"Ada apa? Kau tiba-tiba ingin bertemu denganku?" Iblis hitam muncul dari bayangan gelap di sudut taman. Ia menghampiri Raka yang sedari tadi terus memanggilnya menggunakan kontak batin. Kehadirannya yang telah memilih wujud seorang manusia itu tidak mengejutkan pemuda itu, ia malah meminta iblis hitam untuk mendekat padanya. "Ada hal yang ingin aku konfirmasi padamu," ungkap Raka. "Apa? Hal macam apa yang membuatmu sampai memanggilku?" Tanya Iblis hitam. Raka mengeluarkan sobekan kertas dari kitab Banjur. Ia menulis sesuatu di atas kertas tersebut dengan menggunakan pena peminjam barang. Ki Demang yang semula berada di dalam gelang biji tasbih kayu pun memilih untuk keluar dan melihat. Ketika Raka selesai menulis, tiba-tiba seluruh waktu yang berada di sekelilingnya pun berubah. Taman belakang dari komplek istana Sundapura yang sepi tiba-tiba berganti ke suasana medan perang ratusan tahun yang lalu. "Aku ingin menunjukkanmu ini, era di mana seluruh iblis melakukan kudeta ke duni
"Majulah, pecundang!" Mahishasura tersenyum licik. Hinaan itu langsung dibalikkan kembali oleh Mahapatih dengan meninju iblis bertanduk banteng itu menggunakan Braja Maung Bodas level satu miliknya. BRAK!!!Iblis itu terlempar ke arah padang rumput nan luas yang berada di depan kerajaan Sundapura. Terlihat pada kedua lengan Mahapatih yang diselimuti oleh aura bayangan dua kepala harimau putih yang merupakan teknik Braja Maung Bodas. Mahishasura sampai kebingungan karena tubuhnya termasuk sangat keras. Kulitnya sudah bersatu dengan logam dari neraka yang bernama Sivantum. Namun anehnya ia masih bisa dilemparkan dengan begitu mudah oleh Mahapatih. "Kau ternyata tidak main-main. Baiklah, aku pun demikian. Aku akan menunjukkan kepadamu, sesuatu hal yang berada diluar akal manusia!" Mahishasura melepaskan energi yang begitu besar di udara. Seketika aura berwarna coklat tua menyelimuti tubuh iblis itu. Perlahan-lahan, aura yang mengepul di udara itu membentuk seperti simbol kepala ban
APA?!Mahishasura dikejutkan dengan kemunculan seorang pemuda yang berdiri tepat di belakang Rara Kencana. Ketika tangan iblis Mahishasura ingin menghantam perut wanita itu, dalam sekejap Rara Kencana dan pemuda di belakangnya menghilang. "Tidak mungkin!" Mahishasura terbelalak. Serangannya gagal dan malah membuat permukaan tanah menggulung di sepanjang hunusan tangan itu. Mereka yang menyaksikan hal itu pun terkejut karena Rara mau pun pemuda itu menghilang. "Jangan terlalu ceroboh. Kau tahu bila ia adalah iblis yang bisa bicara. Ditambah lagi, iblis hitam bilang bahwa Mahishashura adalah salah satu panglima perang." Raka menurunkan wanita itu. "Ba–bagaimana caranya kau tiba-tiba muncul?" Rara Kencana terperangah. "Mundur dan perhatikan. Biar aku yang membuka kesempatan. Kau anati saja kira-kira di mana letak jantungnya," ucap Raka. "Aku setuju. Putri, sebaiknya ka
Di dalam cahaya yang berpendar dan membuat silau semua yang melihatnya, iblis Mahishasura berteriak sangat keras ketika pedang yang digenggam Raka berhasil menusuk punggung iblis itu hingga menembus ke bagian dada depan. "K–Kau?!" Mahishasura merasakan ada yang berbeda dari serang kedua yang dilakukan oleh pemuda itu. Di lain tempat, Mahapatih justru mundur dan keluar dari radius sinar terang yang begitu menyilaukan. Ia menunggu bagaimana hasil yang didapat oleh Raka. Bahkan Dyah Lokapala dan yang lainnya pun tidak bisa melihat apa yang terjadi dari dalam cahaya itu. "Kau memburu pangeran iblis, bukan?" Raka berbisik lirih ke iblis itu. "Ja–jangan bilang bila si bedebah itu memberitahukanmu tentang kelemahan para iblis?" Mahishasura asal menebak. Kekhawatirannya malah menjadi kenyataan. "Pedang dewa sekelas Susanoo mampu merobek dadamu. Namun anehnya tidak bisa memperlambat proses regenerasi tubuhmu. Lalu aku berpikir untuk menggunakan benda yang diberikan oleh iblis hitam. Kau t
"Apa yang terjadi? Bukankah ini lorong rumah sakit?" Raka membuka matanya dan tampak terkejut ketika ia mendapati dirinya sedang berada di tengah-tengah lorong berwarna putih pucat. Barisan lampu LED menyorot wajah Raka yang masih tampak pucat. Ia bahkan harus meraba dinding untuk berjalan menyusuri lorong yang bahkan ia tidak tahu di mana itu. "Kenapa aku ada di sini? Apa mungkin ini akhirat?" Raka teringat terakhir kalinya ia tergeletak di permukaan tanah setelah melawan Mahishasura. Ketika dirinya menemukan pintu kamar di sisi kiri, Raka langsung menoleh dan mengintip melalui jendela kaca. Ia melihat seseorang yang tergeletak di atas ranjang dengan mengenakan alat bantu pernapasan. Beberapa perban menyelimuti kulitnya hingga membungkus dirinya seperti kepompong. "Kenapa aku harus melihatnya lagi? Siapa ia sebenarnya? Apa ini mimpi?" Raka masih belum mengerti tentang apa yang dilihatnya. Ketika ia menoleh ke arah jam dinding di dalam kamar itu, jarum jamnya tidak bergerak dan b
"Apa yang terjadi?! Kenapa surat itu tiba-tiba ada padamu?!" Raka tidak mempercayainya."Aku menemui Jayabhaya dan memberikan namamu sebagai jaminannya. Aku hanya menjelaskan kepadanya bila kau sedang mati suri dan mungkin akan terbangun lima hingga seratus tahun lagi," ucap iblis hitam."Kau kira aku ini makhluk apa?! Mana mungkin manusia bisa hidup selama itu!" Raka sangat kesal. Nyatanya Iblis hitam tidaklah datang menemui Jayabhaya dan bicara seperti itu. Ia justru dimintai tolong oleh ketua perkumpulan yang telah melihat kehadiran dirinya melalui mata Hanacaraka. Jayabhaya meminta kepada iblis hitam untuk melatih para anggota Teratai Putih untuk siap melawan para iblis di dalam menara Kalpawreksa. Ia memberikan akses khusus ke dalam kuil di Surakatira dan menggunakan pintu dimensi lain itu. Mendengar penjelasan dari sang iblis, semuanya terlihat lega. Namun sayangnya raut wajah Raka justru termenung. Pemud
Hutan Alas Siluman adalah tempat berkumpulnya para makhluk sebangsa jin dan siluman yang memilih untuk berdiri sendiri dengan mendirikan sebuah kerajaan besar. Di hutan ini juga berkumpulnya para korban perang di masa lalu, para prajurit yang tewas di era para dewa melawan iblis dan setelahnya. Semuanya dilindungi oleh sumpah seorang dewa yang bernama Indra untuk menganugerahkan hutan tersebut bagi mereka yang telah mati dan mereka yang merupakan bangsa para siluman. Di tempat ini, para iblis tidak bisa memasukinya dan menghancurkannya. Mereka seperti ditahan oleh perjanjian antara dewa dan raja siluman. Karena hal itu, iblis hitam pun merasa enggan untuk memasuki kawasan yang terus saja menyemburkan aura kabut negatif. "Bila para kuda tidak berani masuk ke sana, maka kita harus berjalan kaki untuk melewati hutan seluas Jakatira ini," pikir Ki Joko Gendeng. Ia bersama yang lainnya akhirnya turun dan menghampiri Raka dan Iblis hitam. "Apa tidak ada jalan lain selain melewati hutan
Mencari arah di kedalaman hutan yang berkabut dan begitu lebat sangatlah tidak mudah. Bahkan Odeth, seorang A.I yang ikut membantu pun terlihat begitu kesulitan. Ia menggunakan inframerah untuk menentukan arah di mana daerah yang tampak sedikit hangat dan kering serta wilayah yang lembab. Sayangnya, teknologi secanggih drone dan A.I pun tidak bisa menentukan arah yang tepat di dalam hutan Alas Siluman. Raka akhirnya memulangkan Odeth ke tempat asalnya. Ia akhirnya meminta ke Ki Joko Gendeng untuk menuntun mereka menyusuri hutan itu. "Aku hanya mengikuti pancaran energi terbesar di sekitar sini," ungkap Ki Joko Gendeng yang membelah semak-semak menggunakan tongkat kayunya. Ia merasakan sebuah pancaran energi lumayan besar tepat tidak jauh dari posisinya berada. Di belakangnya, Raka dan Aji Pamungkas berusaha untuk tetap berdiri dan berjalan meski pun betis dan paha mereka sudah lumayan bengkak. "Aku benci dengan hutan!" Teriak Raka. Ia meluapkan kekesalannya hingga suaranya mengge