Setelah beristirahat hampir seharian penuh, Raka dan Indrajit melanjutkan ke lantai selanjutnya. Mereka berdua terlihat heran ketika menyaksikan padang gurun terbentang luas tanpa ujung di depan mereka. Suhu udaranya pun terasa begitu panas. Keduanya mulai mengalami dehidrasi ketika baru sepuluh kilometer berjalan menyusuri gurun itu. "Apa yang terjadi? Ke mana raja iblis itu?" Raka sampai meminum air mineral berulang kali. "Entahlah! Mungkin ia sedang berteduh dari panas terik ini," ungkap Indrajit. Raka harus waspada terhadap serangan tiba-tiba atau pun serangan sembunyi-sembunyi. Masalahnya biji tasbih Wektu Alam miliknya hanya tinggal tersisa enam buah. Akan sangat berbahaya bila ia tidak bisa menahan diri untuk menggunakannya.Keduanya duduk di atas pasir dan dikelilingi oleh bukit-bukit pasir yang menjulang lumayan tinggi. Embusan angin yang menerpa kulit pun sangatlah kering. Bahkan keduanya sampai mengguyur tubuhnya berkali-kali untuk menjaga kelembaban kulit. "Apa kau tid
"Terkejut?" Teriak Tutankhamun. Ia mengangkat tangannya ke atas. Mencoba menggapai kedua musuhnya yang sedang berdiri menopang tubuh dengan pijakannya masing-masing. Meski tidak bisa meraihnya, Tutankhamun tersenyum sebelum melepaskan serangan cepatnya. "Teknik pasir hidup; pengekang pasir!"Entah dari mana datangnya, tiba-tiba pasir mencekik erat tubuh Raka dan Indrajit yang jauh dari permukaan gurun. Keduanya tertangkap dan tidak bisa menggunakan kekuatannya untuk berpindah tempat. Pasir itu menyegel energi keduanya hingga membuat jubah keduanya lenyap. "A–apa?!" Raka tidak pernah berpikir bila iblis itu bisa menciptakan pasir dari ketiadaan. "Kau… kau mampu menciptakan pasir?!" Indrajit terbelalak. Tutankhamun menarik keduanya turun menuju ke depannya. Ia tetap membiarkan keduanya dikekang oleh pasir miliknya. Raja iblis itu mampu dengan cepat mengendalikan butiran pasir yang berada di udara untuk bergerak secepat kilat dan membentuk kumpulan pasir. "Aku hanya pecinta pasir.
Setelah meninggal sejak Raka berumur sepuluh tahun, pemuda itu tidak pernah melihat wajah dari ayahnya lagi. Namun ia tidak pernah lupa dengan wajah yang selalu menemaninya ketika ingin bermain. Raka hidup begitu berkecukupan, ayahnya adalah seorang pemilik dari grup perusahaan ternama, yaitu Sadendra Grup. Grup tersebut bergerak di bidang properti dan juga pusat perbelanjaan. "Apa ini akhirat? Apa artinya aku sudah mati?" Tanya Raka yang semakin panik. "Entahlah… tapi tiba-tiba aku diminta untuk datang ke ruangan ini. Tapi aku bingung, tadi aku masuk lewat mana?" Pikir Arya Sadendra. Raka merenungi nasibnya. Ia mengusap bekas air mata di kedua pipi. Dirinya masih terpukul setelah ia merasakan kegagalan ketika melawan raja iblis Tutankhamun. Pemuda itu hanya bisa duduk di sofa sambil memandangi ruangan besar itu. Ia menatap lama foto keluarganya, di mana ternyata Raka adalah seorang anak tunggal. Ia baru teri
Pernyataan Jayabhaya membuat Raka berpikir lagi. Ia tidak mengira bila kebangkitannya dari kematian karena kekuatan dari mata Hanacaraka milik pria itu. "Apa kau mengatakan hal yang benar? Maksudku, aku dan Indrajit hidup kembali karena kekuatan matamu?" Tanya Raka. "Jangan konyol, mataku tidak bisa memutar balikkan waktu. Itu adalah kekuatanmu sendiri. Sedari tadi kami berdua hanya mengulur waktu hingga kau kembali ke sini," ungkap Jayabhaya. "Kembali? Bagaimana kau tahu…? Oh, mata itu bisa melihat masa depan," balas Raka. Ia tersenyum. Jayabhaya meminta Raka untuk diam dan beristirahat untuk sejenak saja. Ia memberi tanda kepada pemuda itu untuk membiarkan dirinya dan Adityawarman yang akan melawan iblis itu. Ditambah lagi, sepertinya Indrajit masih bermimpi indah. "Kau yakin untuk melawan iblis itu?" Tanya Raka. "Serahkan saja pada duo saudara kembar ini." Adityawarman tersenyum akan kesempatan baik itu. Ia akhirnya bisa membalaskan dendam para penduduknya yang tewas akibat g
Sesosok makhluk yang terbalut kain putih yang menggulung tubuhnya seperti mumi dan mengenakan perhiasan ala Fir'aun meraung sangat keras hingga memecah keheningan gurun itu. Suara gemuruh dari pasir yang tersapu oleh riak ombak akibat bangkitnya sosok itu pun menambah kekhawatiran Raka dan yang lainnya. Mahkota ala seorang Fir'aun yang berlambang seperti kepala seekor kobra menghiasi kepala sosok raksasa yang memiliki wajah pucat dan hanya berupa daging serta tulang. Kedua bola matanya pun tidak lagi berada di tempatnya. Makhluk itu hanya memancarkan cahaya merah tua yang bersinar terang. Ditambah lagi tubuh dari sosok itu di balit dengan kumpulan otot-otot kekar yang membuatnya begitu besar dan menakutkan. Ia duduk di atas singgasana yang besarnya sama seperti dirinya. Tempat duduknya terbuat dari pasir yang membatu. "Makhluk apa itu?" Raka masih tidak mempercayainya. Tinggi makhluk itu setara dengan gedung tinggi berlantai tiga puluh. Begitu tingginya hingga bayangan yang dihasil
Adityawarman menciptakan dua pedang petir perak di kedua telapak tangannya. Ia memberanikan diri untuk menyerang para iblis prajurit milik Tutankhamun yang memiliki wujud seperti sesosok mumi yang dibalut atau dibungkus dengan kain putih lusuh. Wajah mereka hanya tersisa tulang dan sedikit daging. Pancaran mata mereka berwarna merah tua. Dan lagi, mereka datang bergerombol sambil membawa tombak, pedang, ataupun sabit ke arah Adityawarman. "Aku akan membunuh kalian semua!" Ungkap Adityawarman. Ia melesak cepat dan menebas secara bergantian masing-masing iblis prajurit itu. Dirinya terus menerobos masuk ke dalam kerumunan untuk merangsak masuk mendekati tubuh Tutankhamun. Sekali pedangnya mengenai salah satu tubuh iblis prajurit, tubuh dari iblis itu langsung tersambar petir perak dan hancur tanpa bekas. Begitu besarnya kekuatan Adityawarman juga berbanding lurus dengan seberapa kuatnya tebasan pedang petir perak. "Kita harus segera mengakhiri iblis ini!" Teriak Jayabhaya. "Dasar…
Embusan angin menerpa rambut yang menjuntai di kening Raka. Perlahan kedua kelopak matanya terbuka. Ia menatap jauh ke depan, sinar mentari menerpa menyilaukan pandangannya. Raka mencoba meraba apa yang ada di bawahnya. Ia yang sedang merebahkan dirinya pun perlahan duduk dan melihat sekitarnya. "Apa ini lantai sembilan puluh sembilan?" Tanyanya dalam hati. Padang rumput nan luas membentang di sekitarnya. Di ujung padang rumput itu terdapat hutan-hutan lebat yang ditumbuhi oleh barisan pepohonan tua yang tumbuh begitu lebat dan tinggi. Ia melihat sekumpulan bukit berbaris mengelilingi hutan-hutan itu. Raka seperti berada di pusat lantai sembilan puluh sembilan. "Di mana yang lainnya?" Ia mencoba berdiri. Tubuhnya terlihat masih begitu lemah karena baru saja menggunakan teknik terlarang untuk yang ketiga kalinya. "Ki Demang, apa kau mendengarku?" Tanya Raka. Ia tidak mendengar adanya jawaban. Pemuda itu mencoba memusatkan pikirannya untuk merasakan energi yang tersebar di tanah hi
Beberapa pasukan Sundapura mendekati Mahapatih mereka. Namun Arya Wisungsang menyuruh mereka semua untuk menjauh. Energi yang yang dipancarkan oleh iblis itu terlalu besar dan bahkan mampu menekan udara sekitar. Mahapatih mencoba untuk tidak mendekat dan tetap pada jarak ideal. Di lain tempat, salah seorang prajurit Sundapura mendatangi perkemahan raja Sri Jayabhupati yang sedang bersama dengan Ki Nogo Bimantoro. Ia memberitahukan mereka bila ada iblis yang muncul.Beberapa pasukan aliansi terlihat kebingungan dan terus mencoba mencari tahu dengan selalu memandang ke arah Mahapatih. Namun rasa takut yang mengiris pikiran mereka seakan menundukkan nyali para prajurit itu untuk mendekati tempat Mahapatih berada."Pancaran energi yang kita rasakan, serta cahaya terang yang menghantam tanah, kemungkinan besar berasal dari iblis itu," pikir Ki Nogo Bimantoro."Kekuatannya jauh lebih kuat dari apa yang kita kira. Ini seperti sedang melawan jutaan iblis yang dijadikan satu." Sri Jayabhupati
Dengan kesempatan yang terakhir ini, Raka mengaktifkan seluruh energi yang dikumpulkan olehnya. Bahkan energi dari setiap penduduk, prajurit dan para pendekar di setiap klan pun ikut merasuk ke dalam diri pemuda itu dan membantu tercapainya teknik pamungkas milik Raka. Namun ketika proses pemurnian Raja iblis Sin dimulai, gelagat aneh ditunjukkan oleh iblis itu. Ia justru memancarkan dan meluapkan seluruh energi besar dari enam elemen keabadian di dalam dirinya. Bola energi berwarna merah tua menyelimuti tubuh Sin, di mana bola tersebut tumpang tindih dengan selubung waktu milik Raka. "Kau ingin mengubah realita kembali, 'kan?!" Sin menyeringai sambil menatap lawannya dengan tajam. "Kali ini, bukan hanya kau yang akan mengubah realita. Aku juga akan menciptakan realita baru!" Sin ternyata juga memiliki rencana pamungkasnya sendiri. Ia mengaktifkan selubung energi berubah gelang Eternity di sekitar bola energi miliknya. Enam gelang keabadian yang masing-masing menyimbolkan satu el
Tubuh Raka sulit untuk digerakkan. Ia terjebak di dalam teknik milik Sin. Kedua telapak tangannya hingga bahu terasa kesemutan. Ia tahu bila Sin menarik jiwa dirinya melalui kedua tangannya terlebih dahulu. Ini dilakukan agar Raka tidak melakukan perlawanan lagi. "Tidak bisa kupercaya! Kau menggunakan gabungan seluruh elemen keabadian sekaligus," ungkap Raka. "Kau memiliki kekuatan yang bakal merepotkanku. Sudah seharusnya aku membunuhmu terlebih dahulu." Sin menarik perlahan jiwa dari pemuda itu. Tidak ada perlawanan dari Raka yang membuat jiwanya terambil dan keluar perlahan dengan begitu cepat. Namun, Ki Demang yang tahu akan hal itu muncul tepat di samping kanan Raka. Ia meminjam energi satu tasbih Wektu Alam milik Raka dan membuat teknik segel milik Jayabhaya. Raka sengaja mengajarkan Ki Demang cara menggunakan segel khusus dan mampu mengakses kekuatannya. Ia tahu, untuk menang, Raka perlu menggunakan cara lebih kotor dari yang dilakukan oleh Sin. Dengan segel yang dibuat ol
Pertempuran antara dua makhluk yang telah diramalkan pun terjadi. Raka melepaskan seluruh energi besar di dalam tubuhnya. Ia mengenakan zirah Wektu Parwa yang di mana berbeda dengan jubahnya kala itu. Zirah tersebut merangkap dan bergabung dengan jubahnya dan membentuk armor khusus. Armor ini dilindungi oleh teknik segel milik Jayabhaya, lalu potongan jubah dari Raka dilindungi oleh kekuatan ruang dan waktu dari kitab Wektu Parwa. Ki Demang yang berdiri di samping pemuda itupun menyatukan diri dengan Raka untuk mengatur energi yang diserap oleh pemuda itu. Yah, benar… Raka membuka seluruh titik cakra di tubuhnya untuk menghisap energi alam disekitarnya. Ia juga meninggalkan sepuluh bayangan dirinya yang berada diluar menara Kalpawreksa. Mereka duduk bersila dan dilindungi oleh bola waktu. Tugasnya mudah, yaitu untuk menghisap energi alam di sekitarnya, lalu di transfer ke tubuh Raka melalui teknik ruang. Rambut dari pemuda
Tiba-tiba Sin datang dan mencengkeram wajah sepupunya. Iblis itu melemparkan Indrajit ke arah yang berbeda hingga menghantam beberapa pepohonan di hutan. "–kau!" Adityawarman merasa gusar. Amarahnya kian mendidih ketika melihat iblis itu. "Manusia yang sudah terluka, lemah dan tidak berdaya lebih pantas untuk mati!" Sin menciptakan bola partikel berwarna hitam pekat yang dipenuhi oleh bintik-bintik cahaya seperti penggambaran bintang-bintang di galaksi. Energi bola hitam itu sama besarnya dengan kekuatan sepuluh raja iblis di lantai bawah. JANGAN!!!HENTIKAN!!!Teriakan Indrajit memecahkan keheningan hutan yang baru ia hantam. Dengan cepat, ia berpindah tempat dan menembakkan energi miliknya ke arah energi bola hitam milik Sin yang juga telah dihempaskan ke arah Adityawarman. DUM!!!DUUUAR!!!BRUUUAR!!!Ledakan besar tercipta hingga membumbung tinggi membentuk awan jamur berwarna putih. Gelombang kejut yang dihasilkan dari ledakan itu menyapu data sekitar dan menggulung permukaan
Raja iblis sembilan puluh sembilan mampu memanipulasi ruang seperti Raka. Namun kekuatan yang sesungguhnya masihlah ia sembunyikan. Ia bukan hanya memiliki kecerdikan, namun juga dijuluki sang dewa perang. Sebenarnya, Sin, Indrajit dan Nintinugga dijuluki tiga pewaris yang nantinya akan menggantikan kedudukan raja ke seratus. Salah satu dari mereka bakal dinobatkan menjadi penggantinya. Namun Indrajit yang sedari awal sudah tahu rencana Sin yang sesungguhnya memilih untuk memberontak dan kabur dari lantai seratus. "Bagaimana rasanya kehilangan seluruh anggota keluargamu, terutama ayahmu? Realita yang ada di dalam menara Kalpawreksa telah berubah sepenuhnya. Aku sangat muak dengan teknik pengubah realita ini! Jangan salah paham, aku tidaklah bodoh seperti Raja lainnya. Aku tahu tentang teknik temanmu itu," ungkap Sin. "Bila kau sudah tahu tentang teknik itu, maka seharusnya kau sudah tahu bila akhirmu akan segera tiba," balas Indrajit Mahashura. "Jangan bercanda. Kau tahu aku lebi
"Aku tidak mau mati sendirian!" Ungkap Nintinugga yang ternyata masih hidup. Namun sebagian tubuhnya meleleh bagaikan lilin yang dipanaskan. Terlihat di bagian kepala sebelah kanannya ada jantungnya yang berdetak. Iblis itu telah kehilangan seluruh kekuatannya. Dan yang tersisa tinggalah dirinya sendiri. Ia menusuk Raka dengan pedang darah miliknya. "Si–sial! Aku tidak melihat kedatangannya!" Raka terjatuh ke bawah karena ia kehilangan keseimbangannya. Ki Demang yang berubah menjadi elang pun segera berubah wujud menjadi manusia yang mengenakan zirah bercahaya. Ia mencengkeram erat kepala dari iblis Nintinugga dan menghancurkannya menggunakan teknik portal waktu yang diperbesar hingga menghancurkan tubuh iblis itu. KURANG AJAR!!!Terdengar teriakan keras sebelum Nintinugga tewas sepenuhnya. Iblis itu bisa begitu mudah dibunuh karena sudah tidak ada lagi energi yang dimilikinya.Namun di lain piha
"Ini gawat! Apa yang harus kita lakukan!" Raka melihat para batu meteor itu kian mendekat. "Mereka semua akan menghantam di lima tempat yang berbeda. Akan sangat menyulitkan untuk menghancurkan mereka," pikir Jayabhaya. "Jangan menyerah!" Aku akan menghentikan tiga meteor yang menuju ke medan perang, Medang Raya dan hutan Alas Siluman. Lalu kau hentikan dua lainnya yang menuju ke Sundapura dan Jakatira." Raka menggunakan teknik pamungkasnya, ia mengenakan jubah Wektu Parwa. Jayabhaya segera menyerahkan urusan di situ kepada temannya. Ia segera berpindah tempat ke Jakatira terlebih dahulu. Daratan yang telah dipenuhi oleh darah milik Nintinugga menjadi mati total. Tumbuhan dan para hewan yang berada di hutan pun mati seketika. Hutan Alas Siluman yang dijaga oleh kubah pelindung Wektu Parwa pun juga ikut terkena imbasnya. Kubah pelindung yang menjaga hutan itu bocor dan membuat tumpahan rintikan air hujan darah masuk ke dalam hutan. Kubah cahaya yang diciptakan oleh Jayabhaya untu
Ia mencekik pemuda itu dengan tangan kanannya, lalu menciptakan tombak dari darahnya menggunakan tangan kiri. Nintinugga menusukkan tombak itu ke dada Raka hingga tembus ke belakang. JLEB!!!"Uhuk!" Raka muntah darah. Ia tidak menyangka bila kecepatan dari Nintinugga bertambah menjadi berkali-kali lipat. "Aku bersumpah akan sangat menikmatinya ketika membunuhmu!" Nintinugga melemparkan tubuh Raka bersama dengan tombaknya yang masih menusuk tubuh pemuda itu. WUSH!!!BRAK!!!Tubuh Raka tergeletak lemas di atas tanah. Tombak darah itu telah membuatnya membusuk secara cepat. Kecepatan penyebaran racunnya pun sepuluh kali lebih cepat daripada kasus Arya Wisungsang. "Aku akan membunuhmu dengan tersenyum lebar!" Nintinugga menciptakan empat pilar raksasa seluas beberapa hektar yang mengelilingi dirinya dan Raka. "Teknik darah; segel pengekang empat penjuru!" Dengan segel itu, Raka tidak akan bisa pergi ke mana pun. Dan perlahan-lahan segel tersebut menutup dan membentuk bangunan kubus
Ki Joko Gendeng, Aji Pamungkas dan Dyah Lokapala yang menyaksikan hal itu tampak terkejut. Ia tidak menyangka bila sosok yang muncul di hadapan mereka bisa tiba-tiba datang. Hal tersebut justru memicu kemarahan dari iblis Nintinugga. Ia terlihat gusar akan kemunculan dua orang itu. "Siapa kalian! Beraninya mengambil mangsaku!" Bentaknya. "Aku? Kau ingin tahu siapa aku?" Ia berbalik dan memandang wajah si iblis. "Jangan tersenyum seakan kau itu kuat!" Nintinugga memaki pemuda itu. "Aku memang sangat kuat hingga mampu menghapus realita di seluruh menara Kalpawreksa," ungkap Raka. Ia berhasil datang tepat waktu dengan menggunakan teknik segel dimensi milik Jayabhaya. Kedatangannya ke medan perang itu karena Jayabhaya melihat kilasan masa depan tentang kemunculan iblis wanita di tengah-tengah medan perang. Ia membuat rencana ulang dan mengubah tim menjadi dua bagian. Dirinya bersama Jayabhaya akan menghadapi Nintinugga, sedangkan Indrajit dan Adityawarman akan melawan Sin, si raja ib