“Aku sangat ingin menguliti kepalamu, kau tahu kenapa? Karena kau adalah pria yang sudah menyakiti Adikku!” geram Rei dengan mata menyalak marah pada Gareth yang terdiam.
“Kak ...” Venus bergumam pelan menghalangi Rei dari meledakkan lebih besar amarahnya. Rei masih menahan diri tapi ia tidak tahan untuk bicara pada Gareth.
“Selama ini aku diam karena Venus yang memintaku, Moultens! Sungguh jika bukan karena Venus yang memintaku, aku sudah membunuhmu!” Rei mengeraskan rahangnya menunjuk pada Gareth dengan rasa marah yang terpendam.
“K-Kamu t-tidak bisa m-mengancamku ...” Gareth mencoba melawan dengan rasa gugup yang mencekik tenggorokannya. Venus makin khawatir karena bukannya mereda, Rei tampak makin marah.
“Kau pikir kenapa orang memanggilku The Midas? Bukan hanya karena aku adalah salah satu rapper paling terkenal di negara ini, tapi juga karena aku menghancurkan kepalamu dengan sekali pukul!”
Gareth diseret dan diusir keluar dari restoran tempatnya seharusnya berbicara dengan Venus. Sayangnya Venus membawa Kakaknya Rei yang kemudian memerintahkan agar Gareth diusir.“Lepaskan aku!” Gareth menyentak keras lengannya yang dipegang oleh dua orang anggota Golden Dragon yang menyeretnya keluar.“Hei, apa yang kalian lakukan?” Duke, asisten Gareth tiba-tiba datang ikut membantu. Dua anggota Golden Dragon itu menunjuk sambil mendelik pada Duke sampai ia ketakutan. Sementara Gareth sudah berada di luar dekat lobi setelah dihempaskan oleh dua pria itu.“Pak, kamu tidak apa-apa?” tukas Duke menghampiri Gareth usai dua pria dari Golden Dragon itu berbalik pergi kembali masuk ke dalam restoran. Gareth menyentak tangannya kesal dan marah dari pegangan Duke yang mau menolongnya.“Dasar sial! Huh ...” Gareth tampak bersedih dengan suara bergetar kala ia bicara. Duke terdiam melihat wajah Gareth yang seperti hend
Setelah mengantarkan Pak Dhe Halim kembali ke perusahaan tempatnya bekerja, Dion ikut dengan rombongan Arjoona dan Claire Harristian. Claire membawa Dion ke salah satu anak perusahaan Winthrop yang beroperasi di Indonesia yaitu Winthrop Electronics. Perusahaan yang dulunya pernah juga dipimpin oleh ayah Dion yaitu mendiang Steven Juliandra, kini dipegang oleh CEO baru hasil rapat pemegang saham.Dion tidak banyak bicara selama perjalanan ke kompleks perusahaan itu. Pabriknya terletak tak jauh dari sana. Perasaan Dion campur aduk saat mobil memasuki compound perusahaan elektronik itu.“Dulu Om bekerja di sini sebagai kepala teknisi,” ujar Arjoona tiba-tiba pada Dion. Dion menaikkan kedua alisnya bersamaan dan cukup kaget. Arjoona hanya tersenyum saja. Begitu pula dengan Claire.“Saya pikir Om Joona bekerja di Kim Corp ...” balas Dion. Arjoona terkekeh dan menggelengkan kepalanya. Tangannya lalu meraih tangan Claire dan menggenggamnya.
Dion masih terperangah dan seperti ingat sesuatu. Pamannya Halim pernah bertanya soal nama belakang Harristian yang tidak asing.“Nama Harristian apa ada hubungannya dengan menteri di era lama ...” Arjoona tersenyum mengangguk.“James adalah anak di luar pernikahan dari pejabat yang kamu maksud, itu sebabnya mengapa nama belakangnya resmi diberikan untuk Om karena Om juga sudah berkomitmen tidak mau memakai nama Kim dan James tidak bersedia memakai nama Harristian. Ya begitulah, kami jadi bertukar nama.” Dion membulatkan mulutnya dan mengangguk.“Oh iya, ada yang ingin ditunjukkan oleh Tante Claire sama kamu ...” Arjoona memberikan kode dengan wajahnya menunjuk ada seseorang yang mendekat. Dion pun berbalik dan Claire langsung memegang lengannya.“Ikut Tante ya!” ajak Claire pada Dion yang mengangguk sopan. Claire dan Dion berjalan lebih dulu lalu Arjoona mengikuti di belakang. Mereka masuk ke sebuah ruangan
Dion menarik napas agak dan panjang dan berat sekarang. Ia lupa bahwa sudah pernah berjanji pada Kenzi akan datang untuk melihat pialanya.“Maaf ya, Sayang. Om Dion sibuk banget belakangan ini. Nanti ya, Om lihat pialanya,” jawab Dion berusaha untuk menenangkan Kenzi.“Tapi kapan? Hari ini?”“Gak bisa hari ini ya. Nanti Om cari waktunya dulu.” Kenzi tidak menjawab dan terdengar rengekan. Ia seperti mengambek khas anak-anak tapi itu membuat Dion makin tidak enak. Bagaimana caranya menolak Kenzi? Ponsel pun kini beralih kembali pada Sisca.“Kenapa, Mas?”“Aku belum bisa menepati janji sama Kenzi mau melihat pialanya. Tolong sampaikan maafku pada dia ya.” Sisca terdengar mendengus pelan dan terdengar kecewa.“Terus besok kamu juga gak bisa datang juga ke pengadilan?” Dion sekilas mengurut kening dan memejamkan mata. Ah, mengapa jadi merasa terjebak?“Aku sudah
“Aku sudah menemui Gareth, Mas. Kak Rei ikut tapi sepertinya Gareth kecewa,” ujar Venus mulai curhat pada Dion seperti biasanya.“Kenapa?”“Kak Rei akhirnya marah dan mengusir Gareth. Dia mengancam akan melakukan kekerasan pada Gareth kalau dia berani mendekat lagi.” Dion diam dan sedikit menunduk dengan senyuman yang tersimpan. Dalam sudut hatinya, ia senang saat Rei mengambil perannya dengan baik sebagai seorang kakak.“Lalu kamu bagaimana?”“Aku sudah mengatakan pada Gareth kalau aku gak mau bertemu atau menerima apa pun darinya lagi. Aku berharap dia gak mengganggu aku lagi.”“Hmm ... aku berharap semua itu sudah berakhir ya. Semoga aku juga seperti itu ...”“Laras atau Sisca?” tebak Venus langsung membuat Dion meringis.“Kok kesannya aku ini jadi punya banyak orang yang naksir, aku kan jadi risi ... “ keluh Dion malah ditertawai oleh V
Dion masih belum bisa mencerna sepenuhnya apa yang terjadi di depannya saat ini. Kala keluarga Winthrop datang ke rumah kecilnya yang sederhana di Surabaya adalah sesuatu yang begitu di luar perkiraannya selama ini. Kini, seorang pengacara perwakilan dari Winthrop meletakkan seluruh dokumen penting berisi simpanan uang yang merupakan gaji, tunjangan, pensiun serta seluruh tabungan milik Steven Juliandra dan Anggita Pratiwi.Dion diminta untuk membaca seluruh isi dokumen yang dibuat dalam dua bahasa tersebut. Selain hak milik Steven, Winthrop juga memberikan aset kepemilikan saham dari Winthrop Corporation sesuai dengan wasiat Gerald Winthrop. Sejumlah aset seperti mobil, perhiasan juga kepemilikan properti yang merupakan hadiah Gerald untuk Steven dan Anggi.“Jumlah seluruh uang tunai yang tersimpan dalam kotak deposit di bank Royal Caramen, Inggris adalah sebesar 150.000 poundsterling atau sebesar 2,7 milyar dua ratus enam puluh lima juta rupiah. Jumlah tabungan
Kenzi begitu bersemangat memperlihatkan kamar dan mainannya pada Dion. Terlebih Dion juga ikut membawa mainan Lego yang sudah lama diinginkan oleh Kenzi. Bagai gayung bersambut, Kenzi langsung antusias.“Kenalan dulu dong sama teman-temannya Om Dion. Mereka juga Om-Om Polisi yang baik,” ujar Dion memperkenalkan Kenzi pada Jasman dan Peter. Kenzi dengan ramah bersalaman dengan keduanya.Sisca begitu bahagia melihat tawa canda Dion pada Kenzi. Ruang bermain Kenzi jadi ramai karena Jasman dan Peter juga pintar membawa diri. Tidak ada kecanggungan dari ketiganya. Sisca bahkan membawa Kevin yang baru bangun dari tidurnya untuk ikut bermain bersama Dion.“Oh, kemari Sayang! Baru bangun ya, hhmm!” Dion mencium pipi Kevin yang terlihat riang seketika bertemu Dion.Belum pernah Sisca melihat Kenzi begitu bahagia dengan seorang pria asing seperti Dion. Bahkan pada Rico sekalipun, Kenzi tidak pernah tertawa lepas seperti sekarang. Kevin juga
Ketika saatnya pamit untuk pulang, Dion berbicara sejenak pada Kenzi. Ia mungkin hanya akan kembali ke Indonesia untuk resepsi dan tinggal di Amerika bersama Venus nantinya.“Om Dion gak mau datang lagi?” tanya Kenzi begitu tahu jika Dion akan pergi.“Bukan gak mau, Sayang. Om kan sudah punya pekerjaan baru dan tempatnya di New York. Nanti kapan-kapan Kenzi ke New York, kita bisa ketemuan.” Kenzi tersenyum lalu mengangguk. Dion pun berdiri kembali untuk pamit pada Sisca.“Aku akan kirimkan undangan pernikahanku nanti. Aku harap kamu dan anak-anak bisa hadir, acaranya di Surabaya.” Air wajah Sisca sempat berubah tapi ia berusaha tersenyum.“Baik-baik ya, sampai jumpa, Sisca! Daagh ... Kenzi!” Dion melambaikan tangannya pada Kenzi dan Sisca hanya diam saja. Dion keluar dari gerbang untuk masuk ke dalam mobilnya. Satu beban sudah dilepaskan Dion sekarang tinggal satu hal lagi.***Semenjak diusir