Seketika istana riuh dengan gunjingan orang-orang yang melihat ke arah para penyusup. Mereka berlima di bariskan tepat di depan singgasana raja. Beberapa penasihat, para Patih, selir, dayang dan beberapa bangsawan turut hadir dalam kekacauan itu. Tidak beberapa lama kemudian, sang raja dan ratu memasuki aula sidang besar istana. Ia menoleh langsung ke arah lima orang yang berada tidak jauh dari kursinya. Sang raja Sri Jayabhupati mengangkat tangan kanannya sebagai tanda untuk yang lainnya diam. Ia mempersilahkan kepada Mahapatih Arya Wisungsang untuk menjelaskan duduk perkaranya. Sang raja tampak kesal karena harinya bersama sang istri diganggu oleh kemunculan para penyusup ini. "Salam, Raja Sri Jayabhupati. Ada hal yang ingin aku sampaikan. Ini perihal kelima orang yang ada di sampingku. Mereka diketahui masuk melalui dinding timur dan berniat membunuhku," ungkap Mahapatih. "Siapa sebenarnya mereka?" Tanya Raja. "Mereka terus mengaku berasal dari salah satu klan pendekar di Jaka
"Tu–tunggu dulu… episodenya sedang tanggung, aku harus tahu apa yang terjadi dengan pemeran utamanya…!" Raka ditarik paksa oleh para penjaga. Ia seperti seekor anak sapi yang digiring dengan leher diikat menggunakan tali. Raka hanya diam menuruti mau para penjaga yang dilengkapi dengan senjata tombak serta tameng berbentuk lingkaran. Rara Asri meminta kepada Raka untuk tetap diam sampai menuju ke ruang sidang istana. "Rara, apa kau yakin bila laki-laki itu bisa mengalahkan iblis yang bisa bicara? Dan kenapa sampai ada iblis yang bisa bicara di sekitar Sundapura?" Pikir Raja Sri Jayabhupati. Ia sangat gusar akan kemunculan iblis itu."Mereka muncul karena ada suatu sebab. Namun sekarang sebab itu telah dibersihkan oleh Raka dan diriku. Tapi, ada hal mengenai para iblis yang harus Ayahanda tahu, yaitu kelemahan mereka dan cara membunuh para iblis yang bisa bicara dan para raja di menara Kalpawreksa," ungkap Rara Kencana. "Tunggu dulu, sebabnya sudah kalian berdua bereskan? Memangnya
"Masuklah, aku sudah menunggu kalian semua," ucap Raja Sri Jayabhupati yang memberikan izin kepada Raka dan yang lainnya untuk memasuki perpustakaan pribadi miliknya. Mereka akhirnya bisa masuk ke dalam sana setelah selesai menyantap makan siang. Misi untuk masuk ke dalam perpustakaan akhirnya berhasil juga. Raka terlihat sumringah ketika raja mempersilahkan dirinya duduk di dekat dirinya. Terlihat ada Mahapatih Arya Wisungsang yang mendampingi raja dan juga tentunya putri Rara Kencana. Keduanya berdiri tepat di samping kanan dan kiri raja Sri Jayabhupati. "Aku senang mengundang tamu penting yang direkomendasikan oleh Jayabhaya, temanku sendiri. Namun jangan salah sangka dengan kebaikanku dulu. Aku tetap meminta informasi mengenai kelemahan iblis yang sudah kau ketahui," ungkap Raja Sri Jayabhupati. "Aku mengerti. Baiklah, aku akan menjelaskan semua hal yang kutahu ke kalian semua," ungkap Raka. Pemuda itu berdiri dan bersama Rara Kencana, keduanya mulai menjelaskan tentang anali
"Ada apa? Kau tiba-tiba ingin bertemu denganku?" Iblis hitam muncul dari bayangan gelap di sudut taman. Ia menghampiri Raka yang sedari tadi terus memanggilnya menggunakan kontak batin. Kehadirannya yang telah memilih wujud seorang manusia itu tidak mengejutkan pemuda itu, ia malah meminta iblis hitam untuk mendekat padanya. "Ada hal yang ingin aku konfirmasi padamu," ungkap Raka. "Apa? Hal macam apa yang membuatmu sampai memanggilku?" Tanya Iblis hitam. Raka mengeluarkan sobekan kertas dari kitab Banjur. Ia menulis sesuatu di atas kertas tersebut dengan menggunakan pena peminjam barang. Ki Demang yang semula berada di dalam gelang biji tasbih kayu pun memilih untuk keluar dan melihat. Ketika Raka selesai menulis, tiba-tiba seluruh waktu yang berada di sekelilingnya pun berubah. Taman belakang dari komplek istana Sundapura yang sepi tiba-tiba berganti ke suasana medan perang ratusan tahun yang lalu. "Aku ingin menunjukkanmu ini, era di mana seluruh iblis melakukan kudeta ke duni
"Majulah, pecundang!" Mahishasura tersenyum licik. Hinaan itu langsung dibalikkan kembali oleh Mahapatih dengan meninju iblis bertanduk banteng itu menggunakan Braja Maung Bodas level satu miliknya. BRAK!!!Iblis itu terlempar ke arah padang rumput nan luas yang berada di depan kerajaan Sundapura. Terlihat pada kedua lengan Mahapatih yang diselimuti oleh aura bayangan dua kepala harimau putih yang merupakan teknik Braja Maung Bodas. Mahishasura sampai kebingungan karena tubuhnya termasuk sangat keras. Kulitnya sudah bersatu dengan logam dari neraka yang bernama Sivantum. Namun anehnya ia masih bisa dilemparkan dengan begitu mudah oleh Mahapatih. "Kau ternyata tidak main-main. Baiklah, aku pun demikian. Aku akan menunjukkan kepadamu, sesuatu hal yang berada diluar akal manusia!" Mahishasura melepaskan energi yang begitu besar di udara. Seketika aura berwarna coklat tua menyelimuti tubuh iblis itu. Perlahan-lahan, aura yang mengepul di udara itu membentuk seperti simbol kepala ban
APA?!Mahishasura dikejutkan dengan kemunculan seorang pemuda yang berdiri tepat di belakang Rara Kencana. Ketika tangan iblis Mahishasura ingin menghantam perut wanita itu, dalam sekejap Rara Kencana dan pemuda di belakangnya menghilang. "Tidak mungkin!" Mahishasura terbelalak. Serangannya gagal dan malah membuat permukaan tanah menggulung di sepanjang hunusan tangan itu. Mereka yang menyaksikan hal itu pun terkejut karena Rara mau pun pemuda itu menghilang. "Jangan terlalu ceroboh. Kau tahu bila ia adalah iblis yang bisa bicara. Ditambah lagi, iblis hitam bilang bahwa Mahishashura adalah salah satu panglima perang." Raka menurunkan wanita itu. "Ba–bagaimana caranya kau tiba-tiba muncul?" Rara Kencana terperangah. "Mundur dan perhatikan. Biar aku yang membuka kesempatan. Kau anati saja kira-kira di mana letak jantungnya," ucap Raka. "Aku setuju. Putri, sebaiknya ka
Di dalam cahaya yang berpendar dan membuat silau semua yang melihatnya, iblis Mahishasura berteriak sangat keras ketika pedang yang digenggam Raka berhasil menusuk punggung iblis itu hingga menembus ke bagian dada depan. "K–Kau?!" Mahishasura merasakan ada yang berbeda dari serang kedua yang dilakukan oleh pemuda itu. Di lain tempat, Mahapatih justru mundur dan keluar dari radius sinar terang yang begitu menyilaukan. Ia menunggu bagaimana hasil yang didapat oleh Raka. Bahkan Dyah Lokapala dan yang lainnya pun tidak bisa melihat apa yang terjadi dari dalam cahaya itu. "Kau memburu pangeran iblis, bukan?" Raka berbisik lirih ke iblis itu. "Ja–jangan bilang bila si bedebah itu memberitahukanmu tentang kelemahan para iblis?" Mahishasura asal menebak. Kekhawatirannya malah menjadi kenyataan. "Pedang dewa sekelas Susanoo mampu merobek dadamu. Namun anehnya tidak bisa memperlambat proses regenerasi tubuhmu. Lalu aku berpikir untuk menggunakan benda yang diberikan oleh iblis hitam. Kau t
"Apa yang terjadi? Bukankah ini lorong rumah sakit?" Raka membuka matanya dan tampak terkejut ketika ia mendapati dirinya sedang berada di tengah-tengah lorong berwarna putih pucat. Barisan lampu LED menyorot wajah Raka yang masih tampak pucat. Ia bahkan harus meraba dinding untuk berjalan menyusuri lorong yang bahkan ia tidak tahu di mana itu. "Kenapa aku ada di sini? Apa mungkin ini akhirat?" Raka teringat terakhir kalinya ia tergeletak di permukaan tanah setelah melawan Mahishasura. Ketika dirinya menemukan pintu kamar di sisi kiri, Raka langsung menoleh dan mengintip melalui jendela kaca. Ia melihat seseorang yang tergeletak di atas ranjang dengan mengenakan alat bantu pernapasan. Beberapa perban menyelimuti kulitnya hingga membungkus dirinya seperti kepompong. "Kenapa aku harus melihatnya lagi? Siapa ia sebenarnya? Apa ini mimpi?" Raka masih belum mengerti tentang apa yang dilihatnya. Ketika ia menoleh ke arah jam dinding di dalam kamar itu, jarum jamnya tidak bergerak dan b