Di lain tempat, Ki Joko Gendeng dan yang lainnya sedang bersantai di sebuah warung makan. "Di mana kita bisa mencari orang yang ada di dalam surat Jayabhaya? Tidak ada petunjuk sama sekali. Di tambah lagi, kita hanya bisa berkeliling di ibukota saja," ungkap Ki Joko Gendeng. Mereka berlima begitu kesulitan untuk mencari petunjuk dari orang yang diusulkan oleh ketua perkumpulan klan pendekar. Sudah sepanjang hari mereka bertanya dari satu tempat ke tempat lain, namun belum juga menemukannya. "Apa mungkin nama itu hanya sandi samaran saja?" Pikir Khrisna. "Walau pun ini hanyalah samaran, akan sana saja. Sayangnya kita tidak memiliki orang dalam yang bisa memberi petunjuk pada kita," ungkap Dyah Lokapala. "Maaf, tapi bukankah orang yang ada di surat itu adalah orang dalam kita?" Sahut Aji Pamungkas. "Aji benar," ucap Jaka Tira menahan senyumnya. "Lihatlah, tiba-tiba aku merasa iri kepada rakyat di ibukota ini. Mereka seperti bahagia sekali tinggal di dalam kubah pelindung. Apa Sun
"Rara Asri, apa Ayahanda mengetahui aku pergi?" Tanya Rara Kencana. Ia dan Raka berhasil keluar dari jalur bawah tanah keluar tepat di taman bagian barat dari istana Sundapura. Seorang dayang istana bernama Rara Asri menemukan mereka berdua sedang keluar dari pintu rahasia di balik sebuah patung batu. "Apa yang putri lakukan? Kenapa bisa keluar dari sana? Lalu pria ini siapa?" Pertanyaan Rara Asri terlalu banyak. "Sabar, satu-satu. Aku masih lelah karena harus menempuh perjalanan jauh." Rara Kencana menepuk pundak dayangnya. "Untung saja Anda hanya pergi dua hari. Bila lebih dari itu, Maka aku tidak tahu harus memberi alasan apa sama raja," ungkap Rara Asri. "Aku tahu. Terima kasih untuk itu. Sekarang, tolong antarkan aku ke dalam kamar. Kita harus sembunyikan orang ini," ucap Rara Kencana."Hei, jangan jadikan aku sebagai barang selundupan seperti itu," sindir Raka dengan wajah kesal. "Sudah diam! Ikut saja!" Rara menarik paksa tangan pemuda itu. Istana Sundapura sangatlah bes
Seketika istana riuh dengan gunjingan orang-orang yang melihat ke arah para penyusup. Mereka berlima di bariskan tepat di depan singgasana raja. Beberapa penasihat, para Patih, selir, dayang dan beberapa bangsawan turut hadir dalam kekacauan itu. Tidak beberapa lama kemudian, sang raja dan ratu memasuki aula sidang besar istana. Ia menoleh langsung ke arah lima orang yang berada tidak jauh dari kursinya. Sang raja Sri Jayabhupati mengangkat tangan kanannya sebagai tanda untuk yang lainnya diam. Ia mempersilahkan kepada Mahapatih Arya Wisungsang untuk menjelaskan duduk perkaranya. Sang raja tampak kesal karena harinya bersama sang istri diganggu oleh kemunculan para penyusup ini. "Salam, Raja Sri Jayabhupati. Ada hal yang ingin aku sampaikan. Ini perihal kelima orang yang ada di sampingku. Mereka diketahui masuk melalui dinding timur dan berniat membunuhku," ungkap Mahapatih. "Siapa sebenarnya mereka?" Tanya Raja. "Mereka terus mengaku berasal dari salah satu klan pendekar di Jaka
"Tu–tunggu dulu… episodenya sedang tanggung, aku harus tahu apa yang terjadi dengan pemeran utamanya…!" Raka ditarik paksa oleh para penjaga. Ia seperti seekor anak sapi yang digiring dengan leher diikat menggunakan tali. Raka hanya diam menuruti mau para penjaga yang dilengkapi dengan senjata tombak serta tameng berbentuk lingkaran. Rara Asri meminta kepada Raka untuk tetap diam sampai menuju ke ruang sidang istana. "Rara, apa kau yakin bila laki-laki itu bisa mengalahkan iblis yang bisa bicara? Dan kenapa sampai ada iblis yang bisa bicara di sekitar Sundapura?" Pikir Raja Sri Jayabhupati. Ia sangat gusar akan kemunculan iblis itu."Mereka muncul karena ada suatu sebab. Namun sekarang sebab itu telah dibersihkan oleh Raka dan diriku. Tapi, ada hal mengenai para iblis yang harus Ayahanda tahu, yaitu kelemahan mereka dan cara membunuh para iblis yang bisa bicara dan para raja di menara Kalpawreksa," ungkap Rara Kencana. "Tunggu dulu, sebabnya sudah kalian berdua bereskan? Memangnya
"Masuklah, aku sudah menunggu kalian semua," ucap Raja Sri Jayabhupati yang memberikan izin kepada Raka dan yang lainnya untuk memasuki perpustakaan pribadi miliknya. Mereka akhirnya bisa masuk ke dalam sana setelah selesai menyantap makan siang. Misi untuk masuk ke dalam perpustakaan akhirnya berhasil juga. Raka terlihat sumringah ketika raja mempersilahkan dirinya duduk di dekat dirinya. Terlihat ada Mahapatih Arya Wisungsang yang mendampingi raja dan juga tentunya putri Rara Kencana. Keduanya berdiri tepat di samping kanan dan kiri raja Sri Jayabhupati. "Aku senang mengundang tamu penting yang direkomendasikan oleh Jayabhaya, temanku sendiri. Namun jangan salah sangka dengan kebaikanku dulu. Aku tetap meminta informasi mengenai kelemahan iblis yang sudah kau ketahui," ungkap Raja Sri Jayabhupati. "Aku mengerti. Baiklah, aku akan menjelaskan semua hal yang kutahu ke kalian semua," ungkap Raka. Pemuda itu berdiri dan bersama Rara Kencana, keduanya mulai menjelaskan tentang anali
"Ada apa? Kau tiba-tiba ingin bertemu denganku?" Iblis hitam muncul dari bayangan gelap di sudut taman. Ia menghampiri Raka yang sedari tadi terus memanggilnya menggunakan kontak batin. Kehadirannya yang telah memilih wujud seorang manusia itu tidak mengejutkan pemuda itu, ia malah meminta iblis hitam untuk mendekat padanya. "Ada hal yang ingin aku konfirmasi padamu," ungkap Raka. "Apa? Hal macam apa yang membuatmu sampai memanggilku?" Tanya Iblis hitam. Raka mengeluarkan sobekan kertas dari kitab Banjur. Ia menulis sesuatu di atas kertas tersebut dengan menggunakan pena peminjam barang. Ki Demang yang semula berada di dalam gelang biji tasbih kayu pun memilih untuk keluar dan melihat. Ketika Raka selesai menulis, tiba-tiba seluruh waktu yang berada di sekelilingnya pun berubah. Taman belakang dari komplek istana Sundapura yang sepi tiba-tiba berganti ke suasana medan perang ratusan tahun yang lalu. "Aku ingin menunjukkanmu ini, era di mana seluruh iblis melakukan kudeta ke duni
"Majulah, pecundang!" Mahishasura tersenyum licik. Hinaan itu langsung dibalikkan kembali oleh Mahapatih dengan meninju iblis bertanduk banteng itu menggunakan Braja Maung Bodas level satu miliknya. BRAK!!!Iblis itu terlempar ke arah padang rumput nan luas yang berada di depan kerajaan Sundapura. Terlihat pada kedua lengan Mahapatih yang diselimuti oleh aura bayangan dua kepala harimau putih yang merupakan teknik Braja Maung Bodas. Mahishasura sampai kebingungan karena tubuhnya termasuk sangat keras. Kulitnya sudah bersatu dengan logam dari neraka yang bernama Sivantum. Namun anehnya ia masih bisa dilemparkan dengan begitu mudah oleh Mahapatih. "Kau ternyata tidak main-main. Baiklah, aku pun demikian. Aku akan menunjukkan kepadamu, sesuatu hal yang berada diluar akal manusia!" Mahishasura melepaskan energi yang begitu besar di udara. Seketika aura berwarna coklat tua menyelimuti tubuh iblis itu. Perlahan-lahan, aura yang mengepul di udara itu membentuk seperti simbol kepala ban
APA?!Mahishasura dikejutkan dengan kemunculan seorang pemuda yang berdiri tepat di belakang Rara Kencana. Ketika tangan iblis Mahishasura ingin menghantam perut wanita itu, dalam sekejap Rara Kencana dan pemuda di belakangnya menghilang. "Tidak mungkin!" Mahishasura terbelalak. Serangannya gagal dan malah membuat permukaan tanah menggulung di sepanjang hunusan tangan itu. Mereka yang menyaksikan hal itu pun terkejut karena Rara mau pun pemuda itu menghilang. "Jangan terlalu ceroboh. Kau tahu bila ia adalah iblis yang bisa bicara. Ditambah lagi, iblis hitam bilang bahwa Mahishashura adalah salah satu panglima perang." Raka menurunkan wanita itu. "Ba–bagaimana caranya kau tiba-tiba muncul?" Rara Kencana terperangah. "Mundur dan perhatikan. Biar aku yang membuka kesempatan. Kau anati saja kira-kira di mana letak jantungnya," ucap Raka. "Aku setuju. Putri, sebaiknya ka