POV Wendy."Aku tidak boleh membuat Chris curiga!" pikirku. Aku yang berusaha senatural mungkin, dengan sangat meyakinkan langsung menerima panggilan dari 'Deliverman' itu.Tep!Panggilan pun tersambung dan tepat setelah itu, si orang di ujung sambungan pun mulai berkata dengan begitu ramah layaknya seorang costumer service yang sedang menghadapi pelanggannya.Selama penjelasan singkat itu, Chris tampak terus memandangi semua gerak-gerikku dan mendengarkan tiap perkataan yang si 'Deliverman' ini tuturkan padaku. Aku tidak tahu mengapa, tetapi dia sepertinya mencurigaiku akan sesuatu."Baiklah, Aku akan mengambil barangku jika Aku ada waktu luang, Kau jaga baik-baik barang langka itu!" tegasku di akhir penjelasan pria yang menghubungiku itu."Baik, Saya tunggu kedatangan Anda, terima kasih, selamat malam!" Setelah mengatakan itu, aku langsung memutuskan sambungan, dan kembali beralih pada pria yang duduk di belakang kemudi di sampingku ini."Apa?" tanyaku, mempertanyakan pandangan pri
"Apa-apaan mereka berdua ini? Untuk apa mereka ikut duduk di sini" pikir Robert yang sebenarnya merasa kesal dengan hadirnya kedua pria tak diundang itu."Hal bodoh apa yang sedang dilakukan gadis aneh itu?" pikir Reynold yang sesekali melirik pada Wendy yang tengah terlelap di bahu Robert."Bella pasti sangat kelelahan, posisinya yang terlihat menempel seperti itu pada Robert sangat menarik perhatian orang-orang! Aku tidak boleh membiarkan orang-orang berpikir yang tidak-tidak terhadap mereka!" pikir Martin sembari memandang Robert dan Bella dari tempatnya duduk saat ini.Robert tampak melirik ke kanan dan kirinya memandang kedua orang itu secara bergantian. Ia berpikir bahwa ia harus mencari cara agar keduanya pergi dari tempatnya sekarang, agar ia memiliki waktu berkualitas lagi dengan Wendy.Ia lalu berfokus pada Martin dan bersiap untuk memulai langkahnya pada bujang lapuk itu. "Pak Mar-""Oh, Rey Kau sedang apa?" tanya Martin mendahului Robert yang hendak melancarkan basa-basiny
"A ... Apa yang terjadi? Mengapa mereka semua berkumpul di sini?" pikir Wendy, terkejut mendapati dirinya duduk di antara ketiga pria yang ia kenal itu.Ia langsung menoleh pada Reynold untuk mendapat kejelasan, tetapi pemuda yang duduk di sampingnya itu malah menutup bukunya dan pergi meninggalkan tempat duduknya tanpa mengatakan apa-apa.Mendapati pemuda itu pergi begitu saja, ia beralih pada kedua orang yang duduk berderet di sampingnya itu dengan menunjukkan tampang yang begitu heran."Em, maaf sebelumnya, sebenarnya ini ada apa ya? Mengapa Kalian bisa ada di sini?" Wendy pun akhirnya mempertanyakan hal yang mengganjal itu karena sungguh ia amat sangat penasaran."Ahahahaha, itu tidak penting, yang terpenting sekarang adalah, apakah Kau masih mengantuk, Bella?" timpal Martin dengan riang, tak menghiraukan pertanyaan mendasar Wendy."Um, Saya ... Saya sudah jauh lebih baik, Pak!" timpal Wendy yang terlihat masih bingung dengan situasi saat ini."Ah, syukurlah kalau gitu ... Well, n
Michael yang tengah menikmati acara santainya itu, kemudian membawa secangir kopi itu ke ruang keluarga untuk ia nikmati sambil menonton televisi. Pria itu terlihat menikmati waktunya sehingga tampaklah seperti orang malas yang sedang menonton televisi dengan jubah coklat kebesarannya yang selalu ia kenakan ketika ia sedang berada dalam mode beristirahat. "Mari kita liat hal menarik apa yang terjadi di sekitarku," gumam pria itu sembari menekan tombol remot untuk mencari saluran berita yang tengah menayangkan sesuatu yang menarik perhatiannya. TEPTEP TEP Ia terus menekan tombol benda persegi panjang itu hingga akhirnya jarinya berhenti bergerak karena menemukan sesuatu yang menarik pandangan dan pendengarannya. "Hm!" Michael tersenyum lebar, lalu mulai meneguk kopinya dengan pandangannya fokus pada siaran berita yang menarik perhatiannya itu. "Pembunuhan Tuan Ferry Rewis yang sudah menjadi misteri belakangan ini kini mulai menemui titik terang. Polisi sudah menangkap tersangka
"Aku harus mencari cara untuk terbebas dari gadis aneh ini!" tekad Reynold yang sungguh merasa aneh dengan menempelnya gadis polos itu padanya hari ini.Pemuda yang jika dilihat dari luar tampak tidak peduli dengan keberadaan gadis yang mengekor padanya itu sebenarnya sangat menghiraukan keberadaannya sehingga membuatnya tidak bisa berkonsentrasi.Wendy hanya memasang senyum polosnya pada pemuda tampan yang belakangan ini terasa aneh menurutnya."Apa yang sedang dipikirkan pemuda itu sekarang? Apakah dia sedang merencanakan sesuatu? Aku tidak boleh lengah, tidak boleh membiarkan dia pergi begitu saja, karena Aku sudah bertekad untuk menempel pada pemuda itu selama seharian ini, jadi Aku tidak boleh gagal lagi!" Wendy sudah sangat bertekad mengingat sebelumnya tekadnya ini gagal dilaksanakan karena waktu itu Chris tiba-tiba datang ke apartement-nya.Reynold menutup buku di tangannya, lalu beralih pada gadis yang duduk tak jauh darinya. Wendy duduk dengan tegak setelah melihat pemuda di
Sepualang dari kampus dan mengantar Lisa pulang, Reynold langsug mengarahkan motornya menuju ke toko tembakau yang berada dekat kantor pos. Sesuai dengan apa yang dipikirkannya semalam, ia pergi ke sana untuk melihat wanita yang akan mengambil surat 'rahasianya' di tempat itu. Sungguh, saat itu ia merasa bahwa wanita yang akan dilihatnya di toko itu adalah wanita licik yang berhasil mengalahkannya malam itu. Meski ia tahu kemungkinan wanita itu datang hari ini tidak terlalu besar mengingat bisa saja ia malam tadi langsung mengambilnya, tetapi Reynold ingin memastikannya sampai akhir, tanpa memedulikan kemungkinan wanita itu tidak akan muncul hari ini. "Aku tidak berhasil melihatnya ketika di cafe itu, kuharap hari ini Aku akan melihatnya!" pikir Reynold.Setelah sampai di dekat tempat tujuannya, pemuda itu memarkirkan motornya di depan sebuah lahan parkir yang tak jauh dari toko itu agar keberadaanya tidak terlalu terlihat sehingga tidak menarik perhatian si wanita yang hendak ia in
POV Wendy.Tak lama, aku pun sampai ke apartement-ku. Setelah berjalan cukup jauh dari minimarket menuju ke tempatku memarkirkan motorku itu, aku langsung melesat pergi pulang karena takutnya Reynold melihat keberadaanku dan membuntuti kembali ke mana pun aku pergi."Hah~ Melelahkan sekali," gumamku yang kini sudah dalam posisi rebahanku di atas tempat tidur empukku.Aku terdiam sejenak dengan pikiran kosong sembari memandangi langit-langit kamarku yang berwarna putih bersih itu."Pemuda itu ... Reynold, kenapa dia ada di sana ya?" gumamku dengan pikiranku yang terus bertanya-tanya akan hal yang terjadi padaku barusan."Hm, kulihat di mejanya ada empat cangkir kopi yang sudah habis diminum. Semuanya sama, sehingga Aku sangat yakin yang menghabiskan itu semua adalah Reynold. Jadi dengan begitu kasarnya kuanggap dia berada di sana karena ia sedang menunggu sesuatu ... Em, tidak, tidak, lebih tepatnya seseorang!" Aku mencapai sebuah kesimpulan setelah kuingat-ingat kembali apa yang kuliha
Keesokan harinya.Sudah diduga, Viona tidak masuk kuliah lagi hari ini, sesuai dengan apa yang dikatakan Martin. Hari ini gadis itu mungkin masih tidak bisa bangkit dari tempat tidurnya karena sakit. Rasanya aneh sekali, dia bahkan tidak mengabariku akan hal ini, kupikir aku berhasil membuatnya merasa bahwa aku adalah temannya, tetapi kenyataannya, dia tidak berkata apa-apa mengenai hal sepele seperti ini."Hah~ Aku juga sih, Aku tidak bertanya apa-apa mengenai mengapa dia tidak masuk kuliah selama beberapa hari ini. Well, sepertinya sifat angkuhnya mengalahkannya sehingga ia terlalu gengsi untuk mengabariku, karena mengingat Aku pun tidak bertanya," pikirku.Aku menghela napas panjang sebelum akhirnya Aku menegakkan kembali cara berdiriku sembari menengok ke kanan dan kiri, mencari keberadaan mobil dosen bujang lapuk cerewet itu."Ke mana dosen menyebalkan itu? Aku sudah membawa kuenya dan dia malah membiarkanku menunggu di sini, sungguh tidak bertanggung jawab sekali!" gerutuku di