Seketika Reynold teringat akan nama Diana Madeline dan Wendy Madeline. Ternyata kedua nama di muka amplop rahasia yang membuatnya tertarik itu benar-benar berarti sesuatu sekarang."Benar-benar sebuah takdir. Sepertinya Aku ditakdirkan untuk sempat membaca pengirim dan penerima surat itu agar Aku bisa segera menemukan si wanita licik sialan itu!" simpul Reynold di tengah-tengah pemikiran dalamnya."Namun masalahnya sekarang adalah di antara kedua wanita itu, siapakah Madeline yang kumaksud?" pikirnya lagi semakin dalam."Hm, karena surat itu dikirim secara sembrono untuk dikatakan sebagai surat rahasia, jadi kusimpulkan si pengirim ini hanya wanita polos sehingga hal yang paling masuk akal adalah si penerima itulah wanita licik yang kucari, yaitu Wendy Madeline!" Pemuda itu akhirnya mencapai pada sebuah kesimpulan sementaranya, meski sebenarnya ia sudah sangat yakin.Reynold lalu menatap tajam-tajam pada wanita penggoda itu seraya berpikir, "Itu artinya wanita yang bertarung bersama K
POV Wendy."Aku tidak boleh membuat Chris curiga!" pikirku. Aku yang berusaha senatural mungkin, dengan sangat meyakinkan langsung menerima panggilan dari 'Deliverman' itu.Tep!Panggilan pun tersambung dan tepat setelah itu, si orang di ujung sambungan pun mulai berkata dengan begitu ramah layaknya seorang costumer service yang sedang menghadapi pelanggannya.Selama penjelasan singkat itu, Chris tampak terus memandangi semua gerak-gerikku dan mendengarkan tiap perkataan yang si 'Deliverman' ini tuturkan padaku. Aku tidak tahu mengapa, tetapi dia sepertinya mencurigaiku akan sesuatu."Baiklah, Aku akan mengambil barangku jika Aku ada waktu luang, Kau jaga baik-baik barang langka itu!" tegasku di akhir penjelasan pria yang menghubungiku itu."Baik, Saya tunggu kedatangan Anda, terima kasih, selamat malam!" Setelah mengatakan itu, aku langsung memutuskan sambungan, dan kembali beralih pada pria yang duduk di belakang kemudi di sampingku ini."Apa?" tanyaku, mempertanyakan pandangan pri
"Apa-apaan mereka berdua ini? Untuk apa mereka ikut duduk di sini" pikir Robert yang sebenarnya merasa kesal dengan hadirnya kedua pria tak diundang itu."Hal bodoh apa yang sedang dilakukan gadis aneh itu?" pikir Reynold yang sesekali melirik pada Wendy yang tengah terlelap di bahu Robert."Bella pasti sangat kelelahan, posisinya yang terlihat menempel seperti itu pada Robert sangat menarik perhatian orang-orang! Aku tidak boleh membiarkan orang-orang berpikir yang tidak-tidak terhadap mereka!" pikir Martin sembari memandang Robert dan Bella dari tempatnya duduk saat ini.Robert tampak melirik ke kanan dan kirinya memandang kedua orang itu secara bergantian. Ia berpikir bahwa ia harus mencari cara agar keduanya pergi dari tempatnya sekarang, agar ia memiliki waktu berkualitas lagi dengan Wendy.Ia lalu berfokus pada Martin dan bersiap untuk memulai langkahnya pada bujang lapuk itu. "Pak Mar-""Oh, Rey Kau sedang apa?" tanya Martin mendahului Robert yang hendak melancarkan basa-basiny
"A ... Apa yang terjadi? Mengapa mereka semua berkumpul di sini?" pikir Wendy, terkejut mendapati dirinya duduk di antara ketiga pria yang ia kenal itu.Ia langsung menoleh pada Reynold untuk mendapat kejelasan, tetapi pemuda yang duduk di sampingnya itu malah menutup bukunya dan pergi meninggalkan tempat duduknya tanpa mengatakan apa-apa.Mendapati pemuda itu pergi begitu saja, ia beralih pada kedua orang yang duduk berderet di sampingnya itu dengan menunjukkan tampang yang begitu heran."Em, maaf sebelumnya, sebenarnya ini ada apa ya? Mengapa Kalian bisa ada di sini?" Wendy pun akhirnya mempertanyakan hal yang mengganjal itu karena sungguh ia amat sangat penasaran."Ahahahaha, itu tidak penting, yang terpenting sekarang adalah, apakah Kau masih mengantuk, Bella?" timpal Martin dengan riang, tak menghiraukan pertanyaan mendasar Wendy."Um, Saya ... Saya sudah jauh lebih baik, Pak!" timpal Wendy yang terlihat masih bingung dengan situasi saat ini."Ah, syukurlah kalau gitu ... Well, n
Michael yang tengah menikmati acara santainya itu, kemudian membawa secangir kopi itu ke ruang keluarga untuk ia nikmati sambil menonton televisi. Pria itu terlihat menikmati waktunya sehingga tampaklah seperti orang malas yang sedang menonton televisi dengan jubah coklat kebesarannya yang selalu ia kenakan ketika ia sedang berada dalam mode beristirahat. "Mari kita liat hal menarik apa yang terjadi di sekitarku," gumam pria itu sembari menekan tombol remot untuk mencari saluran berita yang tengah menayangkan sesuatu yang menarik perhatiannya. TEPTEP TEP Ia terus menekan tombol benda persegi panjang itu hingga akhirnya jarinya berhenti bergerak karena menemukan sesuatu yang menarik pandangan dan pendengarannya. "Hm!" Michael tersenyum lebar, lalu mulai meneguk kopinya dengan pandangannya fokus pada siaran berita yang menarik perhatiannya itu. "Pembunuhan Tuan Ferry Rewis yang sudah menjadi misteri belakangan ini kini mulai menemui titik terang. Polisi sudah menangkap tersangka
"Aku harus mencari cara untuk terbebas dari gadis aneh ini!" tekad Reynold yang sungguh merasa aneh dengan menempelnya gadis polos itu padanya hari ini.Pemuda yang jika dilihat dari luar tampak tidak peduli dengan keberadaan gadis yang mengekor padanya itu sebenarnya sangat menghiraukan keberadaannya sehingga membuatnya tidak bisa berkonsentrasi.Wendy hanya memasang senyum polosnya pada pemuda tampan yang belakangan ini terasa aneh menurutnya."Apa yang sedang dipikirkan pemuda itu sekarang? Apakah dia sedang merencanakan sesuatu? Aku tidak boleh lengah, tidak boleh membiarkan dia pergi begitu saja, karena Aku sudah bertekad untuk menempel pada pemuda itu selama seharian ini, jadi Aku tidak boleh gagal lagi!" Wendy sudah sangat bertekad mengingat sebelumnya tekadnya ini gagal dilaksanakan karena waktu itu Chris tiba-tiba datang ke apartement-nya.Reynold menutup buku di tangannya, lalu beralih pada gadis yang duduk tak jauh darinya. Wendy duduk dengan tegak setelah melihat pemuda di
Sepualang dari kampus dan mengantar Lisa pulang, Reynold langsug mengarahkan motornya menuju ke toko tembakau yang berada dekat kantor pos. Sesuai dengan apa yang dipikirkannya semalam, ia pergi ke sana untuk melihat wanita yang akan mengambil surat 'rahasianya' di tempat itu. Sungguh, saat itu ia merasa bahwa wanita yang akan dilihatnya di toko itu adalah wanita licik yang berhasil mengalahkannya malam itu. Meski ia tahu kemungkinan wanita itu datang hari ini tidak terlalu besar mengingat bisa saja ia malam tadi langsung mengambilnya, tetapi Reynold ingin memastikannya sampai akhir, tanpa memedulikan kemungkinan wanita itu tidak akan muncul hari ini. "Aku tidak berhasil melihatnya ketika di cafe itu, kuharap hari ini Aku akan melihatnya!" pikir Reynold.Setelah sampai di dekat tempat tujuannya, pemuda itu memarkirkan motornya di depan sebuah lahan parkir yang tak jauh dari toko itu agar keberadaanya tidak terlalu terlihat sehingga tidak menarik perhatian si wanita yang hendak ia in
POV Wendy.Tak lama, aku pun sampai ke apartement-ku. Setelah berjalan cukup jauh dari minimarket menuju ke tempatku memarkirkan motorku itu, aku langsung melesat pergi pulang karena takutnya Reynold melihat keberadaanku dan membuntuti kembali ke mana pun aku pergi."Hah~ Melelahkan sekali," gumamku yang kini sudah dalam posisi rebahanku di atas tempat tidur empukku.Aku terdiam sejenak dengan pikiran kosong sembari memandangi langit-langit kamarku yang berwarna putih bersih itu."Pemuda itu ... Reynold, kenapa dia ada di sana ya?" gumamku dengan pikiranku yang terus bertanya-tanya akan hal yang terjadi padaku barusan."Hm, kulihat di mejanya ada empat cangkir kopi yang sudah habis diminum. Semuanya sama, sehingga Aku sangat yakin yang menghabiskan itu semua adalah Reynold. Jadi dengan begitu kasarnya kuanggap dia berada di sana karena ia sedang menunggu sesuatu ... Em, tidak, tidak, lebih tepatnya seseorang!" Aku mencapai sebuah kesimpulan setelah kuingat-ingat kembali apa yang kuliha
POV Wendy. "Misi apa yang akan pria itu berikan dengan membuat kita bertiga berkumpul seperti ini?" pikirku sembari menatap sosok Chris yang tengah duduk sembari menatap kami bertiga dengan serius. "Si bajingan Vincent kemarin buka mulut. Dia terus mengoceh, sehingga pada akhirnya mengatakan bahwa ada hal serius yang akan terjadi dalam beberapa bulan ke depan, dan itu berhubungan Coltello. Mau tidak mau organisasi akan terlibat dalam sebuah perang antar organisasi kecil dan itu tidak bisa dihindari!" Chris mulai menuturkan hal yang menjadi penyebab yang sepertinya membuat pikirannya terganggu. Mendengar hal itu, sontak saja semua orang terlihat semakin serius. "Dia tidak mengatakan detailnya, tetapi itu berhubungan dengan tuan Jimmy Heartnewt. Dia hanya bilang bahwa dengan adanya pejabat itu di sisi mereka, maka Coltello pasti tidak akan baik-baik saja!" Chris melanjutkan perkataannya. Pria itu, melirik ke arahku, kemudian berkata, "Wendy, kuperintahkan Kau untuk mengawasi
Michael memandang Hilde dengan perasaan penuh antusias, benar-benar ingin segera mengetahui apa yang hendak tante girang itu bicarakan dengannya, di samping dia ingin 'benda' yang ada padanya. Sedangkan wanita itu tampak tertunduk sedih di samping pria itu sembari memainkan tangannya. "Hm? Nyonya Hilde, mengapa Anda hanya diam saja?" tanya Michael sambil memasang senyumnya yang menawan. Hilde dengan ragu melirik pria rupawan itu. "Tuan Clifford, Saya merasa ketakutan," ucapnya dengan suara yang bergetar. "Well, itulah yang seharusnya Anda rasakan. Anda baru saja menjadi target pembunuhan, tentu saja hal semacam itulah yang harus Anda rasakan," ujar pria itu. Hilde langsung berdiri tanpa mengalihkan pandangannya dari Michael, lalu berkata dengan menggebu-gebu, "Tuan, Anda sudah menyelamatkan nyawa Saya malam itu. Saya yakin Anda bisa-" "Sejujurnya, Nyonya Hilde, yang Saya lakukan hanyalah menangguhkan waktu pembunuhan Anda. Anda berhasil lolos malam itu, bukan berarti Anda
"Well, Rey, Rob, tunggu sebentar ya! Sebentar lagi kelasku selesai," seru Martin. "Baik, ayah mertua!" timpal Robert dengan bersemangat, berbanding terbalik dengan Reynold yang hanya merespons dengan sebuah anggukan malas. Martin tersenyum, lalu kembali ke dalam kelas, melanjutkan perkuliahannya. Tinggallah kedua pemuda itu sendiri. "Sebenarnya untuk apa Kau menemui Pak Martin?" Reynold yang masih penasaran, menanyakan hal yang menurutnya ganjil itu. "Eh? Aku hanya datang untuk kunjungan rutinku. Takada masalah mengenai itu, kan?" jawab Robert dengan santainya. "Kunjungan rutin apa?" Reynold bertanya makin jauh. "Itu bukan urusanmu~" timpal lawan bicaranya yang terlihat seperti sedang menjahilinya. Mendengar respons itu, Reynold tidak memperpanjangnya lagi karena sejujurnya ia cukup kesal mendengar bagaimana pemuda itu menjawab tiap pertanyaannya. "Tapi ada satu hal pasti yang menjadi urusanmu, yaitu uruslah kekasihmu sendiri, dan jauh-jauhlah dari Bella!" Pemuda it
Beberapa saat kemudian, kami sudah berada di depan pintu masuk gedung aprtement-ku. "Terima kasih, Rey!" ucapku dengan riang gembira. Reynold hanya memandang dengan malas padaku. Aku memeluk erat boneka unicorn pemberian darinya sembari cengengesan. "Terima kasih juga bonekana ... Aku sangat menyukainya," ungkapku. "Aku tidak sengaja memberikannya-" "Aku akan menamainya ReyBell!" selaku, langsung memberitahukan nama boneka pemberiannya. "Hm, Reynold Bella, kah? Dasar gadis aneh!" gumamnya sembari menyalakan kembali motornya, sepertinya ia bersiap untuk pergi. Aku menghadapkan kepala boneka itu pada Reynold, seraya berkata dengan nada jahil, "Reybell, ayo katakan sesuatu pada Papa!" Reynold langsung menoleh padaku dengan tampang terkejut. "Papa, hati-hati di jalan ... sampai jumpa lagi!" Aku mengubah suaraku sembari mengerak-gerakkan kaki depan boneka unicorn itu seakan dia sedang melambai pada pemuda yang sudah memberikan boneka ini padaku. "Dasar gadis aneh!" guma
Belum sempat aku menjawab apa yang ditanyakannya, Reynold menghentikan laju motornya di depan sebuah kedai makanan sederhana. "Em, Rey?" Aku memanggilnya dengan heran. "Turunlah!" serunya. Aku pun melakukan apa yang diserukannya dengan tampang bingung. "Kenapa Kita berhenti di sini?" tanyaku. Pemuda itu menurunkan standar motornya, lalu turun dari motornya, dan setelah itu melengos pergi menuju ke pintu masuk kedai seraya berkata, "Aku lapar!" "Hah? Apa? Eh, tunggu Aku!" Takingin tertinggal olehnya, aku berlari kecil untuk mengejarnya. *** Kini kami duduk berhadapan di dalam kedai itu. Makanan sudah dipesan dan kami hanya tinggal menunggu pesanan kami datang. Ini pertama kalinya aku dan Reynold makan berdua seperti ini. Sejujurnya entah mengapa aku merasa gugup, karena kami benar-benar tidak melakukan apa-apa, hanya duduk diam saling menatap. Pemuda itu bahkan tidak memainkan ponselnya dan ia hanya memandangi sekitar dan sesekali memandang ke arahku dengan tampang
"Aku akan tahu rahasia Reynold! Aku harus berjuang!" pikirku dengan rasa begitu antusias mengikuti langkah targetku ini. Pintu geser kaca otomatis pun langsung terbuka ketika kaki kami menyentuh lantai di depannya. "WOAH ...." Aku memasang tampang bodoh seperti anak kecil yang baru pertama kali masuk ke dalam sebuah gedung yang penuh dengan berbagai macam game arcade di dalamnya. Aku langsung beralih pada Reynold dengan antusias, seraya bertanya sambil menarik-narik bajunya, "Rey, Rey! Mau main yang mana dulu ini?" Pemuda itu menoleh padaku dengan malas, lalu berjalan begitu saja menuju ke tempat pembelian koin. "Kau yang pilih!" tegasnya setelah ia membeli koin yang cukup banyak. "Eh? Baiklah!" timpalku dengan bersemangat. Kuedarkan pandanganku untuk mencari mesin permainan yang terlihat menarik untuk pertandingan kami. "Ayo Kita main itu!" Aku menunjuk sebuah mesin game arcade Tekken yang terlihat masih baru tak jauh dari tempat kami berdiri. "Hm." Reynold hanya m
POV Wendy. Kedua mataku terbelalak melihat pemandangan mengejutkan itu. Setelah mencari pemuda itu selama satu setengah jam, akhirnya Aku menemukannya dalam situasi yang membuatku takhabis pikir. Sebuah situasi di mana Reynold terlihat bahagia bercanda dan beberapa kali ia juga tertawa dengan gadis kecil yang terlihat seperti berumur 7 tahunan di punggungnya itu. "Bocah cilik itu siapanya Reynold?" gumamku yang masih tak percaya dengan apa yang kulihat. "Reynold! Luna!" Seorang wanita berlari kecil sambil memanggil mereka. Pemuda dan bocah cilik itu menoleh pada wanita itu. Seorang wanita dewasa yang terlihat manis dan terlihat menenteng kantong kresek. Bocah itu terlihat antusias dan Reynold pun berjalan mendekat pada wanita itu sambil menggendong gadis cilik yang sepertinya bernama Luna itu. Mereka bertiga terlihat bercengkerama bersama dengan menampakkan senyum lepas satu sama lain sehingga mereka benar-benar terlihat seperti keluarga yang sangat bahagia. "Aku tida
Michael tengah duduk di depan seorang pria bermantel biru khas seragam kepolisian. Mereka duduk berhadapan dengan tampang si pria dari kepolisian itu terlihat kesal. Sedangkan Michael terlihat begitu santai, takpeduli dengan tampang kesal pria itu. "Jadi, Kau tetap takingin menyerahkan benda yang Kau dapatkan itu?" tanya pria itu dengan gigi bergemertak seakan sedang menahan kekesalannya. "Yaps! Aku berhak menolak karena itu adalah properti pribadiku. Kau ini polisi, pasti Kau sangat tahu hak-hak warga negara bukan?" jawab Michael dengan tenang. "Tuan Michael Clifford, Aku rasa itu bukan benda milikmu, jadi kami berhak untuk mengambilnya demi kepentingan negara!" Polisi itu menyanggah apa yang dikatakan pria yang tampak menyebalkan dengan seringainya yang tiba-tiba saja tampak semenjak mereka bertemu. Michael menghela napas, lalu sidekap di pahanya, lalu berkata, "Kau sepertinya lupa dengan tujuanmu sejak awal. Semenjak Kau datang Kau hanya membicarakan 'benda itu.' Well, Kau
Reynold sudah tidak terlihat lagi. Dia berlari dengan sangat cepat. Wendy tidak mengira pemuda itu bisa berlari secepat itu, bahkan ia bisa membuat seorang eksekutor seperti dirinya kehilangan jejak. "Well, sebenarnya dia tidak berlari secepat itu, tetapi ia menggunakan keadaan sekitarnya yang cukup ramai untuk menyamarkan jejaknya," pikir wanita itu, masih tetap berlari untuk mencari sosok jangkung pemuda menawan itu. "Pemuda itu benar-benar selalu melampaui ekspetasiku." Wendy tersenyum mengingat betapa menariknya target yang harus ia dapatkan itu. Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat seakan memvisualkan bagaimana sangat bersemangatnya ia saat ini. "Aku tidak boleh menyerah! Aku harus menemukannya!" ucap wanita itu dengan begitu bersemangat. *** Sementara itu di sisi Chris. Pria casanova itu tampak sedang duduk di meja kerjanya sembari memandangi ponselnya lekat-lekat seakan ia sedang mempelajari sesuatu dari sana. "Hm, sepertinya wanita itu sedang bersenang-senang," guma