajah Gareth yang seperti hend
Setelah mengantarkan Pak Dhe Halim kembali ke perusahaan tempatnya bekerja, Dion ikut dengan rombongan Arjoona dan Claire Harristian. Claire membawa Dion ke salah satu anak perusahaan Winthrop yang beroperasi di Indonesia yaitu Winthrop Electronics. Perusahaan yang dulunya pernah juga dipimpin oleh ayah Dion yaitu mendiang Steven Juliandra, kini dipegang oleh CEO baru hasil rapat pemegang saham.Dion tidak banyak bicara selama perjalanan ke kompleks perusahaan itu. Pabriknya terletak tak jauh dari sana. Perasaan Dion campur aduk saat mobil memasuki compound perusahaan elektronik itu.“Dulu Om bekerja di sini sebagai kepala teknisi,” ujar Arjoona tiba-tiba pada Dion. Dion menaikkan kedua alisnya bersamaan dan cukup kaget. Arjoona hanya tersenyum saja. Begitu pula dengan Claire.“Saya pikir Om Joona bekerja di Kim Corp ...” balas Dion. Arjoona terkekeh dan menggelengkan kepalanya. Tangannya lalu meraih tangan Claire dan menggenggamnya.
Dion masih terperangah dan seperti ingat sesuatu. Pamannya Halim pernah bertanya soal nama belakang Harristian yang tidak asing.“Nama Harristian apa ada hubungannya dengan menteri di era lama ...” Arjoona tersenyum mengangguk.“James adalah anak di luar pernikahan dari pejabat yang kamu maksud, itu sebabnya mengapa nama belakangnya resmi diberikan untuk Om karena Om juga sudah berkomitmen tidak mau memakai nama Kim dan James tidak bersedia memakai nama Harristian. Ya begitulah, kami jadi bertukar nama.” Dion membulatkan mulutnya dan mengangguk.“Oh iya, ada yang ingin ditunjukkan oleh Tante Claire sama kamu ...” Arjoona memberikan kode dengan wajahnya menunjuk ada seseorang yang mendekat. Dion pun berbalik dan Claire langsung memegang lengannya.“Ikut Tante ya!” ajak Claire pada Dion yang mengangguk sopan. Claire dan Dion berjalan lebih dulu lalu Arjoona mengikuti di belakang. Mereka masuk ke sebuah ruangan
Dion menarik napas agak dan panjang dan berat sekarang. Ia lupa bahwa sudah pernah berjanji pada Kenzi akan datang untuk melihat pialanya.“Maaf ya, Sayang. Om Dion sibuk banget belakangan ini. Nanti ya, Om lihat pialanya,” jawab Dion berusaha untuk menenangkan Kenzi.“Tapi kapan? Hari ini?”“Gak bisa hari ini ya. Nanti Om cari waktunya dulu.” Kenzi tidak menjawab dan terdengar rengekan. Ia seperti mengambek khas anak-anak tapi itu membuat Dion makin tidak enak. Bagaimana caranya menolak Kenzi? Ponsel pun kini beralih kembali pada Sisca.“Kenapa, Mas?”“Aku belum bisa menepati janji sama Kenzi mau melihat pialanya. Tolong sampaikan maafku pada dia ya.” Sisca terdengar mendengus pelan dan terdengar kecewa.“Terus besok kamu juga gak bisa datang juga ke pengadilan?” Dion sekilas mengurut kening dan memejamkan mata. Ah, mengapa jadi merasa terjebak?“Aku sudah
“Aku sudah menemui Gareth, Mas. Kak Rei ikut tapi sepertinya Gareth kecewa,” ujar Venus mulai curhat pada Dion seperti biasanya.“Kenapa?”“Kak Rei akhirnya marah dan mengusir Gareth. Dia mengancam akan melakukan kekerasan pada Gareth kalau dia berani mendekat lagi.” Dion diam dan sedikit menunduk dengan senyuman yang tersimpan. Dalam sudut hatinya, ia senang saat Rei mengambil perannya dengan baik sebagai seorang kakak.“Lalu kamu bagaimana?”“Aku sudah mengatakan pada Gareth kalau aku gak mau bertemu atau menerima apa pun darinya lagi. Aku berharap dia gak mengganggu aku lagi.”“Hmm ... aku berharap semua itu sudah berakhir ya. Semoga aku juga seperti itu ...”“Laras atau Sisca?” tebak Venus langsung membuat Dion meringis.“Kok kesannya aku ini jadi punya banyak orang yang naksir, aku kan jadi risi ... “ keluh Dion malah ditertawai oleh V